Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasim
"Angkak (red yeast rice), bahan pangan fermentasi beras oleh kapang Monascus purpureus dan memiliki beberapa senyawa metabolit bersifat antioksidan. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi ekstrak air angkak dalam mencegah peroksidasi lipid di dalam serum dan organ hati tikus. Sprague Dawley yang diinduksi propiltiourasil dan diet tinggi lemak. Tikus sebanyak 25 ekor dibagi menjadi lima kelompok [normal, kontrol positif, kontrol negatif, induksi air angkak 50 mg/kg (kelompok A1), dan 100 mg/kg (kelompok A2)]. Parameter uji yang diamati adalah konsentrasi malonaldehid (MDA) serum darah dan hati, aktivitas enzim aminotransferase serum, dan gambaran mikroskopik hati. Tikus dengan induksi air angkak 100 mg/kg menunjukkan penghambatan peningkatan konsentrasi MDA pada serum dan hati serta aktivitas AST signifikan terhadap kelompok kontrol negatif. Histopatologi hati kelompok yang induksi ekstrak air angkak menunjukkan adanya perbaikan jaringan yang secara kualitatif ditandai dengan sel hepatosit utuh yang diwarnai oleh pewarna Hematoksilin-eosin, susunan sel rapat dan berjajar secara radial. Induksi 100 mg/kg masih menunjukkan perbesaran vakuola atau butiran lipid yang berwarna putih yang menjadi penanda degenerasi lemak."
Bogor: Balai Besar Industri Agro, 2020
338.1 WIHP 37:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Radiastuti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Endah Wahyuningsih
"ABSTRAK
Ampas tahu di Indonesia cukup besar untuk dimanfaatkan,
yaitu 6.387,188 ton pada tahun 1982. Salah satu cara memanfaatkan ampas tahu menjadi bahan pangan adalah dengan cara fermentasi. Mikroorganisrae yang berperan adalah kapang dari genus Rhizopus dan Neurospora. Pada pembuatan tempe gembus dengan campuran bekatul, sejauh ini belum diketahui manfaat terhadap nilai gizinya; mengingat bekatul merupakan sumber thiamin akan tetapi Rhizopus membutuhkan thiamin untuk pertumbuhannya. Analisis thiamin dalam tempe gembus ini dilakukan dengan memberikan enzim taka diastase dan larutan para-amino-asetofenon.
Selama proses fermentasi, pola kenaikan dan penurunan thiamin pada tempe gembus campuran bekatul 0% dan 5% sama, yaitu kadar thiamin naik sampai inkubasi 24 jam, kemudian turun pada inkubasi 30 jam dan naik lagi pada 48 jam inkubasi, Uji Tukey pada .kedua campuran bekatul ini, untuk tempe dengan waktu inkubasi 24 dan 30 jam tidak berbeda nyata. Hasil itu adalah: 1353,1895∂ (0%bekatul, 24 jam), 1249,834 3∂ (0% bekatul, 30 jam), 1098,227 ∂ (5% bekatul, 24 jam), dan 865,396∂ (5% bekatul, 30 jam). Pada tempe campuran bekatul 10% polanya berbeda, yaitu terjadi penurunan pada inkubasi 24 jam, kemudian naik pada 30 jam dan 48 jam inkubasi.
Uji Tukey antara tempe inkubasi 24 jam (1141,648∂) berbeda nyata dengan tempe inkubasi 30 jam (1363,461 ∂). "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1985
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Haifa
"[Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan starter mikroba (Acetobacter aceti, Lactobacillus plantarum dan Saccharomyces cerevisiae) serta pemerasan pulp terhadap fermentasi dan mutu biji kakao. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3x5 dengan dua kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan starter meningkatkan konsentrasi etanol pada saat fermentasi dan meningkatkan kadar asam asetat dan asam sitrat, tetapi menurunkan konsentrasi asam oksalat pada biji kakao. Penambahan starter disertai pemerasan pulp menghasilkan biji kakao dengan kadar asam asetat sebesar 0,47%, sedangkan biji kakao tanpa pemerasan menghasilkan kadar asam asetat 0,49%. Penambahan starter disertai pemerasan pulp menghasilkan mutu biji kakao terbaik dengan karakteristik sebagai berikut: skor nilai uji belah tertinggi (379 dari 400), mutu fisik (Golongan mutu A) serta memenuhi persyaratan mutu SNI 2008 No. 2323 tentang biji kakao dengan rasio jumlah per berat biji sebanyak 88 biji/100g; nilai pH 4,93; kadar asam asetat 0,47%, kadar lemak 34,90%, kadar air 4,47%, kadar serat kasar 3,66% dan kadar abu 4,82% dengan waktu fermentasi selama 5 hari.;The aimed of this study was to investigate the effect of starter culture addition (Acetobacter aceti, Lactobacillus plantarum, and Saccharomyces cerevisiae) with depulping on the fermentation and quality of cocoa beans. The experimental design of this study was conducted using a 3×5 factorial Completely Randomized Design (CRD) with duplicate replication. The result revealed that starter addition increased ethanol concentration on the fermentation process, increased acetate acid, and citric acid concentration meanwhile oxalic acid was decreased on cocoa beans during 5 days of fermentation. Depulping caused a slight decrease in acetic acid concentration at the end of fermentation with values of 0,47%, meanwhile the sample of cocoa beans without depulping treatment had acetic acid concentration of 0,49%. Starter culture addition and depulping treatment resulted the best characteristic of cocoa beans which visualized by the largest amounts of cut test score (379 of 400), physical quality (Grade A) and completed SNI No. 2323-2008 requirements with total beans/100 g ratio of 88 beans/100g; pH values of 4,93; acetic acid concentrations of 0,47%, content of fat 15,12%, moisture 4,47%, crude fiber 3,66% and total ash 4,82% after 5 days fermentation., The aimed of this study was to investigate the effect of starter culture addition (Acetobacter aceti, Lactobacillus plantarum, and Saccharomyces cerevisiae) with depulping on the fermentation and quality of cocoa beans. The experimental design of this study was conducted using a 3×5 factorial Completely Randomized Design (CRD) with duplicate replication. The result revealed that starter addition increased ethanol concentration on the fermentation process, increased acetate acid, and citric acid concentration meanwhile oxalic acid was decreased on cocoa beans during 5 days of fermentation. Depulping caused a slight decrease in acetic acid concentration at the end of fermentation with values of 0,47%, meanwhile the sample of cocoa beans without depulping treatment had acetic acid concentration of 0,49%. Starter culture addition and depulping treatment resulted the best characteristic of cocoa beans which visualized by the largest amounts of cut test score (379 of 400), physical quality (Grade A) and completed SNI No. 2323-2008 requirements with total beans/100 g ratio of 88 beans/100g; pH values of 4,93; acetic acid concentrations of 0,47%, content of fat 15,12%, moisture 4,47%, crude fiber 3,66% and total ash 4,82% after 5 days fermentation.]"
Universitas Indonesia, 2015
S60920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Proses fermentasi merupakan salah satu tahap yang penting dalam penanganan pasca panen coklat. Penolahan biji coklat basah menjadi biji coklat kering diperlukan untuk membentuk aroma coklat, selama pengolahan biji coklat basah menjadi biji coklat kering aroma coklat yang akan terbentuk apabila fermentasi dan pengeringan dilakukan dengan sempurna...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ingrid S. Surono
Jakarta: PT Tri Cipta Karya, 2004
547.29 ING p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Di wilayah Sumpiah ,itik dipelihara dengan diberi pakan yang terdiri dari dedak dan sisa dapur seadanya atau nasi aking, akibatnya pertumbuhan lambat.Padahal pertumbuhan itik jantan lebih cepat dibandingkan itik betina dengan kondisi pemeliharaan yang relatif sama...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Ashriyani
"Dalam kondisi krisis energi seperti saat ini, pemanfaatan sumber daya
yang dapat diperbarui diharapkan dapat membantu pemenuhan kebutuhan
energi. Makroalga merupakan salan satu sumber daya yang dapat
dimanfaatkan sebagai penghasil energi alternatif dalam bentuk bioetanol.
Pada penelitian ini, dipilih makroalga genus Eucheuma dan Gracilaria karena
memiliki kandungan selulosa serta mudan dan cepat pembudidayaannya.
Eucheuma dan Gracilaria dinidrolisis olen jamur Thchoderma viride yang
mengnasilkan enzim selulase. Konsentrasi senyawa gula pereduksi yang
dinasilkan dari proses nidrolisis ditentukan dengan metode Somogyi Nelson.
Gula pereduksi paling tinggi yang dihasilkan dari nidrolisis Eucheuma adalan
0,090 mg/mL pada konsentrasi 7,5% dan waktu inkubasi 48 jam, sedangkan
pada Gracilaha, gula pereduksi yang dinasilkan sebesar 0,089 mg/mL pada
konsentrasi 5% dan waktu inkubasi yang sama. Hidrolisat Eucheuma dan
Gracilaria difermentasi olen sel Saccharomyces cerevisiae yang terimobilisasi
dalam Ca alginat. Kondisi optimum proses fermentasi diperolen pada pH 4
dan waktu inkubasi 24 jam yang mengnasilkan kadar etanol sebesar 0,698%
dari nidrolisat Eucheuma dan 0,530% dari Gracilada. Kadar etanol ditentukan
dengan Gas Chromatography."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30507
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Basic of cocoa bean preparation process is fermentation . Fermentation is done espicially to improve and build specific chocolate flavour of cocoa bean and its products,i.e cocoa liquor, butter, and powder and also to decrease this disliked flavors like better and acid...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>