Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ahmad Muzzammil
"[, ]"
Jakarta: Ma'hhad Alquran Nurul Hikmah, 2013
297.122 AHM u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Asa, Syu`bah
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000
297.12 ASA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Khalafullah, Muhammad A.
Jakarta: Paramadina, 2002
297.122 KHA at
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yulianti
"Dalam perspektif sosiolinguistik, sabîl lebih cenderung digunakan untuk mengungkapkan suatu jalan atau cara, yang pada umumnya bermakna jalan maknawi. Sedangkan ṭarīq (‫)طريق‬ bermakna jalan fisik, yaitu jalan yang dapat dilalui menuju suatu destinasi fisik pula. Di dalam al-Qur’an, nomina sabîl (‫)سبيل‬ diulang sebanyak 170 kali, dan ṭarīq (‫)طريق‬ diulang sebanyak 4 kali. Namun, di dalam al-Qur;an, perbedaan ini tidak begitu tampak, khususnya pada QS. Al-Baqarah [2]:108 yang menyebutkan sawa assabîl (‫ل‬ِ ‫ي‬‫ب‬ِ ‫س‬‫ال‬ ‫ء‬َ ‫ا‬‫و‬َ ‫س‬) yang artinya ‘jalan yang lurus’ dan dalam QS.) yang artinya ‘jalan yang Al-ahqaf [46]:30 menyebutkan ṭarīqi mustaqim (‫يم‬ٍ ‫ق‬ِ َ ‫ت‬‫س‬ْ ‫م‬ُ ‫ق‬‫ي‬‫ر‬ِ ‫ط‬ lurus’. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap persamaa n danperbedaan nomina sabîl (‫)سبيل‬ dan ṭarīq (‫)طريق‬ dalam al-Qur’an yang diliha t dariperspektif sosiolinguistik. Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (library research), yang tergolong pada penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa. Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu nomina sabîl (‫)سبيل‬ dan ṭarīq (‫)طريق‬ yang terdapat dalam al-Qur’an dan koran Arab. Data yang diambil dari al-Qur’an mer upakandata yang ingin dikaji persamaan dan perbedaannya, sedangkan data yang diambil dari koran merupakan data perspektif sosiolinguistiknya. Sehingga, pemaknaan nomina sabîl (‫)سبيل‬ dan ṭarīq (‫)طريق‬ dalam al-Qur’an dapat dianalisa melalui penggunaannya dalam koran. Hasil penelitian tesis ini menunjukkan bahwa persamaan antara nomina sabîl (‫)سبيل‬ dan ṭarīq (‫)طريق‬ berada dalam konteks makna leksikal, yaitu makna fisik sebenarnya yang sudah terverifikasi oleh hasil pengamatan indera manusia. Maka makna leksikal cenderung apa adanya sesuai dengan makna dalam kamus. Kemudian persamaan makna gramatikal, atributif, denotatif, dan konseptual. Sedangkan perbedaannya terletak pada konteks makna kontekstual, yaitu makna sebuah leksem yang berada dalam suatu konteks kalimat. Fungsi nomina sabîl (‫)سبيل‬ selain sebagai jalan maknawi, juga sebagai cara, jalur, alur, jejak, rute, saluran, sarana, medium, dan alat yang tertuju pada posisi yang maknawi pula. Sedangkan fungsi dan posisi nomina ṭarīq (‫)طريق‬ untuk menunjukkan jalan fisik yang dapat terukur ukurannya, baik panjangnya, lebarnya, dan medannya. Setiap ‘jalan’ yang menggunakan terminologi ṭarīq (‫)طريق‬ pasti menunjukkan bahwa jalan yang dimaksud adalah jalan fisik. Di dalam al-Qur’an, jalan menuju surga dan neraka menggunakan terminologi ṭarīq(‫)طريق‬, yang dalam perspektif sosiolinguistik nomina tersebut menunjukkan jalan fisik. Jalan menuju surga terdapat dalam QS. Al-Ahqaf ayat ke 30, sedangkan jalan menuju neraka terdapat dalam QS. An-Nisa ayat ke 169. Hal inilah yang menjadi signifikansi adanya pembedaan kata ‘jalan’ dalam al-Qur’an.

In sociolinguistic’s perspective, sabîl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ occupy different functions and positions. Sabîl (‫)سبيل‬ is more likely to be used to express a way, which generally means a contextual path. While ṭarīq (‫)طريق‬ its use in the physical context, that’s a path that can be passed to a physical destination as well. In the Qur'an, nomina sabıl (‫)سبيل‬ is repeated 170 times, and ṭarīq (‫)طريق‬ is repeated four times. However, in the Qur'an, this distinction is not very visible, especially in the QS. Al-Baqarah [2]: 108 which mentions sawa assabîl (‫السبيل‬ ‫)سواء‬ which means 'straight path' and in QS. Al-ahqaf [46]: 30 mentions ṭarīqi mustaqim (‫مستقيم‬ ‫)طريق‬ which means 'straight path'. Therefore, this study aims to reveal the similarities and differences of nomina sabîl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ in the Qur'an from sociolinguistic perspective. This research includes library research, which belongs to qualitative research in the language paradigm. The data required in this study are nomina sabıl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ which mentioned in the Qur'an and Arab newspapers. The data which is taken from al-Qur'an is the data to be studied equations and differences, while data which is taken from the newspaper is the data for the sociolinguistic perspective. Thus, the meaning of nomina sabıl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ in the Qur'an can be analyzed through its use innewspapers. The result of this thesis research shows that the equation between sabıl (‫)سبيل‬ and ṭarīq (‫)طريق‬ is in the context of lexical meaning, that is, the actual physical meaning that has been verified by the observation of the human senses. Then the lexical meaning tends to be what it is in accordance with the meaning in the dictionary. Then the meanings of grammatical, attributive, denotative, and conceptual. While the difference lies in the context of contextual meaning, namely the meaning of a lexm that is in a sentence context. The function of nomina sabıl (‫)سبيل‬ other than as a means of contextual, also as a way, path, trace, route, channel, medium, and tools are fixed in a position that contextual too. While the function and position nomina ṭarīq (‫)طريق‬ to show the physical path that can be measured size, both the length, width, and terrain. Any 'path' using the term of ṭarīq (‫)طريق‬ must indicate that the road in question is a physical path. The significance of the distinction of the word 'path' in the Qur'an is a miracle of language that explains the authenticity of the physical path to heaven and hell. In the Qur'an, the road to heaven and hell uses the term of ṭarīq (‫)طريق‬, which in the sociolinguistic perspective, terminology of ṭarīq (‫)طريق‬ shows the physical path to a physical destination as well. The road to heaven is in the QS. Al-Ahqaf verse 30, while the path to hell is contained in the QS. An-Nisa verse 169."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vica Qottrun Jannah
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai keistimewaan dari lafaz Qul pada Q.S. Al-Ikhlāṣ terkait seruan terhadap Tauḥīdullāh dan Ma’rifātullāh yang terdapat di dalamnya. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif analisis yang bersifat kualitatif. Konsep pokok penelitian yang digunakan adalah teori kesantunan positif dan negatif yang dikembangkan oleh Brown dan Levinson untuk mengetahui kemuliaan dari perintah yang diberikan oleh Allah sebagai penutur kepada Rasulullāh sebagai petutur-Nya. Jurnal ini meneliti tentang frasa Qul yang terdapat pada ayat pertama Q.S. Al-Ikhlāṣ, serta kaitannya dengan seruan Tauḥīdullāh melalui pendekatan pragmatik dengan studi khusus yaitu tindak tutur dan strategi kesantunan. Pada wacana morfologi dan sintaksis Arab terdapat lafaz Qul yang memiliki arti ‘katakanlah’ sebagai kata fokus untuk mendapatkan partisipel aktif dan partisipel pasif sehingga ditemukan bahwa Allah adalah قَائِلٌ (qāilun) sebagai yang memberikan perintah dan Rasulullāh adalah مَقُوْلٌ (maqūlun) sebagai yang menjalankan perintah. Berdasarkan tinjauan strategi kesantunan yang dikaitkan dengan Asbāb An-Nuzūl dari surah Al-Ikhlāṣ didapatkan bahwa komunikasi yang digunakan antara Rabb dengan Rasul-Nya adalah termasuk ke dalam strategi kesantunan positif. Hal tersebut menunjukkan keagungan dari Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa dan Muhammad sebagai Rasulullāh yang menerima wahyu secara langsung sebagai hamba dengan keistimewaan yang tersematkan ke dalam dirinya. Sehubungan dengan itu, lafaz Qul sebagai verba imperatif yang bersifat perintah dengan ketegasan di dalamnya menunjukkan bahwa seruan Tauḥīdullāh adalah keharusan untuk Rasulullāh menjalankannya dan kewajiban untuk para hamba-Nya agar meng-Esa-kan Allah. Berdasarkan kajian yang peneliti paparkan pada jurnal ini, dapat disimpulkan bahwa lafaz Qul dalam surah Al-Ikhlāṣ memiliki peran yang sangat kuat terkait seruan Tauḥīdullāh.

This research is motivated by the various features of the "Qul" phrase in Quran Surah Al-Ikhlāṣ, which related to the call to Tauḥīdullāh and Ma’rifātullāh contained in it. The research method used is descriptive analysis with the qualitative approach. The central concept used in this research was the theory of positive and negative politeness developed by Brown and Levinson in the interest of knowing God's commandment as a speaker to Rasulullāh as His advice. This journal examines the "Qul" phrase contained in the first verse of Quran Surah Al-Ikhlāṣ, and its relation to the call of Tauḥīdullāh through a pragmatic approach precisely in the study of speech and politeness strategies. In Arabic morphological and syntactic discourse, the phrase "Qul” means 'say!' as the focus phrase for obtaining the active and passive participle. So it is found that God is قَائِلٌ (qāilun) as the one who gives the command and Rasulullāh is مَقُوْلٌ (maqūlun) as the one who executes the command. Based on the review of the politeness strategy which attributed to Asbāb An-Nuzūl from the surah Al-Ikhlāṣ, it is obtained that the communication between the Lord and His Messenger is categorized as a positive politeness strategy. It shows God's majesty as the One True God and Muhammad as Rasulullāh, who receives revelation directly as a servant with features embedded in him. Thus, "Qul" as an imperative verb which denotes a command with firmness in it indicates that the call of Tauḥīdullāh is a necessity for Rasulullāh to carry it out and an obligation to have a faith that Allah is the only God. Based on the study researchers presented in this article, it can be concluded that "Qul" in surah Al-Ikhlāṣ has an influential role in the appeal of Tauḥīdullāh. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. Demi kepantingan manusia tersebut, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universak. Komunal berarti bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai parokial seperti ras, ideologi atau agama. Sehingga dalam Islam dilarang keras menyembunyikan ilmu, artinya ilmu itu harus disebarkan untuk bisa dimanfaatkan. Melalui iqra 'bismi Rabbika, digariskan bahwa titik tolak atau motivasi pencarian ilmu, demikian juga tujuan akhirnya, haruslah karena Allah. Ilmu harus bernilai Rabbani. Sehingga ilmu yang "bebas nilai", harus disempurnakan dengan nilai Rabbani."
KONSTAINT 9:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini untuk mengetahui secara tepat kontruksi pemikiran yang dibangun oleh M. Quraish Shihab, khususnya tentang metode interpretasinya, yang diperlukan pelacakan atas biografi, latar sejarah, jejak dan karier intelektualnya. Yang demikian dimaksudkan untuk melihat secara utuh perubahan arah pemikiran dalam fase-fase intelektual sebagai akibat dari persinggungan dengan kehidupan ilmiah dan sosial yang dialami dan dilalui. Dalam mengkaji perjalanan intelektual Quraish Shihab diperlukan sistematika, baik dalam intelektual-akademik maupun itelektual sosial yang dilaluinya. Menuju upaya tersebut, penulis membagi jejak perjalanan intelektualnya ke dalam beberapa tahap atau fase, karena persoalan pembagian fase dan tahap inilah yang selama ini tidak atau kurang mendapat perhatikan dalam banyak tulisan dan artikel lainnya."
KONSTAINT 9:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Al-Qur'an sebagai kalimat Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad menjadi pedoman hidup bagi umat Islam. Kitab ini tidak hanya mengajarkan tentang kepercayaan, ibadah, hukum dan moralitas, namun juga mendeskripsikan tentang hal-hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Dalam al-Qur'an ada beberapa istilah seperti al nazr, al fikr, al aql dan al qalb yang berkaitan dengan beberapa bentuk metodologi ilmiah. Metodologi ilmiah yang telah digunakan oleh para ilmuan dan para filosof adalah metode observasi, metode pemikiran rasional dan metode intuitif. Di sisi lain, al-Qur'an menyebutkan bahwa penggunaan metode-metode ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran dalam upaya memperkuat iman."
KONSTAIN 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kamil Abdushshamad
Jakarta: Media Akbar Sarana, 2003
297.4 MUH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>