Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1698 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Arianto
"Pendahuluan dan tujuan: Salah satu penyebab terbanyak seorang pria dapat
mengalami infertilitas apabila ditinjau dari sisi genetik adalah sindrom Klinefelter dan mikrodelesi regio AZF. Berdasarkan studi sebelumnya, pasien dengan mikrodelesi AZFa dan AZFb tidak direkomendasikan untuk menjalani prosedur ekstraksi sperma.
Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk menentukan korelasi antara mikrodelesi kromosom Y untuk memprediksi hasil ekstraksi sperma pada pasien dengan azoospermia.
Metode: Studi dilakukan secara retrospektif degan total sampel sebanyak 93 pasien infertilitas dengan azoospermia yang datang ke klinik sejak April 2017 hingga April 2020. Semua pasien menjalani ekstraksi sperma, pengukuran ukuran testis, analisa hormon dan analisa mikrodelesi kromosom Y. Hasil dari ekstraksi sperma akan dihubungkan dengan hasil mikrodelesi pasien. Semua data diolah dengan aplikasi SPSS versi 23.0 dan dilakukan dengan analisa chi-square.
Hasil: Ekstraksi sperma dilakukan dengan teknik aspirasi (PESA) atau ekstraksi
langsung dari testis (TESE). Hasil analisa mikrodelesi menunjukkan adanya 67 pasien negatif, 15 mengalami mikrodelesi AZFa (14 parsial dan 1 komplit), 3 mikrodelesi AZFb (2 parsial dan 1 komplit), 3 mikrodelesi AZFc komplit, dan 5 pasien mengalami mikrodelesi kombinasi. Diantara semua ini, terdapat 9 pasien dengan mikrodelesi berhasil ditemukan sperma saat ekstraksi, sementara terdapat 33 pasien yang berhasil diekstraksi diantara kelompok tanpa mikrodelesi. Analisa statistik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara status mikrodelesi dengan keberhasilan ekstraksi sperma (p=0.203).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan signifikan antara pasien dengan mikrodelesi
dengan yang tidak mengalami mikrodelesi dalam hal keberhasilan ekstraksi sperma.
Meskipun begitu, studi ini adalah studi baru dengan jumlah populasi yang masih
terbatas.

Introduction and objectives: The most common genetic cause among men infertility
are Klinefelter syndrome and microdeletion of AZF region. Based on previous studies,
patients with AZFa and AZFb microdeletion are not recommended to undergo any
kinds of surgical sperm retrieval (SR) procedures. Hereby, we analyze the correlation
between Y-chromosome microdeletion to predict surgical sperm-retrieval outcome in
men with azoospermia.
Methods: This retrospective study included a total sampling of 93 infertile men with
azoospermia from April 2017 – April 2020. All subjects underwent surgical spermretrieval
procedures, testicular diameter measurement, hormonal analysis, and Ychromosome
microdeletion analysis. The result of surgical sperm retrieval in each
subject was compared to their Y-chromosome microdeletion findings. All of the
obtained data was evaluated using SPSS ver. 23.0. Analysis of relations was done with
Chi Square test.
Results: Surgical SR was done with either percutaneous epididymal sperm aspiration
(PESA) or testicular sperm extraction (TESE). From the Y chromosome microdeletion
analysis: 67 patients had no microdeletion, 15 AZFa microdeletion (14 partial and 1
complete deletion), 3 AZFb microdeletion (2 partial and 1 complete deletion), 3
complete AZFc microdeletion, and 5 patients with combinations of several AZF
microdeletions. Among these, 9 patients with microdeletion had a successful sperm
retrieval, compared with 33 successful sperm retrieval in normal patient group.
Statistical analysis showed there was no significant relations of Y chromosome
microdeletion status with surgical SR success (p=0.203).
Conclusion: In surgical SR, there was no significant difference in sperm retrieval status
between patients with Y chromosome microdeletion and those with no microdeletion.
Nevertheless, our study was a novel study with small number of study population
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Citrawati
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Kasus infertilitas dijumpai pada l0%-15% pasangan suami istri dan 50% kasus disebabkan oleh faktor pria. Salah satu penyebab infertilitas pria adalah faktor genetis yang menimbulkan gangguan kualitatif maupun kuantitatif produksi sperms. Kemajuan biologi molek-uler mengungkap adanya gen Azoospermic Factor (AZF) pada lengan panjang kromosom Y dengan tiga subregio yaitu AZFa, AZFb, dan AZFc yang diduga berperan pada proses spermatogenesis. Masingmasing subregio memiliki gen kandidat diantaranya adalah RBMY I dan DAZ. Frekuensi mikrodelesi lengan panjang kromosom Y berkisar l%-55%, paling sering ditemukan pada pria azoospermia. Penelitian mengenai mikrodelesi kromosom Y ini semakin pesat bersamaan dengan kemajuan teknologi reproduksi berbantuan yang memungkinkan beberapa pria infertil memiliki keturunan dengan metode Intrarytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Teknik ICSI memungkinkan adanya transmisi kelainan genetis pada keturunan laki-laki. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan mikrodelesi kromosom Y untuk menghindarkan terjadinya transmisi tersebut. Pemeriksaan mikrodelesi kromosom Y dilakukan dengan metode PCR menggunakan enam Sequence Tagged Sites (STS) pada 35 pria azoospermia, dan kelompok kontrol yang terdiri dan 10 pria normozoospermia sebagai kontrol positif, dan delapan wanita fertil sebagai kontrol negatif. Hasil PCR dielektroforesis pada gel agarosa 2% untuk melihat ada tidaknya pita spesifik untuk mendeteksi mikrodelesi pada sekuen tertentu.
Hasil dan Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan dua dari 35 pria azoosperrnia yang mengalami mikrodelesi pada kromosom Y. Hasil pengujian dengan menggunakan enam STS menunjukkan delesi pada STS sY84 (subregio AZFa), RBMYI (subregio AZFb), dan sY254 serta sY255 (subregio AZFc). Frekuensi delesi pada penelitian ini adalah 5,7% dan masih dalam kisaran 1%-55% dengan lokasi delesi pada 3 subregio (2,8% pads AZFa+AZFb, dan 2,8% pada AZFc).

Background : Infertility affects l0% - 15% couples attempting pregnancy and 50% of these cases are caused by male factor, Male infertility factors involve qualitative and quantitative defect of sperm production, which some of them can be ascribed a genetic aetiology. Recent molecular biology studies found Azoospermic Factor (AZF) genes on long arm of Y chromosome which divided into three subregions : AZFa, AZFb, and AZFc which seem required for physiologic spermatogenesis. Each subregion has candidate genes, among them are: RBMY1 and DAZ. Incidence of Y chromosome microdeletion varies from I% to 55% and most of them related to azoospermia. Studies of Y chromosome microdeletion develop as the assisted reproduction technology does, which possible several infertile male to have offsprings by Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) method. This technique could transmit the genetic defect to male offsprings. Screening for Y chromosome microdeletion is important to avoid this kind of transmission. The study uses PCR method with six Sequence Tagged Sites (STS) on DNA of 35 azoospermic men, and as control groups: l0 normozoosperrnic men, and eight fertile women and then continue by 2% agarose electrophoresis to find out the presence of microdeletion at certain sequence.
Results and conclusions : This study found two of 35 azoospermic men with Y chromosome microdeletion. By using six STS, deletions were found in STS sY84 (AZFa subregion), RBMY1 (AZFb subregion), and sY254-sY255 (AZFc subregion). Microdeletion incidence (5,7%) is still in average range of I%55% and located in three different subregions (2,8% in AZFa+AZFb subregions, and 2,8% in AZFc subregion).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Fauziah
"Ruang lingkup dan cara penelitian : Perkembangan di bidang biologi molekuler mendeterminasi bahwa mikrodelesi kromosom Y merupakan penyebab penting pada infertilitas pria dan merupakan penyebab genetik kedua yang paling sering terjadi pada pria infertil. Region azoospermic Factor (AZF) dengan 3 subregion (AZFa,AZFb,AZFc) pada Ygll diduga berpengaruh terhadap gangguan spermatogenesis. Kandidat potensial AZF adalah RBMYI dan DAZ yang memiliki implikasi pada metabolisme testis-specifk RNA. Pada tahun 1998 Vogt dkk mendeteksi adanya protein DAZ pada spermatid dan ekor spermatozoa, dan dengan menggunakan teknik pewarnaan imunologi, Habermann dkk. memperlihatkan bahwa protein DAZ terutama terdapat pada spermatid dan ekor spermatozoa. Mereka juga menduga bahwa delesi gen DAZ tampaknya tidak mengganggu pematangan spenna tetapi menyebabkan penurunan bertingkat spenna matang. Pada spermatozoa yang belum matang, memiliki kemampuan menghasilkan energi yang Iebih sedikit sehingga menyebabkan motilitas yang kurang baik. Hal ini memunculkan pertanyaan apakah pada pria astenozoospermia terdapat delesi pada gen DAZ?. Frekuensi delesi pada lengan panjang kromosom Y (Yq) pada pasien pria infertil bervariasi antara 1-55% tergantung pada kriteria seleksi pasien. Di Indonesia, frekwensi mikrodelesi kromosom Y yang ditemukan dart 35 pria azoospermia adalah 5,7%, dari 50 pria oligozoospermia adalah 2% dan dari 50 pria OAT adalah 2%. Delesi ditemukan pada ketiga subregion. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi mikrodelesi kromosom Y pada pria astenozoospermia dan untuk mengetahui pola delesi yang mungkin timbul pada 3 subregion tersebut. Penelitian ini menggunakan metode PCR menggunakan 6 STS (sequence-tagged sites) pada 50 pria astenozoospermia, 10 pria norrnozoospermia (kontrol positif), dan 8 wanita memiliki anak (kontrol negatif). Hasil PCR kemudian dielektroforesis pada gel agarose 2% untuk melihat ada tidaknya delesi yang ditunjukkan dengan ada tidaknya pita spesifik dengan ukuran tertentu. Beberapa basil PCR disekuensing untuk konfirmasi ketepatan lokus yang diamplifikasi.
Hasil dan kesimpulan : Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya mikrodelesi kromosom Y pada 50 pria astenozoospermia di Indonesia.

Scope and methods of study : The rapid growth of molecular biology has determined that microdeletions of the Y chromosome represent an important cause of male infertility, and the second most frequent genetic cause of male infertility. The AZF region has 3 non overlapping subregion AZFa,AZFb, and AZFc which are required for normal spermatogenesis. Two potential AZF candidates, RBMY1 and DAZ have been implicated in testis specific RNA metabolism. In I998 Vogt et al detection of DAZ proteins in late spermatids and sperma tails. Haberrnann et al used immunology staining technic detection DAZ genes encode proteins located in human late spermatids and in sperm tails. DAZ gene deletion cause decrease the sperm mature, and impairs motility by reducing the production or transfer of respiratory energy. It make the question what deletion in the DAZ gene can we found in astenozoospermic men ?. The incidence of Y microdeletions has varied widely ; from 1% to 55% depends on the selection criteria of the patients. In Indonesian incidence of Y microdeletion is 5,7% from 35 azoospermic men, 2% from 50 oligozoospermic men and 2% from OAT men. Location of deletion was in the AZFa, AZFb and AZFc. The aim of this study is to determine the frequency and the three loci of Y chromosome microdeletions in astenozoospermic men. The study include DNA isolation from peripheral blood of 50 astenozoospermic men, 10 normozoospermic men, and 8 Indonesian women. We used PCR-based Y chromosome screening with 6 STS for microdeletions, and then continued with agarose electrophoresis. One sample from each STS was sequenced to confirm the exact loci.
Result and conclusion : This study not found men containing Y microdeletion from 50 Indonesian astenozoospermic men.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T55744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Tri Prasetyo
"Varikokel telah terbukti mempengaruhi kualitas sperma. Namun, efek operasi varikokel terhadap tingkat keberhasilan pengambilan sperma melalui pembedahan dan pola histopatologi testis pada pria dengan azoospermia nonobstruktif belum banyak dilaporkan. Penelitian retrospektif ini bertujuan untuk menginvestigasi tingkat keberhasilan pengambilan sperma dengan teknik operasi dan pola histopatologi testis pada pria dengan azoospermia nonobstruktif yang dirujuk ke Klinik Urologi di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (Jakarta, Indonesia) dan Rumah Sakit Umum Bunda (Jakarta, Indonesia) pada periode Januari 2009 hingga Desember 2019. Subjek yang dibandingkan adalah pasien yang menjalani prosedur pengambilan sperma melalui pembedahan tidak lebih awal dari tiga bulan setelah operasi varikokel dan pasien yang tidak menjalani operasi varikokel melainkan langsung menjalani prosedur pengambilan sperma melalui pembedahan. Penelitian ini melibatkan 104 subjek dengan rentang usia 26-54 tahun, 42 di antaranya telah menjalani operasi varikokel sebelum prosedur pengambilan sperma. Spermatozoa motil ditemukan pada 29 (69,1%) pasien yang menjalani operasi varikokel dan 17 (27,4%) pasien yang langsung menjalani prosedur pengambilan sperma melalui pembedahan (risiko relatif: 2,51; interval kepercayaan 95%: 1,60±3,96; P < 0,001). Grafik probabilitas yang diprediksi menunjukkan tingkat keberhasilan prosedur pengambilan sperma yang lebih tinggi secara konsisten untuk subjek yang menjalani operasi varikokel terlebih dahulu. Pasien yang menjalani operasi varikokel menunjukkan pola histopatologi testis yang lebih baik (P = 0,001). Kesimpulan penelitian ini adalah pria dengan azoospermia nonobstruktif dan varikokel klinis yang menjalani operasi varikokel memiliki tingkat keberhasilan pengambilan sperma yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak menjalani operasi varikokel.

Varicocele adversely affects semen parameters. However, the effect of varicocele repair on the sperm retrieval rate and testicular histopathological patterns in men with nonobstructive azoospermia has not been widely reported. We retrospectively assessed the sperm retrieval rates and testicular histopathological patterns in men with nonobstructive azoospermia who were referred to the Urology Clinic in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (Jakarta, Indonesia) and Bunda General Hospital (Jakarta, Indonesia) between January 2009 and December 2019. We compared patients who had undergone a surgical sperm retrieval procedure for assisted reproductive technology no earlier than three months after varicocele repair and those who had not undergone varicocele repair. The study included 104 patients (age range: 26±54 years), 42 of whom had undergone varicocele repair before the sperm retrieval procedure and 62 who had not. Motile spermatozoa were found in 29 (69.1%) and 17 (27.4%) patients who had undergone varicocele repair before the sperm retrieval procedure and those who had not undergone the repair, respectively (relative risk: 2.51; 95% confidence interval: 1.60± 3.96; P < 0.001). A predicted probabilities graph showed consistently higher sperm retrieval rates for patients with varicocele repair, regardless of their follicle-stimulating hormone levels. Patients who underwent varicocele repair showed higher testicular histopathological patterns (P = 0.001). In conclusion, men with nonobstructive azoospermia and clinical varicocele who underwent varicocele repair before the sperm retrieval procedure had higher sperm retrieval rates compared to those who did not undergo varicocele repair"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhriti Chandru Bhavnani
"Latar Belakang: Kasus infeksi HIV-1 terus meningkat di dunia dan di Indonesia setiap tahunnya. Diperkirakan 5,8 juta orang hidup dengan HIV dan 640.000 di antaranya tinggal di Indonesia. Dalam beberapa dekade terakhir, HIV telah dikendalikan karena terapi antiretroviral (ART) seumur hidup yang efektif. Oleh karena itu, ada peningkatan dalam keinginan untuk memiliki anak kandung terutama pada pasien yang berada pada usia reproduksi yang prima. HIV-1 dan ART telah dikaitkan dengan infertilitas terutama akibat stress oksidatif yang dapat menganggu pematangan kromatin sperma. Pematangan kromatin sperma merupakan proses penting dimana protein histon yang berkaitan dengan DNA sperma digantikan oleh protamin dan membuatnya jauh lebih padat dibandingkan sel somatik, untuk memastikan bahwa informasi genetik ayah diturunkan dengan aman dari generasi ke generasi. Abnormalitas dalam proses ini telah dikaitkan dengan infertilitas, aborsi berulang, peningkatan risiko kelainan kongenital, perkembangan dan pembentukan embrio yang buruk serta kelahiran anak yang tidak sehat. Oleh karena itu, pematangan kromatin sperma dapat digunakan sebagai parameter untuk menilai infertilitas pada laki-laki. Penggunaan pematangan kromatin sperma untuk mempredisi hasil fertilitas pada laki-laki HIV-1 positif di Indonesia masih kurang, meskipun dapat menjadi alat diagnostic yang baik untuk menilai kesuburan dan memberikan informasi yang tidak dapat diperoleh dengan analisis sperma sederhana (konsentrasi, motilitas dan morfologi).
Metode: Sampel sperma akan diperoleh dari 36 subjek, dengan 18 subjek positif HIV dan 18 subjek kontrol dengan HIV seronegative. Sampel kemudian diapuskan pada kaca objek dan dilakukan pewarnaan sesuai petunjuk dari SpermFunc® Histone kit for determination of the maturity of spermatozoan nucleoprotein (Aniline Blue Staining Method). Slide kemudian akan diamati di bawah mikroskop cahaya dan jumlah inti sperma yang diwarnai biru (belum matang) dan diwarnai merah-ungu (matang) akan dihitung dalam 100 sperma.
Hasil: Terdapat perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok HIV dan Non-HIV (p<0,05). Kelompok subjek HIV memiliki proporsi/persentase pematangan sperma yang tergolong buruk (AB<87%) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Kesimpulan: Terjadi penurunan pematangan kromatin sperma pada kelompok subjek HIV dibandingkan dengan kontrol yang mungkin disebabkan oleh stres oksidatif, hal ini dapat mempengaruhi kesuburan pada laki-laki HIV-1 positif.

Introduction: HIV-1 infection cases continue to rise globally and in Indonesia each year. It is estimated that 5.8 million people are living with HIV and of those, 640,000 are living in Indonesia. However, HIV have been declared manageable in the past few decades due to the effective lifelong highly active antiretroviral therapy (HAART). Hence, there is an increased desire to have biological children especially in patients who are at a prime reproductive age. HIV-1 and the use of antiretroviral therapy have been linked to infertility mainly as a result of oxidative stress which can disrupt sperm chromatin maturation. Sperm chromatin maturation is a process wherein histone proteins which coils with sperm DNA are replaced by protamine and make it much more compact than somatic cells to ensure that paternal genetic information is safely transferred through generations. Abnormality in this process have been linked to infertility, recurrent abortion, increased risk for congenital abnormalities, poor development and sustenance of embryo as well as the birth of an unhealthy offspring. Hence, sperm chromatin maturation can be used as a parameter to asses male infertility. The use of sperm chromatin maturation to predict fertility outcomes in HIV-1 positive men in Indonesia have been lacking, even though it can be an imperative tool to assess fertility and sperm viability which cannot be obtained from a simple semen analysis (concentration, motility and morphology). Method: Semen samples were taken from 36 subjects, with 18 subjects positive for HIV and 18 subjects as control with seronegative HIV. These samples are then smeared on object glass and stained according to the instructions of the SpermFunc® Histone kit for determination of the maturity of spermatozoan nucleoprotein (Aniline Blue Staining Method). These stained slides will then be observed under the light microscope and number of red-purple stained (mature) and dark blue stained (immature) sperm nuclei will be calculated from 100 sperm. Results: There was a significant statistical difference between HIV and Non-HIV/control group (p<0.05). HIV subject group had a higher proportion of sperm maturation percentage which was classified as poor (AB<87%) in comparison to control group. Conclusion: There is a decreased sperm chromatin maturation in HIV subject group in comparison to control which may be caused by oxidative stress and this may affect fertility in HIV-1 positive men. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohan Kinsky
"Gen-gen yang penting dalam spermatogenesis telah dipetakan pada beberapa regio kromosom Y dan dinamakan AZF. Mikrodelesi AZF menghilangkan kandidat gen yang berperan pada spermatogenesis, menyebabkan kondisi oligozoospermia. Penelitian pada beberapa negara menunjukkan kecenderungan mikrodelesi AZF dipengaruhi faktor ras dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi serta kandidat gen yang paling sering mengalami mikrodelesi pada pria oligozoospermia di Jakarta. Desain penelitian ini deskriptif potong lintang molekuler, memeriksa beberapa regio AZF dengan PCR menggunakan STS spesifik. Dari penelitian ini, frekuensi mikrodelesi AZF pria oligozoospermia sebesar 4,3%. Sementara kandidat gen yang paling sering mengalami mikrodelesi dideteksi oleh STS sY239 dan sY1196.

Genes important to spermatogenesis on Y chromosome have been mapped and named AZF. Microdeletion in these regions remove genes candidate, causing oligozoospermic state. Studies in many countries showing tendencies that AZF microdeletions affected by race and environmental factors. The objective of this study is to know AZF regions microdeletions frequentation and genes candidate experiencing most microdeletion in oligozoospermic male in Jakarta. This study uses molecular descriptive cross sectional design, examining AZF using PCR with some specific STS. The result of this study reveals AZF microdeletions frequentation in oligozoospermic male is 4,3%. Genes candidates most often experiencing microdeletion are sY239 and sY1196 in oligozoospermic men and sY1196 in azoospermic men."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S09133fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Most of male infertility are caused by defect in sperm motility (asthenozoospermia). The molecular mechanism of low sperm motility in asthenozoospermic patients has not been fully understood. Sperm motility is strongly related to the axoneme structure which is composed of microtubules and supported by outer dense fiber (ODF) and fibrous sheath (FS) protein. The objective of this study was to characterize the ODF (ODF1 and ODF2) expression in asthenozoospermic infertile male and control normozoospermic fertile male. Asthenozoospermic samples (n=18) were collected from infertile patients at andrology lab, Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta and control were taken from normozoospermic fertile donor (n=18). After motility analyses by computer assisted sperm analysis (CASA), semen were divided into two parts, for Western blot and for immunocytochemistry analysis. Antibody against ODF1 and ODF2 protein were used in both analyses. Analysis of ODF1 protein expression showed bands with molecular weight of -30 kDa and ODF2 -85 kDa. The mean band intensity of ODF1 and ODF2 protein were lower in the asthenozoospermic group (AG) compared to normozoospermic group (NG). Moreover, both ODF proteins were less intense and less localized in the AG than NG. Sperm motility was lower in AG, compared to control NG, i.e.average path velocity (VAP) = 32.07 +-7.03 vs 37.58 +-8.73=0.455; straight line velocity (VCL) = 45.68+-7.91 vs 55.55 +-16.40 p=0.099. There is down-regulation of ODF1 and ODF2 protein expression and less-compact localization in AG sperm compared to the NG. These changes might have caused disturbances in the sperm motility as observed in this study."
UI-MJI 24:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ericko Christopher
"ABSTRAK
Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan asam amino glutamin dan agen pengkelat EDTA (asam etilen diamin tetraasetat) dalam larutan Tris-buffer pada integritas DNA dan morfometri kepala spermatozoa sapi Friesian Holstein (Boss taurus) pascabeku. Semen dikumpulkan seminggu sekali untuk enam minggu. Sampel semen diencerkan dengan pengencer tris-buffer dan ditambah asam amino glutamin dan EDTA. Kelompok perlakuan dibagi menjadi empat grup hanya berisi larutan penyangga Tris (KK), grup larutan penyangga Tris dengan penambahan EDTA (KP1), kelompok larutan penyangga Tris dengan penambahan asam amino glutamin (KP2), dan kelompok larutan penyangga Tris dengan penambahan EDTA dan asam amino glutamin (KP3). Hasil integritas DNA spermatozoa sapi Friesian
Holstein (Bos taurus) setelah pengeringan beku pada semua perlakuan stabil 100% dan tidak rusak. Hasil analisis varians (ANAVA) menunjukkan bahwa pemberian asam amino glutamin dan EDTA pada morfometri kepala spermatozoa Sapi Friesian Holstein (Bos taurus) pasca pengeringan beku pada semua perlakuan antara kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P > 0,05). Hasil analisis
membran plasma utuh sperma menunjukkan penambahan kombinasi asam amino amino glutamin dan EDTA memiliki efek signifikan dalam menjaga membran membrane plasma (P < 0,05).
ABSTRACT
This study was conducted to determine the effect of adding the amino acid glutamine and the chelating agent EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid) in Tris-buffer solution on DNA integrity and sperm head morphometry of Friesian Holstein cattle (Boss taurus) post-frozen. Semen is collected once a week for six weeks. The semen sample was diluted with tris-buffer diluent and the amino acids glutamine and EDTA were added. The treatment group was divided into four groups containing only Tris buffer solution (KK), Tris buffer solution group with the addition of EDTA (KP1), Tris buffer solution group with the addition of amino acid glutamine (KP2), and Tris buffer solution group with the addition of EDTA and amino acids. glutamine (KP3). Friesian bovine spermatozoa DNA integrity results
Holstein (Bos taurus) after freeze drying in all treatments was 100% stable and undamaged. The results of the analysis of variance (ANOVA) showed that the administration of amino acids glutamine and EDTA to the spermatozoa head morphometry of Holstein Friesian Cattle (Bos taurus) after freeze drying in all treatments between the two groups did not show a significant difference (P > 0.05). Analysis result
intact plasma membrane of sperm showed that the addition of the amino acid combination of glutamine and EDTA had a significant effect in maintaining the plasma membrane (P < 0.05)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiwarman, supervisor
"Aim: to detect Y-chromosomal microdeletion in Indonesian men with azoospermia or severe oligozoospermia using multiplex PCR. Methods: we performed 2 multiplex PCR amplifications of the Azoospermia Factor (AZF) region in 71 men. Criteria for including a patient were fulfilled if they presented with azoospermia or severe oligozoospermia, with or without additional abnormalities of sperm motility or of head morphology, raised or normal levels of FSH, normal levels of LH and testosterone, and with no evidence of testicular tumors or other abnormalities. Five men participated as control persons. Results: partial deletion of AZFa was found in 11 men (15.49%), complete deletion of AZFb in 1 man (1.4%), and complete deletion of AZFc in 1 man (1.4%). The unspecific type of deletion was also detected, including the DBY gene in 2 men (2.81%), and partial deletion of both AZFa and AZFb in 2 men (2.81%). No AZF deletion was observed in the control probands. Related to the type of deletion, the AZFa and AZFb deletion showed spermatogenesis arrest in most tubules, while deletion of the DBY gene is associated with the sertoli cell only (SCO) syndrome. Conclusion: the frequency of partial deletion of AZFa was found to be relatively high in our center. The type of deletion is associated with the testicular histology.

Tujuan: mendeteksi mikrodelesi kromosom Y pada pria dengan azoospermia atau oligozoospermia berat menggunakan multipleks PCR. Metode: kami menggunakan 2 multipleks PCR untuk mengamplifikasi regio AZF pada 71 pria. Kriteria inklusi adalah pria azoospermia atau oligozoospermia berat, dengan atau tanpa kelainan motilitas atau morfologi sperma, FSH meningkat atau normal, LH dan testosteron normal, dan tidak ada tumor testis atau kelainan lainnya. Lima pria normal berpartisipasi sebagai kontrol. Hasil: delesi parsial AZFa ditemukan pada 11 pria (15,49%), delesi komplit AZFb pada 1 pria (1,4%), dan delesi komplit AZFc pada 1 pria (1,4%). Tipe delesi tidak spesifik juga terdeteksi, yaitu delesi gen DBY pada 2 pria (2.81%), dan delesi parsial AZFa dan AZFb pada dua pria (2.81%). Pada pria kontrol tidak ditemukan delesi. Tipe delesi AZFa dan AZFb menunjukkan gangguan spermatogenesis pada sebagian tubulus, yaitu spermatogenesis berhenti pada fase spermatosit, sedangkan delesi gen DBY menunjukkan gambaran sel sertoli saja (SCO) pada semua tubulus. Kesimpulan: frekuensi delesi parsial AZFa relatif tinggi pada penelitian ini. Tipe delesi menunjukkan gambaran gangguan spermatogenesis yang berbeda pada histopatologi testis."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2017
610 UI-IJIM 49:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi terhadap tanaman yang berpengaruh terhadap proses reproduksi masih menjadi skala prioritas. Salah satunya adalah Kola (Cola nitida), yang dikenal mempunyai efek stimulan. Telah dilakukan studi untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun Kola terhadap viabilitas, motilitas dan integritas membran spermatozoa manusia in vitro. Sampel sperma diperoleh dari 20 orang pria dengan kategori normozoospermia. Sampel semen dibagi menjadi 1 kelompok kontrol ( kontrol negatif) dan 2 kelompok perlakuan dengan ekstrak daun Kola (0.05% dan 0.025%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Kola tidak berpengaruh terhadap viabilitas spermatozoa tetapi secara bermakna meningkatkan motilitas dan integritas membran spermatozoa (p<0.05). Hasil ini mengindikasikan bahwa ekstrak daun Kola berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa manusia in vitro."
610 JKY 21:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>