Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190314 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Felicia Dewi
"Madu memiliki berbagai efek positif bagi tubuh manusia dan telah digunakan sebagai obat selama berabad-abad. Madu Manuka dan MedihoneyTM di Indonesia masih sulit dilakukan karena harganya yang mahal dan ketersediaannya. Penelitian sebelumnya telah mengevaluasi aktivitas fisika kimia antara madu Nusantara (madu lokal) dan Madu Manuka. Namun dalam penelitian ini kami menambahkan lebih banyak variasi madu lokal dan komponen kimiawi yang bermanfaat untuk aktivitas antimikroba, antara madu lokal dibandingkan dengan madu Manuka. Namun dalam penelitian ini kami menambahkan lebih banyak variasi madu lokal dan komponen pemeriksaan kimia yang bermanfaat sebagai indikator untuk melihat aktivitas antimikroba terhadap bakteri K. pneumonia ATCC 13883, P. aeruginosa ATCC 27853 dan S. aureus ATCC 25923, E. cloacae ATCC 23355, E. coli ATCC 25922 pada setiap sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu manuka memiliki pH lebih rendah, keasaman lebih tinggi, viskositas lebih tinggi dan kadar gula lebih tinggi dibandingkan madu lokal Indonesia, madu manuka memiliki kandungan MGO dan NPA lebih tinggi dibandingkan madu lokal Indonesia, tetapi madu nusantara memiliki tingkat MGO yang lebih tinggi dibandingkan dengan madu Jawa. Madu Manuka memiliki aktivitas antibakteri yang sebanding pada bakteri P. aeruginosa ATCC 27853, S. aureus ATCC 25923, K. pneumonia ATCC 13883, E. coli ATCC 25922, and E. cloacae ATCC 23355 dibandingkan dengan madu lokal Indonesia.

Honey has various positive effect human body, and has been used as medicine for centuries Manuka honey and Medihoney™ has been accepted widely used by medical honey. Research has been conducted for these honeys and shown to have in vivo activity and are suitable for the treatment of ulcers, infected wounds and burns. But using Manuka honey and MediHoney™ in Indonesia is still difficult due to its high cost and availability. The previous study had evaluated in physiochemical activity between Nusantara honey (local honey) and Manuka Honey. However, in this study we added more variety of local honey and chemical components that was beneficial for antimicrobial activity, between the local honey compared Manuka Honey. More extensive research was needed especially the physicochemical and antibacterial effect of Indonesian local honey, The purpose of this study is as a baseline data to produce our own medical grade honey that was equal compared to the international medical grade honey. This is a descriptive analytical study using samples of Indonesian local honey and Manuka honey, and check each samples for physical chemical characteristic, Unique Manuka Factor, and antimicrobial effect for K. pneumonia ATCC 13883, P. aeruginosa ATCC 27853, S. aureus ATCC 25923, E. cloacae ATCC 23355, E. coli ATCC 25922 in every honey samples. The results of the study shows that New Zealand manuka honey has lower pH, higher acidity, higher viscosity, and higher sugar content compared to Indonesian local honey, New Zealand manuka honey has higher MGO content and NPA compared to Indonesian local honey, but Nusantara honey shows has higher MGO level, compared to Java honey. New Zealand manuka honey has lower pH, higher acidity, higher viscosity, and higher sugar content compared to Indonesian local honey. New Zealand manuka honey showed comparable antibacterial effect for P. aeruginosa ATCC 27853, S. aureus ATCC 25923, K. pneumoniaATCC 13883, E. coli ATCC 25922, and E. cloacae ATCC 23355 compared with Indonesian local honey."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Dudut
"Luka maligna dengan tingkat malodor dan jumlah eksudat yang berlebihan dapat menyebabkan masalah ketidaknyamanan dan isolasi sosial sehingga berdampak negatif bagi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas antara perawatan Iuka menggunakan madu dengan metronidazole dalam menurunkan tingkat malodor dan mengurangi jumlah eksudat Iuka maligna. Penelitian dilaksanakan di RS. Kanker Dharmais Jakarta selama bulan Juni 2007.
Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan non equivalent pretest-posttest controlled group design dan non equivalent posttest only controlled group design. Berdasarkan consecutive sampling diambil sampel sebanyak 12 responden, terdiri dari enam responden kelompok kontrol dan enam responden kelompok intervensi, dengan kriteria: Iuka maligna stadium lanjut, laki-laki dan perempuan berusia 23-59 tahun, luas luka 24cm2. Perawatan Iuka dengan madu menurunkan tingkat malodor menurut pasien berdasarkan Numeric Rating Scale (NRS) dari 6,0 sebelum intervensi menjadi 2,1 sesudah intervensi hari ke-6. Sementara perawatan Iuka dengan metronidazole menurunkan tingkat malodor dari 5,6 menjadi 4,6.
Hasil uji t menunjukkan nilai p<0,05; alpha 0,05 pada perubahan tingkat malodor. Sebaliknya perawatan Iuka dengan madu menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 66,6gr sesudah intervensi hari ke-3 menjadi 80,8gr hari ke-6, sementara perawatan Iuka dengan metronidazole menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 44,5gr menjadi 51,1gr. Hasil uji t menunjukkan nilai p>0,05; aloha 0,05 pada perubahan jumlah eksudat.
Peneliti menyimpulkan perawatan Iuka dengan madu Iebih efektif dibandingkan dengan metronidazole menurunkan tingkat malodor. Sementara perawatan Iuka dengan madu dan metronidazole belurn efektif mengurangi jumlah eksudat Iuka maligna. Sehingga rekomendasi dari penelitian ini adalah agar para pengambil kebijakan di institusi pelayanan kesehatan mengeluarkan kebijakan yang dapat mengakomodasi penggunaan madu sebagai agen topikal perawatan Iuka maligna.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purbianto
"Saat ini banyak bahan alternatif perawatan Iuka yang sudah dilakukan penelitian dan diterima oleh pelayanan keperawatan, salah satunya adalah madu. Banyak penelilian tentang madu mengunggulkan madu sebagai antimikroba tetapi masih sedikit penelitian yang mengungkap keunggulan madu untuk mempercepat absorbsi eksudat, menghancurkan jaringan nekrotik dan stimulasi granulasi pada luka kronik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah madu mempunyai pengaruh yang bermakna dalam mempercepat proses penyembuhan ulkus diabetikum. Penelitian dilakukan pada 14 subyek penelitian dengan ulkus diabetikum yang terbagi dalam dua kelompok, 7 subyek dirawat menggunakan madu murni Kaliandra sebagai kelompok perlakuan dan 7 subyek dirawat sesuai standar rumah sakit sebagai kelompok kontrol.
Desain yang digunakan adalah desain kuasi eksperimen dengan pendekatan study longitudinal. Analisis yang dilakukan secara univariat dan bivariat, pada analisis bivariat digunakan uji T dependen dan uji wilcoxon.
Hasil penelitian analisis pengaruh madu mumi kaliandra dalam mempercepat proses penyembuhan ulkus diabetikum bermakna secam signifikan, hal ini dibuktikan oleh adanya perbedaan yang signifikan kecepatan proses penyembuhan antara ulkus yang dirawat menggunakan madu murni Kaliandra dengan ulkus yang dirawat sesuai standar rumah sakit dengan pvalue 0,022. Selain itu pengaruh madu murni kaliandra dalam mempercepat absorbsi eksudat dan timbulnya jaringan granulasi pada ulkus diabetikum terbukti berpengaruh dengan masing-masing nilai p value 0,026 dan 0,038.
Pengaruh madu murni kaliandra dalam mempercepat penghancuran jaringan nekrotik dan memperkecil penyempitan ukuran ulkus (luas dan kedalaman) pada ulkus diabetikum belum dapat dibuktikan. Disarankan pada institusi pelayanan perawatan untuk dapat memanfaatkan madu murni Kaliandra sebagai bahan alternatif perawatan ulkus diabetikum yang murah dan mudah didapat serta mengembangkan lebih lanjut penelitian dengan jumlah populasi yang lebih besar."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harim Priyono
"Manfaat madu untuk penyembuhan luka sudah banyak diteliti, namun informasi manfaatnya untuk penyembuhan luka timpanoplasti masih terbatas. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek madu manuka (Mn) dan madu trigona (Tr) asli Indonesia pada re-epitelisasi membran timpani (MT) melalui potensi proliferasi fibroblas, keratinosit, sekresi KGF dan basic-FGF.
Penelitian in vivo berupa uji klinis acak, tersamar ganda, pada 64 pasien dewasa otitis media supuratif kronik (OMSK) tipe aman tenang yang menjalani timpanoplasti di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan Juni 2021–Agustus 2022. Pasien diacak dan disamarkan ke dalam dua kelompok, yaitu diberikan gelfoam plus gel Mn 100% medical grade (intervensi) atau hanya diberikan gelfoam (kontrol) di liang telinga saat timpanoplasti. Tampon telinga diangkat setelah dua minggu dan pasien diminta kontrol setiap minggu selama enam minggu. Penelitian in vitro dilakukan di Laboratorium Universitas YARSI. Kultur fibroblas dan keratinosit yang diisolasi dari pasien OMSK diberikan pajanan Mn dan Tr dengan tiga konsentrasi yaitu 0,04%, 0,1%, dan 0,25%, kemudian dilakukan uji proliferasi, KGF dan bFGF juga diukur dan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Proporsi pengeringan luka pascatimpanoplasti kelompok intervensi lebih banyak secara bermakna dibandingkan kontrol pada minggu ke-3, ke-4, dan ke-6. Madu manuka dan Tr tidak meningkatkan jumlah sel kultur fibroblas, tetapi mempersingkat durasi doubling time. Jumlah sel kultur keratinosit lebih tinggi secara bermakna dibandingkan kontrol pada semua kelompok Mn dan Tr 0,04%. Sekresi KGF meningkat seiring pertambahan sel. Pada hari ke-6 dan hari ke-8, sekresi KGF lebih tinggi pada beberapa kelompok intervensi dibandingkan kontrol. Sebaliknya, kadar bFGF menurun seiring pertambahan sel. Terdapat korelasi positif antara lama pajanan kedua jenis madu dengan proliferasi fibroblas. Lama pajanan Mn 0,04%, 0,1%, dan Tr 0,04% berkorelasi positif dengan jumlah sel kultur keratinosit.
Disimpulkan pemberian Mn saat timpanoplasti meningkatkan pencapaian re-epitelisasi MT sempurna melalui efeknya pada fibroblas dan keratinosit, serta berpotensi meningkatkan keberhasilan timpanoplasti. Penelitian ini juga menunjukkan efek positif Tr pada fibroblas dan keratinosit, sehingga potensi terapeutik madu ini dapat diteliti lebih lanjut

Benefits of honey on wound healing have been widely reported, but information about its effect on the re-epithelialization of the tympanic membrane (TM) is limited. This study aims to evaluate the effect of manuka honey (MH) and trigona honey (TH) from Indonesia, on TM re-epithelization through their potential action on the proliferation of fibroblasts, keratinocytes, secretion of KFG and basic-FGF.
The in vivo study was a randomized, controlled, double-blind clinical trial on 64 adult patients with mucosal type chronic suppurative otitis media (CSOM) undergoing tympanoplasty at Cipto Mangunkusumo General Hospital from June 2021–August 2022. Patients were randomized and blinded into two groups, receiving either gel foam soaked in 100% medical grade MH (intervention group) gel or only gel foam (control group) placed in the external auditory canal during tympanoplasty. The ear tampon was removed after two weeks, and patients were followed up weekly for six weeks. The in vitro study was conducted at the YARSI University Laboratory. Fibroblast and keratinocyte cultures isolated from CSOM patients were exposed to MH and TH with three dilutions: 0.04%, 0.1%, and 0.25%. The cells were then subjected to proliferation assays, KGF and bFGF were also assessed and compared with the control group.
The intervention group had a significantly higher proportion of dry tympanoplasty wounds than control at the 3rd, 4th, and 6th visit. Manuka honey and TH did not increase the number of fibroblasts but shortened the doubling time duration. A significantly higher number of keratinocytes than control was observed in all MH groups and the 0.04% TH group. KGF secretion increased as the number of cells increased. On day 6 and day 8, KGF secretion was higher in some of the intervention groups compared with the control group. In contrast, fibroblast bFGF secretion decreased as the number of cells increased. There was a positive correlation between the exposure time of all intervention groups and the number of cells in the fibroblast culture. Prolonged exposure time to 0.04% MH, 0.1% MH, and 0.04% TH were positively correlated with the number of keratinocytes.
The application of MH during tympanoplasty increased complete TM re-epithelialization through its effect on fibroblasts and keratinocytes proliferation. MH has the potential to improve tympanoplasty outcomes. This present study also illustrated the positive effects of TH on fibroblasts and keratinocytes; thus, its potential therapeutic properties could be further explored.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Widdya Damayanti
"

Madu sangat bermanfaat untuk tubuh. Madu dijadikan obat alternatif oleh masyarakat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit dikarenakan kandungan senyawa di dalamnya. Tingginya permintaan pasar dikarenakan meningkatnya konsumsi madu oleh masyarakat memberikan peluang kepada oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk memalsukan madu. Oleh sebab itu diperlukan suatu teknologi canggih yang bisa mendeteksi keaslian madu beserta klasifikasikasi dan sifatnya secara cepat dan akurat. Identifikasi dan klasifikasi madu dilakukan pada madu asli yang berasal dari lebah Apis sp. dan juga stingless bees serta madu palsu buatan yang dibuat dengan percampuran madu asli dengan penambahan air gula (Fruktosa) dan NaHCO3.  Dalam melakukan identifikasi madu dengan metode Artificial Neural Network (ANNs) digunakan software berupa MATLAB. Metode Artificial Neural Network (ANNs) yang digunakan adalah alogaritma backpropagation dengan arsitektur jaringan multilayer. Hasil dari peneitian ini adalah pengidentifikasian madu menggunakan metode Artificial Neural Network untuk percobaan 2 kelas memiliki hasil tranning dan testing yang lebih tinggi dibandingkan dengan percobaan dengan 6 kelas. Hal tersebut disebabkan karena semakin banyak kelas maka jumlah data setiap kelas harus semakin banyak dan sama rata dikarenakan jumlah data mempengaruhi hasil tranning dan testing dari Artificial Neural Network.

 


Honey is very beneficial for body. It can be used as an alternative medicine by humans for curing various types of diseases due to the compound contained in honey. The high market demand due to increasing consumption of honey by consumers provides opportunities for unscrupulous individuals to falsify honey. In order to prevent consumers from fake honey, we need a sophisticated technology that can detect the authenticity of honey along with its classification and nature quickly and accurately. In this study, a method for identifying and classifying the authenticity of honey using Artificial Intelligence (AI), the type of artificial intelligence that is used in this study is Artificial Neural Network (ANNs). The identification and classification of honey is performed using honey Apis sp bees, stingless bees and fake honey. Fake honey is made by adding sugar (Fructose) and NaHCO3 to the honey. For identifying honey with the Artificial Neural Network (ANNs) method, the author used MATLAB software. The Artificial Neural Network (ANNs) method used is a backpropagation algorithm with multilayer network architecture. The result of this research is the identification of honey using the Artificial Neural Network method for the 2-class experiment which has higher tranning and testing results compared with experiments with 6 classes. This is because the amount of data per class must be more and equal because the amount of data affects the results of tranning and testing of Artificial Neural Network.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Kristo Benny Pamungkas
"Shigella dysenteriae adalah bakteri gram negatif yang menyebabkan diare berdarah pada manusia. Madu memiliki efek antimikroba dan dapat memperbaiki vili di epitel pencernaan yang dirusak oleh Shigella. Banyak obat yang digunakan untuk mengobati disentri, salah satunya adalah siprofloksasin. Namun, itu memerlukan penambahan terapi adjuvan untuk mempercepat perbaikan vili usus, yaitu madu manuka. Belum diketahui apakah madu manuka sebagai terapi adjuvan bisa digunakan untuk terapi pada penderita Shigella. Penelitian ini menggunakan uji eksperimental dengan desain pararel secara in vivo pada tikus Sprague-Dawley dengan mengamati morfologi feses. Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS 20.0 for windows dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa morfologi feses hari ke-1 tidak bermakna secara statistik antar kelompok. Morfologi feses hari ke-3 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka. Morfologi feses hari ke-7 memiliki perbedaan bermakna secara statistik antara kelompok kontrol negatif dibandingkan kelompok kontrol positif, kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok madu manuka, dan kelompok madu manuka sebagai terapi adjuvan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Efektivitas madu manuka sebagai terapi adjuvan dapat terlihat jika diberikan selama 7 hari.

Shigella dysenteriae is a gram-negative bacterium which causes bloody diarrhea in humans. Honey has antimicrobial effect and repairs villi in intestinal epithelial which was destructed by Shigella. Ciprofloxacin could be used to treat dysentery. However, adjuvant therapy is needed for fast repairs villi in intestinal. Manuka honey is not completely known whether could be used as adjuvant therapy for Shigellosis. This in vivo experimental test used Sprague-Dawley rats as animal subject. The feces morphology on first, third, and seventh day were the parameter to measure the effect of therapy. The data were analyzed by SPSS program 20.0 for windows with Kruskal-Wallis test and Mann-Whitney test. The result showed that feces morphology on first day was not statistically significant among groups. The feces morphology on third day had statistically significant between negative control group versus positive control group and Manuka honey group versus positive control group. The feces morphology on seventh day had statistically significant between negative control group versus positive control group, Manuka honey group versus positive control group, Manuka honey as adjuvant therapy versus negative control group. The effect of Manuka honey as adjuvant therapy could be seen if it was given during seven days."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Diare merupakan penyebab ke-13 mortalitas di dunia. Salah satu jenis diare yang merupakan sebuah kegawatdaruratan adalah disentri dengan manifestasi klinis diare yang disertai mukus dan darah. Pengobatan menggunakan siprofloksasin diperkirakan masih memiliki keterbatasan dalam kecepatan penyembuhan pasien dan tatalaksana dari komplikasi disentri. Madu manuka dan madu tualang memiliki efek antiinflamasi secara in vitro sehingga ingin diketahui apakah madu manuka dan madu tualang memiliki efek antiinflamasi pada vili usus akibat Shigelosis. Penelitian eksperimental pararel ini dilakukan pemberian madu sebagai terapi adjuvan berupa madu tualang dan madu manuka secara in vivo pada tikus Sprague Dawley. Jumlah bakteri pada feses (CFU/g) tikus Shigella dysenteriae dihitung dengan menggunakan metode total plate count pada hari ke 1,3, dan 7. Analisis data dilakukan dengan uji Kruskal-Wallis dan Spearman melalui program SPSS 20.0 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara pemeberian madu tualang, madu manuka, serta kontrol positif pada penyembuhan penyakit disentri pada tikus, Diarrhea is the 13th most common cause of mortality in the world. One form of diarrhea which posed as a medical emergency is dysentery presenting with clinical manifestations of diarrhea accompanied by mucus and blood. Treatment using ciprofloxacin is limited in the rate of patient's recovery and management of dysentery's complication. Manuka honey and Tualang honey are known to have anti-inflammatory effect in vitro, however, their anti-inflammatory effect to intestinal villi in Shigellosis have yet to be proven. In this pararel experimental research, both types of honey are administered as the adjuvant therapy in vivo in Sprague Dawley rat. Bacteria count in feces (CFU/g) of mice infected with Shigella dysenteriae was calculated using total plate count method on day 1, 3, and 7. Data analysis was performed with Kruskal-Wallis and Spearman test using SPSS 20.0 for Windows. The result showed no significant statistical difference between the groups administered with manuka honey, tualang honey, and positive control in rat suffering from dysentery.]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Shigella dysenteriae merupakan bakteri Gram negatif penyebab disentri tersering di masyarakat. Belum jelas diketahui apakah madu Manuka yang memiliki sifat antibakteri dapat membantu penyembuhan disentri sebagai terapi adjuvan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu Manuka sebagai terapi adjuvan terhadap jumlah bakteri feses, perubahan perilaku, serta perubahan berat badan pada tikus yang diinduksi Shigella dysenteriae. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan melakukan pengamatan perilaku, penimbangan berat badan, beserta penghitungan jumlah koloni bakteri menggunakan metode Total Plate Count pada hari pertama dan ketiga penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2013-September 2015 di Rumah Kandang Hewan Coba Departemen Farmakologi dan Terapeutik dan Laboratorium Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Data dianalisis menggunakan program SPSS 22.0 for Windows dengan uji One Way Anova pada data berat badan dan uji Kruskall Wallis pada data jumlah bakteri. Hasil menunjukkan bahwa perubahan berat badan dan jumlah bakteri feses pada hewan yang diinduksi bakteri dan diberi terapi adjuvan madu Manuka dibandingkan dengan kelompok kontrol positif dan kelompok kontrol negatif tidak bermakna secara statistik sedangkan perubahan perilaku pada hewan coba tidak dapat ditentukan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa madu Manuka sebagai terapi adjuvan tidak efektif dalam membunuh bakteri golongan Shigella., Shigella dysenteriae is a Gram-negative bacteria which is the most frequent cause of dysentery in humans. It is not yet known whether the antibacterial Manuka honey can help recovery of dysentery as adjuvant therapy. This research is aimed to know the effects of Manuka honey as an adjuvant therapy to fecal bacterial count, as well as behavioral and body weight changes in Shigella dysenteriae induced mice. This research utilizes experimental design by behavioral observation, body weight measurement, and bacterial colony count using Total Plate Count method on first and third day of research. This research was carried out from December 2013 to September 2015 in Animal House of Pharmacology and Therapeutic Department and Laboratorium of Microbiology Department of Faculty of Medicine, University of Indonesia. All retrieved data were analyzed using SPSS 22.0 for Windows using One Way Anova test on body weight data and Kruskall Wallis test on bacterial count data. The results showed that body weight changes and fecal bacterial count in bacteria induced animals treated with Manuka honey as adjuvant therapy compared to positive and negative control group are statistically not significant while behavioral changes on test animals cannot be determined. From these results it can be inferred that Manuka honey as adjuvant therapy is not effective to act against Shigella group bacteria]"
[, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizh Fadhullah
"ABSTRAK
Saat ini, ada banyak produk scrub yang menggunakan mikroplastik sebagai bahan pengikis atau abrasif yang digunakan dalam kosmetik scrub. Setelah pengunaan bahan ini, ia akan masuk ke lingkungan, terutama ke ekosistem laut. Mikroplastik ini akan bercampur dengan plankton dan sedimen, menyebabkan organisme laut menelan partikel tersebut secara tidak sengaja. Hal ini dikarenakan ukuranya yang hamper sama sehingga organisme tersebut tidak dapat membedakan antara mikroplastik tersebut dari makanannya. Permasalahan ini akan semakin berbahaya jika organisme kecil ini dimakan oleh mamalia laut, kura-kura, ikan, burung dan lain-lain yang menyebabkan partikel ini berada di sepanjang rantai makanan, hingga mencapai manusia. Bahan alternatif untuk mikroplastik bisa diambil dari bahan biopolimer. Salah satu bahan alternatif yang bisa digunakan adalah lumpur propolis kering. Setelah memanen sarang lebah, lumpur propolis kering dapat diekstraksi dengan ekstrak etanol dari sarang lebah. Dari hasil penelitian, produk ini memiliki karakteristik fisika dan kimia yang sesuai dengan standar pembuatan scrub. Dari ukuran partikel bahwa lumpur propolis kering memiliki ukuran direntang 138-491 μm serta untuk bentuk partikel terlihat memiliki bentuk yang sama dengan sampel scrub yang bentuknya tidak beraturan. Serta dari karakteristik kimia didapatkan spektrum referensi infrared yang sama dengan senyawa organik dan memiliki gugus fungsi fenolik juga mengandung beberapa elemen kimia Magnesium, Aluminium dan Silikon yang biasa dipakai dan ditambahkan dalam kosmetik. Diharapkan ini akan membantu petani lebah propolis untuk mengatasi masalah mereka yaitu produk lumpur propolis kering yang belum tau penggunaanya dan bisa mengatasi permasalahan mikroplastik yang merusak ekosistem laut.

ABSTRACT
At present, there are many scrub products that use microplastic as abrasive or abrasives used in cosmetic scrubs. After the use of this material, it will enter the environment, especially into the marine ecosystem. This microplastic will mix with plankton and sediment, causing marine organisms to swallow these particles accidentally. This is because the size is almost the same so that the organism cannot distinguish between the microplastic from the food. This problem will be increasingly dangerous if these small organisms are eaten by marine mammals, turtles, fish, birds and others that cause these particles to be along the food chain, reaching humans. Alternative materials for microplastic can be taken from biopolymers. One alternative ingredient that can be used is dry mud propolis. After harvesting the honeycomb, dry mud propolis can be extracted with ethanol extract from the honeycomb. From the results of the study, this product has physical and chemical characteristics that are in accordance with the standards of making scrubs. From the particle size that dry propolis sludge has a range of 138-491 μm and for the shape of the particle it appears to have the same shape with an irregularly shaped scrub sample. As well as from the chemical characteristics found the infrared reference spectrum that is the same as organic compounds and has a phenolic functional group also contains several chemical elements Magnesium, Aluminum and Silicon which are commonly used and added in cosmetics. It is hoped that this will help bee propolis farmers to overcome their problems, namely dry mud propolis products that do not yet know their use and can overcome microplastic problems that damage marine ecosystems."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gissi Novientri
"Transpor oksigen dalam tubuh membutuhkan protein yang memiliki gugus hem. Hemoglobin (Hb), mioglobin (Mb), dan sitoglobin (Cygb) merupakan beberapa hemoprotein yang diketahui berfungsi sebagai transporter oksigen dalam darah, otot, dan jaringan. Oksigen terikat secara kovalen koordinasi pada atom Fe yang berada di gugus hem. Oksidasi pada atom Fe yang terjadi secara spontan, berdampak pada hilangnya fungsi pengikatan oksigen. Enzim metHb reduktase (NADH-diaforase) dan metMb reduktase (NADH-sitokrom b5 reduktase/CYB5R3) telah dikonfirmasi keberadaannya. Namun, sistem redoks Cygb hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Enzim metCygb reduktase dari hati sapi diisolasi menggunakan dapar pelisis yang dilanjutkan dengan purifikasi kromatografi afinitas menggunakan matriks Cibacron-blue. Matriks tersebut dapat memurnikan protein yang memiliki lipatan nukleotida untuk mengikat NADH atau NADPH.
Hasil isolasi dan purifikasi enzim metCygb reduktase dari hati sapi (60,30 kDa) menunjukkan kinetik reduksi metCygb menjadi deoksiCygb yang lebih baik (R2=0,8771) dibandingkan diaforase (30,09 kDa) dari darah sapi (R2=0,1606) dan CYB5R3 rekombinan manusia (R2=0,4013). Analisis perbandingan karakteristik ketiga enzim menggunakan SDS-PAGE, western blot dan sidik peptida dua dimensi menunjukkan metCygb reduktase merupakan enzim yang berbeda dari kedua reduktase lainnya namun diduga memiliki bagian struktur yang serupa dengan diaforase dan CYB5R3. Analisis struktur dengan MALDI-TOF/TOF dan pensejajaran sekuen menunjukkan metCygb reduktase dari hati sapi tidak homolog dengan kedua reduktase lainnya.
Pemodelan molekul menunjukkan bahwa metCygb reduktase memiliki lipatan heme-dependent catalase. Docking enzim dengan hem dan sumber elektron NADH serta NADPH memiliki energi Gibbs bernilai negatif yang mengindikasikan kestabilan kompleks yang baik dan pengikatan ligan secara spontan. Disimpulkan bahwa metCygb reduktase merupakan enzim baru yang tentatif disebut sebagai NADPH-metCygb oksidoreduktase.

Oxygen transport in the body requires proteins that have hem groups. Hemoglobin (Hb), myoglobin (Mb), and cytoglobin (Cygb) are hemoproteins that known as oxygen transporters in blood, muscles, and tissues. Oxygen is coordination-covalently bonded to the Fe atom in the hem group. Oxidation of the Fe atom has an impact on the loss of the oxygen binding function. MetHb reductase (NADH-diaphorase) and metMb reductase (NADH-cytochrome b5 reductase/ CYB5R3) have been confirmed. However, the Cygb redox system is not yet known with certainty. MetCygb reductase from bovine liver was isolated using a lysis buffer followed by affinity chromatography purification using the Cibacron-blue matrix. The matrix can purify proteins that have nucleotide folds to bind NADH or NADPH.
The results of the isolation and purification of the metCygb reductase enzyme from bovine liver (MW=60.30 kDa) showed better reduction kinetic metCygb to deoxyCygb (R2=0.8771) than diaphorase (MW=30.09 kDa) from bovine blood (R2=0.1606) and human recombinant CYB5R3 (R2=0.4013). Comparative analysis of the reductase characteristics using SDS-PAGE, western blot and 2D peptide fingerprinting shows that metCygb reductase is an enzyme that is different from the other two reductases but is thought to have a similar structure to diaphorase and CYB5R3. Structural analysis with MALDI-TOF/TOF and sequences alignment showed that metCygb reductase from bovine liver was not homologous with the other two reductases.
Molecular modeling shows that metCygb reductase has a heme-dependent catalase fold. Docking enzymes with hem groups and electron sources (NADH and NADPH) have negative Gibbs energy which indicates good complex stability and spontaneous ligand binding. It was concluded that metCygb reductase is a new enzyme tentatively referred to as NADPH-metCygb oxidoreductase.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>