Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215745 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Ayu Gede Jyotidiwy
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran postur yang berisiko penggunaan handphone pada lansia di PSTW Ria Pembangunan Tahun 2019 dengan melihat gambaran faktor individu dan faktor penggunaan untuk keluhan subjektif gejala gangguan tulang dan mata pada lansia mobile pengguna telepon. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penilaian postur berisiko dilakukan melalui observasi dan pengukuran lansia pengguna handphone (n=20) yang diukur dengan metode REBA. Deskripsi faktor individu, faktor penggunaan, keluhan subjektif gejala gangguan otot rangka, dan gejala gangguan mata diperoleh dari pengisian kuesioner pada responden lansia menggunakan handphone (n = 20). Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur tubuh yang paling berisiko saat menggunakan ponsel adalah duduk dengan penyangga (skor REBA 9) dan berbaring (skor REBA 9). 55% responden menghabiskan waktu < 30 menit/hari menggunakan ponsel, 75% menggunakan ponsel < 5 kali/hari, dan 60% responden telah menggunakan ponsel selama > 6 tahun. Keluhan subjektif gangguan otot rangka dialami oleh 80% lansia pada bagian pinggang (30%), jari tangan kanan dan kiri (20%), serta pergelangan tangan kanan dan kiri, serta bahu kanan (15%). Keluhan subjektif gejala mata dialami 90% lansia dengan keluhan mata lelah (40%), mata sensitif terhadap cahaya (35%), dan mata berair setelah melihat layar (35%)
This study aims to obtain an overview of postures that are at risk of using mobile phones in the elderly at PSTW Ria Pembangunan in 2019 by looking at the description of individual factors and usage factors for subjective complaints of symptoms of bone and eye disorders in elderly mobile phone users. The design of this research is cross sectional. Assessment of risky posture was carried out through observation and measurement of elderly mobile phone users (n=20) as measured by the REBA method. Descriptions of individual factors, usage factors, subjective complaints of symptoms of skeletal muscle disorders, and symptoms of eye disorders were obtained from filling out questionnaires to elderly respondents using mobile phones (n = 20). The results showed that the most risky body postures when using mobile phones were sitting with a support (REBA score 9) and lying down (REBA score 9). 55% of respondents spend < 30 minutes/day using cell phones, 75% use cell phones < 5 times/day, and 60% of respondents have used cell phones for > 6 years. Subjective complaints of skeletal muscle disorders were experienced by 80% of the elderly in the waist (30%), right and left fingers (20%), and right and left wrists, and right shoulders (15%). Subjective complaints of eye symptoms experienced by 90% of the elderly with complaints of tired eyes (40%), sensitive eyes to light (35%), and watery eyes after looking at the screen (35%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Gede Jyotidiwy
"ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran postur yang berisiko penggunaan mobile phone pada lansia di PSTW Ria Pembangunan Tahun 2019 dengan melihat gambaran faktor
individu dan faktor pemakaian terhadap keluhan subjektif gejala gangguan otot rangka dan mata pada lansia pengguna mobile phone. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penilaian postur berisiko dilakukan melalui observasi dan pengukuran pada lansia pengguna mobile phone (n = 20) yang diukur dengan metode REBA. Gambaran faktor individu, faktor pemakaian, keluhan subjektif
gejala gangguan otot rangka, dan gejala gangguan mata didapatkan dari pengisian kuesioner dengan responden lansia pengguna mobile phone (n = 20). Hasil penelitian menunjukkan postur paling berisiko saat menggunakan mobile phone adalah duduk dengan penopang (skor REBA 9)
dan berbaring (skor REBA 9). Sebesar 55% responden menghabiskan waktu < 30 menit/hari untuk menggunakan mobile phone, 75% menggunakan mobile phone < 5 kali/hari, dan 60% responden telah menggunakan mobile phone > 6 tahun. Keluhan subjektif gangguan otot rangka dialami 80%
lansia pada pinggang (30%), jari tangan kanan dan kiri (20%), dan pergelangan tangan kanan dan kiri, serta bahu kanan (15%). Keluhan subjektif gejala gangguan mata dialami 90 % lansia dengan keluhan mata lelah (40%), mata sensitif terhadap cahaya (35%), dan mata berair setelah melihat layar (35%)

ABSTRACT
The aim of this study is to depict a risky posture description of the use of mobile phones in the elderly at Ria Pembangunan PSTW in 2019 by looking at an overview of individual factors and usage factors for subjective complaints of musculoskeletal symptoms and eye symptoms in elderly mobile phone users. This study design is descriptive studies with quantitative approach. Assessment of risky postures is done through observation and measurement of elderly mobile phone users (n = 20) as measured by the REBA method. The description of individual factors, factors of use, subjective complaints of musculoskeletal symptoms, and eye symptoms were obtained from filling out questionnaires by elderly mobile phone user respondents (n = 20). The results showed that the riskiest postures when using a mobile phone were sitting with a crutch (REBA score 9) and lying down (REBA score 9). 55% of respondents spend <30 minutes / day using mobile phones, 75% use mobile phones <5 times / day, and 60% of respondents have been using mobile phones> 6 years. Subjective complaints of musculoskeletal symptoms are experienced by 80% of the elderly at waist (30%), right and left hands fingers (20%), right wrist, left wrist and right shoulder (15%). Subjective complaints of eye symptoms experienced by 90% of the elderly with complaints of tired eyes (40%), light sensitive eyes (35%), and watery eyes after seeing the screen (35%)."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Teresia Bukit
"Gangguan integritas kulit merupakan masalah yang paling sering terjadi pada lansia sebagai bentuk dari proses penuaan yang tentunya akan mengalami perubahan secara fisiologis. Salah satu permasalahan yang paling sering ditemukan pada lansia adalah kulit kering atau Xerosis. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya xerosis pada lansia, yaitu faktor usia, asupan cairan, faktor lingkungan, seperti suhu, paparan sinar matahari, dan kelembaban. Lansia yang mengalami kulit kering atau xerosis tentunya diperlukan intervensi untuk mengurangi tingkat xerosis dan mencegah terjadinya perburukan. Pelembab mengandung ceramide merupakan penerapan dari intervensi keperawatan dengan cara perawatan kulit menggunakan agen topikal. Studi kasus ini bertujuan untuk memperlihatkan terkait pengolesan pelembab berbahan dasar ceramide dalam mengatasi gangguan integritas kulit pada lansia dengan Xerosis. Hasil analisis setelah dilakukan intervensi pada tiga orang dengan pengolesan dilakukan sehari 2 kali selama 14 hari terdapat penurunan skala Overall Dry Skin Score (ODSS) dari 3 (parah) menjadi 0 (tidak terdapat xerosis). Kesimpulannya, intervensi pengolesan pelembab mengandung ceramide dapat menjadi salah satu perawatan dasar untuk mengatasi gangguan integritas pada lansia dengan xerosis. Intervensi ini akan lebih optimal dan lebih cepat apabila dilakukan dengan konsisten dua kali setiap hari berturut-turut dengan didampingi oleh asupan cairan yang adekuat, menggunakan tabir surya, menghindari paparan sinar matahari, dan memodifikasi lingkungan.

Impaired skin integrity is the most common problem in the elderly as a form of aging process that will certainly experience physiological changes. One of the most common problems found in the elderly is dry skin or Xerosis. Risk factors that influence the occurrence of Xerosis in the elderly, namely age factors, fluid intake, environmental factors, such as temperature, sun exposure, and humidity. Elderly who experience dry skin or Xerosis certainly need intervention so that it can reduce the level of Xerosis and prevent worsening. Moisturizers containing ceramide are an application of nursing interventions by means of skin care using topical agents. This case study aims to show the application of ceramide-based moisturizers in overcoming impaired skin integrity in the elderly with Xerosis. The results of the analysis after the intervention for 14 days showed a decrease in the Overall Dry Skin Score (ODSS) scale from 3 (severe) to 0 (no xerosis). In conclusion, the intervention of applying moisturizers containing ceramide can be one of the basic treatments to overcome impaired integrity in the elderly with xerosis. This intervention will be more optimal and the results will be faster if it is carried out consistently every day in a row accompanied by adequate fluid intake, using sunscreen, avoiding sun exposure, and modifying the environment. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ershanda Nadhira Syifarini
"Penuaan merupakan proses alamiah ditandai dengan adanya perubahan secara fisiologis. Perubahan fisiologis ini menyebabkan perubahan kulit pada lansia, seperti penurunan elastisitas kulit, penurunan kelembapan, dan penurunan keringat serta kelenjar minyak. Hal tersebut menyebabkan lansia rentan mengalami gangguan integritas kulit dan merupakan masalah yang paling banyak ditemukan di panti sosial yang berdampak signifikan pada kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, pengembangan tatalaksana berbasis bukti dalam melakukan perawatan kulit kering menggunakan petroleum jelly dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan meningkatkan kualitas hidup lansia. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan integritas kulit melalui penggunaan petroleum jelly di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4. Intervensi berupa perawatan kulit menggunakan petroleum jelly dilakukan sebanyak dua kali sehari selama 15 hari. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen 12-Pruritus Severity Scale (12-PSS) untuk menilai tingkat pruritus dan Overall Dry Skin (ODS) Score untuk menilai kondisi kulit. Hasil intervensi menunjukkan adanya penurunan skor 12-Pruritus Severity Scale dari 16 dengan kategori berat menjadi 3 dengan kategori ringan dan skor ODS dari 4 dengan kategori ekstrem menjadi 1 dengan kategori ringan. Hasil ini menunjukkan penggunaan petroleum jelly terbukti efektif dalam perawatan kulit kering dan menurunkan pruritus. Hasil tersebut diharapkan dapat menjadikan petroleum jelly sebagai salah satu intervensi perawatan kulit untuk mengatasi gangguan integritas kulit pada lansia.

Aging is a natural process characterized by physiological changes. These physiological changes cause skin changes in the elderly, such as decreased skin elasticity, decreased moisture, and decreased sweat and oil glands. This makes the elderly susceptible to impaired skin integrity and is the most common problem found in social institutions that has a significant impact on the quality of life of the elderly. Therefore, the development of evidence-based management in treating dry skin using petroleum jelly is carried out to overcome this problem and improve the quality of life of the elderly. The purpose of this scientific paper is to explain about caring for the elderly with impaired skin integrity through the use of petroleum jelly at the Tresna Werdha Budi Mulia 4 Social Home. The intervention in the form of skin care using petroleum jelly was carried out twice a day for 15 days. Measurements were made using the 12-Pruritus Severity Scale (12-PSS) instrument to assess the level of pruritus and the Overall Dry Skin (ODS) Score to assess skin conditions. The results of the intervention showed a decrease in the 12-Pruritus Severity Scale score from 16 with a severe category to 3 with a mild category and the ODS score from 4 with an extreme category to 1 with a mild category. These results indicate that the use of petroleum jelly has been proven effective in the treatment of dry skin in reducing pruritus. These results are expected to make petroleum jelly one of the skin care interventions to overcome skin integrity disorders in the elderly. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arundhati Nugrahaning Aji
"Latar Belakang: Jumlah orang berusia 60 tahun atau lebih sebanyak 962 juta orang, setara dengan 13% populasi dunia dan sekitar 15% dari jumlah tersebut menderita gangguan jiwa. Pada tahun 2050, Indonesia diproyeksikan akan memiliki 72 juta orang berusia diatas 60 tahun. Salah satu cara pemerintah dalam memenuhi kebutuhan adalah dengan mengadakan kegiatan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) yang dikhususkan untuk lansia. Dibutuhkan adanya penelitian mengenai apakah kebutuhan lansia gangguan jiwa yang berada di PSTW sudah terpenuhi dan bagaimanakah hubungannya dengan kualitas hidup mereka. Dengan banyaknya kebutuhan yang tersebar dalam berbagai area, maka akan dilakukan adaptasi instrumen Camberwell Assessment of Need for the Elderly (CANE) terlebih dahulu.
Metode: Sebanyak 104 dataset didapatkan dari lansia gangguan jiwa, pengasuh dan staf yang merawat. Pengambilan sampel ditetapkan secara consecutive sampling. Uji yang dilakukan yaitu uji kesahihan isi, uji keandalan konsistensi internal dan uji keandalan interrater. Instrumen yang sahih dan andal digunakan untuk mengukur kebutuhan 50 lansia gangguan jiwa di PSTW dan dihubungkan dengan kualitas hidup dengan menggunakan metode analitik kuantitatif potong lintang. Pengambilan sampel ditetapkan secara consecutive sampling. Pengukuran kualitas hidup menggunakan WHOQoL-BREF Bahasa Indonesia.
Hasil: Content validity index for scales (S-CVI) sebesar 1,0. Uji keandalan konsistensi internal koefisien Cronbach's Alpha memperoleh hasil 0,86. Uji keandalan interrater menghasilkan nilai koefisien kappa sebesar 0,98 (p < 0,001). Terdapat hubungan antara kebutuhan perawatan diri dengan kualitas kesehatan fisik, terdapat hubungan antara kebutuhan merawat rumah/perawatan diri/daya ingat/distres psikologis/uang atau anggaran dengan kualitas psikologis, terdapat hubungan antara kebutuhan makanan/perawatan diri dengan kualitas hubungan sosial dan terdapat hubungan antara kebutuhan terkait gejala psikotik/informasi/uang atau anggaran dengan kualitas lingkungan (p ≤ 0,05). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara jumlah kebutuhan dengan kualitas hidup domain psikologis (p ≤ 0,05).
Kesimpulan: CANE bahasa Indonesia adalah instrumen yang sahih dan andal. Terdapat hubungan antara kebutuhan lansia dengan gangguan jiwa dengan kualitas hidup sehingga dibutuhkan evaluasi kebutuhan secara rutin di PSTW.

Background: The number of people aged 60 years or more is 962 million people, equivalent to 13% of the world's population and around 15% of that number suffer from mental disorders. Indonesia will have 72 million people aged over 60 years by 2050. Government fulfills elderly needs (including mentally disorder elderly) by holding the Tresna Werdha Residential Home. Research to evaluate the mentally disorder elderly's needs and how it relates to their quality of life is needed.
Methods: Firstly, an adaptation of the Camberwell Assessment of Need for the Elderly (CANE) conducted using consecutive sampling. Interviews resulted in 104 datasets obtained from elderly with mental disorders, carers, and staff. The validity used a content validity test. The reliability process used an internal consistency reliability test and an interrater reliability test. The needs of 50 mentally disorder elderly in Tresna Werdha Residential Home were evaluated by the valid and reliable CANE. Correlation between the mentally disorder elderly's needs and quality of life analyzed using the cross-sectional quantitative analytical method. Quality of life's measurements used the Indonesian WHOQoL-BREF.
Result: Content validity index for scales (S-CVI) is 1.0. The internal consistency of the Cronbach's Alpha coefficient is 0.86. The interrater reliability test resulted in a kappa coefficient of 0.98 (p <0.001). This research also found there is a correlation between self-care and the physical health-domain (p ≤ 0.05). Looking after the home/self-care/memory/psychological distress/money correlating to the psychological-domain (p ≤ 0.05). Food/self-care correlating to the social relationships-domain (p ≤ 0.05). The needs related to psychotic symptoms/information/money or budgeting correlating to the environmental-domain (p ≤ 0.05). There is a statistically significant correlation between the number of needs and the quality of life in the psychological-domain (p ≤ 0.05).
Conclusion: Indonesian CANE is a valid and reliable instrument. There is a correlation between the mentally disorder elderly's needs and the quality of life. Therefore a routine needs evaluation is needed at Tresna Werdha Residential Home.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Antaroza
"Lansia mengalami penuaan yang menyebabkan penurunan fungsi sistem tubuh. Fungsi sistem tubuh lansia yang menurun salah satunya adalah sistem muskuloskeletal. Penurunan fungsi sistem muskuloskeletal tersebut menyebabkan lansia rentan mengalami gangguan dalam mobilitas fisik. Gangguan mobilitas fisik yang paling jelas terlihat pada sistem muskuloskeletal salah satunya adalah penurunan kekuatan otot. Selain akibat penurunan sistem fungsi muskuloskeletal, disebabkan juga karena penyakit stroke. Penurunan kekuatan otot terjadi karena kelemahan yang dialami oleh pasien stroke. Masalah mobilitas yang terjadi pada lansia dapat diatasi dengan pemberian intervensi berupa latihan range of motion (ROM) dan genggam bola karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan intervensi latihan ROM dan menggenggam bola karet dalam meningkatkan kekuatan otot pada lansia yang mengalami gangguan mobilitas fisik. Instrumen yang digunakan adalah Manual Muscle Test (MMT) dengan responden berjumlah 3 orang lansia. Hasil dari intervensi yang berlangsung selama 16 kali pada ROM terjadi peningkatan kekuatan otot senilai 1 pada ekstremitas atas dan bawah serta peningkatan kekuatan otot senilai 1 untuk intervensi terapi genggam bola karet pada ekstremitas atas di pergelangan tangan senilai 1 dan pada jari-jari mengalami peningkatan 1 selama 12 kali latihan genggam bola karet. Dapat disimpulkan bahwa pemberian latihan ROM dan menggenggam bola karet khususnya bola karet bergerigi dapat meningkatkan kekuatan otot pada lansia. Latihan ini perlu dilakukan secara rutin untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam peningkatan kekuatan motorik.

The elderly experience aging which causes a decrease in body system function. One of the declining functions of the elderly body system is the musculoskeletal system. The decline in the function of the musculoskeletal system makes the elderly vulnerable to physical mobility disorders. One of the most obvious physical mobility disorders in the musculoskeletal system is decreased muscle strength. Apart from the decline in the musculoskeletal function system, it is also caused by stroke. Decreased muscle strength occurs due to weakness experienced by stroke patients. Mobility problems that occur in the elderly can be overcome by providing interventions in the form of range of motion (ROM) exercises and rubber ball grips. This study aims to identify the effect of applying ROM exercise interventions and grasping rubber balls in increasing muscle strength in the elderly who experience physical mobility disorders. The instrument used is the Manual Muscle Test (MMT) with 3 elderly respondents. The results of the intervention which lasted for 16 times in ROM there was an increase in muscle strength worth 1 in the upper and lower extremities and an increase in muscle strength worth 1 for the intervention of rubber ball grasping therapy in the upper extremities in the wrist worth 1 and in the fingers increased 1 for 12 times of rubber ball grasping training. This shows that giving ROM exercises and grasping rubber balls, especially serrated rubber balls, can increase muscle strength in the elderly. This exercise needs to be performed regularly to achieve the desired results in improving motor strength. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nachita Putri
"Lansia dapat mengalami penurunan fungsi kognitf akibat dari proses penuaan. Penurunan fungsi kognitif membuat lansia kurang sensitif terhadap lingkungan sehingga dapat menyebabkan jatuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan risiko jatuh pada lansia. Desain penelitian ini adalah cross-sectional dengan teknik pengambilan sampel adalah proposional random sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa fungsi kognitif berhubungan signifikan dengan risiko jatuh dengan nilai p = 0,000. Pihak panti werdha sebaiknya meningkatkan intervensi untuk memperbaiki fungsi kognitif lansia sebagai upaya menurunkan risiko jatuh.

Elderly may experience decreased cognitive function due to aging process. Decreased cognitive function makes elderly less sensitive to the environment that can cause the incident of fall. This study aims to determine the relationship of cognitive function with the risk for fall in the elderly. The design of this study is cross sectional with sampling technique is proportional random sampling.
The results showed that cognitive function was significantly correlated with risk for fall with p 0,000. Nursing home parties should increase interventions to improve elderly cognitive functioning as an effort to reduce the risk of fall.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiholan, Bonardo Prayogo
"Lansia merupakan kelompok usia yang sudah mengalami degenerasi di berbagai aspek seperti antropometri dan kemampuan fisiologis. Namun peralatan yang dipakai lansia dalam kegiatannya masih cenderung disamakan dengan kondisi usia dewasa. Ketidakcocokan peralatan dan kemampuan tubuh dapat memicu risiko kesehatan dan keselamatan bagi lansia yaitu jatuh. Lokasi yang memiliki tingkat risiko tinggi jatuh diantaranya adalah kamar mandi dan kamar tidur.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan semi-kuantitatif. Sasaran penelitian yaitu lansia yang bertatus mandiri di PSTW Budi Mulia 1 berjumlah 80 orang. Lokasi yang menjadi fokus penelitian adalah Wisma Catelya dan Wisma Edelweis. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran pada antropometri, tingkat pencahayaan, dimensi fasilitas pada kamar mandi dan kamar tidur. Selain itu, pengambilan data dilakukan dengan observasi dan wawancara untuk mendapatkan kemampuan fisiologis lansia, aktivitas yang dilakukan, tata letak, dan keadaan lantai.
Hasil penelitian menunjukkan masih ditemukan aspek-aspek pada fasilitas di kamar tidur dan di kamar mandi yang tidak ergonomis bagi lansia. Oleh sebab itu diperlukan perbaikan di beberapa aspek agar lebih aman digunakan oleh penghuni lansia.

Elderly is a population that degenerates in various aspects such as anthropometry and physiological abilities. However, the equipments that are used still tend to be made for general adult condition. The incompatibility of the equipments and the ability of the elderly can trigger a health and safety risk for the elderly such as fall. Locations with high risk of falling are the bathrooms and bedrooms.
This research is a descriptive with semi quantitative approach. The research target is elderly with independent status in PSTW Budi Mulia 1 which amounts to 80 people. This study focuses on Catelya House and Edelweis House. Data collection was done by measuring anthropometry, lighting level, facility dimension in the bathroom and bedroom. Additional data was collected through observation and interview to get the physiological ability of elderly, daily activities, layout, and floor condition.
The results showed that the facility in the bedroom and in the bathroom is not ergonomic for the elderly. Therefore, it is necessary to improve in some aspects to be safer for elderly residents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dwi Darmayanti
"Lansia merupakan individu tahap akhir perkembangan yang memiliki beberapa perubahan pada sistem tubuhnya. Sistem muskuloskeletal ialah sistem yang identik dengan perubahan yang sering terjadi pada lansia. Perubahan pada sistem tersebut berdampak pada menurunnya kekuatan otot, tulang dan sendi yang dapat mengakibatkan lansia mengalami jatuh. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil asuhan keperawatan pada lansia yang memiliki masalah resiko jatuh. Format pengkajian morse fall scale (MFS) dan Timed up and Go test (TUG) digunakan untuk mengukur resiko jatuh klien. Salah satu intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk menangani masalah resiko jatuh ialah dengan latihan keseimbangan. Metode square stepping exercise (SSE) dipilih sebagai metode latihan keseimbangan yang digunakan. Hasil yang didapatkan selama memberikan asuhan kepererawatan menggunakan metode ini didapatkan peningkatan gaya berjalan klien yang lebih cepat saat dilakukan pengukuran awal dan akhir, lebih mahir melakukan gerakan latihan dan peningkatan kemampuan perpindahan kaki dari tiap pijakan latihan.  Latihan ini direkomendasikan untuk diterapkan di nursing home sebagai aktifitas latihan rutin untuk mencegah resiko jatuh lansia.

 


The elderly was the individuals which in the final stages of development. Musculosceletal system is a system that identical to frequent changes in the elderly. Changes in that system, have an impact on decreasing the strength of muscles, bones and joints which can cause elderly to fall. This paper aims to explain the results of nursing care to elderly who have a risk of fall. Morse fall scale (MFS) and Timed up and Go test (TUG) were used to measure risk of fall. Balance exercise is one of nursing intervention that can deal to risk of fall. The square stepping exercise (SSE) method was chosen as the balance exercise method used. The result obtained that there was increased gait during initial and final measurements; more skillfull when performing exercises movement and increased ability to move each steps. This exercise is recommended to be applied at nursing home as a new activities to prevent the risk of fall in elderly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syahnaz Maulidiya Rizqi
"Xerosis dan pruritus merupakan masalah kulit yang paling sering dikeluhkan oleh lansia. Terdapat faktor ekstrinsik dan intrinsik yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Faktor ekstrinsik diantaranya paparan sinar ultraviolet, debu, polusi udara, dan kebersihan diri dan lingkungan lansia yang kurang diperhatikan. Faktor intrinsik diantaranya pertambahan usia seseorang yang bersamaan dengan penurunan fisiologis pada sistem integumen.
Karya ilmiah ini menjelaskan mengenai asuhan keperawatan gangguan integritas kulit melalui intervensi perawatan kulit: perawatan topikal dengan pelembab mengandung colloidal oatmeal. Asuhan keperawatan dilakukan selama 5 minggu dengan hasil yang menunjukkan terjadinya penurunan tingkat kekeringan, penurunan rasa gatal, dan peningkatan kepuasan klien terhadap perawatan yang diberikan.

Xerosis and pruritus is a skin problem that is most often complained by the elderly. There are extrinsic and intrinsic factors that cause these problems. Extrinsic factors include ultraviolet light, dust, air pollution, personal hygiene and the environment of the elderly that are less noticed. Intrinsic factors include increasing age followed by physiological decline in the integumentary system.
This scientific work explains skin care through an intervention in skin care: topical treatments with moisturizers containing colloidal oatmeal. Nursing care is carried out for 5 weeks with results that show a decrease in the level of dryness in the skin, decreased itching, and increased client satisfaction with the treatment provided.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>