Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40955 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sobirin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Gathot Winarso
"Mangrove merupakan ekosistem penting di kawasan pesisir karena memiliki fungsi ekologi dan ekonomi. Namun, perubahan iklim dan aktivitas manusia yang berlebih menyebabkan ekosistem mangrove terancam mengalami kerusakan dan degradasi. Degradasi yang terjadi terindikasi dari adanya perubahan komposisi spesies penyusun berupa kehadiran dan dominasi tumbuhan perdu (understory plant). Adanya tumbuhan perdu tersebut dapat memberikan informasi kondisi mangrove yang bias karena tumbuhan lapisan bawah perdu dengan tutupan kanopi yang rapat menghasilkan nilai NDVI yang tinggi. Tutupan kanopi tinggi tetapi kerapatan pohon < 1000 pohon /ha dikategorikan sebagai kawasan mangrove rusak. Sehingga jika tanpa ada informasi kerapatan pohon maka ekosistem tersebut akan menjadi terlihat baik kondisinya. Ketersediaan informasi yang kurang tentang kerapatan pohon yang mendorong penggunaan parameter tunggal tutupan kanopi yang dapat menyebabkan kebijakan yang salah. Oleh karena itu, kehadiran tumbuhan lapisan bawah perlu dideteksi baik secara umum maupun terperinci sampai komposisi spesies. Penelitian ini bertujuan membuat metode deteksi tumbuhan lapisan bawah perdu di hutan mangrove menggunakan Indeks Mangrove dan NDVI, dan Menganalisis secara spektrometri untuk identifikasi 21 spesies mangrove di Taman Nasional Berbak Sembilang Sumatera Selatan, dengan menggunakan spektral Landsat-8. Penggunaan dua kanal sintesis secara bersama yaitu Indeks Mangrove dan NDVI dapat mendeteksi keberadaan tumbuhan perdu, karena bias yang disebabkan oleh tutupan kanopi rendah bisa dihilangkan. Informasi detail spasial sebaran spesies mangrove masih diperlukan, sebagai pengganti parameter kerapatan pohon dalam penentuan kriteria kondisi mangrove, atau menambah kriteria. Spesies mangrove yang ditemukan di lokasi penelitian secara spektral mampu dibedakan dengan baik dari data pengukuran reflektan menggunakan spektrometer pada spektrum Landsat-8.

Mangroves are an important ecosystem in coastal areas because they have ecological and economic functions but are threatened by degradation due to natural and human factors. Degradation causes changes in the composition of species composition, in the presence and dominance of understory plants that did not previously exist. This provides biased information on mangrove conditions because understory plants with dense canopy cover produce high NDVI values. High canopy cover with a tree density of <1000 trees/ha was categorized as a damaged mangrove area. The limited availability of tree density information drives using a single parameter for canopy cover and will generate a mistake in national policy decisions. Therefore, the presence of understory plants must be detected in general and in detail in terms of the species composition. The aim of this study was to develop a method for detecting mangrove forest shrubs using the Mangrove Index and NDVI, and spectrometry analysis for identification of 21 mangrove species in Berbak Sembilang National Park using Landsat-8 spectrum. Using two synthetic channels together, namely, the Mangrove Index and NDVI, can detect the presence of understory plants, so it can be used to minimize canopy cover bias. Detailed spatial information on mangrove species distribution is still needed as a substitute for tree density parameters if the area has high NDVI. The mangrove species found at the research location were spectrally well-discriminated by the reflectance measurement data using a spectrometer on the Landsat-8 spectrum"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustiana Nur Ekawati
"Pendahuluan: Saat ini masyarakat di dunia, termasuk Indonesia sedang menghadapi pandemi COVID-19. Sejak ditetapkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia sampai 21 Mei 2022, penderita COVID-19 sebanyak 6.052.36 kasus dan 156.519 diantaranya meninggal dunia. Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan kasus COVID-19 paling banyak kedua pada tahun 2020 dan peringkat ketiga pada tahun 2021. Case Fatality Rate Provinsi Jawa Timur meningkat dari tahun 2020-2021 yaitu dari 6,9 menjadi 7,4 dan masuk dalam dua provinsi dengan CFR paling tinggi di Indonesia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran kasus konfirmasi dan meninggal COVID-19 dan faktor risikonya di wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Timur secara spasial pada tahun 2020-2021. Metode: Penelitian ini adalah penelitian ekologi dengan menggunakan analisis Moran’s I. Populasi yang digunakan adalah seluruh penderita COVID-19 di Jawa Timur tahun 2020-2021 dengan satuan analisis per kab/kota. Hasil dan Pembahasan: Pola persebaran mengelompok pada tahun 2020 dan 2021 terdapat pada variabel konfirmasi COVID-19 dengan variabel persentase penderita hipertensi, persentase penderita diabetes melitus, rasio puskesmas, rasio rumah sakit rujukan COVID-19 dan rasio tenaga kesehatan. Pola persebaran mengelompok pada tahun 2020 dan 2021 terdapat pada variabel meninggal COVID-19 dengan variabel kepadatan penduduk. Fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan kasus konfirmasi dan meninggal pada COVID-19 karena akan mempengaruhi testing, tracing serta treatment dalam penangangan COVID-19.

Background: Indonesia is one of countries that facing COVID-19 Pandemic in the world at the moment. Since the first case of COVID-19 was determined in Indonesia until 21 of May 2022, there are 6.052.36 cases in total and 156.519 deaths. East Java is in the second place of provinces with the most case of COVID-19 in 2020 and in the third place in 2021. Case Fatality Rate of East Java increased from 2020 to 2021 which was from 6,9 to 7,4 and became one of two provinces with the highest CFR in Indonesia. Objective: this study aims to know the distribution pattern of confirmed cases and deaths of COVID-19 spatially and its risk factors in districts of East Java in 2020-2021 with unit analysis per district/city. Result and Discussion: the clustered distribution pattern in 2020 and 2021 is found in the COVID-19 confirmation variable with the variable percentage of hypertension patients, percentage of diabetes mellitus patients, ratio of community health centers, ratio of referral hospitals for COVID-19 and ratio of health workers. The clustered distribution pattern in 2020 and 2021 is found in the COVID-19 death variable with the variable of population density. Health facilities are one of the important factors related to confirmed cases and deaths of COVID-19 because it will affect the testing, tracing and treatment in handling COVID-19."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kodoatie, Robert J.
Yogyakarta: Andi, 2003,
338.826 Kod a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvira Delviani
"ISPA merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Pada saluran pernapasan atas atau saluran pernapasan bawah. Bakteri dan virus penyebab ISPA umumnya ditularkan melalui udara yang tercemar. Pada tahun 2017, penyakit ISPA di Kota Bekasi mencapai 34.573 orang. Pada tahun 2015-2017, penyakit ISPA di Kota Bekasi menduduki peringkat pertama penyakit menular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spasial antara faktor lingkungan dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi Tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah studi ekologi dengan analisis spasial dan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian ISPA di Kota Bekasi tahun 2017, namun terdapat beberapa Kelurahan yang memiliki faktor lingkungan tinggi dan kasus ISPA rendah atau sebaliknya. Hubungan antara faktor lingkungan dengan kasus ISPA di Kota Bekasi tidak linier, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan peringatan dini/prediksi kasus ISPA di Kota Bekasi secara spasial. Dinas Kesehatan perlu menjalin kerjasama lintas sektor dengan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Perumahan, Permukiman dan Pertanahan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian serta Dinas Perhubungan untuk menekan angka kasus ISPA di Kota Bekasi.
ARI is an infectious disease caused by bacteria and viruses. In the upper respiratory tract or lower respiratory tract. Bacteria and viruses that cause ARI are generally transmitted through polluted air. In 2017, ARI disease in Bekasi City reached 34,573 people. In 2015-2017, ARI in Bekasi City was ranked first in infectious diseases. This study aims to determine the spatial relationship between environmental factors and the incidence of ARI in Bekasi City in 2017. The research design used was an ecological study with spatial analysis and used secondary data. The results of this study indicate that there is a relationship between environmental factors and the incidence of ARI in Bekasi City in 2017, but there are several Kelurahans that have high environmental factors and low ARI cases or vice versa. The relationship between environmental factors and ARI cases in Bekasi City is not linear, so it cannot be used as a benchmark in determining early warning/prediction of ARI cases in Bekasi City spatially. The Health Service needs to establish cross-sectoral collaboration with the Environment Service, Population and Civil Registration Service, Housing, Settlement and Land Affairs, Trade and Industry Service and Transportation Service to reduce the number of ARI cases in Bekasi City."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faza Arista
"Polusi udara merupakan masalah penting yang terjadi di banyak daerah perkotaan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 91% orang di dunia menghirup udara yang tidak sehat. Kota-kota besar di Indonesia memang tidak luput dari masalah polusi udara khususnya kota Bandung. Sebagai kota metropolitan terbesar di Jawa Barat, Kota Bandung terus mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan bertambahnya luas lahan terbangun dan penurunan luas kawasan hijau. Hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan berupa penurunan kualitas udara. Ditunjang dengan kondisi fisik Kota Bandung yang berupa cekungan sehingga sulit ditiup angin untuk menghilangkan konsentrasi pencemar yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara spasial sebaran pencemar di Kota Bandung dan menganalisis hubungan sebaran pencemar dengan pola sebaran suhu permukaan tanah, kerapatan bangunan dan kerapatan vegetasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar pencemar dan citra Landsat 8 bulan kemarau tahun 2018.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode spasial berupa Interpolasi Terbalik Jarak Terbalik, Suhu Permukaan Tanah, Indeks Bangun Beda Normalisasi, dan Indeks Vegetasi Beda Normalisasi. Uji statistik menggunakan korelasi dan regresi Pearson Product Moment. Survei lapangan dilakukan untuk memverifikasi data tutupan lahan sebagai pengganti kerapatan vegetasi dan kerapatan bangunan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model spasial sebaran konsentrasi pencemar menunjukkan pola yang hampir sama pada bulan kemarau tahun 2018 yaitu suhu permukaan tanah dan kerapatan bangunan yang relatif tinggi serta kerapatan vegetasi yang relatif rendah, kandungan pencemar yang tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa suhu permukaan tanah, kerapatan bangunan dan kerapatan vegetasi memiliki korelasi yang cukup kuat dengan pencemar dan hasil regresi menunjukkan bahwa suhu permukaan tanah, kerapatan bangunan dan kerapatan vegetasi berpengaruh signifikan terhadap pencemar.

Air pollution is an important problem that occurs in many urban areas. The World Health Organization (WHO) states that 91% of people in the world breathe unhealthy air. Big cities in Indonesia are not free from air pollution problems, especially the city of Bandung. As the largest metropolitan city in West Java, the City of Bandung continues to experience an increase in population growth which results in an increase in the area of ​​built land and a decrease in the area of ​​green areas. This can cause problems in the form of decreased air quality. Supported by the physical condition of the city of Bandung in the form of a basin so that it is difficult to blow the wind to remove the existing pollutant concentration.
This study aims to spatially analyze the distribution of pollutants in the city of Bandung and to analyze the relationship between the distribution of pollutants and the distribution patterns of soil surface temperature, building density and vegetation density. The data used in this study are pollutant levels and Landsat 8 images of the dry months of 2018.
The method used in this study is a spatial method in the form of Reverse Interpolation, Land Surface Temperature, Normalization Difference Build Index, and Normalized Difference Vegetation Index. Statistical test using Pearson Product Moment correlation and regression. Field surveys were conducted to verify land cover data as a substitute for vegetation density and building density. The results showed that the spatial model of the distribution of pollutant concentrations showed a similar pattern in the dry month of 2018, namely relatively high ground temperature and building density and relatively low vegetation density, high pollutant content.
The results of statistical tests show that soil surface temperature, building density and vegetation density have a strong enough correlation with pollutants and the regression results show that soil surface temperature, building density and vegetation density have a significant effect on pollutants.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Anggra Sukma Setianto
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah distribusi fasilitas layanan publik di DKI Jakarta lebih menguntungkan bagi daerah tertentu dan untuk mengetahui fasilitas apa saja yang tidak terdistribusi secara adil. Fasilitas layanan publik memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, distribusi fasilitas layanan publik harus didistribusikan secara adil sehingga setiap orang dapat menikmati akses yang sama. Penelitian ini menggunakan dua langkah aksesibilitas berbasis ArcGIS dan menerapkan metode untuk memeriksa aksesibilitas spasial dan non-spasial ke 2 layanan publik utama di Jakarta; kesehatan dan pendidikan. Studi ini juga menunjukkan pentingnya mengukur jarak dan akses seakurat mungkin, menggunakan metode analis jaringan, sehingga dapat memberikan representasi yang lebih realistis dari cakupan area layanan masing-masing fasilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada kekurangan distribusi fasilitas pelayanan publik, terutama fasilitas Puskesmas. Di mana secara keseluruhan fasilitas Puskesmas hanya memfasilitasi sebanyak 156,941km2 atau 24% dari keseluruhan area Jakarta menggunakan metode jaringan jalan. Temuan juga menunjukkan bahwa distribusi lokasi fasilitas masih terkonsentrasi di pusat kota Jakarta, sehingga orang-orang yang tinggal di pinggir kota tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan fasilitas layanan publik yang tersedia.

The purpose of this study is to determine whether the distribution of public service facilities in DKI Jakarta is more profitable for certain regions and to find out what facilities are not distributed fairly. Public service facilities have an important role to improve the quality of human life, the distribution of public service facilities must be distributed fairly so that everyone can enjoy the same access. This study uses two steps of accessibility based on ArcGIS and applies a method to check spatial and non-spatial accessibility to 2 main public services in Jakarta; health and education. The study also shows the importance of measuring distances and access as accurately as possible, using the network analyst method, so as to provide a more realistic representation of the service area coverage of each facility. The results showed that there was still a lack of distribution of public service facilities, especially public health centers. Where as a whole public health centers only facilitate as much as 156,941km2 or 24% of the entire Jakarta area using the road network method. The findings also show that the distribution of facility locations is still concentrated in the center of Jakarta, so people who live on the edge of the city do not have the same opportunity to use the available public service facilities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evelyn Firdausi
"Semburan lumpur panas Lapindo Sidoarjo kerap dikeluarkan secara konsisten dari retakan lapisan tanah dan mulai menenggelamkan tutupan lahan di sekitarnya, seperti rumah, bangunan sekolah, pabrik, lahan pertanian, dan vegetasi. Lumpur panas Lapindo merupakan lumpur panas vulkanik yang keluar akibat adanya retakan pada lapisan tanah di Desa Siring, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, dan diteliti memiliki kandungan senyawa logam berat dan suhu yang tinggi. Hal ini menyebabkan adanya perubahan biodiversitas vegetasi pada region lumpur Lapindo. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak pusat semburan lumpur Lapindo Sidoarjo terhadap karakteristik fisik lingkungan dan distribusi spasial vegetasi di sekitarnya. Metode yang digunakan adalah metode transek untuk pengambilan sampel vegetasi dan snowball sampling untuk pengambilan informan sebagai pendukung kondisi vegetasi di wilayah penelitian. Data observasi dan wawancara yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif menggunakan regresi linier berganda. Analisis yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa jarak pusat semburan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap distribusi suhu udara dan suhu permukaan. Namun, jarak pusat semburan berpengaruh pada keasaman (pH) tanah dengan persentase pengaruh sebesar 41,2%. Pada analisis statistik juga dibuktikan bahwa karakteristik fisik region lumpur Lapindo tidak berpengaruh pada keragaman jenis life form. Selain itu, analisis yang dilakukan pada penelitian ini juga menghasilkan enam jenis life form vegetasi yang terdiri dari herba, semak, pohon, merambat, epifit, dan akuatik, yang tersebar secara acak di seluruh wilayah penelitian yang berupa region lumpur Lapindo. Keberadaan life form vegetasi tidak ditentukan melalui karakteristik fisik region lumpur Lapindo, melainkan dipengaruhi oleh karakteristik lokasi relatifnya, seperti vegetasi akuatik yang tumbuh akibat adanya badan air dan vegetasi herba yang dapat tumbuh pada setiap lahan terbuka. Dapat disimpulkan bahwa munculnya fenomena lumpur panas Lapindo di Sidoarjo hanya berpengaruh pada keasaman tanah. Selain itu, fenomena ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada distribusi spasial vegetasi di sekitarnya.

Hot mudflows from Lapindo Sidoarjo are often released consistently from cracks in the soil layer and begin to submerge the surrounding land cover, such as houses, school buildings, factories, agricultural land, and vegetation. Lapindo hot mud is hot volcanic mud that comes out due to cracks in the soil layer in Siring Village, Porong District, Sidoarjo Regency and has been researched to contain heavy metal compounds and high temperatures. This causes changes in vegetation biodiversity in the Lapindo mud region. This research aims to analyze the influence of the distance to the center of the Lapindo Sidoarjo mudflow on the physical characteristics of the environment and the spatial distribution of surrounding vegetation. The method used is the transect method for taking vegetation samples and snowball sampling for taking informants to support vegetation conditions in the research area. The observation and interview data obtained were then processed and analyzed quantitatively descriptively using multiple linear regression. The analysis carried out shows that the distance from the center of the burst does not have a significant influence on the distribution of air temperature and surface temperature. However, the distance from the center of the spray influences the acidity (pH) of the soil with an influence percentage of 41.2%. In statistical analysis, it was also proven that the physical characteristics of the Lapindo mud region did not affect the diversity of life form types. Apart from that, the analysis carried out in this research also produced six types of vegetation life forms consisting of herbs, bushes, trees, vines, epiphytes, and aquatic, which were distributed randomly throughout the research area in the form of the Lapindo muddy area. The existence of vegetation life forms is not determined by the physical characteristics of the Lapindo mud region but is influenced by the relative location characteristics, such as aquatic vegetation that grows due to the presence of water bodies and herbaceous vegetation that can grow on any open land. It can be concluded that the emergence of the Lapindo hot mud phenomenon in Sidoarjo only affects soil acidity. Moreover, this phenomenon does not have a significant influence on the spatial distribution of surrounding vegetation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>