Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119963 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dharendra Wardhana
"Riset tentang Covid-19 beserta dampak dan penanganannya sudah berjalan sejak pertama kali wabah ini merebak. Tinjauan kebijakan dalam berbagai disiplin memerlukan pendalaman dan yang terpenting kajian lintas-disiplin sehingga dikotomi kebijakan dapat diminimalisasi. Tulisan sederhana ini berupaya mengidentifikasi ruang dan potensi kajian yang relevan dengan penanganan dan kebiajakn pasca-Covid-19 dalam berbagai disiplin dan perspektif. Analisis yang dipergunakan adalah tinjauan literatur terstruktur dengan diawali tinjauan sekilas terhadap tren yang berkembang secara daring. Fitur Google Trends dimanfaatkan untuk mengidentifikasi tren sedangkan situs pencarian ilmiah Google Scholars dipergunakan untuk mengetahui frekuensi karya ilmiah yang diunggah di dunia maya. Piranti lunak VosViewer digunakan untuk mengidentifikasi kluster riset beserta densitasnya. Celah riset masih terbuka lebar dan mengundang para pelaku riset untuk segera berkontribusi menyampaikan gagasan ilmiah beserta solusi konstruktif."
Jakarta: Badan Perencanaan PembangunaN Nasional (BAPPENAS), 2020
330 JPP 4:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hasan Jihad
"Latar Belakang: COVID-19 dikenal sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 menjadi pandemi global dan telah menyebar ke Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Pada tanggal 12 November 2020 terdapat 6.842 kasus positif COVID-19 pada anak usia kurang dari 5 tahun. Penularan COVID-19 ini terjadi akibat dari transmisi droplet dan transmisi udara. Penularan COVID-19 juga dapat terjadi di lingkungan praktik dokter gigi saat prosedur menggunakan instrumen seperti air-water syringe, ultrasonic scaler, dan high-speed handpiece yang menghasilkan cairan dan aerosol, sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan orang tua tentang infeksi COVID-19 yang dapat terjadi di lingkungan praktik dokter gigi. Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua sebelum dan sesudah pemberian video visual KIE mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi serta mengetahui pengaruh pemberian video visual KIE terhadap pengetahuan orang tua mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi. Metode: Studi eksperimental dengan metode pengambilan menggunakan simple random sampling. Responden penelitian berjumlah 45 orang tua dengan anak usia 3-6 tahun. Pertama orang tua diberikan kuesioner sebelum intervensi (pre-test). Kemudian orang tua diberikan intervensi berupa video visual mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi. Setelah itu orang tua kembali diberikan kuesioner setelah intervensi (post-test). Hasil: Terdapat perbedaan bermakna secara signifikan antara total skor sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa video visual KIE dan video tersebut memiliki efektivitas yang relatif besar dalam meningkatkan pengetahuan orang tua. Kesimpulan: Video visual KIE mengenai infeksi COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi memiliki pengaruh yang besar dalam meningkatkan pengetahuan orang tua.

Background: COVID-19 is known as an infectious disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 has become a global pandemic and spread to Indonesia on March 2, 2020. On November 12, 2020, there were 6,842 positive cases of COVID-19 on children aged less than 5 years. The transmission of COVID-19 occurs as a result of droplet transmission and air transmission. Transmission of COVID-19 can also occur in the dental practice during procedures using instruments such as an air-water syringe, ultrasonic scaler, and high-speed handpieces that produce fluids and aerosols, therefor we need to improve parents’ knowledge about COVID-19 infections in a dental practice. Purpose: To find out the differences and effect on parents’ knowledge before and after watching communication, information, and education visual video regarding COVID-19 infection in a dental practice. Method: Experimental study used simple random sampling method. In total there were 45 parents with children aged 3-6 years. The parents were given a questionnaire before and after watching communication, information, and education visual videos regarding COVID-19 infection in a dental practice. Result: There was a significant difference between the total score before and after watching communication, information, and education visual video, and the video has a good effect on parents’ knowledge on COVID-19 in a dental practice. Conclusion: Communication, information, and education visual videos could improve parent’s knowledge about COVID-19 infection in the dental practice."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Wulandari
"Pandemi Covid-19 merupakan fenomena dunia yang sedang terjadi dan memiliki dampak pada karya sastra. Beberapa karya sastra bermunculan dan mengambil latar kondisi pandemi Covid-19. Sastra sebagai cermin masyarakat, memperlihatkan kondisi yang terjadi pada masa tertentu. Pemilihan cerpen "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" oleh Guntur Alam dimaksudkan untuk melihat kondisi masyarakat pada masa pandemi Covid-19, khususnya masyarakat kalangan bawah. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap kondisi masyarakat dalam cerpen “Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona” karya Guntur Alam. Oleh karena itu, pertanyaan untuk penelitian ini adalah (1) bagaimana kondisi masyarakat di masa pandemi Covid-19 dan (2) nilai moral apa saja yang pengarang sampaikan dalam cerpen tersebut. Tujuan penelitian ini untuk memaparkan gambaran kondisi masyarakat dan nilai moral yang tercermin dalam cerpen “Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona” karya Guntur Alam. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap keberlangsungan hidup masyarakat kecil. Hal tersebut dapat dilihat dari segi ekonomi, budaya, sosial dan pendidikan serta terdapat tiga jenis nilai moral yang terkandung dalam cerpen “Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona” Karya Guntur Alam.

The Covid-19 pandemic is a global phenomenon that is happening and has an impact on literary works. Several literary works have emerged and taken the background of the Covid-19 pandemic conditions. Literature as the reflection of society shows conditions that occur at certain times. The selection of the short story "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" by Guntur Alam aims to see the conditions of the community during the Covid-19 pandemic, especially the lower class. Based on this background, the problem formulation in this study is how the impact of the Covid-19 pandemic on the condition of the community in the short story "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" by Guntur Alam. Therefore, the questions in this study are related to (1) the condition of society during the Covid-19 pandemic and (2) the moral values that the author conveyed in the short story. The purpose of this study is to describe the condition of society and moral values in the short story "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" by Guntur Alam. This study uses a sociological approach to literature and qualitative methods. The results of this study indicate that the Covid-19 pandemic has a significant impact on the survival of small communities. It can be seen in terms of economic, cultural, and educational perspectives. There are three types of contained moral values in the short story "Atai Balak dan Rencana Lebaran Korona" by Guntur Alam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mokhammad Samsul Arif
"Indonesia pada 9 Desember 2020 akan melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada). Berbeda dengan Pemilu Serentak yang mengalami kenaikan angka partisipasi, Pilkada Serentak 2020 dibayangi oleh rendahnya minat masyarakat untuk datang ke TPS karena Pilkada dilaksanakan ditengahdi tengah Pandemi Covid-19. Kendati demikian, KPU tetap optimis jika partisipasi pada Pilkada nanti tetap tinggi sehingga KPU berani memasang target angka partisipasi sebesar 77,5%. Untuk mewujudkan optimisme tersebut diperlukan sebuah strategi untuk mendongkrak minat pemilih. Strategi tersebut antara lain pertama, menyusun strategi komunikasi dan teknis guna mendorong minat serta memberi kemudahan pelayanan pemberian suara. Kedua, penyelenggara dapat memaksimalkan sosialisasi secara daring dengan platform berbagai bentuk media sosial. Ketiga, penyelenggara memberikan insentif kepada pemilih dengan pemberian masker saat pemilih datang ke TPS sebagai bentuk kepedulian penyelenggara atas jaminan kesehatan setiap pemilih."
Jakarta: KPU, 2020
321 ELE 2:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Paskalis Andrew Gunawan
"Latar belakang: COVID-19 menginfeksi semua kelompok umur, namun beban infeksi lebih tinggi dan lebih berbahaya pada kelompok usia lanjut. Pasien yang mengalami infeksi akut COVID-19 juga bisa mengalami gejala menetap yang disebut dengan Sindrom Pasca COVID-19, khususnya pada lansia. Belum ada data yang menunjukkan prevalensi Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia di Indonesia dan juga faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar prevalensi Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia di Indonesia serta meneliti hubungan antara faktor-faktor risiko dengan kejadian Sindrom Pasca COVID-19 dengan menggunakan definisi waktu >4 minggu, >8 minggu, dan >12 minggu.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif yang menggunakan rekam medis dan wawancara untuk mendapatkan data terkait keberadaan faktor-faktor risiko dan gejala menetap pasca perawatan infeksi akut COVID-19.
Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 329 pasien lansia (≥60 tahun) yang sempat dirawat akibat COVID-19 di RSCM dan RS Mitra Keluarga Kalideres pada 1 Januari-31 Desember 2021. Prevalensi Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia adalah sebesar 31%, 18,24%, dan 10,64% dengan menggunakan definisi waktu >4 minggu, >8 minggu, dan >12 minggu, secara berurutan. Clinical Frailty Scale rawat inap (OR 2,814 [IK 95% 1,172-6,758) dan imobilitas rawat inap (OR 4,767 [IK95% 2,117-10,734]) berhubungan dengan Sindrom Pasca COVID-19 >4 minggu. Selanjutnya, jumlah gejala awal (OR 2,043 [IK95% 1,005-4,153]), konstipasi rawat inap (OR 2,832 [IK95% 1,209-6,633]), imobilitas rawat inap (OR 2,515 [IK95% 1,049-6,026]), dan instabilitas rawat inap (OR 2,291 [IK95% 1,094-4,800) berhubungan dengan Sindrom Pasca COVID-19 >8 minggu. Gangguan pendengaran dan penglihatan follow-up (OR 2,926 [IK95% 1,285-6,665]) dan imobilitas rawat inap (OR 3,684 [IK95% 1,507-9,009]) berhubungan dengan Sindrom Pasca COVID-19 >12 minggu.
Kesimpulan: Infeksi akut dengan ≥ 5 gejala, adanya frailty dan sindrom geriatri, khususnya imobilitas saat perawatan, berhubungan dengan Sindrom Pasca COVID-19 pada lansia.

Background: COVID-19 infects all age groups, but the burden of infection is higher and more dangerous in the elderly. Patients with acute COVID-19 infection can also experience persistent symptoms called Post-Covid-19 Syndrome, especially elderly. No data show the prevalence of Post-Covid-19 Syndrome in the elderly in Indonesia and the risk factors associated with the occurrence of Post-Covid-19 Syndrome in the elderly
Objective: This study aims to determine the prevalence of Post-Covid-19 Syndrome in the elderly in Indonesia and examine the relationship between risk factors and the incidence of Post-Covid-19 Syndrome by using the definition of time > 4 weeks, > 8 weeks. , and >12 weeks.
Methods: This study is a retrospective cohort study that uses medical records and interviews to obtain data regarding risk factors and persistent symptoms after treatment of acute COVID-19 infection.
Results: This study is followed by 329 elderly patients (≥60 years) who had been treated because of COVID-19 at Cipto Mangunkusumo Hospital and Mitra Keluarga Kalideres Hospital from January 1st until December 31st, 2021. the prevalence of Post COVID-19 Syndrome in the elderly was 31%, 18.24%, and 10.64% using the time definition of >4 weeks, >8 weeks, and >12 weeks, respectively. Clinical Frailty Scale during hospitalization scores (OR 2.814 [95% CI 1.172-6.758]) and immobility during hospitalization (OR 4.767 [95% CI 2.117-10.734]) were associated with Post-Covid-19 Syndrome >4 weeks. Furthermore, number of initial symptoms (OR 2,043 [CI95% 1.005-4.153]), constipation during hospitalization (OR 2.832 [CI95% 1.209-6633]), immobility during hospitalization (OR 2,515 [95% CI 1,049-6.026]), and instability during hospitalization (OR 2,291 [CI 95% 1,094-4,800]) was associated with Post-Covid-19 Syndrome >8 weeks. In addition, impairment of visual and hearing during follow-up (OR 2,926 [95% CI 1,285-6,665]) and immobility during hospitalization (OR 3,684 [95% CI 1.507-9,009]) was associated with Post-Covid-19 Syndrome >12 weeks.
Conclusions: Acute infection with ≥ 5 symptoms, frailty, and geriatric syndrome, especially immobility during hospitalization, were associated with Post-Covid-19 Syndrome in the elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Firhat Idrus
"Latar Belakang: Post-acute sequelae of COVID-19 (PASC) atau long covid merupakan kondisi dengan gejala jangka panjang yang dialami pasien yang telah pulih pasca infeksi COVID-19 yang bervariasi selama beberapa minggu hingga lebih dari 6 bulan. Kondisi ini dilaporkan terjadi pada 7-91% pasien dengan pasca infeksi akut SARS-CoV-2. Beberapa mekanisme diajukan yang berkontribusi terhadap patogenesis PASC gejala gastrointestinal diajukan di antaranya persistensi virus, disbiosis mikrobial, dan perubahan interaksi neuroimun. Saat ini pandemi COVID-19 sudah dinyatakan sebagai endemi di Indonesia dengan menurunnya jumlah pasien dan pelonggaran protokol kesehatan. Sehingga pada penelitian ini fokus terhadap gejala pasca COVID-19 khususnya gejala gastrointestinal (GI) dengan faktor-faktor yang memengaruhinya.Background: Post-acute sequelae of COVID-19 (PASC), also known as long COVID, is a condition characterized by long-term symptoms experienced by patients who have recovered from a COVID-19 infection, lasting for several weeks to over 6 months. This condition has been reported to occur in 7-91% of patients following acute SARS-CoV-2 infection. Several proposed mechanisms contribute to the pathogenesis of PASC gastrointestinal symptoms, including persistent viral presence, microbial dysbiosis, and altered neuroimmune interactions. Currently, the COVID-19 pandemic is declared as endemic in Indonesia with decreasing numbers of patients. Therefore, this study focuses on post-COVID-19 symptoms, specifically GI symptoms, and the factors influencing them.
Objective: To determine the clinical profile of post-COVID-19 gastrointestinal outcomes and the associated factors (age, gender, non-gastrointestinal comorbidities, vaccination status of COVID-19, severity of COVID-19, comorbidities of gastrointestinal diseases, history of COVID-19 complications, nasopharyngeal swab CT-value, neutrophil-to-lymphocyte ratio, SGOT, and SGPT).
Methods: This prospective cohort study included 134 subjects diagnosed with confirmed COVID-19 based on nasopharyngeal PCR swab, who received outpatient and inpatient care at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo from October 2022 to March 2023. Statistical analysis was performed using SPSS version 25, with a significance level of p<0.05.
Results: Out of 134 study subjects, subjects experienced PASC gastrointestinal symptoms in the first month, and 70 subjects in the third month. The most common manifestations of PASC gastrointestinal symptoms in the first month were constipation and nausea/vomiting in 21 (15.7%) and 10 (7.5%) subjects, respectively, while nausea/vomiting was the most common symptom in the third month. Bivariate analysis revealed significant associations between non-gastrointestinal comorbidities (p=0.011) and CT-value ≥25 (p=0.028) as risk factors for PASC gastrointestinal symptoms in the first month, as well as comorbidities (p=0.022) in the third month. Multivariate analysis found that non-gastrointestinal comorbidities had the most significant influence on PASC gastrointestinal symptoms in both the first and third months, with a relative risk (RR) of 1.608 times (95% CI 1.140 – 2.260; p=0.007) and 2.089 times (95% CI 1.093 – 3.990; p=0.014), respectively.
Conclusion: There is a significant association between non-gastrointestinal comorbidities and the occurrence of PASC gastrointestinal manifestations in the first and third months, as well as a CT-value of COVID-19 >25.0 and the occurrence of PASC gastrointestinal manifestations in the first month.
Tujuan: Mengetahui profil luaran klinis gastrointestinal pasca COVID-19 dan faktor-faktor yang memengaruhi (usia, jenis kelamin, status vaksinasi COVID-19, komorbiditas non-gastrointestinal, derajat COVID-19, komorbiditas penyakit gastrointestinal, riwayat komedikasi COVID-19, CT-value swab nasofaring, neutrophil-to-lymphocyte ratio, SGOT, dan SGPT)
Metode: Desain penelitian berupa studi kohort prospektif pada 134 subjek yang didiagnosis terkonfirmasi COVID-19 dari swab PCR nasofaring yang di rawat jalan dan rawat inap RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo selama periode Oktober 2022 sampai dengan Maret 2023. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 25, nilai p<0.05 menunjukkan kemaknaan secara statistik.
Hasil: Sebanyak 134 subjek penelitian, 64 subjek mengalami gejala gastrointestinal PASC pada bulan ke-1 dan 70 subjek pada bulan ke-3. Manifestasi gejala gastrointestinal PASC terbanyak pada bulan ke-1 yaitu konstipasi dan mual-muntah sebanyak 21 (15,7%) subjek dan mual-muntah 10 (7,5%) pada bulan ke-3. Pada analisis bivariat terdapat hubungan yang bermakna pada subjek dengan riwayat komorbitas (p=0,011) dan CT-value ≥25 (p=0,028) sebagai faktor risiko gejala gastrointestinal PASC pada bulan ke-1 serta subjek dengan komorbiditas non-gastrointestinal (p=0,022) pada bulan ke-3. Analisis multivariat menemukan riwayat komorbiditas non-gastrointestinal paling memengaruhi gejala gastrointestinal PASC pada bulan ke-1 dan ke-3 dengan relative risk (RR) 1,608 kali (IK 95% 1,140 – 2,260; p= 0,007) dan 2,089 kali (IK 95% 1,093– 3,990; p = 0,014).
Kesimpulan: Terdapat pengaruh yang signifikan antara riwayat komorbiditas non-gastrointestinal terhadap kejadian manifestasi gastrointestinal PASC bulan ke-1 dan ke-3 serta nilai CT-value COVID-19 >25,0 terhadap kejadian manifestasi gastrointestinal PASC pada bulan ke-1.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warsiman
Malang: Universitas Brawijaya Press, 2017
899.221 WAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chandra Widjanantie
"Penyakit refluks gastroesofagus (GERD) merupakan kondisi kronik yang terjadi akibat asam lambung naik ke esofagus. COVID-19 dapat memperburuk gejala GERD dan berdampak pada fungsi pernapasan. Latihan diafragma mampu memperbaiki gejala GERD, namun efektivitasnya pada orang dewasa dengan GERD pasca COVID-19 belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas latihan diafragma modifikasi terhadap gejala GERD, tekanan inspirasi maksimal (TIM), ekskursi diafragma, dan fungsi paru. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal pada bulan September 2022 sampai April 2023 di Rumah Sakit Persahabatan. Dari data rekam medis terdapat 364 pasien yang mengalami gejala gastrointestinal persisten. Dari data pasien tersebut, 302 pasien mengalami gejala sebelum COVID-19 dan 62 pasien setelah COVID19. Sebanyak 55 pasien memenuhi kriteria inklusi dan lolos kriteria eksklusi. Selanjutnya dialokasikan secara random pada kelompok uji (n = 25) dan kontrol (n = 25), dan 5 pasien menjalani penelitian pendahuluan. Latihan diafragma selama empat minggu terdiri atas latihan diafragma modifikasi atau latihan diafragma standar. Evaluasi dilakukan 30 hari setelah latihan pertama. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, kelompok uji menunjukkan peningkatan bermakna pada tekanan inspirasi maksimal (TIM; 42,68 cmH2O ± 16,46 vs. 55,40 cmH2O ± 20,33 dan 74,80 cmH2O ± 20,33 vs. 68,68 cmH2O ± 21,25), ekskursi diafragma kanan (4,75 cm ± 0,98 vs. 4,97 cm ± 0,93 dan 6,84 cm ± 0,92 vs. 5,57 cm ± 0,95), dan ekskursi diafragma kiri (4,42 cm ± 0,86 vs. 4,70 cm ± 0,85 dan 6,48 cm ± 0,78 vs. 5,33 cm ± 0,90). Selain itu, baik kelompok uji sebelum-dan-sesudah maupun kelompok kontrol mengalami penurunan bermakna pada skor GERDQ (10,44 ± 2,00 vs. 1,84 ± 2,17 dan 8,64 ± 0,57 vs. 3,32 ± 1,49), dengan nilai p < 0,001. Latihan diafragma meningkatkan nilai kapasitas vital paksa (KVP), tidak meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) maupun rasio antara volume ekspirasi paksa detik pertama dan kapasitas vital paksa (VEP1/KVP), tidak bermakna secara statistik (p > 0,05). Latihan diafragma modifikasi pada orang dewasa setelah COVID-19 dengan GERD meningkatkan TIM dan ekskursi diafragma, serta mengurangi gejala refluks gastroesofageal yang terlihat dari perbaikan skor GERDQ.

Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a common chronic condition characterized by stomach acid reflux into the esophagus. COVID-19 may worsen GERD symptoms and impact respiratory function. Diaphragmatic training has demonstrated potential effectiveness in managing GERD symptoms, but its effectiveness in adults with GERD after COVID-19 is unknown. This study aimed to examine the effectiveness of modified diaphragmatic training (MDT) on GERD symptoms, maximum inspiratory pressure (MIP), diaphragmatic excursion, and lung function in this population. This single-blinded randomized control trial was conducted from September 2022 to April 2023 at Persahabatan Hospital. The research team evaluated the medical records of 364 patients presenting persistent gastrointestinal symptoms; among these potential participants, 302 reported symptoms before COVID-19 infection, while 62 developed symptoms after being infected with COVID-19. After applying the study's inclusion and exclusion criteria, a total of 55 patients were selected and randomly assigned to either the intervention group (n = 25) or the control group (n = 25), and 5 patients were enrolled in the preliminary research. The intervention phase consisted of four weeks of diaphragmatic training, wherein participants received either modified diaphragmatic training (MDT) or standard diaphragmatic training. Following the training period, a follow-up assessment was conducted 30 days from the initiation of the intervention. In comparison to the control group, the intervention group demonstrated significant improvements in maximum inspiratory pressure (MIP; 42,68 cmH2O ± 16,46 vs. 55,40 cmH2O ± 20,33 and 74,80 cmH2O ± 20,33 vs. 68,68 cmH2O ± 21,25), right diaphragmatic excursion (RDE; 4,75 cm ± 0,98 vs. 4,97 cm ± 0,93 and 6,84 cm ± 0,92 vs. 5,57 cm ± 0,95), and left diaphragmatic excursion (LDE; 4,42 cm ± 0,86 vs. 4,70 cm ± 0,85 and 6,48 cm ± 0,78 vs. 5,33 cm ± 0,90). Additionally, both the pre–post-intervention group and the control group exhibited significant reductions in GERDQ scores (10.44 ± 2.00 vs. 1.84 ± 2.17 and 8.64 ± 0.57 vs. 3.32 ± 1.49, respectively), with a p-value < 0.001. Diaphragmatic training resulted in increased forced vital capacity (FVC), forced expiratory volume in the first second (FEV1) and the ratio of forced expiratory volume in the first second to forced vital capacity (FEV1/FVC), these differences were not statistically significant in both groups (p > 0,05). MDT in adults post-COVID-19 with GERD enhanced MIP and diaphragmatic excursion, along with a reduction in symptoms of GERD as evidenced by improvements in GERDQ scores."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: BS Center, 2020
338.959 8 VAK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jose Segitya Hutabarat
"Dampak dari pandemi COVID-19 telah mengubah tatanan politik baru dunia dengan munculnya beberapa kebijakan pemerintahan seperti penutupan total negara (lockdown). Kebijakan untuk menutup batas-batas geografis sebuah negara, yang membuat perihal kerja sama internasional menyebabkan munculnya paradoks, sehingga negara-negara dipaksa untuk kembali ke konsep negara masing-masing. Karena pandemi ini terjadi dalam jangka panjang, hal tersebut akan berdampak pada ketahanan nasional sebuah negara. Pandemi memaksa banyak pihak mengkalibrasi hubungan internasional, termasuk di dalamnya mengidentifikasi bagian mana yang membutuhkan kolaborasi internasional. Juga bagian mana yang sudah semestinya dikembalikan jadi bagian ketahanan nasional. Namun, di saat yang bersamaan dengan semakin besarnya pengaruh teknologi pada daya saing serta lalu lintas modal yang relatif sebuah negara, ketiadaan interaksi fisik cenderung mendisrupsi cara hidup termasuk geopolitik suatu negara. Respons kepemimpinan yang solid dengan visi yang jelas sangat diperlukan untuk mengambil peluang agar bisa melewati krisis setelah pandemi ini menyambut new normal dengan bergerak menuju revolusi 5.0. Bergulirnya revolusi 5.0, menuntut negara-negara di dunia untuk bergerak dengan lebih cepat, mampu beradaptasi dan mengintegrasikan diri secara utuh dengan transformasi digital. Selain itu, juga didorong untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, optimistis dan mempertahankan eksistensi agar dapat menciptakan negara maju serta berkembang."
Jakarta: Biro humas settama lemhanas RI, 2020
321 JKLHN 43 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>