Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57296 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Hasanah
"Skopoletin merupakan golongan kumarin yang memiliki efek fisiologi dan farmakologis pada manusia. Skopoletin memiliki aktivitas sebagai antijamur, antibakteri, antiperadangan, melancarkan peredaran darah dan menurunkan tekanan darah. Skopoletin pada jenis umbi-umbian telah diteliti, namun pada ubi jalar ungu masih terbatas pada identifikasi dan belum ada penelitian yang membandingkan jenis-jenis pelarut terhadap ekstraksi skopoletin dengan metode maserasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendapatkan jenis pelarut yang menghasilkan rendemen ekstrak kental dan
kandungan skopoletin tertinggi pada ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). Ekstraksi senyawa skopoletin dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol, etanol dan etil asetat. Metode analisis skopoletin yang digunakan adalah metode kromatografi cair kinerja tinggi-fluoresensi (KCKT-FL) dan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen ekstrak skopoletin tertinggi diperoleh dari ekstrak dengan pelarut etanol yaitu sebesar 4,49±0,11 %, kemudian etil asetat sebesar 4,43±0,03 % dan terendah metanol sebesar 4,36±0,04 %. Nilai kandungan skopoletin tertinggi diperoleh dari pelarut etanol sebesar 118,092±1,57 ppm, lalu metanol sebesar 111,86±1,58 ppm dan terendah etil asetat sebesar 18,760±2,74 ppm."
Bogor: Balai Besar Industri Agro, 2020
338.1 WIHP 37:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dzakwan Afkaarul Khalwani
"Hingga kini, senyawa turunan kumarin telah banyak disintesis dan telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang baik. Pada penelitian ini telah disintesis senyawa turunan 4-metilkumarin dengan mereaksikan etil asetoasetat dengan beberapa senyawa fenol, yaitu resorsinol, m-aminofenol, α-naftol, dan β-naftol menggunakan bantuan iradiasi microwave melalui reaksi kondensasi Pechmann tanpa pelarut dan ditentukan aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH. Dari empat variasi senyawa fenol yang digunakan, hanya resorsinol yang menghasilkan produk kumarin, m-aminofenol menghasilkan produk 2-kuinolon, sedangkan α-naftol tidak menghasilkan produk murni dan β-naftol gagal dilakukan. Reaksi antara resorsinol dan etil asetoasetat ditentukan kondisi optimumnya dan dijadikan dasar reaksi untuk menyintesis turunan 4-metilkumarin lainnya. Kondisi optimum yang didapatkan adalah katalis 10%, rasio mol 1:1, waktu reaksi 25 menit yang menghasilkan 7-hidroksi-4-metilkumarin dengan yield 53%, 7-hidroksi-4-metil-2-kuinolon dengan yield 60%, dan 7,8-benzo-4-metilkumarin yang tidak murni. Seluruh produk yang didapat telah dilakukan identifikasi dengan KLT, penentuan titik leleh, dan karakterisasi menggunakan FTIR, UV-Vis, dan NMR. Hasil pengujian aktivitas antioksidan mengggunakan metode DPPH menunjukan nilai IC50 dari 7-hidroksi-4-metilkumarin, 7-hidroksi-4-metil-2-kuinolon, dan campuran 7,8-benzo-4-metil kumarin berturut-turut adalah 128,65 (lemah); 93,74 (sedang); dan 17,26 (kuat) ppm. Senyawa turunan 4-metilkumarin dan 4-metil-2-kuinolon memiliki potensi sebagai antioksidan.
Kata kunci: 4-metil kuma

As of today, coumarin derivatives have been widely synthesized and have been proven to have good antioxidant activity. In this study, 4-methylcoumarin derivatives have been synthesized by reacting ethyl acetoacetate with several phenolic compounds, namely resorcinol, m-aminophenol, α-naphthol, and β-naphthol using microwave irradiation via the Pechmann condensation reaction with solvent-free, and their antioxidant activity is determined using the DPPH method. Of the four variations of phenol compounds used, only resorcinol produced coumarin products and m-aminophenol produced 2-quinolone products in pure products, while α-naphthol produced coumarin products in a mixture and β-naphthol failed to obtain the desired products. The optimum conditions for the reaction between resorcinol and ethyl acetoacetate are used as the basis for the reaction to synthesize other 4-methylcoumarin derivatives. The optimum condition obtained was 10% catalyst, 1:1 mol ratio, 25 minutes reaction time which resulted 7-hydroxy-4-methylcoumarin (53%), 7-hydroxy-4-methyl-2-quinolone (60%), and the mixture of 7,8-benzo-4-methylcoumarin and its precursors. All the products obtained were identified by TLC, determined their melting points, and characterized using FTIR, UV-Vis, and NMR. The results of the antioxidant activity test using DPPH method showed the IC50 value of 7-hydroxy-4-methylcoumarin, 7-hydroxy-4-methyl-2-quinolone, and a mixture of 7,8-benzo-4-methyl coumarin was 128.65 (weak), 93.74 (moderate), and 17.26 (active) ppm, respectively. In conclusion, 4-methylcoumarin and 4-methyl-2-quinolone derivatives had a potency as antioxidant agents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lies K. Wibisono
"ABSTRAK
Calophyllum biflorum Hend. & WS. merupakan tanaman hutan tropis dari keluarga Guttiferae yang banyak terdapat di Indonesia dan di Malaysia. Berbagai jenis Calophyllum digunakan sebagai obat tradisional, antara lain sebagai obat penyakit kulit, rematik, dan kanker.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menentukan struktur molekul senyawa derivat kumarin dari kulit batang Calophyllum biflorum, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan in vivo tumor transplantabel kelenjar susu mencit C3H.
Isolasi senyawa dilakukan dengan cara maserasi serbuk kulit batang Calophyllum biflorum dengan menggunakan pelarut petroleum eter. Senyawa yang dikandung dalam ekstrak petroleum eter dipisahkan dengan kromatografi kolom dengan silika gel sebagai fase diam, campuran petroleum eter dan etil-asetat, sebagai fase geraknya. Pemurnian dilakukan dengan Cara rekristalisasi. Senyawa yang berhasil diisolasi, diidentifikasi menggunakan spektrofotometer ultra ungu dan infra merah, spektrometer 1H-NMR dan '3C-NMR, spektrometer massa, dan diffraksi sinar-X. Berdasarkan data spektrometri, analisis diffraksi sinar-X, dan pustaka, diketahui senyawa tersebut mempunyai kerangka kumarin dan dikenal sebagai senyawa kalanon.
Untuk mengetahui pengaruh kalanon terhadap pertumbuhan in vivo tumor transplantabel kelenjar susu, digunakan mencit C3H yang dibagi dalam kelompok kontrol tanpa perlakuan, kelompok kontrol pelarut yang disuntik 0,1 mL pelarut PEG 400, dan 4 kelompok perlakuan masing-masing disuntik 0,1 mL larutan kalanon dalam PEG 400 dengan dosis 1 mg/mL, 2 mg/mL, 4 mg/mL, dan 8 mg/mL. Penyuntikan secara subkutis di sekitar tumor dilakukan tiga kali seminggu selama 4 minggu. Dari hasil uji statistik non parametrik menurut metode Friedman terhadap besar tumor dan dari grafik pertumbuhan besar tumor rata-rata setiap minggu, terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok dosis 4 mg/mL dibandingkan dengan kedua kelompok kontrol dan kelompok dosis lainnya. Hal ini didukung oleh gambaran morfologis sediaan mikroskopis dengan pewarnaan hematoksilin-eosin.

ABSTRACT
Calophyllum biflorum belongs to the Guttiferae family, found in tropical rain forests in Indonesia and Malaysia. Many of the calophyllum species are used as traditional medicine by local people, among other things for treatment of skin disease, rheumatism, and cancer.
The aim of this study was to isolate and determine the molecular structure of coumarin derivate from the stem bark of C. biflorum and it's effect on the in vivo growth of a transplantable C3H mammary tumor cells.
Isolation of the compounds were done by maceration of stem bark powder of C. bifiorum in petroleum ether. The compounds in petroleum ether extract were separated by column chromatography using silica gel as the stationary phase, petroleum ether and ethyl acetate mixture as the mobile phase. Purification of this compound was done by recrystallization. The pure compound was identified by using UV and IR. spectrophotometers, IH-NMI and 13C-NMR, mass spectrometer, and x-ray diffraction spectroscopy. Based on the data obtained, it was concluded that the compound has a coumarin skeleton and was known as calanone.
To know the effect of calanone on the in vivo growth of transplantable C3H mammary tumor cells, C3H mice were used which were divided into : one group of untreated control, one group of solvent control (injected with 0,1 mL PEG 400) and four treated groups, each of which were injected subcutaneously nearby the tumor with 0,1 mL of 1 mg/mL, 2 mg/mL, 4 mg/mL, and 8 mglmL of calanone in PEG 400 solvent respectively. The injection were given three times a week, for four weeks. By using Friedman test, for non parametric statistical analysis of the weekly observed tumor volume, and from the graphic of the weekly mean tumor volume of each group , it was shown that there was a significant decrease in the tumor growth of the group treated with calanone solution of 4 mg/mL dosage, compared to the control or other groups. This effect can also be seen histopathologically on the hematoxylin-eosin microscopic specimens.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murray, R.D.H.
New York: John Wiley & Sons, 1982
547.038 MUR n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus William Winata
"Jerawat merupakan masalah yang banyak terjadi pada remaja terutama pada masa pubertas. Faktor penyebab jerawat bermacam-macam seperti kelainan pada keratinisasi folikel, produksi sebum, proliferasi Propionibacterium acnes, dan peradangan. Selain itu, bakteri Staphylococcus epidermidis juga merupakan penyebab jerawat yang bersifat patogen oportunis. Untuk mencari senyawa yang aktif terhadap bakteri jerawat, senyawa kumarin yang memiliki kemiripan struktur dengan tetrasiklin (antibiotik umum), diharapkan mampu mengatasi masalah jerawat karena bakteri penyebab jerawat sudah menunjukan resistensi terhadap tetrasiklin. Pada penelitian ini, telah berhasil disintesis dua senyawa turunan kumarin dari resorsinol dan etil asetoasetat dengan katalis asam p-toluenasulfonat (PTSA) menggunakan metode MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis) dan refluks sebagai pembanding menghasilkan 7-hidroksi-4-metilkumarin diperkuat dengan hasil karakterisasi dan didapatkan yield optimum sebesar 60,01 ± 2,9% dengan kondisi reaksi, perbandingan mol reaktan 1:1, konsentrasi katalis 10%, dan waktu reaksi 180s. Senyawa turunan kumarin kedua yang telah berhasil disintesis dari floroglusinol dan etil asetoasetat dengan PTSA adalah 5,7-dihidroksi-4-metilkumarin dan didapatkan yield sebesar 38,06 ± 3,5%. dengan kondisi reaksi optimum pada sintesis sebelumnya, serta dilengkapi data hasil karakterisasi. Senyawa 4-metilkumarin dari prekursor fenol disintesis menggunakan metode MAOS dan refluks dengan parameter yang dinaikkan berkali lipat tapi tidak terbentuk. Hal ini menjelaskan fenol dan katalis yang digunakan kurang reaktif untuk pembentukkan senyawa kumarin. Kedua senyawa hasil sintesis tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap P. acnes dan S. epidermidis yang menunjukkan bahwa turunan 4-metilkumarin tidak berpotensi sebagai agen antibakteri penyebab jerawat.
Acne is a problem that often occurs in adolescents, especially at puberty phase. There are several causes of acne such as abnormalities in follicular keratinization, sebum production, Propionibacterium acnes bacteria proliferation, and inflammation. In addition, the Staphylococcus epidermidis (pathogen opportunistic) is also a causing acne. To look for compounds that are active against acne bacteria, coumarin which have structural similarities with tetracycline (general antibiotics), are expected to be able to overcome the problem of acne, because the bacteria that causes acne has already shown resistance to tetracycline. In this research, two coumarin derivatives from resorcinol and ethyl acetoacetate have been successfully synthesized with p-toluenesulfonic acid (PTSA) catalysts using the MAOS (Microwave Assisted Organic Synthesis) method and reflux as a comparison to produce 7-hydroxy-4-methylcoumarin reinforced with the results of characterization and obtained an optimum yield of 60.01% with reaction conditions, 1:1 reactant mole ratio, 10% catalyst concentration, and 180s reaction time. The second coumarin derivative compound which has been successfully synthesized from phloroglucinol and ethyl acetoacetate with PTSA is 5,7-dihydroxy-4-methylcoumarin and obtained a yield of 38.06% with optimum reaction conditions same as previous synthesis, and equipped with characterization results. The 4-methylcoumarin compound from the phenol precursor was synthesized using the MAOS and reflux method with parameters raised many times but still not formed. This explains the phenol and catalyst used is less reactive for the formation of coumarin compounds. Both compounds have no antibacterial activity against P. acnes and S. epidermidis which shows that 4-methylcoumarin derivatives have no potential as an antibacterial agent that causes acne"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Surya Al-Laily
"Kumarin merupakan kelompok senyawa heterosiklik yang secara alami terdapat pada tanaman. Senyawa turunan kumarin telah banyak disintesis dan beberapa di antaranya memiliki aktivitas antibakteri. Di sisi lain, resistensi bakteri terhadap antibiotik mendesak agar penelitian tentang senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri terus dikembangkan. Oleh karena itu, pada penelitian ini disintesis senyawa turunan 4-metil kumarin dan dianalisis aktivitas antibakterinya terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus berdasarkan studi literatur. Bakteri E. coli dan S. aureus merupakan dua bakteri paling umum yang memiliki resistensi terhadap antibiotik. Senyawa turunan 4-metil kumarin yang berhasil disintesis adalah 7-hidroksi-4-metil kumarin dari reaksi kondensasi Pechmann antara resorsinol dan etil asetoasetat dengan katalis SnCl2.2H2O menggunakan metode Microwave Assisted Organic Synthesis (MAOS) dengan persentase yield optimum sebesar 49,85 ± 5,4% dengan kondisi reaksi rasio mol resorsinol/etil asetoasetat 1:1, 10% mol katalis terhadap resorsinol, waktu reaksi 260 detik, dan tanpa pelarut. Senyawa hasil sintesis telah diidentifikasi dengan KLT dan uji titik leleh, serta dikarakterisasi dengan menggunakan FTIR, UV-Vis, dan NMR (1D dan 2D). Sintesis senyawa turunan 4-metil kumarin lainnya dari katekol dan hidrokuinon sebagai pengganti resorsinol tidak berhasil dilakukan yang menunjukkan kereaktifan kedua senyawa dihidroksibenzena tersebut lebih rendah dibandingkan dengan resorsinol. Berdasarkan studi literatur, senyawa turunan 4-metil kumarin, 6-hidroksi- dan 7-hidroksi-4-metil kumarin, memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli. Senyawa 7-hidroksi-4- metil kumarin juga dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus. Oleh karena itu, senyawa turunan 4-metil kumarin yang disintesis pada penelitian ini diharapkan memiliki potensi sebagai agen antibakteri.

ABSTRACT
Coumarin is classified as a group of heterocyclic compounds naturally found in plants. Coumarin and its derivatives have been widely synthesized and shown antibacterial activities. On the other hand, antibiotic resistance of some bacterial strains has urged the research development related to the new antibacterial agents. Accordingly, in this study, 4-methyl coumarin derivatives were synthesized and its antibacterial activities were also evaluated against Escherichia coli and Staphylococcus aureus based on literary study. Both bacteria are the most common multidrug-resistant bacteria. 7-Hydroxy-4-methyl coumarin was successfully synthesized via Pechmann condensation between resorcinol and ethyl acetoacetate with SnCl2.2H2O as catalyst using MAOS method. The synthesized compound was obtained with an optimum yield of 49,85 ± 5,4% under solvent free reaction with resorcinol/ethyl acetoaceate molar ratio of 1:1 (mol/mol), 10 mol% catalyst, and 260s reaction time. The synthesized product was identified by TLC and melting point apparatus, and further characterized by using FTIR, UV-Vis, and NMR (1D and 2D) instruments. However, other 4-methyl coumarin derivatives from catechol and hydroquinone to substitute resorcinol were failed to synthesize revealing that they have low reactivity compared to resorcinol in Pechmann condensation. Based on literary studies regarding its antibacterial activities, 4-methyl coumarin derivatives, i.e. 6- hydroxy- and 7-hydroxy-4-methyl coumarin showed good activity towards E. coli. In addition, 7-hydroxy-4-methyl coumarin was also reported having antibacterial activity against S. aureus. Therefore, 4-methyl coumarin derivatives may have potency as antibacterial agent.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William
"Kafein yang merupakan salah satu komponen utama dalam minuman berenergimemiliki dampak pada berat badan dan aktivitas fisik Konsumsi kafein akanmenyebabkan peningkatan dari kesadaran dan kewaspadaan Dengan terjadinyapeningkatan ini maka aktivitas fisik akan meningkat sehingga berat badan dapatturun Hal ini masih menjadi perdebatan beberapa ahli antara hubungan kafeindengan berat badan Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruh kafein terhadap berat badan dan aktivitas fisik Penelitian dilakukan denganmemakai 15 ekor hewan coba tikus yang akan diberi Minuman B kafein danakuades Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pemberian bahan uji setiap hariselama 5 hari per minggu dan dilakukan selama 3 minggu Berat badan diukur setiappagi hari 30 menit setelah pemberian bahan uji dan aktivitas fisik dalam detik diukurselama 3 menit Hasil penelitian menunjukan tidak terjadi perbedaan yang bermaknapada perubahan berat badan dari minuman berenergi B dengan kafein p 0 251 Minuman B dengan akuades p 0 762 dan kafein dengan akuades p 0 105 Tidakterdapat perbedaan yang bermakna dari aktivitas fisik tikus antara Minuman Bdengan kafein p 0 076 terdapat perbedaan bermakna antara Minuman B denganakuades p 0 001 dan antara kafein dengan akuades p 0 000 Batas penilaiankemaknaan ditentukan dengan nilai p 0 05.

Caffeine is one of major component in energy drinks have impact to body weight andphysical activity Consumption caffeine will increase consciousness and alertness Byincrease physical activity the body weight can be decreased It is still debate by someexpert the correlation between caffeine and body weight So the purpose of thisresearch was to determine the effect of caffeine on body weight and physical activity This research was conduct by using 15 rats that each five of them was given B drinks caffeine and aquadest respectively The research was conducted by administering thetest substance daily for 5 days per week for 3 weeks Body weight was measuredevery morning 30 minutes after administration of the test substance and physicalactivity measured in seconds for 3 minutes Result from this research is notsignificant The result showed up in rat body weight between B drinks and Caffeine p 0 251 Minuman B and akuades p 0 762 caffeine and aquadest p 0 105 Furthermore no significant result in mouse physical activity between Minuman Band Caffeine p 0 076 but have significant result between B drinks and aquadest p 0 001 and between caffeine and aquadest p 0 000 There is significant result ifp 0 05 "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis ubi jalar dan campuran ubi jalar : kacang hijau terhadap kualitas nasi ubi jalar instan yang disukai konsumen."
631 BLI 48:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam minuman sari ubi jalar ungu yang berperan sebagai antioksidan, dan mengetahui pengaruh suhu dan lama pemanasan terhadap aktivitas antioksidan dan total antosianin minuman sari ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L). Ubi jalar ungu diolah menjadi minuman sari ubi jalar ungu melalui proses pemanasan dengan berbagai variasi suhu, yaitu 70°C, 80°C, dan 90°C dan berbagai variasi lama pemanasan, yaitu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Penentuan kandungan senyawa metabolit sekunder dilakukan melalui uji fitokimia. Penentuan total antosianin dilakukan dengan menggunakan metode perbedaan pH. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat didalam ekstrak ubi jalar ungu dan minuman sari ubi jalar ungu yaitu antosianin, flavonoid, dan terpenoid. Total antosianin minuman sari ubi jalar ungu te:rjadi penurunan dengan rentang antara 215,08 mg/L- 101,86 mg/L. Aktivitas antioksidan minuman sari ubi jalar ungu te:rjadi penurunan dengan rentang antara 90,63 % - 67,79%. Aktivitas antioksidan dan total antosianin minuman sari ubi jalar ungu semakin menurun seiring dengan meningkatnya suhu dan lama pemanasan. Karakteristik terbaik terdapat pada minuman sari ubi jalar ungu yang dibuat dengan suhu pemanasan 80°C. Prosedur yang menghasilkan aktivitas antioksidan, total antosianin, dan ketahanan terbaik adalah prosedur pembuatan minuman sari ubi jalar ungu pada suhu pemanasan 80°C selama 5 menit."
541 JSTK 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
J. Handoko Koesnadi
"Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan membandingkan kelompok siswa penyelam (Selamal) sebanyak 43 laki-laki sehat sebagai kelompok perlakuan, dan kelompok siswa perawat (Sekesal) sebanyak 39 laki-laki sehat sebagai kelompok kontrol dan berumur antara 21-33 tahun; terhadap perubahan Volume Ekspirasi Paksa 1 detik (VEPI) per Kapasitas Vital Paksa (KVP) dan denyut nadi di Iingkungan normobarik (darat) dan submersi (air) path pralatihan dan pascalatihan. Intervensi hanya dikerjakan pada kelompok perlakuan berupa latihan fisik dasar dan latihan menyelam selama 12 minggu.
Pengukuran dilaksanakan saat pralatihan dan pascalatihan pada kondisi submersi dan normobarik dengan menggunakan Spirometer, Palpasi dan Sphygmomanometer. Hasil dari peneitian ini, setelah intervensi dilakukan tidak ada perbedaan yang bermakna pada nilai VEP1/KVP pada kedua kelompok di kondisi normobaiik, tetapi pada kondisi submersi ada perbedaan bermakna. Perbedaan bermakna juga ditunjukkan pada nilai nadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol baik pada kondisi normobarik maupun submersi.
Kenyataan ini menunjukkan ada pengaruh lingkungan hiperbarik terhadap fisiologi paru-paru dan kardiovaskuler, juga fenomena bradikardi yang telah dìbuktikan peneliti terdahulu. Kondisi hiperbaiik dapat menyebabkan menurunnya VEP1/KVP dan denyut nadi karena beberapa faktor dan sebagai akibat dari tekanan negatif dan kondisi pernafasan tanpa gravitasi.

This research used experimental design to compare military diver group student as a treated group, the samples are 43 healthy male and group of nurse student as a control group, to the samples are 39 healthy male, age between 21 ?33 years old to the change of FEV1/EVC and the pulse in the normobaric environment and submersion during preexercise and post-exercise. Intervension was done only by treated group in basic physical exercise and diving exercise for 2 hours/ day for 12 weeks.
Measurement was done during pre-exercise and post-exercise in the submersion and normobaric odition by using Sirometer, Palpation and Sphygtnotnanometer. The result of this research showed that after intervenSiofl was done there is no significant differences of the value FEV1/FVC on both group in normobaiic condition, but in submersion condition there is significant differences. Significant differences of the pulse value also showed among on the treated group and control group either normobaric condition or sUbmerSion condition.
This fact showed that there is an influence of hyperbaric environment to the physiology of lung and cardiovascular also the bradicairdy phenomene as its proved by the former researchers. Hyperbaric condition can cause decrease of FEV1/FVC and pulse because of some factors and the consequences are negative pressure and breathing condition without gravitation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>