Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158139 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bara Yudhistira
"Penggunaan buah naga menjadi produk velva melalui teknologi pembekuan sebagai upaya diversifikasi olahan buah naga. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kombinasi CMC dan gum arab terhadap karakteristik velva buah naga super merah. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu variasi konsentrasi kombinasi bahan penstabil CMC dan gum arab. Rasio puree kulit dan daging buah naga super merah yang digunakan adalah 1:4, dengan konsentrasi gula dan
asam sitrat yang digunakan adalah 25% dan 0,1%. Berdasarkan hasil analisis sensori diperoleh perbandingan 2:1 sebagai kombinasi CMC dan gum arab terpilih. Pengaruh penggunaan kombinasi bahan penstabil terhadap sampel kontrol (tanpa bahan penstabil) terlihat pada tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur dan overall, namun tidak
berpengaruh terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap warna, rasa dan aroma veva buah naga super merah. Velva buah naga super merah kombinasi CMC dan gum arab 2:1
mempunyai daya leleh 6,41 menit/3 gram, overrun 24,07% dan viskositas 2333 cP dan karakteristik kimia seperti total padatan terlarut 28,93 brix dan serat pangan 3,64% yang
menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Tetapi tidak berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dan kadar air velva."
Bogor: Balai Besar Industri Agro, 2020
338.1 WIHP 37:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Unsyura Dhipa Budaya
"Tablet mengapung lepas lambat membutuhkan eksipien yang berfungsi sebagai matriks yang mampu mengendalikan lepasnya obat dan menfasilitasi pengapungan tablet di lambung. Salah satu eksipien yang berpotensi untuk hal tersebut adalah eksipien koproses xanthan gum - gum akasia yang merupakan hasil modifikasi fisik dari 2 jenis polimer alam, yaitu xanthan gum dan gum akasia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh eksipien koproses xanthan gum - gum akasia yang kemudian digunakan sebagai matriks pada formulasi tablet mengapung.
Pada penelitian ini dibuat eksipien koproses xanthan gum - gum akasia dengan perbandingan 1:1, 1:2, 2:1, 1:3 dan 3:1 dan eksipien yang diperoleh dikarakterisasi sifat fisik, kimia, dan fungsionalnya.Eksipien-eksipien koproses yang dihasilkan tersebut kemudian diformulasikan menjadi sediaan tablet mengapung dengan menggunakan famotidin sebagai model obat. Tablet mengapung yang dihasilkan dievaluasi, antara lain uji kemampuan mengapung serta pelepasan obat dalam medium HCl pH 1,2 selama 8 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksipien koproses yang diperoleh berupa serbuk halus tidak berbau dan berwarna putih keabu-abuan.
Selain itu eksipien koproses tersebut memiliki kemampuan mengembang yang baik, viskositas yang cukup besar dan kekuatan gel yang baik yang cocok untuk digunakan sebagai matriks tablet mengapung. Tablet mengapung F2 yang dibuat dengan menggunakan eksipien koproses Ko-XG-GA 1:2 menunjukkan karakteristik yang terbaik dengan floating lag time 8,33± 0,58 menit dan kemampuan mengapung hingga 24 jam. Profil pelepasan famotidin dari tablet mengapung yang diformulasikan dengan eksipien koproses Ko-XG-GA (F1 ? F5) menunjukkan profil pelepasan obat terkendali dengan model kinetika pelepasan orde nol dan dapat digunakan untuk pemakaian selama 32 jam.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa eksipien koproses Ko-XG-GA yang dihasilkan dapat diaplikasikan sebagai matriks sediaan tablet mengapung lepas terkendali.

Controlled release floating tablets required excipient which act as a matrix that can control the release of active drugs and facilitate the tablet floating in the gastric. One of the potential excipients is a co-processed excipient of xanthan gum - gum acacia, which is a physical modification of 2 natural polymers. Therefore, the aim of this study was to produce co-processed excipients of xanthan gumgum acacia, which were used as matrices in the floating tablet formulations.
In this study, several co-processed excipients were prepared from xanthan gum and gum acacia in the ratio of 1:1, 1:2, 2:1, 1:3 and 3:1. The obtained excipients were characterized physically, chemically, and functionality. The co-processed excipients were then formulated as the floating tablets using famotidine as a drug model. The obtained floating tablets were evaluated in terms of the tablet floating capabilities and the drug release in HCl medium pH 1.2 for 8 hours.
The results showed the co-processed excipients were fine powder, odorless and greyish white colour. The resulted excipients had good swelling index, fairly large viscosity and good gel strength; hence it was suitable applied as matrices of floating tablets. The floating tablets of F2 which was containing the co-processed excipient of Co-XGGA 1:2 had shown the best characteristics with 8.33 ± 0.58 minutes of floating lag time and 24 hours of total floating time. The release study revealed that the famotidine floating tablets which were using co-processed excipients of Co-XGGA (F1 - F5) as matrices could control drug release with zero order release kinetic and could be used for controlled release dosage forms for 32 hours.
It can be concluded that the co-processed excipients of Co-XG-GA could be applied as matrices in controlled release floating tablets.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T43162
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Muhammad Fadhan
"ABSTRAK
Kayu gaharu merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tertinggi di dunia, terutama minyaknya. Namun karakteristik minyak atsiri kayu gaharu memiliki komponenn senyawa yang bersifat mudah menguap hampir sekitar 90. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini, minyak gaharu dapat dibuat menjadi sediaan padat dengan enkapsulasi menggunakan maltodekstrin dan gum arab melalui metode pengeringan beku. Enkapsulasi merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk efisiensi proses packaging dan distribusi minyak gaharu. Dilakukan empat formulasi enkapsulasi minyak gaharu yang memiliki perbedaan perbandingan zat aktif dengan enkapsulan maltodektsin dan gum arab MD/GA , yaitu F1 2:10, F2 5:10, F3 10:10 dan F4 12:10. Hasil evaluasi sediaan padat yang diperoleh nilai loading capacity tertinggi sebesar 68,6 pada sampel F2. Kemudian diperoleh persentase surface oil content sampel F1-F4 berkisar dari 3-22. Sedangkan nilai efisiensi enkapsulasi pada sampel F1- F4 sebesar 82-95,76. Pada uji morfologi keempat sampel menunjukkan bagian permukaan sediaan padatan yang berpori-pori. Secara keseluruhan, semua sampel menunjukkan hasil yang bagus baik dari loading capacity, persentase surface oil content dan efisiensi enkapsulasi.

ABSTRACT
Agarwood is a commodity that has the highest economic value in the world, especially its oil. However, the characteristics of essential oil of agarwood have a volatile compound component of almost 90. One attempt to overcome this,agarwood oil can be made into solid dosage with encapsulation using maltodextrin and gum arab through the freeze drying method. Encapsulation is one solution that can be done for the efficiency of packaging process and distribution of agarwood oil. Four different formulations of agarwood oil encapsulation were obtained which differed in the ratio of the active substance to the encapsulation of maltodecin and gum arab MD GA, ie F1 2 10, F2 5 10, F3 10 10 and F4 12 10. The result of the solid dosage evaluation obtained by the highest loading capacity was 68.6 in the F2 sample. Then obtained surface oil content value of F1 F4 sample range from 0.3 0.6 gram. While the value of encapsulation efficiency in F1 F4 sample is 82 s.d 95.76 . In the morphological test all four samples showed a porous density part of the surface. Overall, all samples showed good results both from loading capacity, surface oil content percentage and encapsulation efficiency."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safina Nadiyah Mujahidah
"Pare Momordica charantia adalah tanaman merambat yang mudah dibudidayakan dan banyak dimanfaatkan sebagai sayuran maupun untuk pengobatan. Namun, buah pare memiliki kelemahan yaitu rasanya yang pahit sehingga pemanfaatannya kurang maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan pahit pada pare dengan metode mikroenkapsulasi. Mikrokapsul ekstrak kental pare dibuat dengan metode semprot kering menggunakan penyalut maltodekstrin DE-18 dan gom arab. Pada penelitian ini dibuat tiga formula mikrokapsul pare dengan variasi konsentrasi ekstrak kental pare yaitu 28.57 ; 37.5 ; dan 50 . Hasil evaluasi pada uji viskositas larutan formula menunjukkan nilai viskositas di bawah 300 cps sehingga dapat digunakan dalam metode semprot kering.
Hasil uji morfologi menunjukkan bahwa mikrokapsul berbentuk bulat namun tidak sferis sempurna atau ada cekung di permukaannya. Uji distribusi ukuran partikel memberikan hasil diameter mikrokapsul pada rentang 12,72 7,16 hingga 14,69 7,92 nm. Kadar air yang terkandung dalam mikrokapsul pare berkisar antara 2,89 0,03 hingga 3,59 0,03 . Hasil uji rasa pahit menunjukkan adanya perbedaan rasa pahit pada standar rasa pahit yaitu ekstrak kental pare dengan ketiga formula mikrokapsul pare. Mikrokapsul pare yang menggunakan maltodekstrin dan gom arab sebagai penyalut dapat menutupi rasa pahit pare, dimana Formula 2 paling baik dalam menutupi rasa pahit.

Bitter melon is a vine that is easy to be grown and can be used as a vegetables or for treatment. However, bitter melon rsquo s fruit has a weakness because its bitter taste. This study aims to overcome the bitter problem by microencapsulation method. Microcapsule of bitter melon extract is made by spray drying method using maltodextrin DE 18 and gum arabic as coating polymers. Bitter melon microcapsules were formulated with 3 variation of bitter melon concentration 28.57 37.5 and 50. The viscosity result of formula solutions indicated that the formula had viscosity below 300 cps so it can be used in spray drying method.
The morphological test result showed that the three microcapsule formulas are round but not perfectly spheris or have concave on the surface. The particle size distribution test result is microcapsule diameter in the range 12,72 7,16 to 14,69 7,92 nm. Water content in bitter melon microcapsules range from 2,89 0,03 to 3,59 0,03 . Result of bitter taste test showed a difference in bitter taste standard and three formulas of bitter melon microcapsules. Bitter melon microcapsules that use maltodextrin and gum arabic as coatings can mask the bitter taste of bitter melon extract, which Formula 2 is the best at masking bitter taste.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amalia Handayani
"Transfersom merupakan suatu nano vesikel yang bersifat sangat elastis, sehingga ia dapat menembus membran tidak hanya karena sifatnya yang ampifilik namun juga karena ia dapat berubah bentuk. Namun, transfersom memiliki kekurangan, yaitu mudah mengalami degradasi oksidatif. Oleh karena itu, transfersom yang sudah jadi dilindungi di dalam suatu sistem mikrosfer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan mikrosfer transfersom dengan karakteristik yang baik dan stabil secara fisikokimia. Pada penelitian ini, transfersom dibuat menggunakan metode hidrasi lapis tipis dengan variasi perbandingan antara fosfolipid dan Span 80, yaitu 95:5, 90:10, dan 85:15. Dari ketiga formulasi, formula pertama terpilih untuk dijadikan mikrosfer menggunakan metode semprot kering, dengan bentuk yang sferis, berukuran 78,75 nm, indeks polidispersitas sebesar 0,187, zeta potensial sebesar -37,5 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 47,96 5,81. Kemudian, mikrosfer yang dihasilkan berbentuk tidak sferis dan berkerut, memiliki ukuran partikel 2058,44 nm dengan indeks polidispersitas 0,545, efisiensi penjerapan sebesar 59,27 0,59 , kadar air 5,21 dan indeks mengembang sebesar 289,36 setelah 4 jam. Setelah dilakukan uji disolusi, jumlah EGCG kumulatif yang diperoleh adalah 69,15 7,66 . Dari hasil tersebut diketahui bahwa, stabilitas mikrosfer transfersom dan serbuk transfersom tidak memiliki perbedaan yang siginifikan.

Transfersome is an elastic nano vesicle. It can go through a membrane because it is an amphiphilic and ultradeformable particle. However, transfersome has a weakness, it can go through oxidative degradation. Therefore, transfersome needs to be protected in a microsphere system. The aim of this study was to prepare transfersome loaded microsphere which has good characteristic and physicochemical stability. In this research, transfersome was made using thin layer hydration method. Green tea leaves extract transfersomes were formulated in the ratio of 95 5, 90 10, and 85 15 based on the amount of phospholipid and Span 80. The best formula was formula 1 F1 that had spherical shape, its size was 78.75 nm, polydispersity index 0.187, zeta potential 37.5 mV and entrapment efficiency 47.96 5.81. After that, transfersome was loaded into microsphere using spray dry method. It had non spherical and wrinkled shape, its size was 2058,44 nm, polydispersity index 0.545, entrapment efficiency 59.27 0.59, moisture content 5.21, and swelling index 289.36 after 4 hours. Total cumulative amount of EGCG after dissolution test was 69.15 7.66. The conclusion is that transfersome loaded microsphere has no significant difference with transfersome powder in physicochemical stability."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69569
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Risma Wati
"Tablet lepas lambat merupakan tablet yang didesain untuk melepaskan zat aktif secara perlahan-lahan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi eksipien sambungsilang dari koproses xanthan gum-gum akasia CL-Ko-XGGA sebagai matriks sediaan tablet lepas lambat dengan gliklazid sebagai model obat. Eksipien CL-Ko-XGGA merupakan hasil sambungsilang dari eksipien koproses xanthan gum-gum akasia Ko-XGGA menggunakan natrium trimetafosfat dengan perbandingan masing-masing eksipien, yaitu 1:2, 1:1, dan 2:1. Eksipien Ko-XGGA dan CL-Ko-XGGA dikarakterisasi secara fisika, kimia, dan fungsional. Eksipien CL-Ko-XGGA 1:2, 1:1, 2:1 memiliki derajat substitisi DS berturut-turut 0,067; 0,082; 0,088, serta kekuatan gel sebesar 14,03; 17,27; 20,70 gF. Eksipien tersebut memiliki sifat alir dan kemampuan mengembang yang lebih baik dibandingkan dengan eksipien Ko-XGGA. Eksipien CL-Ko-XGGA diformulasikan dalam tablet lepas lambat sebagai matriks dengan metode granulasi basah dan seluruh formula memenuhi persyaratan evaluasi tablet. Pelepasan gliklazid dari tablet F1-F6 dalam medium dapar fosfat pH 7,4 natrium lauril sulfat 0,2 selama 12 jam menunjukkan profil pelepasan obat diperlambat dan dapat digunakan selama 8 hingga 32 jam. Dapat disimpulkan bahwa dalam sediaan tablet lepas lambat eksipien CL-Ko-XGGA 2:1 memiliki kemampuan menahan pelepasan obat lebih baik dari eksipien CL-Ko-XGGA 1:2 dan 1:1.

Sustained release tablet is solid dosage form which is designed to release drugs slowly. This research was intended to prepare and characterize the cross linked excipient of coprocessed xanthan gum acacia gum CL Co XGGA as a matrix of sustained release tablet with gliclazide as the drug model. CL Ko XGGA excipient was cross linked results of coprocessed excipient of xanthan gum acacia gum Co XGGA using sodium trimetaphosphate, in the ratio of each excipient 1 2, 1 1, and 2 1. Co XGGA and CL Co XGGA excipients were characterized physically, chemically, and functionally. The degree of substitution DS of CL Co XGGA 1 2, 1 1, 2 1 excipients were respectively 0.067 0.082 0.088, and gel strength were respectively 14.03 17.27 20.70 gF. Those excipients had improved flow properties and swelling capability compared with the Co XGGA excipients. CL Co XGGA excipients were formulated in sustained release tablet as matrix by wet granulation method and all formulas passed tablet evaluation tests. The release of gliclazide from tablets F1 F6 in phosphate buffer medium pH 7.4 sodium lauryl sulphate 0.2 for 12 hours showed sustained release profile and can be used up to 8 until 32 hours. In conclusion, CL Co XGGA 2 1 excipient have better ability to retain drug release than CL Co XGGA 1 2 and 1 1 excipients in the sustained release tablets.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ningsih Rezeki
"Epidermal growth factor (EGF) merupakan senyawa polipeptida aktif yang berperan penting dalam stimulasi, proliferasi, dan migrasi keratinosit serta membantu membentuk jaringan granulasi untuk penyembuhan luka. Saat ini sudah tersedia beberapa produk komersial EGF dalam bentuk sediaan injeksi dan topikal. Pengobatan secara injeksi dalam waktu yang lama menimbulkan rasa tidak nyaman karena bersifat invasif. Sementara itu, pengobatan secara topikal dalam bentuk sediaan krim/gel juga belum begitu memuaskan karena EGF mudah terdegradasi oleh aktivitas protease pada daerah luka. Tujuan dari penelitian ini adalah memuat recombinant human epidermal growth factor (rhEGF) ke dalam serat nano polivinil alkohol-gum arab-madu menggunakan metode pemintalan elektrik dan memperoleh informasi karakteristiknya. Pada penelitian ini dilakukan optimasi pembuatan formula wound dressing, yaitu F1, F2, dan F3 dengan variasi konsentrasi madu berturut-turut adalah 0; 1; dan 3%. Hasil karakterisasi morfologi serat dengan menggunakan scanning electron microscope (SEM) menunjukkan bahwa serat nano F1, F2 dan F3 yang terbentuk masing-masing memiliki ukuran diameter rata-rata serat 252 ± 44 nm; 268 ± 30 nm; 287 ± 40 nm. Ukuran diameter serat meningkat seiring dengan penambahan konsentrasi madu. Hasil karakterisasi fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) dari ketiga formula menunjukkan bahwa rhEGF berhasil dimuati kedalam serat. Disamping itu penambahan madu menyebabkan intensitas puncak identik dari gula (C-O-C) meningkat. Selain itu berdasarkan hasil uji porositas, luas permukaan spesifik, daya mengembang, dan Modulus Young serat maka formula F1 dipilih sebagai wound dressing yang baik yakni memiliki kadar rhEGF 0,0090% b/b; porositas 63,87 ± 3,21%; luas permukaan spesifik 219,783 m2/g; daya mengembang 394 ± 38%; dan Modulus Young 124.98 ± 23.86 MPa.

Epidermal growth factor (EGF) is an active polypeptide compound that plays an important role in the stimulation, proliferation and migration of keratinocytes and form granulation tissue for wound healing. There are currently several commercial EGF products available in injection and topical dosage forms. However, long-term injection treatment causes discomfortbecause it is invasive. While topical treatment in the form of cream/gel/ointment has not been satisfactory because EGF is easily degraded by protease activity in the wound area. The purpose of this study was to load recombinant human epidermal growth factor (rhEGF) into polyvinyl alcohol-arabic gum-honey nanofibers by electrospinning method and obtaining information on its characteristics. In this study, three nanofibers wound dressing formulas were prepared and optimized named F1, F2 and F3 with varying concentration of honey respectively 0; 1; and 3%. It had been found from obtained scanning electron microscope (SEM) images that the average diameter of the F1, F2 and F3 nanofibers was 252 ± 44 nm; 268 ± 30 nm; 287 ± 40 nm, respectively. The average diameter of fibers increased at a higher of honey content. The obtained fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) spectra of the three formulas indicated that rhEGF was successfully loaded into nanofibers. The addition of honey caused the intensity of identical peaks from sugar (C-O-C) increased. The result of the porosity test, specific surface area, and tensile strength showed that F1 was chosen as a good wound dressing in which has a rhEGF level of 0.0090% (w/w); porosity of 63.87 ± 3.21%; specific surface area of 219.783 m2/g; swelling degree 394 ± 38%; and Modulus Young 124.98 ± 23.86 MPa.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T52687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Prana
"Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) berkaitan dengan koefisien gesek dan merupakan hal yang penting dari sistem aliran fluida di dalam pipa karena berhubungan dengan penggunaan energi. Air murni merupakan salah satu dari fluida-fluida sederhana yang digunakan pada penelitian kerugian jatuh tekan. Air merupakan fluida newtonian dimana viskositasnya hanya berpengaruh oleh perubahan temperatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan biopolimer xanthan gum terhadap nilai jatuh tekanan pada pipa spiral Ø 27mm dengan berbagai variasi konsentrasi yang berbeda, yaitu 150 ppm, 250 ppm dan 350 ppm. Aliran fluida memiliki karakteristik pokok (laminer atau turbulen). Didapat bahwa larutan xanthan gum mengalami pengurangan hambatan pada aliran turbulen. Percobaan dilakukan dari bilangan Reynolds rendah sampai tertinggi yaitu 25861 dengan rasio penurunan hambatan maksimumnya adalah 62,60%. Nilai Bilangan Reynolds yang tinggi berarti ada kecepatan aliran yang tinggi, perluasan fluida dan viskositas yang kecil. Gesekan antara fluida dan dinding pipa mengalami penurunan mengindikasikan keefektifan bahan uji sebagai drag reduction agent yang dapat dilihat dari koefisien gesek terhadap grafik Blasius.
Dari pengujian ini didapatkan data debit aliran, perbedaan ketinggian air dan kecepatan aliran. Spesifikasi dari alat pengujian yang diperlukan juga didapatkan untuk diolah menggunakan persamaan-persamaan empiris sehingga didapatkan hasil pengolahan, tampilan grafik hasil pengolahan yang akan dibandingkan dengan grafik secara teoritis. Grafik yang ditampilkan merupakan hubungan antara Bilangan Reynolds dan koefisien gesek dimana semakin kecil Bilangan Reynolds (laminer) maka akan semakin tinggi koefisien gesek pada. Perbedaan ketinggian air melalui alat ukur (pressure gauge) juga menunjukan besar kecilnya kerugian energi tersebut. Semakin tinggi perbedaan ketinggian air antar tiap titik alat pengukur tekanan maka kerugian energi semakin besar.

Pressure drop has a relavancy with the coefficient of friction and it's significant case of the system of fluid rate in the pipeline as it’s related with energy consumption. Pure water is one of plain fluids used on pressure drop research. Water is newtonian fluid which the viscosity depends is one of them affected temperature change. This research done in order to determine the effect of biopolymer xanthan gum to pressure drop at spiral pipe Ø 27mm with a variety of different concentrations 150 ppm, 250 ppm and 350 ppm. Fluid rate has a fundamental characteristic (laminar or turbulent). Found that xanthan gum is solution a reduction for turbulent flow. The experiment was performed from low to high Reynolds number to 25861 with the highest ratio of drag reduction is 62.6%. High value of Reynolds Number appears high velocity of fluid rate, fluid expansion and low viscosity. The Friction between the fluid and the pipe wall can neglected it mean the effectiveness of material (xanthan gum) as drag reduction agent which can be seen on grapich drag coefficient curve compare to blasius curve.
From the research obtains the capacity of rate, difference of water height, velocity of rate. Specification of the equipment required is also getting to processing that uses empirical equations, so it will get the processing result, processing result graphic will be compared with the theoritical graphic. The graphic being appeared is relation between Reynolds Number and coefficient of the friction, where on teh wane of Reynolds Number (laminar), so then the coefficient of friction increased. A difference of water height through the measuring instrument (pressure gauge) also appears amount of losses. The higher a difference of water height inter each point of pressure gauge, so the losses become bigger.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprillia Wulandari
"Eksipien koproses xanthan gum-amilosa tersambungsilang (Ko-CLA-XG) beresiko mengalami degradasi enzimatis oleh α-amilase. Hal ini dapat mempengaruhi pelepasan obat dalam matriks eksipien Ko-CLA-XG. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui degradasi enzimatis eksipien Ko-CLA-XG dan melihat pengaruh α-amilase pada profil disolusi tablet lepas lambat natrium diklofenak dengan matriks eksipien Ko-CLA-XG. Eksipien Ko-CLA-XG merupakan hasil koproses dari amilosa tersambungsilang dengan xanthan gum. Amilosa disambungsilang dengan menggunakan natrium trimetafosfat dalam konsentrasi 6% dan 12%. Eksipien Ko-CLA6-XG dan Ko-CLA12-XG dibuat dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 2:1 kemudian dilakukan uji degradasi enzimatis dengan metode iodin. Selanjutnya eksipien Ko-CLA-XG diformulasikan menjadi tablet lepas lambat dengan metode kempa langsung. Tablet lepas lambat yang dihasilkan dievaluasi dan dipelajari profil pelepasan obat dengan dan tanpa menggunakan α-amilase.
Hasil penelitian menunjukkan derajat substitusi CLA6 dan CLA12 adalah 0,204 dan 0,319. Waktu untuk mendegradasi CLA sebanyak 20% dari eksipien Ko-CLA6-XG 1:1, 1:2, dan 2:1 berturut-turut adalah 28 menit, 43 menit, dan 24 menit serta eksipien Ko-CLA12-XG 1:1, 1:2, dan 2:1 berturut-turut adalah 44 menit, 45 menit, dan 36 menit. Seluruh tablet lepas lambat yang diformulasikan memenuhi persyaratan evaluasi tablet. Profil pelepasan tablet dengan matriks eksipien Ko-CLA-XG tidak terpengaruh oleh adanya α-amilase. Oleh karena itu, eksipien Ko-CLAXG dapat digunakan sebagai matriks tablet lepas lambat.

Coproccessed xanthan gum-crosslinked amylose (Co-CLA-XG) excipients are at risk of enzymatic degradation by α-amylase. It may affect the drug release of tablets with Co-CLA-XG excipients matrices. This study aims to know the enzymatic degradation of Co-CLA-XG excipients and to view α-amylase effect on dissolution profile of sodium diclofenac sustained release tablet with Co-CLA-XG excipients matrices. Co-CLA-XG excipients is the result of crosslinked amylose and coproccessed with xanthan gum. Amylose was crosslinked using sodium trimetaphosphate, which is 6% and 12%. Co-CLA6-XG and Co-CLA12-XG excipients were made with a ratio of 1:1, 1:2, and 2:1 then evaluated for enzymatic degradation using iodine method. Afterward, Co-CLA-XG excipients were formulated into sustained release tablets by direct compression. Tablets were evaluated and studied drug release profile using and without α-amylase.
The results showed substitution degree of CLA6 and CLA12 were 0.204 and 0.319. Time to degrade 20% CLA for Co-CLA6-XG excipients 1:1, 1:2, and 2:1 were 28, 43, and 24 minutes with Co-CLA12-XG excipients 1:1, 1:2, and 2:1 were 44, 45, and 36 minutes. Tablets fulfilled tablet evaluation requirements. The release profile of tablets with Co-CLA-XG excipients matrices were not affected by α-amylase. Therefore, Co-CLA-XG excipients can be used as a sustained-release tablet matrices.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Lestari
"Transdermal drug delivery system (TDDS) adalah sistem penghantaran obat yang digunakan pada permukaan kulit dengan tujuan sistemik. Untuk itu, diperlukan suatu eksipien pembentuk matriks transdermal yang dapat menghantarkan obat masuk ke dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan eksipien koproses xanthan gum dan amilosa tersambungsilang-6 (Ko-CLA6-XG) sebagai matriks sediaan transdermal, kemudian dilakukan uji penetrasi secara in vitro dan in vivo. Ko-CLA6-XG diformulasikan dalam bentuk hidrogel dengan model obat natrium diklofenak. Uji penetrasi in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz yang kemudian dianalisis dengan spektrofotometer UV. Uji in vivo dilakukan dengan cara mengaplikasikan satu gram hidrogel dengan luas aplikasi 1,13 cm2 di atas kulit tikus bagian abdomen, kemudian sampel darah dikumpulkan melalui sinus orbitalis mata dan dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif obat yang terpenetrasi ke dalam kulit hingga 12 jam sebanyak 1435 ± 180 µg cm-2 dengan fluks total sebesar 118,55 ± 23,01 µg cm-2 jam-1 (r=0,0994) dan waktu tunda selama 48,6 ± 15,6 menit. Profil pelepasan natrium diklofenak selama 12 jam pada uji in vivo mencapai konsentrasi puncak plasma sebesar 2236 ± 398 ng/ml pada 0,86 ± 0,21 jam dengan AUC sebesar 25273 ± 4133 ng ml-1 jam. Kedua hasil uji memberikan gambaran bahwa hidrogel mengandung natrium diklofenak dengan Ko-CLA6-XG sebagai matriks dapat dikembangkan untuk sediaan transdermal.

Transdermal drug delivery system (TDDS) is the administration of therapeutic agents through the skin for systemic effect. Therefore, it requires an excipient for transdermal matrix-forming that can deliver drug across the skin. This present research was intended to develop the utilization of coprocessed excipient of xanthan gum and 6-cross-linked amylose (Co-CLA6-XG) as a matrix for transdermal and then evaluate the in vitro and in vivo penetration. Co-CLA6-XG was formulated as hydrogel with sodium diclofenac as a drug model. In vitro penetration study was evaluated using Franz diffusion cell analysed with spectrophotometre UV. The in vivo experiment was performed by applied one gram of hydrogel spread over 1,13 cm2 to the rat abdoment skin, then the blood samples were obtained from sinus orbitalis and analysed with high-performance liquid chromatography (HPLC). In vitro study records the cumulative drug permeated across the skin for 12 hours ranged 1435 ± 180 µg cm-2 and shows the transdermal flux 118,55 ± 23,01 µg cm-2 hours-1 (r = 0,994) with the lag time value ranged 48,6 ± 15,6 min. The release profile of sodium diclofenac for 12 hours in vivo reached a maximum peak of 2236 ± 398 ng/ml at 0,86 ± 0,21 hours with the AUC value was 25273 ± 4133 ng ml-1 hour. Thus diclofenaccontaining hydrogel using Co-CLA6-XG as a matrix could be developed as transdermal drug delivery."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>