Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165047 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iis Aisyah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siwa Markus Harefa
"Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan obat antituberkulosis dengan mencatat data resep antituberkulosis dani seluruh resep bulan Juli sampai Desember 1990 yang terdapat pada 20 apotik di Jakarta yang dipilih secara acak. Hasil penelitian inenunjukkan bahwa penderita penyakit tuberkulosis anak dan dewasa masih banyak dan tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Dan obat yang paling banyak digunakan untuk pengobatan penyakit ini adalah Isoniazid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S70325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Alwardy
"Telah dilakukan survai untuk mengetahui penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) di Rumah Sakit Pemerintah Di wilayah DKI Jakarta dengan mencatat resep Obat Anti Tuberkulosis dari resep bulan April 1994 hingga Maret 1995 yang terdapat di Apotik Rumah Sakit. Survai di lakukan di Rumah Sakit Pemerintah yang ada di lima wilayah di DKI Jakarta yang dipilih secara acak distratifikasikan sehingga setiap wilayah diwakili oleh satu Rumah Sakit Pemerintah. Lembar resep Obat Anti Tuberkulosis sebanyak 7.09% dari seluruh lembar resep yang ada di Apotik Rumah Sakit Pemerintah di Wilayah DKI Jakarta yang terdiri 2.47% untuk anak dan 4.62% untuk dewasa. Lembar resep Obat Anti Tuberkulosis terbanya Jakarta Timur 21% dan terkecil Jakarta Barat 0.99%. Dari seluruh lembar resep Obat Anti Tuberkulosis, lembar resep jenis generik rata-rata perbulan sebesar 90.05% dengan kenaikan proporsi penggunaannya sebesar 0.9047 (%/bulan). Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis telah mengarah ke paduan jangka pendek dengan penggunaan rata-rata perbulan sebesar 84.43% dengan kenaikan proporsi penggunaan sebesar 0.3842 (%/bulan), yang terbanyak paduan Rifampisin-Isoniazid (RH) rata-rata tiap bulan sebesar 24.49% dengan kenaikan proporsi penggunaannya sebesar 0.4527 (%/bulan)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S70323
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audra Heningtyas
"Penggunaan antibiotik secara bebas atau tanpa menggunakan resep dan kepatuhan pasien dalam menghabiskan antibiotik yang digunakan merupakan salah satu penyebab timbulnya resistensi antibiotik. Masalah resistensi antibiotik selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas juga memberikan dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan praktik pembelian antibiotika tanpa resep dan hubungan praktik pembelian antibiotik tanpa resep dengan kepatuhan pengobatan dalam menghabiskan antibiotik yang digunakan di beberapa apotek Kecamatan Beji Kota Depok pada tahun 2018.
Metode Penelitian ini menggunakan desain studi kuantitatif dan dilakukan secara random terhadap responden yang keluar apotek yang menjual antibiotik tanpa resep yang kemudian dihubungi kembali setelah 7 hari untuk mendapatkan data kepatuhan pengobatan dalam menghabiskan antibiotik yang digunakan.
Hasil dari penelitian diantara 109 responden 63,3% membeli antibiotik tanpa resep, 37,6 % tidak menghabiskan antibiotiknya, 82% responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah melakukan pembelian antibiotik tanpa resep, terdapat perbedaan rata rata nilai pengetahuan, sikap, persepsi dan akses sarana antara yang membeli antibiotik tanpa resep dengan responden yang membeli dengan resep dengan masing masing nilai p value = 0,016; 0,0005; 0,0005; dan 0.0005. Terdapat 25,5% untuk pengalaman terdahulu dan 47,7% responden yang menjadikan sebagai referensi dan melakukan pembelian antibiotik tanpa resep.
Kesimpulan: Faktor faktor yang berhubungan terhadap pembelian antibiotik tanpa resep adalah pendidikan, pengetahuan, sikap, persepsi, akses sarana mendapatkan antibiotik tanpa resep, saran teman dan pengalaman terdahulu, selain itu terdapat hubungan yang bermakna antara pembelian antibiotik tanpa resep dengan perilaku tidak menghabiskan antibiotik.

The use of antibiotics freely or without prescription and patients' obedience in completely consuming the antibiotics bought is one factor causing antibiotic resistance. Problem of antibiotic resistance, besides impacting morbidity and mortality, has also a very negative impact both economically and socially.
Purpose of this study is to determine factors related to the practice of antibiotic purchase without prescription and the relationship of the practice of purchasing antibiotics without prescription with patients' obedience in completely consuming antibiotics bought at some pharmacies in Beji subdistrict, Depok city in 2018.
Method: This research used a quantitative and random design study to respondents who bought antibiotics sold by the pharmacies sold those without prescription and then the patients contacted one more time after 7 days to obtain patients' obedience data in completely consuming the antibiotics bought.
Results: Among 109 respondents, 63.3% were taking antibiotics without prescriptions, 37.6% did not completely consume the antibiotics, 82% of those with low levels of education had antibiotic purchases without a prescription, there was an average difference in the value of knowledge, attitudes, perceptions and access between those who buy antibiotics without a prescription and respondents who buy them with a prescription with each value of p value = 0.016; 0.0005; 0.0005; and 0.0005. There were 25.5% for prior experience and 47.7% of respondents made reference and purchased antibiotics without a prescription.
Conclusions: Factors related to purchasing antibiotics without prescription are education, knowledge, attitude, perception, access to antibiotics without prescription, friend suggestions and prior experience. There is a significant association between the purchase of antibiotics without prescription and the antibiotic-free behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50193
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dirgahayuni Sari Agustina
"Peresepan antibiotik yang tinggi disertai kurangnya evaluasi penggunaan antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan primer berpotensi terhadap penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Evaluasi antibiotik dapat dilakukan dengan melihat pola konsumsi antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. WHO telah menetapkan target minimal 60% konsumsi antibiotik berasal dari kelompok access. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis konsumsi antibiotik di puskesmas di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan klasifikasi antibiotik AWaRe (Access, Watch, dan Reserve) WHO. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan terhadap 44 puskesmas di Provinsi DKI Jakarta. Hasil penelitian menujukkan terjadi peningkatan nilai konsumsi antibiotik di tahun 2022 dibandingkatn tahun 2019. Total konsumsi antibiotik tahun 2022 adalah 1,827 DDD per 1.000 pasien per hari, dengan proporsi sebesar 76,91% berasal dari kelompok access; 10,14% kelompok watch; tidak ada kelompok reserve, dan 12,95% merupakan antibiotik yang tidak diklasifikasikan dalam WHO AwaRe (unclassified). Semua jenis SDM kesehatan puskesmas memiliki peran dalam penggunaan antibiotik, namun belum semuanya mengetahui tentang klasifikasi antibiotik AWaRe WHO. Dukungan pelayanan laboratorium klinik, pelayanan informasi obat diperlukan dalam peresepan antibiotik di puskesmas. Selain itu, pelaksanaan manajemen logistik obat serta pemantauan dan evaluasi juga berperan dalam penggunaan antibiotik di puskesmas. Sementara itu, pengetahuan pasien juga dapat memengaruhi penggunaan antibiotik. Hasil penelitian ini merekomendasikan adanya upaya peningkatan penggunaan antiobiotik yang rasional melalui peningkatan pemahaman SDM kesehatan dan pasien serta pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik yang lebih menyeluruh di puskesmas disertai umpan balik.

High antibiotic prescribing combined with a lack of evaluation of antibiotic use in primary healthcare facilities has the potential to lead to inappropriate use of antibiotics. The WHO sets a target of at least 60% antibiotic consumption from the access group in primary healthcare facilities for antibiotic evaluation. This study aimed to analyze antibiotic consumption in community health centers in DKI Jakarta province based on the WHO AWaRe (Access, Watch, and Reserve) classification. The study is non-experimental research with a quantitative and qualitative approach. The study was conducted at 44 community health centers in DKI Jakarta province. The findings indicate that antibiotic consumption will increase in 2022 compared to 2019. Total antibiotic consumption in 2022 is 1,827 DDD per 1,000 patients per day, with a proportion of 76.91% from access group, 10.14% from watch group, no antibiotic in reserve; and 12.95% from antibiotics not classified in WHO AwaRe (unclassified). Every healthcare worker at community health centers has a responsibility regarding the use of antibiotics; however, not all of them are up-to-date on the WHO's AWaRe classification of antibiotics. Community health centers require support in the form of clinical laboratory testing and drug information services to prescribe antibiotics effectively. Furthermore, the effective execution of drug logistics management, as well as the process of monitoring and evaluation, contributes to the use of antibiotics in community health centers. Moreover, the level of understanding possessed by patients may have an impact on the use of antibiotics. The study's findings indicate that improving the comprehension of healthcare worker and patients can lead to a more judicious use of antibiotics. Furthermore, it is imperative to establish a more extensive system for monitoring and evaluating the utilization of antibiotics in community health centers, along with providing feedback."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Tandi Arrang
"Abstrak
Swamedikasi adalah upaya pengobatan yang dilakukan sendiri untuk mengatasi keluhan dan penyakit ringan, seperti batuk, flu, demam, nyeri, sakit maag, kecacingan, diare, biang keringat, dan beberapa penyakit ringan lainnya. Dari hasil data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2013), sejumlah 103.860 dari 294.959 rumah tangga (35,2%) di Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi (termasuk obat keras sebesar 35,7% dan antibiotika 27,8%). Provinsi tertinggi yang menyimpan obat adalah DKI Jakarta (56,4%). Beberapa penelitian menemukan bahwa sekitar 40% sampai 62% antibiotika tidak digunakan secara tepat. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat dapat menyebabkan risiko resistensi antibiotika dan dapat mengancam jiwa seluruh masyarakat di setiap belahan dunia. Oleh karena itu, dilakukan pengabdian kepada masyarakat untuk memberikan informasi tentang swamedikasi penyakit influenza (flu) dan batuk demi meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenaipenggunaan antibiotika yang tepat (rasional). Kegiatan ini dilaksanakan berupa ceramah dan pengisian kuesioner tentang pengetahuan terkait antibiotika. Kegiatan ini dihadiri oleh 34 peserta, tetapi hanya 32 peserta yang mengisi kuesioner. Sebanyak 13 peserta (40,6 %) menjawab dengan benar kegunaan antibiotika, 26 peserta (81,25%) menyatakan pernah menggunakan antibiotika, 14 peserta (53,85%) mengakui pernah membeli antibiotika tanpa resep dari dokter. Antibiotika tersebut digunakan untuk mengobati keluhan, seperti hidung berair, batuk, nyeri tenggorokan, demam, dan beberapa kondisi lainnya. Sebanyak 7 perserta(26,92%) mengakui kadang-kadang mengubah aturan penggunaan antibiotika yang dianjurkan dan 8 orang peserta (30,77%) mengganti antibiotika dengan jenis antibiotika lainnya. Simpulannya adalah pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotika yang rasional masih kurang. Untuk itu, perlu ditingkatkan edukasi mengenai penggunaan antibiotika yang rasional."
Jakarta: Pusat Pemberdayaan Masyarakat - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019
300 JPM 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Mediati Firdausya
"Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang sering terjadi dan salah satu alasan paling umum untuk penggunaan antibiotik. Salah satu masalah yang kini menjadi perhatian utama adalah masalah resistensi antimikroba, akibat penggunaan antibiotik secara tidak bijak, baik oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan. Tujuan analisis resep antibiotik di Apotek Roxy Ciledug adalah pengkajian resep sesuai persyaratan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016, analisis kesesuaian terapi berdasarkan Tatalaksana ISK dan Genitalia Pria 2021 oleh Ikatan Ahli Urologi Indonesia dan EAU Guidelines on Urological Infections 2022, dan memberikan rencana tindak lanjut untuk penyelesaian masalah terkait obat yang terjadi atau berpotensi terjadi. Penelitian ini bersifat observasional dengan pengambilan sampel secara retrospektif. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu pasien dengan peresepan antibiotik oral maupun topikal. Kriteria eksklusi yaitu resep antibiotik telemedicine. Resep antibiotik yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini ditetapkan secara simple random sampling. Jumlah sampel yang digunakan yaitu satu resep. Pasien dengan peresepan antibiotik yang masuk di Apotek Roxy Ciledug pada periode Juli 2022 berjumlah 87 pasien. Resep yang digunakan adalah resep antibiotik azithromycin, doxycycline, metronidazole. Hasil pengkajian menunjukkan resep telah sesuai persyaratan administratif, tidak ada bentuk sediaan menurut kajian farmasetik, terdapat efek samping obat dan tidak tepat dosis menurut kajian aspek klinis. Tindak lanjut mengenai masalah terkait potensi efek samping obat yaitu pemberian informasi obat kepada pasien, sedangkan masalah terkait interaksi obat yaitu pemberian jeda waktu penggunaan obat.

Urinary Tract Infection (UTI) is a common bacterial infection and one of the most common reasons for taking antibiotics. One of the problems that has now become the main concern is antimicrobial resistance, due to the unwise use of antibiotics, either by the public or health workers. The purpose of analyzing antibiotic prescriptions at Apotek Roxy Ciledug is to review prescription according to Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 Tahun 2016, analysis of the suitability of therapy based on the Tatalaksana ISK dan Genitalia Pria 2021 by the Indonesian Association of Urologists and the EAU Guidelines on Urological Infections 2022, and provides a follow up plan for solving DRP that occur or potentially to occur. This study is an observational study with retrospective sampling. The inclusion criteria were patients prescribed oral or topical antibiotics. The exclusion criteria were telemedicine antibiotic prescriptions. Antibiotic prescriptions used as sample in this study were determined by simple random sampling. The number of samples used is one prescription. Patients with antibiotic prescriptions who entered the Apotek Roxy Ciledug in July 2022 totaled 87 patients. The prescription used was azithromycin, doxycycline, metronidazole. The results showed that the prescription met administrative requirements, there were no dosage forms according to pharmaceutical studies, there were drug side effects and the dosage was incorrect according to clinical aspects. Follow up regarding problems related to potential drug side effects is providing drug information to patients, while problems related to drug interactions is providing drug use interval."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Ayu Dwi Ajie Saputri
"Penggunaan antibiotik yang tidak tepat di masyarakat dapat menyebabkan peningkatan resistensi terhadap antibotik. Apotek merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan obat di komunitas. Oleh sebab itu, peraturan pemerintah membatasi penjualan antibiotik tanpa menggunakan resep kecuali obat-obat yang terdapat dalam daftar dalam obat wajib apotek (OWA). Metode crossectional quantitative dilakukan untuk mengetahui tingkat pelayanan antibiotik tanpa resep yang dilakukan di apotek wilayah DKI Jakarta. Dari 190 responden apotek yang bersedia di interview, diketahui 15 apotek (9,7%) apotek tidak pernah melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep, sebanyak 44 apotek (23,6%) jarang melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep, sebanyak 60 apotek (31,6%) kadang-kadang melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep, dan 71 apotek (36,3 %) sering/ selalu melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep. Dari faktor-faktor yang banyak sedikitnya pelayanan resep, sikap, usia, kepemilikan apotek, sarana dan jumlah apoteker pendamping memiliki hubungan yang bermakna dengan apotek melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep di apotek wilayah DKI Jakarta. masa kerja, pengetahuan, motivasi, pengawasan, pelatihan, dan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan apotek melakukan pelayanan antibiotik tanpa resep di apotek wilayah DKI Jakarta. Sikap merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pelayanan antibiotik tanpa resep wilayah DKI Jakarta.

The use of antibiotics in the community can lead to increase resistance to antibotic. Pharmacy is one of the health facilities that provide drugs in the community. Therefore, government regulations restrict antibiotics services without prescription unless the drugs contained in the list of Obat Wajib Apotek (OWA). Observational quantitative method with cross sectional study design was conducted to determine the level of antibiotics services without prescription in DKI Jakarta. Among 190 respondents who want to be interviewed, 15 pharmacies (9.7%) was never doing the service of antibiotics without prescription, 44 pharmacies (23.6%) rarely doing antibiotics services without prescription, 60 pharmacies (31.6 %) sometimes doing antibiotics services without prescription, and 71 pharmacies (36.3%) frequently / always in doing antibiotics services without prescription. Factors significantly associated with antibotic services without a prescription is that many prescription service, attitude, age, ownership of pharmacies, facility, and the number of pharmacist assistants. Age is the most dominant variable related to the antibiotics services without prescription in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penyakit tukak peptik tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi
berbeda dan dijumpai lebih banyak pada pria dibandingkan wanita (2:1).
Penyebab utama tukak peptik adalah infeksi oleh Helicobacter pylori dan
pemakaian obat anti inflamatorik non-steroid (OAINS) termasuk aspirin (Asetil
Salicyl Acid/ASA). Berdasarkan data di suatu rumah sakit swasta di Surabaya
dalam kurun waktu satu tahun (Juli 1997-Juli 1998), terdapat sekitar 17,1%
penderita tukak peptik. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara jumlah obat dalam satu resep dengan jumlah interaksi obat
yang terjadi, serta untuk melihat hubungan antara jumlah obat dalam satu
resep dengan kerasionalan resep. Penelitian dilakukan terhadap resep obat
tukak peptik yang diterima apotik Kimia Farma Depok periode Januari-Mei
2007. Desain penelitian ini adalah studi potong lintang (Cross sectional) yang
bersifat deskriptif analitis dengan metode survei. Interaksi obat pada 311
resep obat tukak peptik, ditemukan pada 71 resep (22,8%) diantaranya.
Resep yang dinyatakan rasional adalah 303 lembar resep (97,4%) dan resep
yang dinyatakan tidak rasional dilihat dari efek samping interaksi obat
sebanyak 8 lembar resep (2,6%). Berdasarkan hasil dari uji Kai Kuadrat,
didapatkan tidak ada hubungan antara jumlah obat dalam satu resep dengan
jumlah interaksi obat yang terjadi dan tidak ada hubungan antara jumlah obat
dalam satu resep dengan kerasionalan resep."
Universitas Indonesia, 2007
S32571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S32096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>