Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129896 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Melvin Bismark H.
"Baja adalah salah satu dari beberapa material yang kerap digunakan pada kontruksi baja, konstruksi jembatan, dan konstruksi bangunan tinggi. Konstruksi yang menggunakan sambungan las diinginkan untuk dapat digunakan dalam waktu yang lama. Pada jangka waktu penggunaan tertentu hasil pengelasan ini akan mengalami korosi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kegagalan terhadap suatu kontruksi. Pada proses pengelasan salah satu parameter yang sangat berperan terhadap hasil pengelasan adalah besarnya head input, dimana salah satu variabel dalam menentukan besar head input adalah kuat arus pengelasan. Pada penelitian ini variabel lain dalam head input ditahan konstan untuk mendapatkan hubungan antara arus pengelasan dengan laju korasi pada hasil pengelasan dengan metode SMAW pada baja kontruksi. "
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2019
338 PLMD 22:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anis
"ABSTRAK
Pengelasan material baja tahan karat martensitik dengan menggunakan las busur listrik masih belum cukup banyak dikenal. Namun demikian beberapa percobaan telah dilakukan untuk menghasilkan kualitas sambungan las yang baik, khususnya secara metalurgis, karena sifat material baja ini yang demikian rentan terhadap masukan panas dan fenomena peleburan-pembelcuan yang membuat baja ini mudah menjadi Betas dan retak setelah dilas. Karena itu pada pengelasan baja ini selain harus diperhatikan prosedur dan parameter pengelasannya, harus dilakukan juga proses perlakuan panas pasca pengelasan guna mengurangi tegangan sisa dan menurunkan kekerasan material.
Penelitian ini mencoba mengamati perubahan-perubahan dalam salah satu parameter pengelasan, yaitu besar arus, terhadap masukan panas yang terjadi serta hasil sambungan las yang terbentuk. Evaluasi terhadap sambungan las yang terbentuk dilakukan dengan pengujian kekerasan dan pengamatan struktur mikro material.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa besar arus pengelasan berpengaruh terhadap hasil sambungan las yang terbentuk, dimana makin besar arus yang diberikan maka sambungan las yang terbentuk makin baik, dalam pengertian distribusi kekerasan dan struktur mikronya makin merata dan nilai kekerasan rata-ratanya makin rendah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Iriansyah Anugrah
"ABSTRAK
Seringkali teljadi kegagalan pada konstruksi umum yang diakibatkan kegagalan dalam proses pengelasan. Kegagalan yang dimaksud berasal dari kualitas lasan yang rendah, sehingga perlu adanya usaha untuk menghindarinya dengan cara rnempelajari falctor-faktor yang dapat memperbaiki kualitas hasil pengelasan.
Salah satu teknilc untuk memperbaiki kualitas hasil lasan adalah meningkatkan rasio atau perbandingan kedalaman penetrasi terhadap lebar penetrasi dari suatu lasan hingga mendekati satu. Untuk im perlu dipelajari hal-hal apa saja yang bisa meningkatkan rasio tersebut.
Skxipsi ini membahas faktor-faktor yang dapat rneninglcatkan rasio kedalaman penetrasi terhadap lebar penetrasi hasil lasan dengan memanfaatkan interaksi yang terjadi antara arus pengelasan dan aliran gas pelindung (dalam penelitian ini yang dipakai adalah argon) unruk menciptakan proses pengelasan TIG yang beljalan dengan balk pada pengelasan di atas pelat baja karbon rendah karena material ini paling baik kemampuan untuk dilasnya dan banyak dipakai pada konstruksi umum.
Yang dapat dikemukakan dari skripsi ini adalah ams dan laju alir gas pelindung memiliki interaksi yang Cukup kuat dimana keduanya dihubungkan oleh suatu parameter yang disebut viskositas. Arus berbanding lurus dengan viskositas, demikian pula dengan laju alir gas pelindung, tetapi kemudian berbanding terbalik saat mencapai Iaju 45 cfh (cubic fee! per hour), karena telah teljadi aliran turbulen yang mengakibatkan kedalaman penetrasi mengalami penurunan. Selain hal tersebut, skripsi ini memberi kesimpulan atas penelitian yang dilakukan bahwa rasio D/W yang paling bajk dicapai saat melakukan proses pengelasan dengan menggunakan ams 200 A, dan laju alir gas pelindung 35 cih, yakni sebesar 0,28942.

"
2000
S41568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdoel Goffar
"Baja jenis paduan rendah banyak digunakan didalam industri minyak dan gas bumi sebagai pipa penyalur, karena mempunyai sifat mekanik, pengelasan yang baik serta ekonomis. Namun masih mengalami serangan korosi, seperti korosi internal akibat media yang bersifat korosif antara lain garam-garam terlarut, oksigen dan gas CO2. Disamping itu dipengaruhi oleh temperatur dan kecepatan alir cairan.
Pada studi ini dilakukan pengujian secara laboratorium terhadap spesimen pipa baja standar API 5 L Grade B berdiameter 1,3 cm² menggunakan perangkat lunak CMS 100 dengan metoda Polarisasi Tahanan dengan standar ASTM G 59-78. Kondisi pengujian adalah temperatur (Ti = 27 °C, T2 = 60 °C dan T3 = 80 °C), kecepatan pengadukan larutan (VI = 600 rpm, V2 = 800 rpm, V3 = 1000 rpm) dan volume aliran gas CO2 (Q1 = 10 ml/ dt, Q2 = 18 ml/ dt, Q3 = 26 ml/ dt). Larutan uji diambil dari air 'Lapangan Melibur' dan 'Lapangan Selatan' di suatu perusahaan minyak dan gas bumi yang terletak di Kabupaten Bengkalis. Propinsi Riau Sumatera.
Hasil penelitian ini, diperoleh data laju korosi yang dapat digunakan untuk menganalisa umur pipa. Laju korosi tertinggi 88,656 mpy. dari media lapangan Selatan pada temperatur 27 °C dengan kondisi kecepatan pengadukan larutan 800 rpm, dan volume aliran gas CO2 =10,043 ml/ dt. Pengujian terhadap larutan lapangan Melibur diperoleh laju korosi tertinggi 72,735 mpy., pada temperatur 60 °C dengan kondisi kecepatan pengadukan larutan 800 rpm., serta volume aliran gas CO2 =18,108 ml/ dt.

The metals especially low alloy steels are used in many oil and natural gas industries, because it has good mechanically and good weldabily, also good economics but in otherwise the problem of corrosion is still attach like internal pipe corrosion, as cause media corrosive as among other dissolved salts, oxygen and CO2 gas. Beside of that is affected by temperature, velocity of fluid.
On this study was performed by testing in the laboratory for specimen of steel pipe which has API 5 L Grade B standard. The specimen has 1,3 cm² diameter that was exposed in electrochemical cell where linked by CMS 100 software. The testing used Resistance Polarization methods that refer to ASTM G 59-78. Objective of testing to know the factor which most affection of corrosion. The condition of testing are temperature, (TI = 27 °C, T2 = 60 °C, T3 = 80 °C), Velocity of solution (VI = 600 rpm, V2 = 800 rpm, V3 = 1000 rpm), and volume of CO2 gas flow (QI = 5 ml/dt, Q2 = 10 ml/dt, Q3 = 15 ml/dt). Solution test sample was taken from 'Melibur field' and 'Selatan field' in the oil and gas company that is located in Bengkalis District, Riau Islands Sumatra Province.
Results of this research would be got the corrosion rate data which can used for pipe live analysis. The highest corrosion rate was 88,656 mpy which was found in Selatan field solution by condition on 27°C temperature and 800 rpm velocity and colume od CO2 gas flow = 10,043 ml/dt. Even testing on Melibur field solution was acquired the highest corrosion rate was 72,735 mpy by condition on 60°C temperature and 800 rpm velocity and volume of CO2 gas flow = 18,108 ml/dt.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Juliawatri
"Perkembangan teknologi dewasa ini, membutuhkan baja yang memiliki kombinasi antara kekuatan yang tinggi. Ketangguhan dan kemampuan las yang baik serta biaya produksi yang rendah. Jenis baja yang mampu menjawab tantangan diatas ialah baja HSLA sebab dengan penamhahan sejumlah kecil (<0.15 %) unsur-unsur paduan tertentu atau yang sering disebut Microalloyed, baja ini mampu menghasilkan sifat mekanis yang baik melalui penguatan presipital serta penghalusan butir.
Pada penelitian ini akan diamati perilaku butir austenit prior yang berbeda dengan baja C-Mn biasa, dimana butir austenite prior terbentuk akan menentukan mikrostruktur. Akhir setelah canai panas. Benda uji yang digunakan pada penelitian ini ialah baja H SLA 0.029 % Nb hasil coran kontinu, yang dipanaskan pada temperatur 1250°C dengan waktu tahan yang berbeda-beda, yaitu 1 jam, 1.5 jam, 2 jam, 2.5 jam dan 3 jam.
Peningkatan waktu tahan pada baja HSLA 0,029 % Nb selama pemanasan isothermal temperatur 1250°C akan memperbesar ukuran butir austenit. Hal ini dikarenakan pada temperatur tersebut, presipitat Nb(CN) yang berfungsi menghambat pertumbuhan butir austenit telah larut seluruhnya sehingga terjadi pertumbuhan butir normal yang kontinu dan seragam. Peningkatan waktu tahan akan meningkatkan migrasi atom-atom pada batas melalui proses difusi sehingga butir akan bertambah besar.
Energi aktivasi dari pertumbuhan butir (Qgg) baja HSLA 0,029% Nb hasil coran kontinu, yang dipanaskan pada temperature 1250 °C dengan waktu tahan yang berbeda-beda, yaitu 1 jam, 1.5 jam, 2 jam, 2.5 jam, dan 3 jam adalah 438300 J/mol dengan nilai n= 3,05 dan konstanta A= 8,31.10 20. Nilai Qgg konstanta A dan n yang sesuai akan memperlihatkan prediksi model yang mendekati hasil pengamatan yang dilakukan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Staying power toward corrosion on leaf spring steel of 4 wheel car with 1000 kg heavy, that done nitriding process with discreet plasma fabricated by BATAN were carried out. Some samples were done nitriding process at temperature 250 oC for 240 minutes...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andrianto Supriadi
"Baja tahan karat austenistik merupakan jenis yang terluas pemakaiannya di antara keempal kelas baja tahan karat yang ada, yaitu sekitar 65 - 70% dari total kebutuhan baja tahan karat. Begitu Iuasnya pemakaian baja jenis ini tak lain karena ketahanan terhadap korosi yang baik, mampu fabnkasi serta mampu cor yang baik sekali, serla mampu las yang relatif baik. Kekuatan, ketangguhan, dan keulctannya pada temperatur rendah maupun tinggi juga baik. Pengelasan baja tahan karat austentik tidak mengalami kesulitan karena memiliki mampu las (weldabillity) yang baik.
Hasil pengelasan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti: besar arus pengelasan, jenis logam pengisi, persiapan material yang dilas, perlakuan sebelum dan sesudah dilas, dan Iain-Iain. Penelitian ini mencoba mclihat pengaruh berbagai jenis Iogam pengisi yang berbeda komposisinya dan pengaruh temperatur anil penghilangan regangan sisa terhadap sifal mekanis dan struklur mikro pada pengelasan TIG baja tahan karat austenitik (AISI 347).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan logam pengisi ER 347 baik pada kondisi tanpa anil maupun pada kondisi anil penghilangan legangan sisa memberikan kekuatan larik maksimum yang lebih tinggi Pada kondisi anil penghilangan tegangan sisa pada temperatur 700℃ dengan waktu tahan konstan sebesar 90 menit, kekuatan tarik maksimum logam las dengan Iogam pengisi ER 347 memberikan nilai optimum (rata-rata 68,09 kg/mm2). Sedangkan penggunaan logam pengisi ER 316L. memberikan nilai distribusi kekerasan yang Iebih tinggi pada kondisi tanpa anil dan anil penghilangan tegangan sisa. Untuk tiap jenis logam pengisi, meningkalnya temperatur anil penghilangan tegangan sisa akan menurunkan jumlah delta ferit pada deposit las dan memperbesar ukuran butir pada Daerah Terpengaruh Panas (DTP)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Baja perkakas DAIDO DC11 (ekivalensi AISI D2) merupakan baja perkakas pengerjaan dingin yang pada aplikasinya membutuhkan kepresisian yang tinggi. Baja jenis ini memiliki kemampukerasan yang tinggi sehingga dapat terbentuk fasa martensit walaupun dengan laju pendinginan yang rendah setelah prosis pengerasannya. Sejumlah austenit sisa akan tetap ada setelah proses quenching-nya. Jumlah austenit sisa ini dapat ditekan dengan proses subzero dimana benda didinginkan setelah quenching temperatur dibawah nol.
Pada penelitian ini subzero dilakukan dengan media dry ice yang mampu mendinginkan sampel hingga temperatur -78°C. Sebelum perlalman subzero dilakukan proses pengerasan pada temperatur 1030°C yang diikuti dengan pendinginan udara. Juga dilakukan pengerasan sampel tanpa perlakuan subzero sebagai perbandingan. Berkurangnya austenit sisa hasil proses subzero dapat diindikasikan dengan meningkatnya kekerasan dan ketahanan aus yang didapatkan dari sampel as-quenched dan setelah proses penemperan pada temperatur 200, 250, 300 dan 350°C baik pada sampel dengan atau tanpa perlakuan subzero. Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode indentasi Rockwell C dan pengujian keausan dengan mesin uji aus abrasif Ohgoshi.
Dari penelitian didapatkan bahwa perlakuan subzero mampu meningkatkan kekerasan dan ketahanan aus masing-masing dengan rata-rata peningkatan 3,4 % dan 11,1% lebih besar daripada sampel tanpa perlakuan subzero. Sebagai contoh pada sampel as-quenched perlakuan subzero mampu meningkatkan kekerasan dari 61,44 HRC menjadi 63,22 HRC sedangkan laju aus menurun (ketahanan aus meningkat) dari 7,34 x 10-07 mm3/mm menjadi 7,19 x l0-07 mm3/mm.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafa Kamal
"Baja SPHC CQt yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah baja lembaran canai panas produksi PT COLD ROLLING HILL CCRM. PT Krakatau Steel, Cilegon. Baja ini termasuk kelompok SPHC. Baja ini umumnya sebagai bahan baku untuk proses canai dingin dan selanjutnya dapat diperuntukkan sebagai bahan baku metal forming. Rangkaian penelitian yang dilakukan adalah untuk mencari temperatur anil optimum pada Lembaran baja SPHC CGI yang telah mengalami canai dingin 65%. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa temperatur anil 65O°C menghasilhan Lembaran baja dengan sifat mampu bentuk yang optimum. Lembaran baja hasil ini memiliki nilai rata-rata bilangan besar butir ASTM (6)8.7Q3, koefisien anisotropt CR) 1.3294 dan koefisien pengerasan regangan Cn) sebesar 0.2533 serta kehuatan tarik 32.951 kg/mm2. Lembaran baja hasil anil 700 dan. 750°C memiliki nilai ukuran bulir, koefisien n dan R yang lebih tinggi dibandingkan lembaran baja hasil anil 650°C, tetapi lembaran-Lembaran baja hasil kedua anil ini memiliki kekuatan tarik yang lebih rendah C3O.19i dan 29.262 kg/mm2J dan ukuran butir yang cukup rasa cweaah mengalami penumbuhan bulir cg masing-masing adalah 8.538 dan 8.452)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>