Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Kusumawati
2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Azrar Hadi
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Gafur
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Kantor Menteri Muda Urusan Pemuda, 1978
350.847 ABD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Susanti
"ABSTRAK
Fungsi orang tua adalah mengasuh anak. Meskipun pengertian orang tua
meliputi ayah dan ibu, namun masyarakat umum seringkali menganggap peran
orang tua dalam pengasuhan anak sinonim dengan peran ibu, yang secara
tradisional berbeda dari ayah.
Seiring dengan berjalannya waktu, pandangan tradisional tersebut mulai
mengalami perubahan. Peran ayah dalam pengasuhan anak, baik secara
psikologis mauan fisik, mulai diakui. Selain itu turut sertanya ayah dalam
pengasuhan anak akan menguntungkan bagi orang tua dan anak. Lamb (1981)
mengatakan turut sertanya ayah dalam pengasuhan akan membantu
perkembangan kepribadian anak yang positif serta perkembangan peran sex dan
identitas gender remaja putra dan putri. Bahkan Bigner (1994) menyebutkan anak
yang kurang mendapat asuhan ayah akan mengalami kesukaran penyesuaian diri,
perkembangan kepribadian dan perkembangan sosial.
Mengingat pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, kini
banyak para ayah yang ikut terlibat dalam pengasuhan anak. La Rossa (1986
dalam Bigner, 1994) menyebutkan saat ini para ayah berusaha untuk
menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak igan anak-anak mereka. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak tidak menghilangkan peran ayah
sebagai pencari nafkah keluarga. Dunia pekerjaan tidak dapat dipisahkan dari diri
ayah, tetap menjadi bagian dalam hidupnya. Parson (1954 dalam Benson, 1972)
mengemukakan bahwa kehidupan pria dan kehidupan rumah tangga dapat
dianggap sebagai dua aspek dari serangkaian peran yang sama.. Benson (1972)
mengemukakan bahwa pekerjaan atau pendidikan pria penting dalam menentukan
pola pengasuhannya sebagai seorang ayah. Hal-hal yang biasa dilakukan oleh
ayah dalam melakukan pekerjaan ditransfer ketika berinteraksi dengan anak.
Penelitian ini hendak melihat bagaimana pola asuh ayah dikaitan dengan
jenis pekerjaannya. Jenis pekerjaan yang dikhususkan adalah pekerjaan sebagai
tenaga pendidik ABRI. Masyarakat umum menganggap bahwa pola asuh ABRI
terhadap anaknya cenderung autoritarian. Ott (1978, dalam Turner dan Heims,
1990) mengemukakan pendekatan autoritarian merupakan cara yang biasa
diterapkan oleh ayah militer dalam menerapkan disiplin pada anak-anaknya. Akan
tetapi, dapatkah disimpulkan bahwa tenaga pendidik ABRI juga mengasuh
anaknya secara autoritarian. Karena, walaupun memiliki persamaan dengan ABRI
umumnya, namun mereka juga berperan sebagai pendidik orang dewasa seperti
layaknya guru/pengajar di lembaga pendidikan.
Tenaga pendidik ABRI sendiri berdasarkan jenis tugasnya dapat dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu guru militer dan instruktur. Guru militer lebih banyak
memberikan materi yang sifatnya teori, pekerjaan mereka lebih bersifat konseptual,
sedangkan instruktur lebih banyak bekerja di lapangan untuk mengajarkan
praktek/ketrampilan yang sifatnya praktis.
Untuk melihat pola asuh ayah yang bekerja sebagai tenaga pendidik ABRI
digunakan alat berbentuk kuesioner berisi 39 item yang terdiri dari 15 item
menggambarkan pola asuh autoritatif, 12 item menggambarkan pola asuh
autoritarian, dan 12 item menggambarkan pola asuh permisif. Hasil penelitian
menunjukkan ayah yang bekerja sebagai tenaga pendidik ABRI lebih autoritatif
dibandingkan permisif dan autoritarian dalam mengasuh anaknya. Selain itu dalam
penelitian ini juga tidak dilihat perbedaan yang signifikan dalam pola asuh autoritatif, autoritarian, dan permisif antara tenaga pendidik yang guru militer dan
tenaga pendidik yang instruktur.
Perhitungan nilai rata-rata subyek berdasarkan perbedaan karakteristik data
kontrol yaitu jenjang kepangkatan, jumlah anak, dan pendidikan umum, tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan pada pola asuh autoritatif, permisif dan
autoritarian, kecuali pada pembagian kelompok subyek berdasarkan perbedaan
usia.
Hasil yang tidak signifikan dari penelitian ini mungkin dapat disebabkan
karena banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi pola asuh, bisa juga karena
alat ukur yang digunakan belum menggambarkan aspek pengasuhan secara
keseluruhan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran terutama ditujukan untuk
mengontrol hal-hal lain yang mempengaruhi pola asuh dan menggunakan alat ukur
lain yang sebelumnya telah diuji coba sebelum penelitian, agar dapat mengganti
item yang tidak baik."
1997
S2733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The kind of audio technology makes it possible to choose the technology that can make students easy and convenient to access the audio program. Audio streaming technology is technology used to put the audio programs on the website. Available in various formats audio programs that can be used for audio streaming technology. The aim of the researchis to make the selection of audio technologies available for use in e-Learning system at the Open University (UT), Data taken with the questionnqire and download audio programs in various formats on the UT website. Data analysis to see the frequency calculations are presented descriptively. The results showed thar the 4 (four) fornat used on audio technology, which is MP3 (MPEG layer3), WMA (Windows Media Audio), OGG Vorbis, and AAC (Advanced Audio Codec) can be concluded that: most audio format easy touse are MP3, MP3 audio format is the fastest format can be downloaded by students, as well as audio technology that produces the best sound quality is MP3."
JUPETJJ
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Silalahi, Bonar
"Ditulis berdasarkan pengalaman penulis yang bergelut dalam bidang pendanaan usaha selama 30 tahun lebih. Menjelaskan berbagai sumber pendanaan yang bisa diakses, cara menjangkaunya, serta apa saja yang perlu dipersiapkan dan dipertimbangkan pengusaha untuk mendanai usahanya. “Salah satu tantangan dari menjadi pengusaha adalah mendapatkan pembiayaan yang cocok dari sumber yang tepat. Disajikan dengan penulisan yang mudah dipahami, buku ini dapat menjadi sumber informasi mengenai pendanaan usaha, dan dapat langsung diterapkan. Selamat menikmati perjalanan sebagai pengusaha yang tangguh, pantang menyerah, dan menjadi berkat bagi sesama, nusa, serta bangsa.” — Edwin Soeryadjaya Pengusaha
“Buku ini berisi siklus hidup usaha dan petunjuk bagaimana pengusaha mendanai usahanya, dari saat memulai usaha hingga memasuki tahap korporasi. Walaupun pendanaan sangat penting, mencari pendanaan usaha sering kali menjadi hal yang memusingkan. Namun, jika Anda tahu cara mendapatkan pendanaan dari sumber yang tepat pada setiap siklus usaha, mendapatkan pendanaan bisa menjadi lebih mudah. Dari pengalamannya bertemu banyak pengusaha, Bonar menyajikan semuanya secara sederhana. Semoga berhasil dan menjadi berkat.” — Tony Hambali Pengusaha
Setiap bisnis memiliki 3 pilar utama, yaitu ide usaha, sistem untuk mengeksekusi ide tersebut, dan pendanaan untuk membiayainya. Usaha berawal dari ide yang muncul dalam pikiran seseorang. Setelah itu, ia perlu mengorganisasikan sebuah unit usaha dan secara bertahap menciptakan sistem untuk mengeksekusi ide tersebut. Untuk melakukannya, ia membutuhkan pendanaan.
Ditulis berdasarkan pengalaman penulis yang bergelut dalam bidang pendanaan usaha selama 30 tahun lebih. Menjelaskan berbagai sumber pendanaan yang bisa diakses, cara menjangkaunya, serta apa saja yang perlu dipersiapkan dan dipertimbangkan pengusaha untuk mendanai usahanya."
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2024
338.04 SIL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Nur Aini
"Dalam teori Psikologi Perkembangan dinyatakan bahwa setiap manusia memiliki tugas-tugas perkembangan dalam hidupnya. Pada masa usia dewasa muda, salah satu tugas perkembangan yang panting adalah membangun hubungan yang intim dengan orang lain (Erikson dalam; Papalia & Olds, [998). Dalam membangun suatu hubungan intim, pencarian pasangan merupakan hal yang tidak terpisahkan di dalamnya. Umumnya perempuan cenderung memilih pasangan laki-laki yang memiliki tingkat intelegensi yang lebih tinggi dan pekerjaan yang lebih mapan sebagai pasangan ideal. Sebalikuya, laki-laki cenderung memilih perempuan yang berusia lehih muda dan memiliki daya tarik fisik yang lebih sebagai pasangan ideal (Peplau, 1983; dalam Tumor & Helms, l995).
Namun kenyataannya, preferensi seorang perempuan dewasa muda untuk memilih pasangan laki-laki yang berusia lebih muda bukanlah hal yang aneh lagi pada kehidupan saat ini. Meskipun mendapat pro dan kontra dari lingkungan terdekat, terutama keluarga dan masyarakat luas, terbukti bahwa jumlah pasangan perempuan dengan laki-laki berusia lebih muda se makin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menandakan adanya pengalaman khusus yang menyertai mereka, khususnya bagi perempuan dewasa muda, baik pada masa pra pacaran maupun masa pacaran yang sedang dijalani.
Jika ditinjau secara teori, beberapa tokoh yang mengemukakan bahwa hubungan pacaran yang demikian cenderung rentan terhadap konflik, baik konflik yang berkaitan dengan faktor intenal (masalah di antara pasaingan) maupun konflik yang berkaitan dengan faktor eksternal (melibatkan orang di luar pasangan). Namun dengan semakin banyaknya perempuan dewasa muda yang menjatuhkan pilihan mereka pada pasangan yang berusia lebih muda, maka mungkin saja konflik-konflik tersebut menjadi berkurang atau bahkan berubah menjadi suatu hubungan yang menyenangkan dan langgeng hingga ke jenjang pernigkahan, Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan studi lebih jauh mengenai hubungan pacaran ini. Hal khusus yang ingin diteliti oleh penulis adalah mengenai gambaran konsep pacaran dan pengalaman berpacaran (terdiri dari alasan untuk berpacaran, konflik yang dihadapi, tanggapan orang tua dan significant athers keuntungan dan kerugian, dan perencanaan dalam kehidupan mendatang) dilihat dari sudut pandang perempuan dewasa muda. Penulis tertarik untuk memperoleh informasi dari sudut pandang perempuan, berkaitan dengan adanya pendapat bahwa perempuan cenderung memilih pasangan pria yang lua dan lebih mapan.
Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain teori mengenai hubungan pacaran (delinisi dan konsep. alasan dan tujuan. tahapan, faktor yang mempengaruhi proses menuju hubungan pacaran, dan konflik-konflik yang dialami), perempuan dewasa muda, dan keterkaitan semua aspck tersebut.
Penulis menggunakan metode kualitatif dalam upaya memperoleh data. Hal ini dikarenakan konsep hubungan pacaran dan pengalaman berpacaran tidak terlepas pada penghayatan masing-masing individu, sehingga menjadikan mereka unik dan tidak dapat digeneralisasikan. Lewat pendekatan kualitatif juga, penulis dapat memahami hal-hal yang diteliti sebagaimana penghayatan individu yang bersangkutan. Penelitian kualitatif mengungkapkan data dari perspektif subyek yang diteliti, berusaha memahami gejala tingkah laku manusia menurut penghayatan si pelaku atau melalui sudut pandang subyek penelitian (Dooley, dalam Poerwandari, 1998). Dalam hal ini penulis menggunakan teknik wawancara sebagai teknik utama dalam memperoleh informasi dari subyek yang bersangkutan.
Untuk membantu menggali hal-hal khusus tersebut secara lebih jelas dan menangkap kompleksitas dari penghayatan tersebut secara utuh, penulis menggunakan tes kepribadian sebagai salah satu alat diagnostik tambahan dalam memperoleh data. Tes yang dipilih penulis adalah Thematic Appercepzion Test (TAT) sebagai salah satu tes kepribadian yang bersifat proyektif. TAT merupakan teknik untuk menginvestigasi dinamika kepribadian yang terrmanifestasikan dalam hubungan interpersonal dan dalam interpretasi bermakna terhadap Iingkungan. Kekuatan TAT terletak pada kemampuannya dalam mencetuskan isi dan dinamika hubungan interpersonal serta pola-pola psikodinamik yang tercakup di dalamnya (Bellalc, 1993).Sementara hubungan pacaran tidak terlepas dari ikatan hubungan interpersonal antara dua orang individu, di mana di dalamnya terkandung pandangan, dorongan, emosi, sentimen, konflik, serta kompleks pribadi. Karenanya, selain menggunakan teknik wawancara untuk menggali hal-hal yang secara sadar diungkapkan oleh subyek, penulis menilai pentingnya melakukan TAT untuk dapat membantu menggali hal-hal yang tidak disadari sehubungan dengan hal-hal yang dapat terukur dari TAT itu sendiri. Kartu-kartu TAT yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 5 kartu (kartu 4, 6GF, 9GF, 10, dan l3MF).
Subyek penelitian berjumlah 3 orang, dengan rentang usia sekitar 30 sampai 31 tahun, yang memiliki latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial yang berbeda satu sama lain. Kriteria yang dibatasi oleh penulis adalah subyek beradapada rentang usia dewasa muda (20-40 tahun) dan memiliki pasangan minimal 5 tahun lebih muda darinya.
Dalam hasilnya, ditemukan bahwa ketiga subyek memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap konsep pacaran maupun pengalaman berpacaran yang mereka alami. Dari sekian karakteristik mengenai konsep pacaran yang mereka kemukakan, dua diantaranya sama-sama menyebutkan pacaran sebagai proses menuju pemikahan dan pacar mendapatkan prioritas utama dibandingkan dengan teman dan 0rang-orang lainnya. Meskipun demikian, pernikahan tersebut bukanlah merupakan sesuatu hal yang bersifat urgent untuk dilakukan, sehingga dua di antara tiga subyek saat ini belum juga memikirkan mengenai pernikahan secara serius dengan pasangan mereka masing-masing.
Dalam hal alasan, ketiga subyek pun memiliki pendapat yang berbeda-beda. Dua dari tiga subyek sama-sama mengalami konflik yang cukup besar, berkaitan dengan pihak eksternal, yakni ketidaksetujuan orang tua mereka dan juga orang tua pasangan terhadap hubungan yang sedang jalan saat ini. Rupanya konflik ini cukup mempengaruhi kepuasan mereka terhadap hubungan yang mereka jalin. Hal ini bisa dibandingkan dengan seorang subyek lainnya, yang mendapat dukungan penuh dari kedua pihak keluarga, bahwa ia memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih besar. Namun konflik dengan pasangan dan konflik internal pun kerap mewamai kehidupan berpacaran mereka, meskipun ketiganya memiliki rentang keparahan yang berbeda-beda, serta pola penyelesaian konflik yang berbcda-beda pula. Keuntungan dan kerugian juga dirasakan oleh ketiga subyek secara unik dan subyektif. Mengenai perencanaan ke depan, satu orang subyek sudah memiliki kemantapan sehingga berani untuk memutuskan akan menjalani kehidupan pernikahan lewat pertunangan yang telah dilakukan beberapa waktu silam. Sementara dua subyek lainnya, yang masih dihadapkan seputar konflik dengan keluarga, masih mcrasa ragu untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Bahkan salah seorang diantaranya berpikir untuk mencari pasangan lain yang lebih mapan sesuai dengan harapan kedua orang luanya.
Penggunaan TAT sebagai alat bantu sekundar dalam penelitian ternyata dapat memperkaya penemuan, karena TAT terbukti mampu memberikan gambaran mengenai subyek secara lebih mendalam dan dapat membantu penulis dalam memahami subyek secara lebih utuh dari sekedar yang diperoleh dalam anamnesa. Pengalaman serta penghayatan subyek, khususnya yang bersifat tidak sadar, terhadap hubungan pacaran yang tidak terungkap dalam anamnesa ternyata terproyeksikan melalui TAT, Kelengkapan informasi yang diperoleh melalui TAT meliputi stmktur serta dorongan atau kebutuhan tidak sadar dari subyek, konflik yang sedang dialami serta bagaimana subyek mempersepsikan dan berelasi dengan orang lain serta lingkungannya.
Sebagai bahan diskusi, ditemukan bahwa ternyata tingkat kepuasan hubungan seorang perempuan dewasa muda sangatlah dipengaruhi oleh tanggapan orang tua mereka ataupun orang tua pasangan. Selain itu ketiga subyek ternyata tidak sedikitpun mempermasalahkan mengenai kondisi finansial pasangan pasangan mereka yang cenderung lebih rendah dari mereka. Hal ini dipahami oleh mereka secara baik dan penuh rasa maklum, sehingga masalah keuangan tidak terlalu menjadi masalah yang berarti bagi diri mereka-secara pribadi. Selanjutnya ditemukan bahwa kartu 9GF pada TAT terbukti kurang efektif digunakan dalam penelitian ini.
Dari segi teknis, ditemukan kesulitan dalam memperoleh subyek dan adanya pemikiran mengenai pentingnya memperoleh infonnasi dari pihak pasangan agar hasil dapat diperoleh secara menyeluruh dan lengkap. Untuk itu disarankan untuk ikut memasukkan pasangan sebagai significant other yang penting dalam melihat dinamika suatu hubungan pacaran, apapun temanya. Selain itu perlunya melakukan uji coba terlebih dahulu terhadap kartu-kartu TAT yang akan digunakan, agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan secara lebih efektiti Meskipun demikian, secara umum TAT terbukti efektif digunakan dalam penelitian serupa dan sebagai acuan bagi psikolog dalam proses konseling nantinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>