Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustin Ayu Kusumawati
"Keterwakilan perempuan pada posisi top manajerial di sektor publik dan swasta yang rendah mengindikasikan adanya diskriminasi yang cukup kuat pada sektor tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi kontribusi diskriminasi terhadap kesenjangan upah antar gender yang dialami pekerja sektor publik dan swasta di Indonesia dengan menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2019. Metode dekomposisi Oaxaca-Blinder digunakan untuk mengetahui kontribusi diskriminasi kesenjangan upah pada tingkat rata-rata sedangkan metode dekomposisi kuantil digunakan untuk mengetahui kontribusi diskriminasi pada setiap kuantil distribusi upah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kesenjangan upah antar gender masih ditemukan di sektor publik maupun di sektor swasta. Hasil dekomposisi menunjukkan bahwa komponen unexplained gap (indikasi diskriminasi) pada sektor swasta lebih besar dibandingkan dengan sektor publik. Kesenjangan melebar di bagian bawah distribusi upah yang mengindikasikan adanya fenomena sticky floor di kedua sektor tersebut.

The low representation of women in top managerial positions in the public and private sectors indicates that there is strong discrimination in these sectors. This study aims to investigate the contribution of discrimination to the gender wage gap experienced by public and private workers in Indonesia using the 2019 National Labor Force Survey (Sakernas) data. The Oaxaca-Blinder decomposition method is used to determine the contribution of wage gap discrimination at the mean level, while the quantile decomposition method is used to determine the contribution of discrimination in each quantile of the wage distribution. In this study, it was found that the wage gap between genders was still found in the public and private sectors. The results of the decomposition show that the component of the unexplained gap (indication of discrimination) in the private sector is greater than that of the public sector. The gap widens at the bottom of the wage distribution indicating a sticky floor phenomenon in both sectors."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhriza Akbar
"Studi tentang kesenjangan upah gender menggunakan metode dekomposisi yang dipopulerkan oleh Oaxaca-Blinder (1973) hanya difokuskan pada perbedaan kesenjangan pada rata-rata upah. Namun, metode dekomposisi terbaru, yang menghitung kesenjangan upah menggunakan Recentered Influence Function (RIF), terbukti berguna dalam mengungkap kesenjangan di seluruh distribusi upah serta fenomena umum kesenjangan upah yang disebut Glass ceiling effect dan Sticky floor effect di pasar tenaga kerja. Studi ini mengkaji kesenjangan upah gender di seluruh distribusi upah di lapangan kerja sektor informal menggunakan Survei Tenaga Kerja Nasional Indonesia tahun 2019 terutama untuk kategori pekerja tetap dan pekerja bebas. Temuan penelitian ini menunjukkan adanya Sticky floor effect yang lemah dalam di sektor informal. Kesenjangan upah gender menunjukkan tingkat yang lebih kecil di distribusi upah atas dibanding distribusi upah bawah. Stucture effect menjadi porsi terbesar dari kesenjangan yang menjelaskan perbedaan upah untuk keseluruhan distribusi upah, mulai dari 70% hingga 97%. Dari karakteristik individu yang diteliti, pendidikan diyakini merupakan faktor utama yang akan membantu perempuan mempersempit kesenjangan antar gender.

The study of the gender wage gap is primarily focused on the difference of the gap found by the Oaxaca-Blinder (1973). However, the latest decomposition method, which calculates the wage gap using the Recentered Influence Function (RIF), can prove useful in revealing the gap across the wage distribution as well as the common phenomena of the wage gap which is called the glass ceiling effect and sticky floor effect in the labor market. This study examines the gender wage gap across the wage distribution in the informal sector employment using the Indonesian National Labor Survey in 2019. The findings of the study present evidence of a weak sticky floor effect in the sector’s employment. It was discovered that the gender wage gap grows smaller at the upper wage distribution. Furthermore, the structure effect contributes to the largest portion of the gap that explains the difference in wage for the entirety of the wage distribution, ranging from 70% to 97%. From the individual characteristics examined, education is the prominent factor which will help women narrow the gap."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Hosea Prima
"Kesenjangan upah antar gender merupakan fenomena yang nyata adanya di Indonesia. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa sebagian besar kesenjangan upah antar gender di Indonesia disebabkan oleh komponen yang tidak terjelaskan. Penelitian ini mencoba untuk mempertimbangkan aspek wilayah karena adanya keberagaman di tiap wilayah sehingga ingin membandingkan kesenjangan upah antar gender pada tiap pulau di Indonesia. Dengan metode dekomposisi Blinder-Oaxaca, penelitian ini menganalisis data SAKERNAS Februari 2020 sebelum pandemi Covid-19. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesenjangan upah antar gender pada tiap pulau di Indonesia didominasi oleh faktor yang tidak dapat dijelaskan dengan variasi yang ada. Dimana Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, dan Pulau Sumatera memiliki total kesenjangan di atas nilai total kesenjangan Indonesia. Kemudian diikuti Pulau Jawa dan Bali serta pulau lainnya di bawah nilai total kesenjangan Indonesia. Pulau Sumatera, Sulawesi dan pulau lainnya menunjukkan besaran yang rendah pada faktor yang dapat dijelaskan bahkan lebih rendah dari hasil secara keseluruhan di Indonesia. Hal ini berarti bahwa di Pulau Sumatera, Pulau Sulawesi serta pulau lainnya memiliki kesenjangan upah antar gender lebih banyak disebabkan oleh faktor – faktor di luar karakteristik pekerja.

The wage gap between genders is a real phenomenon in Indonesia. Based on previous studies, it is known that most of the wage gap between genders in Indonesia is caused by an unexplained component. This study tries to consider the regional aspect because of the diversity in each region so it wants to compare the wage gap between genders on each island in Indonesia. Using the Blinder-Oaxaca decomposition method, this study analyzed the data for SAKERNAS in February 2020 before the Covid-19 pandemic. The results of this study indicate that an unexplained factor dominates the wage gap between genders on each island in Indonesia by existing variations. Where Kalimantan Island, Sulawesi Island, and Sumatra Island have a total gap above Indonesia's total gap value. Then followed by Java and Bali and other islands below the total gap value of Indonesia. The islands of Sumatra, Sulawesi, and other islands show low magnitudes on factors that can be explained even lower than the overall results in Indonesia. This means that on Sumatra Island, Sulawesi Island, and other islands, the wage gap between genders is mostly due to factors other than worker characteristics."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deasma Hazel
"Kesetaraan gender menjadi isu yang diperjuangkan secara terus menerus. Salah satu aspek yang menjadi indikator evaluasi apakah kesetaraan gender sudah diterapkan adalah adanya fenomena kesenjangan upah antar gender. Studi ini bertujuan untuk melihat persistensi kesenjangan upah antar gender dengan menggunakan data Sakernas 2022 serta variasi kesenjangan antar gender yang terjadi di antara sektor industri, tempat tinggal, dan tipe kontrak. Pada tahun 2022, ditunjukkan bahwa gender kesenjangan upah antar gender di Indonesia meningkat dibanding dengan tahun 2010, baik pada daerah pedesaan maupun perkotaan. Selain itu, secara keseluruhan, kesenjangan upah antar gender bervariase antar sektor dengan tertinggi terdapat pada sektor perdagangan besar, eceran, reparasi dan perawatan mobil sedangkan sektor dengan kesenjangan upah terendah adalah sektor keuangan, asuransi, dan real estat. Hal yang sama terjadi pada daerah perkotaan. Namun, jika dilihat pada daerah pedesaan, sektor pengangkutan, pergudangan, informasi dan komunikasi memiliki kesenjangan upah tertinggi, sementara sektor aktivitas kesehatan manusia dan aktivitas sosial memiliki kesenjangan upah terendah.

Gender equality has become an ongoing campaign years after years. One aspect that serves as an indicator of whether gender equality has been implemented is the phenomenon of the gender wage gap. This research aims to examine the persistence of the gender wage gap phenomena, using the data from Sakernas 2022. Additionally, this study also displays the variations of gender wage gap between sectors, areas, and employment types. The result indicates that Indonesia showed a wider gender wage gap in 2022, compared to 2010, in both rural and urban areas. Overall, the highest gender wage gap was found in the wholesale, retail trade, and motor vehicle repair and maintenance sectors, while the sector with the lowest wage gap was the finance, insurance, and real estate sectors. The same pattern was observed in urban areas. However, in rural areas, the transportation, warehousing, information, and communication sector had the highest wage gap, while the human health and social work activities sectors had the lowest wage gap."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Meylan Ratnawati
"Penelitian ini menggunakan data SAKERNAS 2019-2021 untuk meneliti situasi ketenagakerjaan dan kesenjangan upah antar gender sebelum dan selama pandemi Covid-19 dengan menggunakan OLS untuk mengetahui faktor penentu upah dan Blinder-Oaxaca untuk menguraikan komponen-komponen kesenjangan upah. Hasil penelitian mengungkapn bahwa pekerja laki-laki diupah 38% lebih tinggi daripada pekerja perempuan pada tahun 2019, dan kesenjangan upah menurun masing-masing menjadi 35,7% pada tahun 2020 dan 35,2% pada tahun 2021. Analisis lebih lanjut dengan uji-t dan uji-z pada perbandingan kesenjangan upah antar sektor dan provinsi menyimpulkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan pada kesenjangan upah antar gender di Indonesia selama pandemic Covid-19 tahun.

This study uses SAKERNAS 2019-2021 data to investigate the employment situation and the wage gap across genders before and during the Covid-19 pandemic by employing OLS to examine the wage determinants and Blinder-Oaxaca to decompose the wage gap. The result reports that male workers waged 38 percent higher than female workers in 2019, and the wage gap decreased to 35.7 percent and 35.2 percent, respectively, in 2020 and 2021. Further analysis with t-test and z-test on wage gap comparisons among business sectors and provinces find no evidence that the wage gap across genders changes due to the Covid-19 pandemic."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Leonardo Alexius
"Kesenjangan upah antar gender telah menjadi polemik di seluruh negara di dunia, terutama negara berkembang. Upah minimum hadir sebagai kebijakan tentang sistem pengupahan yang bertujuan untuk menjadi safety net bagi para pekerja. Meskipun kebijakan ini bukannlah kebijakan yang berorientasi pada gender, namun jika jumlah wanita dan jarak upah aktual terhadap upah minimum yang diterima oleh wanita lebih rendah dibandingkan pria, maka upah minimum dapat memperbaki gender wage gap.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak dari kenaikan upah minimum terhadap kesenjangan upah antar gender di seluruh provinsi di Indonesia dengan menggunakan metode kontrafaktual pada distribusi upah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak upah minimum di Indonesia justru memperlebar gap upah antar gender terutama pada pekerja di distribusi upah rendah. Dampak upah minium di level regional bervariasi antar provinsi.

Wage gap disparities have become polemic in almost all countries in the world, especially in developing countries. Minimum wage is present as a policy on wage system that aims to be a safety net for workers. Although this policy is not a gender oriented policy, if the number of women and the actual wage distance of women 39 s minimum wage is lower than that of men, then the minimum wage may raise the wage gap.
This study aims to examine the impact of minimum wage increases on wage gap across all provinces in Indonesia by using counterfactual methods on wage distribution. The results of this study indicate that the impact of minimum wages in Indonesia actually widen the wage gap between the gender especially on workers in the distribution of low wages. The impact of regional minium wages varies across provinces.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T49905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biyan Shandy Paramayudha
"Sejumlah penelitian telah membuktikan adanya kesenjangan upah antar gender di Indonesia. Dari penelitian-penelitian tersebut, diketahui bahwa sebagian besar kesenjangan upah antar gender di Indonesia disebabkan oleh komponen yang tidak terjelaskan yang juga dianggap sebagai komponen diskriminasi. Penelitian ini mencoba untuk mempertimbangkan aspek komuter yaitu waktu komuter dalam menjelaskan kesenjangan upah antar gender di Indonesia. Dengan metode dekomposisi Blinder-Oaxaca, penelitian ini menganalisis data Survei Angkatan Kerja Nasional 2019. Hasil analisis menunjukkan bahwa waktu komuter berpengaruh positif terhadap kesenjangan upah antar gender. Hasil analisis dekomposisi Blinderr-Oaxaca juga menunjukkan bahwa penambahan variabel waktu komuter dapat meningkatkan proporsi kesenjangan upah antar gender yang terjelaskan dari 14,2% hingga 22,6% dari total kesenjangan upah pada pekerja formal dan dari 22,3% menjadi 36,2% pada pekerja informal. Penelitian ini juga mengidentifikasi adanya efek spatial entrapment dan tanggung jawab rumah tangga pada pekerja perempuan di Indonesia yang perlu dipertimbangkan dalam perumusan kebijakan

Several researches have proven the existence of gender wage gap in Indonesia. From those researches, it can be inferred that the majority of gender wage gap in Indonesia is consisted of unexplained parts which is commonly interpreted as discrimination. This research aims to explain the unexplained part of gender wage gap in Indonesia through the inclusion of commuting aspect, which is commuting time. By using Blinder-Oaxaca decomposition method, this research analyzes the data from Survei Angkatan Kerja Nasional (Indonesian Labor Force Survey) 2019. The results have shown that commuting time is positively correlated to wage. Blinder-Oaxaca decomposition also shows that inclusion of commuting time is able to increase the proportion of explained part of the wage gap from 14,2% to 22,6% in formal worker group and from 22,3% to 36,2% in informal worker group. This research has also identified the effect of spatial entrapment and household responsibility on Indonesian female workers, which is essential to be considered in policymaking."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nurlaily
"Pandemi covid-19 yang melanda Dunia, khususnya Indonesia membuat ekonomi terkontraksi menjadi -2,07% pada tahun 2020. Hal ini berdampak pada kondisi ketenagakerjaan, salah satunya pada upah pekerja. Terjadi penurunan upah pada seluruh sektor ekonomi dan jenis pekerjaan baik pekerja laki-laki maupun perempuan. Dari tahun ke tahun upah pekerja laki-laki selalu lebih tinggi dari perempuan dan perbedaan upahnya cenderung meningkat, namun perbedaan upah ini menurun pada saat pandemi melanda Indonesia. Perbedaan upah tertinggi terjadi pada pekerja kerah putih, padahal proporsi pekerja antar jenis kelamin cenderung seimbang. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kesenjangan upah antar gender pekerja kerah putih pada saat pandemi covid-19 (tahun 2020) dibanding sebelum pandemi (tahun 2019), kemudian menganalisisnya secara upah rata-rata maupun level distribusi upah. Data yang digunakan bersumber dari Sakernas Agustus tahun 2019 dan 2020 menggunakan dekomposisi Oaxaca-Blinder dan Recentered Influence Functions (RIF). Penelitian ini menunjukan bahwa terjadi penurunan kesenjangan upah pekerja kerah putih pada tahun pandemi melanda Indonesia dibanding sebelum pandemi yang disebabkan oleh penurunan pekerja kerah putih dan penurunan upah yang lebih tinggi pada pekerja laki-laki serta disebabkan oleh perbedaan karakteristik individu dan pekerjaan antara pekerja kerah putih laki-laki dan perempuan. Terjadi fenomena sticky floor namun berkurang pada saat pandemi.

The covid-19 pandemic that hit the world, especially in Indonesia, caused the economy to contract to -2.07% in 2020. This had an impact on labor conditions, one of which was the wages of workers. There was a decrease in wages in all economic sectors and types of work for both male and female workers. From year to year the wages of male workers are always higher than women's and the difference in wages tends to increase, but this difference in wages decreased when the pandemic hit Indonesia. The highest wage difference occurs in white-collar workers, even though the proportion of workers between the sexes tends to be balanced. Therefore, this study aims to compare the gender wage gap of white-collar workers during the covid-19 pandemic (in 2020) compared to before the pandemic (in 2019), then analyze it in terms of average wages and the level of wage distribution. The data used is sourced from Sakernas August 2019 and 2020 using the Oaxaca-Blinder decomposition and Recentered Influence Functions (RIF). This study shows that there was a decrease in the wage gap for white-collar workers in the year the pandemic hit Indonesia compared to before the pandemic, which was caused by a decrease in white-collar workers and a higher decline in wages for male workers and caused by differences in individual and occupational characteristics between male and female white-collar workers. There was a sticky floor phenomenon but it decreased during the pandemic."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hennigusnia
"ABSTRAK
Tesis ini melihat kesenjangan upah menurut jender di Indonesia tahun
2008-2012. Selain melihat kesenjangan upah pada tingkat rata-rata, penelitian ini juga akan melihat kesenjangan upah di kuantil yang berbeda dari distribusi upah, sehingga dapat diketahui apakah kesenjangan upah melebar di bagian atas distribusi upah “glass ceiling” atau melebar di bagian bawah distribusi upah “sticky floor”. Tesis ini menggunakan data Sakernas 2008-2012, untuk mengestimasi persamaan upah laki-laki dan perempuan menggunakan OLS standar. Kemudian, metode dekomposisi Oaxaca-Blinder (1973) digunakan untuk menentukan besarnya kesenjangan upah menurut jender yang disebabkan oleh faktor karakteristik (explained effect)dan faktor diskriminasi (efek unexplained).
Sedangkan untuk menentukan kesenjangan upah menurut jender di kuantil yang berbeda dari distribusi upah menggunakan regresi kuantil dan menerapkan dekomposisi Machado - Mata (2005). Tesis ini menemukan bahwa kesenjangan upah menurut jender masih didominasi oleh faktor yang tidak dapat dijelaskan
(Unexplained) dan diindikasikan sebagai diskriminasi, baik pada tingkat rata-rata maupun di setiap kuantil dalam distribusi upah. Tesis ini juga menemukan adanya bukti lantai lengket (sticky floor) di Indonesia.

ABSTRACT
This thesis looked the gender wage gap in Indonesia from 2008-2012. In
addition to looking at the wage gap average level, the study alsolooked at the
wage gap at different quantile of the wage distribution, so it can be known
whether the wage gap widened at the top of the wagedistribution "glass ceiling" or
widened at the bottom of the wagedistribution "sticky floor". This thesis used data
Sakernas 2008-2012, to estimate the wage equation of men and women using
OLSstandard. Then, the Oaxaca-Blinder decomposition method (1973) wasused
to determine the magnitude of the gender wage gap based on gender that caused
by the characteristics factors (explained effect) and the discrimination factor
(unexplained effects). As for determining thegenderwage gap in different quantile
of the wage distributifusing quantile regression and applying Machado
decomposition – Mata (2005). This thesis found that the genderwage gap was
stilldominated by factors that can not be explained (Unexplained) and
wasindicated as discrimination, both at the average level and in each quintile of
the wage distribution. This thesis also found evidence ofsticky floor in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melsasyavia Nurfitriana Ramadhany Syam
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2018 untuk menguraikan kesenjangan upah penyandang disabilitas menjadi bagian yang dapat dijelaskan dan tidak dapat dijelaskan pada tingkat rata-rata. Dengan menggunakan dekomposisi Blinder-Oaxaca, bagian yang dapat dijelaskan berkontribusi sebesar 75,04% dalam kesenjangan upah penyandang disabilitas. Pencapaian tingkat pendidikan merupakan faktor penjelas terbesar yang memperlebar kesenjangan upah ini. Sementara itu, potensi diskriminasi menjadi kontributor utama kesenjangan upah gender antara penyandang disabilitas, bahkan bagian yang dapat dijelaskan tidak signifikan setelah dilakukan kontrol terhadap produktivitas penyandang disabilitas. Terlepas dari status disabilitasnya, perempuan mengalami diskriminasi upah terhadap laki-laki di Indonesia.

ABSTRACT
This study analyzes the data from Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) year of 2018, to outline the disability wage gap into the explained and unexplained parts at an average level. Using Blinder-Oaxaca decomposition, the explained part contributes up to 75.04% in the disability wage gap. Achievement in the education level is the highest explanatory factor in widening the gap. Furthermore, the potential for discrimination is a major contributor to the gender wage gap among people with disabilities, even the unexplained part becomes insignificant after the productivity of people with disabilities is being controlled. Regardless of their disability status, women experience wage discrimination in Indonesia in terms of gender."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>