Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112179 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Illyin A. B.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Illyin A. B.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Illyin A. B.
"ABSTRAK
Indonesia mengimpor 500.000 ton aspal minyak per tahun walaupun memiliki potensi Asbuton sebesar 677 juta ton. Pelarut anorganik dapat mengestrak aspal dari batuannya sampai 100%, seperti HCl. Masalahnya, mahalnya proses yang menggunakan pelarut yang mahal membuat industri ini sulit berkembang. Penggunaan asam asetat dengan konsentrasi rendah maupun tinggi dapat digunakan untuk melarutkan pengotor CaCO3 dalam asbuton secara sempurna. Pelarutan CaCO3 akan semakin besar dengan dilakukannya peningkatan suhu dan konsentrasi sampai pada kondisi optimum, yaitu 3 M asam asetat dan suhu operasi 80oC. Dari proses pelarutan ini menghasilkan aspal dengan kualitas yang cukup tinggi, yaitu 67,08%.

ABSTRACT
Even though has a potential of 677 million tonnes Asbuton, Indonesia import 500,000 tons of asphalt per year. Inorganic solvents can extract bitumen from the rock until 100%, such as HCl. The problem is the expensive process requiring expensive solvent so the method can?t be applied. The use of acetic acid with low and high concentrations can be used to dissolve impurities asbuton CaCO3 in perfectly. CaCO3 dissolution will be even greater with increasing temperature and concentration until optimum conditions; there are 3 M acetic acid and the 80 °C operating temperature. With this dissolution, process produces asphalt with a high quality which is 67.08%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faiz Firdaus
"Pemanfaatan potensi Asbuton di Indonesia belum optimal karena mahalnya biaya produksi aspal. Produksi aspal dapat menggunakan pelarut asam kuat untuk melarutkan padatan CaCO3 dalam Asbuton, tetapi penggunaan asam kuat menghasilkan limbah yang berbahaya. Penggunaan pelarut asam lemah seperti H2CO3 dapat dijadikan sebagai alternatif. Untuk meningkatkan produksi aspal, digunakan pelarut tambahan berupa larutan garam klorida karena kekuatan ionik dari larutan ini dapat meningkatkan salinitas dan konstanta kelarutan padatan CaCO3. Ekstraksi dilakukan secara semi batch menggunakan ekstraktor dengan bantuan gelombang ultrasonik. Kondisi operasi optimal diperoleh pada waktu ekstraksi 80 menit, suhu 90°C, tekanan 3 bar, laju alir gas 0,4 liter/menit, konsentrasi pelarut tambahan 1 M, rasio padatan/larutan 0,02 g/ml. Persentase CaCO3 terlarut maksimal adalah 66,25%. Aspal yang dihasilkan mengandung 54,10 % aspal, 20,36% CaCO3, dan 25,54% padatan mineral lainnya.

Indonesia's potential of Asbuton has not been utilized optimally due to the expensiveness of asphalt production cost. Strong acid solution can be used to produce asphalt by dissolving CaCO3 from Asbuton, but the waste from this solution can be harmful to the environment. Due to this problem, the usage of weak acid solution comes as an alternative way to produce asphalt. In order to increase asphalt production, salt chloride will be used as co-solvent because its ionic strength can increase salinity and solubility constant of CaCO3 solid. The extraction process will be performed on semi-batch extractor with the addition of ultrasonic wave. The optimum operating condition is achieved when the extraction process reaches 80 minutes at temperature 90°C, pressure 3 bar, CO2 flow rate 0.4 liter/minute, molarity of co-solvent 1 M, and the ratio of solid/liquid is 0.02 g/ml. The optimum percentage of dissolved CaCO3 is 66.25%. The yield of asphalt produced by this method has a composition of 54.10% asphalt, 20.36% solid carbonate, and 25.54% other solid impurities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyda Astria
"Produksi aspal dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan batuan Aspal Buton (Asbuton) yang ketersediannya sangat melimpah. Aspal dapat diproduksi dengan melarutkan CaCO3 (kalsium karbonat) yang merupakan komponen pengotor dominan dari Asbuton. Penelitian sebelumnya menggunakan berbagai asam sebagai pelarut. Akan tetapi, proses tersebut menghasilkan limbah yang tidak ramah lingkungan. Kalsium karbonat dapat larut dalam H2CO3. Kelarutan kalsium karbonat dalam larutan H2CO3 dapat ditingkatkan dengan penambahan MgCl2 karena larutan ini memiliki ion bervalensi dua yang dapat meningkatkan kekuatan ion. Kekuatan ion akan meningkatkan salinitas dan konstanta kelarutan CaCO3. Pelarutan CaCO3 dilakukan menggunakan autoclave dengan pemanas dan dibantu dengan sonikator. Variabel yang diukur adalah padatan karbonat yang terlarut dan massa jenis aspal serta pengurangan padatan kalsium karbonat dalam aspal menggunakan uji massa jenis dan uji FTIR. Hasil penelitian menunjukkan padatan kalsium karbonat terlarut pada kondisi optimum suhu 90 °C, tekanan 2 bar, laju alir gas CO2 0,4 l/menit, konsentrasi larutan garam 0,5 M dan waktu ekstraksi 80 menit. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa aspal yang terkandung adalah sebesar 57,5% dengan kandungan kalsium karbonat sebesar 27% dan massa jenis 1,26 g/ml.;

Bitumen Production can be increased by utilizing Buton Asphalt Rock (Asbuton) which is available as abundant source. Bitumen can be produced by dissolving CaCO3 (calcium carbonate) that is considered as impurity of Asbuton. In previous research, weak acid is used as solvent. Nevertheless, it produces non eco-friendly waste. Calcium carbonate is able to dissolve in H2CO3. Calcium carbonate solubility can be augmented by addition of MgCl2 solution because it has bivalent ion which can increase ionic strength. Ionic strength increased leads to augmentation of salinity and solubility constant of CaCO3. Calcium carbonate extraction is performed using autoclave, heater, and sonicator. Measured variable is percentage of dissolved carbonate and bitumen density. Degradation of carbonate group will be examined by FTIR test and density test. The result shows that calcium carbonate is dissolved at optimal condition: temperature 90 °C, pressure 2 bar, CO2 flow rate 0,4 liter/min, concentration of brine solution 0,5 M, and extraction time 80 minutes. Bitumen produced contains asphaltene and calcium carbonate 57,5% and 27% respectively with density 1,26 g/ml."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyda Astria
"ABSTRAK
Produksi aspal dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan batuan Aspal Buton (asbuton) yang ketersediannya sangat melimpah. Batuan ini dimanfaatkan dengan mengekstraksi CaCO3 yang merupakan komponen dominan (72,9%) pada asbuton. Kalsium karbonat (CaCO3) dapat larut dalam H2CO3. Kelarutan kalsium karbonat dapat ditingkatkan dengan penambahan co-solvent MgCl2. Co-solvent ini meningkatkan kekuatan ion sehingga dapat meningkatkan kelarutan kalsium karbonat. Ekstraksi CaCO3 dalam asbuton dilakukan dengan batch. Reaktor diinjeksikan CO2 untuk menghasilkan larutan H2CO3 dalam air. Ekstraksi dilakukan dengan variabel bebas suhu, tekanan, konsentrasi co-solvent, laju alir gas CO2, dan rasio asbuton terhadap pelarut. Variabel yang diukur sebagai variabel terikat adalah massa CaCO3 terlarut. Hasil penelitian menunjukkan padatan kalsium karbonat terlarut pada kondisi optimal suhu 70°C, tekanan 3 bar, laju alir gas CO2 0,4 liter/menit, konsentrasi co-solvent 1 M, dan rasio pelarut-asbuton 0,02 g/ml. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa aspal yang terkandung sebesar 57,5%, kalsium karbonat 27%, dan 22,5% pengotor dan memiliki massa jenis 1,26 g/ml.

ABSTRACT
Bitumen production can be increased by utilizing Natural Buton Asphalt Rock which is available as abundant source. Calcium carbonate in this rock as dominant component (72%) is extracted due to its presence as impurity. Calcium carbonate is able to dissolve in H2CO3. The solubility of CaCO3 can be augmented by adding co-solvent MgCl2. This co-solvent increases ionic strength thus solubility product constant increases as well. The extraction is carried out as batch process. Carbon dioxide is injected to reactor containing water to produce H2CO3. Process variables in this experiment are temperature, pressure, co-solvent concentration, CO2 flowrate, and ratio of asbuton and solvent. Dependent variable is mass of CaCO3 dissolved. Result shows optimal condition achieved at 70°C, pressure 3 bar, CO2 flowrate 0,4 liter/menit, concentration 1 M, and ratio 0,02 g/ml. Bitumen produced contains 57,5% of CaCO3, 27% of asphaltene, and 22,5% of impurities. The density is 1,26 g/ml.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Mery Devianto
"Potensi asbuton yang besar mendesak adanya pemanfaatan asbuton. Salah satu metode pemanfaatannya adalah ekstraksi padatan karbonat dengan pelarut asam, misalnya HCl. Namun, penggunaan larutan HCl pada konsentrasi tinggi akan menghasilkan limbah berbahaya dan tidak ekonomis. Penggunaan asam format dapat dijadikan alternatif sebagai pelarut. Ekstraksi secara batch dengan agitasi dilakukan pada variasi suhu operasi, konsentrasi, waktu, dan rasio padatan-pelarut. Larutnya padatan karbonat menyisakan produk aspal. Jumlah padatan terlarut dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, waktu, dan rasio. Persentase padatan terlarut maksimal dicapai menggunakan larutan asam format 4M pada suhu 80oC selama 90 menit dengan rasio sebesar 0,08 g-asbuton/mL-pelarut. Kemurnian dari produk aspal mencapai 90,54%.

The great potential of asbuton urges utilization of asbuton. One of its utilization is carbonate mineral extraction with acid solution, e.g. HCl, to produces asphalt. However, the use of HCl solution at high concentrations will produce hazardous waste and uneconomical. Batch extraction with agitation carried on a variety of operating temperature, concentration, time, and solid-solvent ratio. Dissolution of carbonate mineral leaving the asphalt product. The amount of dissolved solids is affected by temperature, concentration, time, and ratio. The maximum percentage of dissolved solids can be achieved when using a 4M formic acid solution at 80°C for 90 minutes with solid-solvent ratio of 0.08 g/mL. The purity of asphalt product reaches 90,54%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43640
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitya Nur Fadilahacx
"ABSTRAK
Ekstraksi Asbuton secara biologis terhadap CaCO3 sebagai pengotor utama
Asbuton dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama glukosa dikonversi menjadi
asam laktat oleh bakteri Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 melalui proses
fermentasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Tahap kedua proses bioleaching
CaCO3 berlangsung saat asam laktat bereaksi dengan CaCO3 menjadi kalsium
laktat. Tingginya kandungan umpan glukosa dan besarnya kecepatan agitasi
mempengaruhi kemampuan bakteri mereduksi padatan karbonat. Keberadaan
kalsium laktat, CaCO3 dan aspal diuji menggunakan FTIR. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kandungan glukosa yang tinggi dengan kecepatan agitasi
yang rendah mampu menghasilkan CaCO3 terlarut sebesar 0,3188%. Kandungan
CaCO3 pada ekstrak bitumen berkurang menjadi 19,67% dari 43,28% pada 150
rpm dengan umpan glukosa 12 % (b/v).

ABSTRACT
Biologically extraction of Asbuton to leaching CaCO3 as the main impurities
Asbuton done in two phases. The first phase, glucose is converted to lactic acid by
the bacteria Lactobacillus acidophilus FNCC 0051 through fermentation for 24
hours at 37oC. The second phase, bioleaching CaCO3 takes place when lactic acid
reacts with CaCO3 into calcium lactate. Percentage of glucose content and the rate
of agitation speed in the feed is affects the ability of bacteria to reduce carbonate
solids. Presence of calcium lactate, CaCO3 and asphalt were tested using Fourier-
Transform Infrared (FTIR). The results showed that the high glucose content with
low agitation speeds is able to produce CaCO3 dissolved by 0,3188%. Content of
CaCO3 solids in the extract bitumen was reduced to 19,67% from 43,28% at 150
rpm agitation speeds with 12% (w/v) glucose content."
2014
S55196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Edo Pratama
"Indonesia memiliki kekayaan batuan dolomit yang melimpah. Hingga saat ini, batuan dolomit hanya diolah menjadi pupuk yang harganya relatif murah. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) merupakan istilah untuk kapur dengan kemurnian yang tinggi dan harganya mahal. Saat ini Indonesia masih mengimpor 100% untuk memenuhi kebutuhan PCC. PCC dapat dibuat dari batuan dolomit. Salah satu metode untuk mengolah batuan dolomit menjadi PCC adalah metode acidleaching. Asam kuat telah terbukti dapat digunakan sebagai leaching agent dalam metode acidleaching. Pada penelitian ini, digunakan asam asetat sebagai selektif leaching agent. Asam asetat hanya akan bereaksi dengan kandungan ion kalsium sebagai komponen dominan di dalam batuan dolomit. Kemudian ditambahkan amonium hidroksida untuk mengendapkan kembali kalsium yang larut di dalam asam sambil menghembuskan gas CO2. Endapan berwarna putih yang terbentuk merupakan PCC.

Indonesia has a lot of Dolomites preservation. Until now, Dolomites are only processed into fertilizer and its prize is relatively cheap. Precipitated Calcium Carbonates (PCC) is a term for high purity chalk and its prize is relatively expensive. Today, Indonesia is still imported PCC 100% eventhough PCC can be made from dolomites. Acid leaching is one of the method to process dolomites ino PCC. Strong acid has been proved to be able to be used as leaching agent in acid leaching method. In this experiment, acetic acid is going to be use as selective leaching agent. Acetic acid is going to react only with dominant calcium ion in Dolomites. Then, ammonium hydroxide is added to precipitate the dissolved calcium while blowing CO2 gas. White precipitation that is created is PCC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58305
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristanto
"PCC (Precipitated Calcium Carbonate) merupakan bahan baku industri yang berasal dari batuan dolomit. Jumlah dolomit yang terdapat di Indonesia sebanyak 600 jt ton dan pemanfaatannya masih belum menguntungkan karena hanya masih digunakan sebagai bahan dasar pupuk. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah mineral dolomit, penelitian sebelumnya menggunakan leaching untuk memisahkan kandungan CaCO3 dalam dolomit sehingga menghasilkan CaCO3 murni untuk digunakan industri.
Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada metode leaching yaitu penambahan cosolvent HCl pada asam asetat untuk meningkatkan kemampuan leaching. Penambahan cosolvent ini diberikan dengan variasi volume agar diketahui berapa volume cosolvent (2, 3, 4, 5 %) optimum. Tujuan dari penambahan cosolvent adalah untuk meningkatkan kemurnian CaCO3 yang dihasilkan dengan menggunakan beberapa kondisi pada penelitian ini seperti (0,1 M, rasio massa/volume solven 10/100, waktu reaksi 50 menit dan ukura partikel <=100 Mesh) dan menghasilkan kemurnian CaCO3 95,74%.

PCC (Precipitated Calcium Carbonate) are materials from dolomite that used for several industries. The amount of dolomite found in Indonesia are around 600 billions tons and the usage of it still not profitable since it was only used as materials for fertilizers. Today,in the attempt of dolomite?s enhancement, there are some research about leaching technology to separate CaCO3 from dolomite to make high purity CaCO3 that could be use in industry.
In this research, we add cosolvent into the leaching method to enhance the leaching. The amount of HCl as cosolvent that would be added was given variation (2, 3, 4, 5 %) to find the optimum volume of cosolvent. The objective of adding cosolvent is to enhance the purity of CaCO3 with the optimum condition without cosolvent are 0.1 M of acetic acid concetration and ratio dolomite?s mass/volume and the output of the test of cosolvent is at 95,74% of purity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>