Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18823 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adinda Franky Nelwan
"Konsep Ketahanan Energi (KE) dalam konteks pengendalian sistem energi suatu negara, telah berkembang divergen. Divergensi/keragaman itu, dikarenakan KE bersifat multidisipliner, multiperspektip dan multidimensional. Dilatari kenyataan itu, maka permasalahan riset ini adalah konsep KE integralistik. Yaitu suatu konsep sintesis yang memadukan keragaman konsep KE, dan dari konsep itu dapat dihasilkan suatu metoda kwantifikasi/pengukuran KE. Dengan kata lain, tujuan riset ini adalah mengembangkan metoda pengukuran KE yang integralistik. Untuk mencapai tujuan riset itu, metode riset diawali dengan pemeriksaan epistemologis terhadap istilah Ketahanan Energi, untuk mendapatkan makna ontologis. Akhirnya dihasilkan kesimpulan bahwa ‘obyek materia’ KE pada intinya adalah mengenai energi, peralatan, manusia dan ekosistem [EPME]. Setelah itu, dilakukan proses unifikasi 4 elemen tersebut. Suatu proses yang dilakukan menggunakan perspektif Teknologi dan Ekologi. Hasilnya diperoleh suatu formula kwantifikasi yang menghasilkan suatu angka indeks KE (Qes) dan satuan [Esse]. Formula tersebut kemudian diterapkan untuk mengukur KE daripada 10 negara berpenduduk terbanyak di dunia dari tahun 1990 sampai 2015. Hasilnya menunjukkan perubahan peringkat yang cukup dinamis, dan akhirnya pada tahun 2015 posisi ranking sbb.: Rusia (1.965 [Esse]), AS (1.529 [Esse]), Jepang (827 [Esse]), Brasil (564 [Esse]), Cina (302 [Esse]), Indonesia (173 [Esse])), India (126 [Esse]), Nigeria (108 [Esse]), Pakistan (88 [Esse]), dan Bangladesh (36 [Esse]). Sebagai justifikasi, hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan hasil riset lainnya yang relevan dan kredibel. Justifikasi pertama, Qes dibandingkan dengan indikator kekuatan negara. Menghasilkan koefisien korelasi Pearson yang sangat kuat. Hasil ini, koheren dengan kenyataan bahwa Ketahanan Energi terkait erat dengan Kekuatan Negara. Justifikasi kedua, Qes dibandingkan dengan indeks Ketahanan Energi hasil riset peneliti kredibel lainnya. Menghasilkan koefisien korelasi Spearman yang moderat sampai kuat. Dengan demikian sudah layak dinyatakan bahwa Konsep EPME layak diterima sebagai Teori Baru. Teori itu berkontribusi pada peningkatan posisi epistemologis Ketahanan Energi dari ‘pengetahuan’ menjadi ‘ilmu baru’, yaitu: Ilmu Ketahanan Energi.

The concept of Energy Security (ES) in the context of controlling a country's energy system has been developing divergent. This divergence/diversity is due to the multidisciplinary, multi-perspective, and multidimensional nature of ES. Due to this fact, the problem of this research is the concept of integrated ES. It is a synthesis concept that combines the various concepts of ES, and from that concept, a quantification/measurement method of ES can be generated. In other words, this research aim is to develop an integrated ES measurement method. To achieve this research objective, the research method begins with an epistemological examination of the term Energy Security, to obtain an ontological meaning. Finally, the conclusion is that ES 'material objects' are essentially about energy, equipment, people, and ecosystems [EPME]. After that, the 4 elements unification process is carried out. A process carried out using a Technology and Ecology perspective. The result is a quantification formula that produces an index number ES (Qes) and units [Esse]. The formula is then applied to measure the ES of the 10 most populous nations in the world from 1990 to 2015. The results show a fairly dynamic change in ranking, and finally in 2015 the ranking position is as follows: Russia (1,965 [Esse]), USA (1,529 [ Esse]), Japan (827 [Esse]), Brazil (564 [Esse]), China (302 [Esse]), Indonesia (173 [Esse])), India (126 [Esse]), Nigeria (108 [Esse ]), Pakistan (88 [Esse]), and Bangladesh (36 [Esse]). All numbers in parentheses have the unit [Esse] which is an acronym for Energy Security for Sustainable Earth. Esse is a new unit and has an abstract dimension. As justification, the measurement results are then compared with other relevant and credible research results. The first justification, Qes is compared with the national power indicator. Produces a very strong Pearson correlation coefficient. This result is coherent with the fact that Energy Security is closely related to Nation Power. The second justification, Qes is compared with the Energy Security index of research results from other credible researchers. Produces moderate to strong Spearman correlation coefficients. Thus, it is proper to state that the EPME Concept deserves to be accepted as a New Theory. The theory contributes to the elevation of the epistemological position of Energy Security from 'knowledge' to 'new science', namely: Energy Security Science."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arshie Ramadhani
"Konsep keamanan energi bersifat kontekstual dan dapat memiliki makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Terkait dengan hal tersebut, tulisan ini berusaha mengkaji perkembangan literatur mengenai konsep keamanan energi dari waktu ke waktu. Tulisan ini kemudian akan mengelompokkan literatur-literatur tersebut dengan menggunakan metode kronologi ke dalam tiga periode berbeda, yaitu periode 1970-1990, 2000-2010 dan pasca 2010. Dari pengelompokkan tersebut, terlihat bahwa terjadi perluasan tema dalam definisi konsep keamanan energi yang awalnya terkait dengan tema ketersediaan dan harga menjadi mencakup tema infrastruktur, lingkungan, dampak sosial, efisiensi, tata kelola dan kebijakan publik, dan sebagainya. Hal ini kemudian menimbulkan perdebatan mengenai apakah konsep keamanan energi perlu diperluas untuk mengakomodasi munculnya tantangan-tantangan baru atau tetap dibatasi agar keamanan tidak kehilangan maknanya. Penulis berargumen bahwa pendefinisan keamanan energi harus tetap dilekatkan dengan definisi keamanan, ldquo;survival in the face of existential threat, rdquo;agar konsep keamanan itu sendiri tidak kehilangan fokusnya. Dengan menggunakan perspektif kontekstual dan variasi konseptual dari waktu ke waktu, tulisan ini diharapkan dapat menghadirkan perdebatan teoretis mengenai bagaimana isu energi dapat menjadi isu keamanan serta memberikan kontribusi berupa pemetaan konsep keamanan energi sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan energi.

Concept Energy security concept is contextual and understood in different ways in different context. This paper examines the development of the literatures of energy security. Using chronological method of organization, this paper classifies the literatures into three different periods 1970 1990, 2000 2010, and post 2010. From this classification, it is found that there is a proliferation of themes in the definition of energy security concept. The concept has expanded from what was initially limited to availability and affordable price, to include themes such as infrastructures, environment, social impacts, efficiency, governance and public policy. This raises a debate as to whether the energy security concept need to be broadened to accomodate the emergence of new challenges or to remain limited in definition so that it would not lose its meaning. This paper then further argues that the definition of energy security should be attached to the definition of security as, ldquo survival in the face of existential threat, rdquo so that security concept itself would be able to retain its focus. Taking a contextual perspective and conceptual variation over time, this paper aims to present a theoretical debate on how energy is understood as a security issue and to serve as a reference for energy policy making."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deden Habibi Ali Alfathimy
"Keamanan (security), keselamatan (safety), dan keberlanjutan (sustainability) adalah konsep-konsep yang sudah lama diperbincangkan dalam isu-isu pemanfaatan orbit Bumi untuk mecegah kerusakan. Namun, tantangan lingkungan orbit Bumi yang semakin padat dan rumit membuat skenario kehilangan fungsional maupun aset antariksa itu sendiri semakin besar dan perlu dimitigasi. Pendekatan ketahanan (resilience) kemudian banyak dikembangkan oleh sejumlah negara dalam menjawab tantangan tersebut. Indonesia pun menghadapi tantangan yang sama meskipun aset antariksanya masih relatif sedikit. Kendati demikian, berbeda dengan negara lainnya, Indonesia telah memiliki konsep ketahanan nasional yang lebih luas sehingga pengembangan dan pengejawantahan konsep ketahanan antariksa yang sesuai dengan Indonesia diperlukan. Penelitian tesis ini membahas pengembangan konsep ketahanan antariksa (space resilience) dan menggali keterkaitannya dengan kebijakan dan praktik di Indonesia dalam konteks ketahanan nasional. Metode kajian yang digunakan mencakup wawancara dengan berbagai instansi dan pakar-pakar terkait; studi literatur; telaah media; dan telaah arsip. Tesis ini menemukan pengembangan konsep ketahanan antariksa yang terpadu dengan ketahanan nasional berpotensi besar untuk dilakukan berdasarkan pengalaman pemanfaatan orbit Bumi. Pola-pola ancaman berupa gangguan, serangan, dan peristiwa merusak yang terjadi di orbit Bumi sangat berkaitan dengan ketahanan nasional Indonesia di permukaan Bumi. Secara praktis, penyegaran ulang konsep Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia dapat menjadi titik fokus dalam pengenalan ketahanan antariksa di Indonesia.

Security, safety, and sustainability are concepts that have long been discussed in the issues of using the Earth's orbit to prevent damage. However, the challenges of the increasingly congested and complicated Earth orbit environment make the scenario of functional loss and the space asset itself getting bigger and needs to be mitigated. The resilience approach has been developed by a number of countries in response to these challenges. Indonesia also faces the same challenges even though its space assets are still relatively small. However, unlike other countries, Indonesia already has a broader concept of national resilience so that the development and implementation of the concept of space resilience that is suitable for Indonesia is needed. This thesis research discusses the development of the concept of space resilience and explores its relationship to policies and practices in Indonesia in the context of national resilience. The study methods used include interviews with various agencies and related experts; study of literature; media review; and archives review. This thesis finds that the development of the concept of space resilience that is integrated with national resilience has great potential to be carried out based on the experience of utilizing Earth's orbit. Threat patterns in the form of disturbances, attacks, and destructive events that occur in Earth's orbit are closely related to Indonesia's national security on the Earth's surface. Practically speaking, refreshing the concept of Wawasan Nusantara as Indonesian geopolitics can be a focal point in the introduction of space resilience in Indonesia."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qodri Febrilian Erahman
"ABSTRAK
Studi tentang ketahanan energi energy security menjadi topik yang terus berkembang di kalangan peneliti energi, terlebih situasi produksi minyak terus menurun, kapasitas kilang minyak yang terbatas, tingkat diversifikasi energi yang rendah, secara kualitatif menunjukkan, bahwa Indonesia sedang mengalami situasi yang kurang baik dalam definisi ketahanan energi. Seberapa rendahnya tingkat ketahanan energi tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Sejak tahun 2013 sektor transportasi menjadi konsumen terbesar energi final di Indonesia. Tingginya konsumsi energi sektor transportasi menjadi perhatian tersendiri karena dampak perubahannya mampu mempengaruhi tingkat ketahanan energi nasional. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh dari perlakuan kebijakan di sektor transportasi terhadap ketahanan energi. Penelitian ini mengukur ketahanan energi menggunakan 14 indikator dan dikelompokkan ke dalam masing-masing dimensinya diantaranya, yaitu availability, affordability, accessibility, acceptability dan efficiency. Analisis energy security dilakukan dengan metode normalisasi min-max, aggregasi dan pembobotan menggunakan principal component analysis PCA untuk mengatasi masalah subjektivitas dalam penentuan bobot indikator. Hasil menunjukkan, bahwa dampak peningkatan ketahanan energi terjadi pada skenario transportasi massal dan skenario teknologi kendaraan, sedangkan skenario pajak bahan bakar memberikan efek negatif terhadap peningkatan ketahanan energi. Peningkatan ketahanan energi terbesar ditunjukkan oleh skenario teknologi kendaraan untuk kasus PHEV pada rentang tahun 2030 ndash; 2040, namun mengalami penurunan sampai dengan akhir tahun proyeksi yang disebabkan karena faktor emisi pembangkit listrik nasional yang masih relatif tinggi, sehingga penetrasi kendaraan berbasis listrik justru akan meningkatkan jumlah emisi CO2.

ABSTRACT
The study of energy security has become an emerging topic among energy researchers. The decline of oil production, the limited capacity of refineries, the low level of energy diversification, qualitatively shows that Indonesia is experiencing an unfavorable situation in the definition of energy security. therefore, it is necessary to measure energy security quantitatively. Since 2013, the transportation sector has become the largest consumer of final energy in Indonesia. The high energy consumption of the transportation sector is being a particular concern due to the impact to the energy security. Therefore, the aim of this study is to analyze the effects of transport sector policy on the energy security. This study measures the energy security using 14 indicators and grouped into each dimension such as availability, affordability, accessibility, acceptability, and efficiency. Energy security analyzed by min max normalization method and using principal component analysis PCA to overcome the problem of subjectivity in determining the indicator weight. The results show that the scenario of mass transportation and vehicle technology bring an increase in the energy security, while fuel tax scenario has a negative effect on energy security. The greatest increase in energy security is showed by vehicle technology scenarios for the PHEV case during 2030 2040. However, the increase is fall until 2050 due to relatively high of power emission factor, therefore penetration of electric based vehicles will actually increase the number of emissions CO2."
2017
D2433
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Imaad Al Hamas
"[ABSTRAK
Kepulauan seribu yang merupakan bagian dari DKI Jakarta, memiliki potensi yang sangat besar. Segala macam usaha harus dilakukan untuk mengembangkan sektor wisata bahari ini. Konsep pengembangan wisata bahari harus dilakukan secara intergrasi dan berkelanjutan demi terciptanya wisata bahari bertaraf internasional yang dapat menjadi icon DKI jakarta di mata nasional maupun internasional. Pada skripsi ini, penulis membuat sebuah konsep pengembangan dimana terdapat pengembangan pokok wisata sebagai atraksi wisatawan, sehingga meningkatnya ketertarikan, dan juga membutuhkan transportasi yang dapat menyeimbangi hal tersebut, dalam skripsi penulis merancang fast ferry catamaran berkapasitas 200 penumpang demi menunjang transportasi wisata bahari Kepulauan Seribu.

ABSTRACT
, Kepulauan seribu that are part of DKI Jakarta where has a huge potential. All kinds of effort must be done to develop this marine tourism sector. A development concept of marine tourism must be applied in integrated manner and sustainable to make marine tourism as an international tourism and become an icon of DKI Jakarta which is well-known in national and international level. A development concept is written in this final project with main tourism development as tourist attractions in order to increase the interest of tourist which also need supporting means such as transportation. Therefore a design of fast ferry catamaran which has the capacity of 200 passengers to support the transportation of kepulauan Seribu marine tourism is presented.]
"
2015
S58577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Rin Diani
"Pandemi COVID-19 telah menimbulkan perubahan di bidang lingkungan, ekonomi dan sosial serta mengancam pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai unit terkecil dari lingkungan binaan, rumah harus bersifat adaptif terhadap COVID-19, memproteksi para penghuninya, sekaligus menjaga keberlanjutan. Penelitian ini difokuskan pada dampak dan masalah spasial yang dihadapi oleh keluarga akibat COVID-19, working from home, dan schooling from home serta merancang rumah yang tahan pandemi. Tujuan penelitian secara umum adalah mengembangkan rumah adaptif COVID-19 dan berkelanjutan. Pendekatan penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode penelitian kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan datanya dilakukan dengan kuesioner dan wawancara semistruktur secara online. Metode analisinya berupa statistik deskriptif dan recursive qualitative thematic analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga terbukti mengalami dampak dan masalah spasial akibat COVID-19, working from home, dan schooling from home. Model rumah yang didesain tidak dapat dibuktikan bersifat adaptif COVID-19 karena bersifat teoritis tetapi terbukti berkelanjutan menurut asesmen mandiri EDGE.

COVID-19 has brought about changes in environmental, economic, and social aspects and has threatened sustainable development throughout the world, including Indonesia. As the smallest unit of the built environment, the house must be adaptive to COVID-19 and protective, while maintaining sustainability. This research focuses on the impacts and spatial problems on families due to COVID- 19, working from home, and schooling from home as well as designing pandemicresistant houses. The purpose is to develop a COVID-19 adaptive and sustainable house. The approach is qualitative with quantitative and qualitative research methods. The data were collected by questionnaires and online semi-structured interviews. The analytical methods are descriptive statistics and recursive qualitative thematic analysis. The results show that families have experienced impacts and spatial problems due to COVID-19, working from home, and schooling from home. The theoretical models cannot be proven to be COVID-19 adaptive but proven sustainable based on the EDGE self-assessment."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Putri Salsabila
"ABSTRAK
Energi merupakan lsquo;bahan bakar rsquo; penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan masyarakat. Sayangnya, rasio elektrifikasi nasional baru mencapai 92,75 . Nusa Tenggara Timur NTT merupakan provinsi dengan rasio elektrifikasi rendah 78,29 , dan persentase desa tertinggal terbesar di Indonesia 74,8 . Padahal, NTT memiliki sumber energi terbarukan yang potensial untuk dimanfaatkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model desa dengan integrasi pemanfaatan energi terbarukan yang layak dari sisi teknis dan ekonomi untuk pengembangan Zona Produktivitas Desa yaitu pengembangan Produk Unggulan Kawasan Pedesaan: pemrosesan pascapanen kakao di Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Metodologi yang digunakan adalah analisis tekno-ekonomi, di mana pemodelan dan optimisasi dari pembangkit listrik hybrid mini-grid surya fotovoltaik-angin-diesel dengan penyimpan baterai dilakukan menggunakan perangkat lunak HOMER Pro dan simulasi produksi biogas skala rumah tangga dilakukan menggunakan simulator proses SuperPro Designer . Beberapa skema pendanaan diajukan untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi dari model desa. Analisis komparatif dari sisi lingkungan mitigasi emisi gas rumah kaca juga dievaluasi. Didapatkan hasil bahwa semua sistem layak secara teknis, namun untuk beberapa sistem diperlukan skema pendanaan yang tepat agar sistem layak secara ekonomi. Skenario terintegrasi relatif meningkatkan daya tarik ekonomi sistem. Hasil penelitian dipercaya dapat menjadi solusi alternatif bagi elektrifikasi daerah terpencil dan strategi pengembangan desa tertinggal melalui penyediaan akses terhadap energi dan peningkatan pendapatan melalui aktivitas produktif secara bersamaan.

ABSTRACT
Energy is the important lsquo fuel rsquo to economic growth and social development. Unfortunately, national electrification ratio has not yet reached 100 . East Nusa Tenggara NTT is a province with low electrification ratio 78.29 and high number of underdeveloped villages 74.8 , despite its abundant renewable energy resources potential. The objective of this study is to obtain technically and economically feasible village model with integrated renewable energy system for developing productivity zone Development of Village rsquo s Unique Commodity post harvesting cocoa process in Wewaria, Ende, NTT. The methodology used is techno economic analysis, in which modelling and optimization for mini grid of hybrid power plant solar photovoltaic wind diesel with battery storage is done by using HOMER Pro software and simulation of household scale biogas generation is done by using process simulator SuperPro Designer . Several financing schemes are proposed to evaluate the economic feasibility of the village model. Environmental comparative analysis greenhouse gas emission mitigation is also evaluated. It is found that all systems are technically feasible, yet some systems require the right financing scheme to be economically feasible. The economic attractiveness of the system is relatively higher by the application of integrated scenario. The model obtained is believed to be the alternative solution for off grid electrification and development strategy for underdeveloped villages by enabling access to energy and enhancing income through productive activities simultaneously."
Universitas Indonesia,. Fakultas Teknik, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laelatus Zahro
"Sebagai bahan penelitian adalah gedung Pusat Inovasi dan Pengembangan Sumber
daya Manusia milik kementrian perindustrian yang merupakan salah satu gedung
bertingkat di Jakarta. Mulai dibangun pada awal 2020, terdiri dari 8 lantai dengan fungsi
utamanya adalah kantor dan pusat inovasi serta pengembangan sumber daya manusia. Dari
segi struktur dan arsitekturnya telah diteliti oleh tim pelaksana teknis di lapangan, dimana
60% sudah memenuhi konsep green building. Sedangkan dari segi konservasi energinya
beberapa perlu dikaji ulang, seperti: pencahayaan, pendingin ruangan, penghawaan dan
energi terbarukan yang pasti membantu dalam proses penghematan energinya. Dari
perhitungan ulang desain awal perencanaan didapatkan Indeks Konsumsi Energinya adalah
11 kWh/m²/bulan. Sesuai standar Permen ESDM No. 13/2012 sudah termasuk cukup
efisien (8.5 - 14 kWh/m²/bulan). Namun dengan investasi sebesar Rp. 2,842,540,600,-
yaitu dengan pemanfaatan pencahayaan alami melalui teknologi sensor cahaya dan sensor
gerak, penggantian pendingin udara menggunakan Chiller, tidak menggunakan AC pada
area-area tertentu seperti: lobby Lift, koridor, toilet dan tangga darurat. Penambahan dan
penggantian material, instalasi dan teknologi tersebut dihitung Return of Investment nya
dan dibandingkan terhadap manfaat yang didapatkan. Hasilnya nilai Indeks Konsumsi
Energinya turun menjadi 7.6 kWh/m²/bulan (sangat efisien). Nilai investasi yang
dikonversikan terhadap nilai keekonomian tiap tahunnya Rp. 682,676,662,- maka Return
of Investment yang didapatkan adalah 4.2 tahun

As research material, the Ministry of Industry's Center for Innovation and Human
Resources Development is one of the high rise buildings in Jakarta. This building began to
be built in early 2020, consisting of 8 floors with the main function of being an office and
a center for innovation and human resource development. In terms of structure and
architecture, it has been researched by a technical implementation team in the field, where
60% have fulfilled the green building concept. Meanwhile, in terms of energy
conservation, several things need to be reviewed, such as: lighting, air conditioning,
ventilation and renewable energy which definitely help in the process of saving energy.
From the recalculation of the initial design planning, the Energy Consumption Index was
obtained as 11 kWh / m² / month. In accordance with the standard Permen ESDM No.
13/2012 is quite efficient (8.5 - 14 kWh / m² / month). However, with an investment of
2,842,540,600 rupiah namely by utilizing natural lighting through light sensor technology
and motion sensors, replacing air conditioning using a chiller, not using air conditioning in
certain areas such as: lobby lifts, corridors, toilets and emergency stairs. The Return of
Investment and the addition and replacement of materials, installations and technology are
calculated and compared to the benefits obtained. The result is that the Energy
Consumption Index value drops to 7.6 kWh / m² / month (very efficient). The investment
value which is converted to the economic value each year is 682,676,662 rupiah then the
Return of Investment obtained is 4.2 years
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nungky Awang Chandra
"Serangan siber yang meningkat dan bervariasi membutuhkan sebuah model yang mampu meningkatkan ketahanan dan kesadaran akan ancaman serangan bencana siber. Penelitian ini mengembangkan model cyberdisaster situation awareness yang mampu menggambarkan dua tahap proses yaitu penilaian tingkat risiko ancaman bencana siber dan kerangka pengujian kerentanan keamanan siber melalui metode audit, tabletop exercise dan penetration testing. Penelitian ini menggunakan metode risiko formal fuzzy FMEA dan temporal risk. Hasil penelitian pertama menunjukan bahwa model cyberdisaster situation awareness mampu meningkatkan ketahanan keamanan siber. Model ini menggambarkan bahwa dengan metode fuzzy FMEA didapatkan nilai tingkat risiko bencana tertinggi yaitu ancaman serangan ransomware dan gempa bumi. Dari dua nilai risiko yang tertinggi tersebut dilakukan validasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran dalam menghadapi ancaman ransomware dan gempa bumi melalui survey 152 responden. Hasil survey menunjukan bahwa keputusan respon bencana siber dipengaruhi oleh faktor kapabilitas sistem (p < 0,05), faktor pengetahuan (p < 0,05), dan faktor kesadaran akan situasi bencana (p < 0,05). Pada penelitian kedua menunjukan bahwa kerangka pengujian kerentanan keamanan siber dengan pendekatan temporal risk dapat membantu meningkatkan ketahanan dan keamanan siber. Metode pengujian audit, tabletop exercise dan penetration testing akan menghasilkan dua klasifikasi risiko yaitu risiko yang dapat diterima (tolerable risk) dan risiko yang tidak dapat diterima (intolerable risk). Penelitian ini juga menggunakan aplikasi untuk membantu mengukur tingkat risiko keamanan siber berdasarkan Annex ISO 27001:2013. Hasil pengujian penilaian risiko dengan metode audit berdasarkan annex ISO 27001:2013 ditemukan bahwa tingkat risiko yang dapat diterima adalah akuisisi, pengembangan dan pemeliharaan sistem, dengan nilai indeks kinerja pengamanan sebesar 38.29%. Untuk hasil pengujian metode tabletop exercise dihasilkan bahwa tidak ditemukan tingkat risiko tinggi atau yang tidak dapat diterima, dengan nilai indeks kinerja pengamanan sebesar 75%. Hasil pengujian dengan metode penetration testing menunjukan bahwa risiko yang tidak dapat diterima adalah pengendalian akses dan pengamanan komunikasi, dengan nilai indeks pengendalian pengamanan sebesar 16.66%. Dari temuan kerentanan ini dilakukan tindakan perbaikan melalui aplikasi untuk meningkatkan ketahanan dan keamanan siber. Tindakan perbaikan ini menghasilkan kinerja pengamanan 100% memenuhi annex ISO 2700:2013. Kebaruan dari penelitian ini adalah konsep model kerangka cybersituation awareness yang mampu menilai risiko ancaman keamanan siber dan pengujian kerentanan pengendalian keamanan siber.

Cyber attacks that are increasing and varied require a model that is able to increase resilience and awareness of the threat of cyber-disaster attacks. This study develops a cyberdisaster situation awareness model that is able to describe two stages of the process, namely the assessment of the level of cyber disaster threat risk and a cybersecurity vulnerability testing framework through audit methods, tabletop exercise and penetration testing. This study uses a formal risk method fuzzy FMEA and temporal risk. The results of the first study showed that the cyberdisaster situation awareness model was able to increase cyber security resilience. This model illustrates that with the fuzzy FMEA method, the highest level score of disaster risk is the threat of ransomware attacks and earthquakes. From the two highest risk values, validation of the factors that affect the level of awareness in dealing with the threat of ransomware and earthquakes was carried out through a survey of 152 respondents. The survey results show that cyber disaster response decisions are influenced by factors such as system capability (p < 0.05), knowledge factor (p < 0.05), and awareness of disaster situations (p < 0.05). The second research shows that a cybersecurity vulnerability testing framework with a temporal risk approach can help improve cyber resilience and security. The audit testing method, tabletop exercise and penetration testing will produce two risk classifications, namely tolerable risk and intolerable risk. This study also uses an application to help measure the level of cybersecurity risk based on Annex ISO 27001: 2013. The results of risk assessment with testing the audit method based on annex ISO 27001:2013 found that the acceptable level of risk is the acquisition, development and maintenance of the system, with a security performance index value of 38.29%. For the results of the tabletop exercise test method, it was found that there was no high or unacceptable risk level, with a security performance index value of 75%. And for the test results using the penetration testing method, it shows that the unacceptable risk is access control and communication security, with a security control index value of 16.66%. From the findings of these vulnerabilities, corrective actions are taken through applications to increase cyber resilience and security. These corrective actions result in 100% security performance meeting the annex ISO 27001:2013. The novelty of this research is the concept of a cybersituation awareness framework model that is able to assess cybersecurity threat risks and test cybersecurity control vulnerabilities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>