Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Rizky Ramadhani
"Hidrolisis enzim seperti α-amilase dan β-glukosidase dapat diproduksi dari jamur Aspergillus niger dan menggunakan metode fermentasi padat. Dalam penelitian ini dilakukan proses fermentasi dari jamur A. niger dengan berbagai jenis substrat seperti sekam padi, bagasse tebu dan tongkol jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan enzim hidrolisis yaitu α-amilase dan β-glukosidase menggunakan limbah agro-industri. Berdasarkan hasil penelitian, waktu optimum untuk fermentasi untuk setiap substrat dan jenis enzim adalah 6 hari atau 144 jam. Unit aktivitas tertinggi untuk enzim α-amilase adalah 81,86 U / ml dari hasil fermentasi menggunakan substrat jagung tongkol. Untuk β-glukosidase, unit aktivitas tertinggi adalah 95,02 U / ml dari hasil fermentasi menggunakan substrat jagung tongkol. Enzim ekstrak kasar cair kemudian dikeringkan dengan menggunakan metode spray dryer dengan menggunakan penyalut susu skim. Enzim ekstrak kering yang dihasilkan memiliki retensi enzim 85-98% dibandingkan dengan ekstrak cair. Unit aktivitas untuk kering α-amilase adalah 73,94 U / ml dan untuk kering β-glukosidase adalah 82,35 U / ml. Enzim ini stabil digunakan untuk proses hidrolisis pada suhu 30-50°C.

Hydrolysis enzyme such as α-amylase and β-glucosidase can be produced from fungi Aspergillus niger and using solid state fermentation method. This research is doing fermentation process from fungi A. niger with different variety of the substrate such as rice husk, sugarcane bagasse and corn cob. The purpose of this researches is to produce hydrolysis enzyme which is α-amylase and β-glucosidase using agro-industry waste. Based on research result, Optimum time for fermentation for each substrat is 6 days or 144 hours. The highest activity unit for α-amylase is 81,86 U/ml from fermentation using substrat corn cob with 6 days fermentation. For β-glucosidase, activity unit is 95,02 U/ml from fermentation using substrat corn cob with 6 days fermentation. Liquid crude enzyme dried using spray dryer with matrix skim milk will produce dry crude enzyme with enzyme retention 85-98% compared to liquid crude enzyme. Activity unit for dry α-amylase is 73,94 U/ml and for dry β-glucosidase is 82,35 U/ml. This enzyme is stable for hydrolysis process at temperature 30-50°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Khootama
"Kebutuhan enzim untuk industri Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, dengan 99 pengadaan enzim masih berasal dari impor. Untuk memenuhi kebutuhan enzim nasional sekaligus menekan impor enzim, pengembangan unit produksi enzim yang banyak digunakan dalam industri sangat penting. Salah satu enzim yang banyak digunakan dalam industri adalah lipase, yang diproduksi oleh Aspergillus niger. Produksi lipase Aspergillus niger skala besar lebih menguntungkan dengan metode fermentasi padat limbah agroindustri.
Untuk mengevaluasi produksi lipase Aspergillus niger, dibutuhkan optimasi produksi dan analisis keekonomian. Optimasi dilakukan pada fermentasi padat menggunakan dedak padi dan bungkil biji jarak selama 5 hari dengan variasi induser dan ekstraktan. Hasil fermentasi kemudian diekstrak, disaring dengan muslin cloth dan di-centrifuge. Supernatan yang diperoleh dikeringkan dengan spray drying dan diuji aktivitasnya melalui titrimetri hidrolisis minyak zaitun. Hasil optimasi induser menunjukkan bahwa 1 minyak zaitun merupakan induser terbaik yang menghasilkan ekstrak kering lipase dengan unit aktivitas tertinggi yaitu 176 U/ml enzim.
Hasil optimasi ekstraktan menunjukkan bahwa 1 NaCl ndash; 0,5 Tween 80 merupakan ekstraktan terbaik yang menghasilkan ekstrak kering lipase dengan unit aktivitas tertinggi yaitu 282 U/ml enzim. Hasil scale up produksi menunjukkan bahwa penggunaan 1000 gram dedak padi menghasilkan 983,22 gram ekstrak kering lipase dengan unit aktivitas 240,33 U/ml enzim. Analisis keekonomian terhadap produksi lipase dengan kapasitas produksi 4290 kg/tahun; harga produk IDR 1.061.811; dan WACC 15,10 menghasilkan IRR sebesar 34,99 ; NPV sebesar IDR 5.520.728.137; payback period selama 2,98 tahun; dengan harga produk sebagai parameter paling sensitif.

Enzyme demand for Indonesia rsquo s industries increases every year, with 99 of the supply are from imports. Development of industrial enzyme production units is critical to fulfil national enzyme demand and lower imports. One of the most used industrial enzymes is lipase, which is produced by Aspergillus niger. Large scale Aspergillus niger lipase production is more profitable by solid state fermentation utilizing agroindustrial waste.
Optimization and economic analysis of Aspergillus niger lipase production is performed. Optimization is performed on solid state fermentation of rice bran and Jathropa seed cake for 5 days with variations on inducer and extractant. Fermentation cake produced is extracted, filtered using muslin cloth, and centrifuged. The supernatant is spray dried and assayed using olive oil hydrolysis titrimetry. Inducer optimization results show that 1 olive oil is the best inducer, yielding dry lipase extract with highest activity unit 176 U ml enzyme .
Extractant optimization results show that 1 NaCl ndash 0.5 Tween 80 is the best extractant, yielding dry lipase extract with highest activity unit 282 U ml enzyme. Production scale up shows that 1000 gram rice bran yields 983.22 gram dry lipase extract with the activity unit of 240,33 U ml enzyme. Economic analysis of lipase production with the production capacity of 4290 kg year product price of IDR 1,061,811 and WACC of 15.10 yields IRR of 34.99 NPV of IDR 5,520,728,137 payback period of 2.98 years with product price as the most sensitive parameter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Sabrina
"Minyak sel tunggal dianggap sebagai sumber minyak alternatif yang menjanjikan karena komposisinya mirip dengan asam lemak minyak nabati. Akan tetapi, biaya tinggi dalam media kultur membuat minyak sel tunggal kurang kompetitif secara ekonomi. Pada penelitian ini, dilakukan pemanfaatan minyak jelantah sebagai alternatif substrat pertumbuhan kapang Aspergillus niger dalam menghasilkan lipid untuk mengurangi biaya produksi. Penelitian ini juga mengkaji pengaruh variasi kondisi kultur terhadap yield lipid yang dihasilkan. Ekstraksi lipid dilakukan menggunakan metode Bligh Dyer. Hasil penelitian menunjukkan yield lipid optimum didapatkan sebesar 52,76%.

Single cell oil is considered as a promising alternative source of oil since fatty acid composition similar to vegetable oil. However, the high cost of the culture medium make single cell oil less economically competitive. In this study, conducted the utilization of used cooking oil as an alternative substrate culture of Aspergillus niger in producing lipids to reduce production costs. This study also examines the influence of variations in the conditions of inoculation against yield lipid. Lipid extraction will be performed using the method of Bligh Dyer. The results showed the optimum yield lipid obtained was 52.76%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmanuella Deassy E
"Perkembangan teknologi dan industri mendorong meningkatnya permintaan akan lipase sebagai biokatalis namun secara komersial ketersediaan enzim lipase masih terbatas dan harga jualnya pun mahal. Kebutuhan ini dapat diatasi dengan produksi lipase ekstraseluler dari mikroba dengan fermentasi substrat padat (SSF). Pada penelitian ini dilakukan sintesis enzim lipase ekstraseluler dari kapang Aspergillus niger dengan menggunakan metode SSF pada substrat fermentasi berupa residu agroindustri seperti ampas tahu, ampas kelapa, dan dedak jagung dan diamati juga pengaruh kondisi fermentasi seperti konsentrasi induser serta waktu fermentasi terhadap aktivitas lipase yang dihasilkan. Jenis substrat yang menghasilkan aktivitas supernatant lipase terbaik adalah ampas tahu dengan konsentrasi induser 4% selama 9 hari fermentasi, dengan unit aktivitas 8,48 U/mL.
Supernatant lipase ini dikeringkan dengan metode spray drying dan kemudian diimobilisasi pada resin anion macroporous dengan metode adsorpsi-crosslinking. Lipase terimobilisasi diuji aktivitasnya dalam reaksi sintesis biodiesel rute non-alkohol di reaktor batch dengan perbandingan mol reaktan minyak kelapa sawit dan metil asetat sebesar 1:12, pada suhu reaksi 40oC selama 50 jam, dan menghasilkan 48.3% yield biodiesel. Stabilitas aktivitas enzim juga diuji dengan penggunaan pada 4 siklus reaksi sintesis biodiesel, dan enzim masih memiliki 84% dari aktivitas awal meskipun telah digunakan dalam 4 siklus reaksi.

The advancement of technology pushes the rise of demand for lipase as a biocatalyst but commercially, the availability of lipase is still very limited and the price is very expensive. To fill in this needs, extracellular lipase enzyme from Aspergillus niger can be produced by solid state fermentation (SSF) using agroindustrial wastes including tofu dregs, coconut dregs, and corn bran. The aforementioned agroindustrial residues still contain nutritions, especially lipids/triglycerides which makes them potential as fermentation medium to produce lipase. Lipase with the highest activity is obtained from tofu dregs as substrate with 4% inducer in 9 days fermentation, which shows activity of 8.48 U/mL.
This crude lipase extract is then dried with spray dryer and then immobilized in anion macroporous resin with adsorption-crosslinking as the immobilization method. The immobilized lipase?s activity is then assayed by biodiesel synthesis reaction and shows 48.3% yield. The immobilized enzyme's stability is also tested with four cycles of biodiesel synthesis, and in the fourth cycle, it still maintained 84% of its initial activity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64181
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Rohman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yayat Ruhiyat
"Kayu merupakan salah satu basil hutan yang terpenting, dimana teknologi
pemanfaatannya banyak menghasilkan limbah seperti dari eksploitasi hutan
menghasilkan cabang, ranting dan daun, serta dari industri pengolahannya
(penggergajian, pembuatan kajoi lapis, alat-alat rumah tangga dan konstruksi) berupa
serpihan kayu dan serbuk gergaji. Limbah tersebut merupakan sumber karbohidrat
yang murah.
I
Sel tanaman umumnya terdiri dari tiga komponen utama yaitu selulosa,
hemiselulosa dan lignin. Dari ketiga komponen tersebut kanduhgan selulosa
merupakan yang terbesar. Selulosa adalah polimer dari glukosa yang berikatan 1,4-Pglukosida,
yang dapat dihidrolisis dengan enzim selulase yang dihasilkan oleh kapang
Aspergillus niger menjadi monosakaridanya. Tetapi dalam prosesnya selulosa yang berasal dari kayu (serbuk gergaji) relatif sukar dihidrolisis karena memiliki struktur
kokoh yang dilindungi jaringan yang terdiri dari lignin dan hemiselulosa sehingga
enzim tidak bekerja secara optimal sebagaimana diharapkan.
Pada penelitian ini dicari kondisi hidrolisis yang optimal dengan menyiapkan
I
substrat selulosa (serbuk' kayu) dalam bentuk yang mudah difermentasikan
(delignifikasi), yaitu dengan melarutkan serbuk kayu dalam NaOH untuk
menghilangkan hemiselulosa kemudian dilakukan isolasi selulosa dengan larutan
Kadoksen. Selanjutnya dilakukan hidrolisis dengan mengatur kondisi pertumbuhan
kapang Aspergillus niger yang meliputi berat substrat dan pH. Untuk mengetahui
basil hidrolisis dilakukan penentuan kadar gula pereduksi dengan metode Somogyi-
Nelson dan hasilnya dibandingkan terhadap kontrol yaitu serbuk kayu yang tidak
didelignifikasi.
Hasil penehtian ini menunjukkan bahwa kandungan gula pereduksi tertinggi
didapatkan pada hari ke-6 sebesar 38,23 ppm pada serbuk kayu yang didelignifikasi
dan 26,47 ppm pada serbuk kayu yang tidak didelignifikasi, dengan berat substrat 2
gram. Untuk variasi pH, diperoleh konsentrasi gula pereduksi tertinggi pada hari ke-6
dengan pH 5,5 yaitu 48,81 ppm untuk serbuk kayu yang didelignifikasi dan 24,68
ppm pada serbuk kayu yang tidak didelignifikasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ines Hariyani
"Lipase merupakan salah satu enzim yang banyak digunakan di industri makanan, farmasi, deterjen, oleokimia, dan bioenergi karena kemampuannya dalam mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, esterifikasi, alkoholisis, asidolisis, dan aminolisis pada kondisi temperatur dan tekanan ruang. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi enzim lipase ekstraseluler dalam bentuk powder dari kapang Aspergillus niger melalui metode fermentasi solid state. Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa lipase dengan unit aktivitas tertinggi (38,67 U/gs) didapatkan dari substrat dedak padi pada konsentrasi induser 2% dan dengan waktu fermentasi 5 hari.
Jenis pengeringan terbaik untuk menghasilkan ekstrak kering dengan nilai unit aktivitas tinggi adalah freeze drying dengan aditif maltodextrin, yaitu (566,67 U/gs), sedangkan spray drying dengan aditif yang sama hanya menghasilkan unit aktivitas (275,56 U/gs). Jenis pengeringan terbaik untuk menghasilkan bentuk fine powders terbaik adalah spray drying menggunakan aditif skim milik powder dengan unit aktifitas (333,33 U/gs). Produk ekstrak basah dan ekstrak kering lipase bekerja optimum pada suhu 30oC dengan unit aktifitas 44,00 U/gs untuk ekstrak basah dan 355,56 U/gs untuk ekstrak kering.

Lipase enzyme is one that is widely used in the food industry, pharmaceuticals, detergents, oleochemicals, and bioenergy because of its ability to catalyze the hydrolysis reactions, esterification, alcoholysis, asidolisis, and aminolisis at room temperature and mild pressure conditions. This research aims to produce extracellular lipase enzyme in powder form from Aspergillus niger by solid state fermentation method. From the research conducted, the data obtained that the highest unit activity of lipase (38,67 U/gs) obtained from rice bran substrate at inducer concentration of 2% and fermentation time of 5 days.
The best type of drying to produce a dry extract with a high value of the unit of activity is freeze drying with maltodextrin additive, ie (566,67 U/gs), whereas spray drying with the same additives only generate unit activity 275,56 U/gs. The best type of drying to produce the best form of fine powders using spray drying with skim powder as an additive with unit activity (333,33 U/gs). Both, supernatant powder lipase works optimally at 30oC with unit activity 44,00 U/gs to supernatant and 355.56 U/gs for powder lipase.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Kirana Prabaningtyas
"Lipase mikrobial telah menunjukkan potensi besar sebagai biokatalis di berbagai sektor industri bioteknologi mengingat kemampuannya untuk melakukan aktivitas hidrolitik pada temperatur dan tekanan rendah. Berdasarkan hasil riset, diketahui limbah agoindustri mampu bekerja sebagai substrat yang baik pada proses produksi lipase melalui fermentasi substrat padat (SSF). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis lipase ekstraseluler hasil fermentasi kapang Aspergillus niger dengan metode SSF pada limbah agroindustri berupa bungkil kedelai, bungkil inti sawit, dan serbuk sabut kelapa. Kondisi optimum produksi lipase dikarakterisasi lebih lanjut dengan memvariasikan konsentrasi induser minyak zaitun dan waktu fermentasi.
Diperoleh aktivitas spesifik tertinggi 6,22 U/mL dari substrat bungkil kedelai pada waktu fermentasi 9 hari dan penambahan 4% induser. Kinerja lipase dianalisis lebih lanjut pada sampel lipase ekstrak kering hasil pengeringan melalui metode spray drying dan lipase terimobilisasi secara adsorpsi-crosslinking pada resin anion-makropori. Lipase hasil spray drying menunjukkan aktivitas 45 U/g enzim dengan enzyme loading 48,78%. Lipase terimobilisasi diuji nilai aktivitas dengan reaksi hidrolisis dan stabilitas enzim dalam mengkatalisis reaksi interesterifikasi sintesis biodiesel rute non-alkohol pada reaktor batch dengan perbandingan mol reaktan minyak kelapa sawit dan metil asetat 1:12 pada suhu reaksi 40oC selama 50 jam. Diperoleh hasil bahwa lipase terimobilisasi memiliki aktivitas 7,64 U/mL dengan nilai yield relatif 57% dari yield awal setelah empat kali siklus interesterifikasi.

Microbial lipase has shown great potentials in acting as a biocatalysts in many biotechnological applications due to its ability to perform hydrolitic activities at low temperature and pressure conditions. Many research proves that agroindustrial residues can be an ex-cellent substrate for the production of lipase by solid state fermentation (SSF). This study aimed to produce extracellular lipase from solid state fermentation of filamentous fungi Aspergillus niger by SSF on agroindustrial residues such as palm kernel cake, soybean meal, and coir pith. Fermentation was carried out at room temperature, initial pH of 7, with no improved condition by stirring or aeration. Produced enzymes were later characterized at several inducer concentration and incubation period.
This research obtained lipase with highest activity of 6,22 U/mL coming from soybean meal with 9 days of incubation and addition of 4% olive oil inducer. Lipase activity was further investigated by spray drying and immobilizing anion-macroporous resin. Spray dried lipase showed 45 U/g enzyme activity and enzyme loading of 48,78%. Immobilized enzyme activity was analyzed by hydrolisis and stability was analyzed by utilizing it as a biocatalyst for interesterification reaction in non-alcohol route of biodiesel synthesis in batch reactor with mole comparison 1:!2 of reactant palm oil and methyl acetate in reaction temperature of 40oC and 50 hour cycle. Immobilized enzyme have activity of 7,64 U/mL and relative yield of 57% after four cycle of interesterification.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63439
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiem Anwar
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas campuran enzim selulase kasar dari Trichoderma reesei
dan Aspergillus niger dengan selulase A. niger
komersial dari Fluka Biochemika serta mempelajari pengaruh
ratio enzim dengan substrat terhadap unjuk kerja hidrolisis. Enzim kasar dibuat dengan cara fermentasi padat dengan
media sederhana. Satu unit aktivitas selulase kasar dari
A. niger dicampur dengan dua unit aktivitas selulase kasar dari
T. reesei. Jerami padi yang akan dihidrolisis terlebih dahulu digiling dan diayak 120?140 mesh kemudian didelignifikasi
menggunakan larutan NaOH 2% selama 6 jam pada temperatur 85oC. Hidrolisis dilakukan dalam beaker glass 300 mL
yang dilengkapi dengan pengaduk bermotor. Sampel dianalisis menggunakan metoda dintrosalicylic acid. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa peningkatan rasio enzim terhadap jerami padi dapat meningkatkan konsentrasi glukosa
yang dihasilkan baik untuk enzim komersial maupun campuran enzim kasar. Campuran enzim selulase kasar dari T.reesei dan A. niger
yang dihasilkan dari percobaan ini, dua kali lebih efektif menghidrolisis jerami padi menjadi glukosa dibandingkan dengan selulase komersial.

Abstract
The objective of this work is to compare the effectiveness of mixed crude enzyme cellulase from T. reesei and A. niger with commercial enzyme from A. niger, and to investigate effect of
enzyme to substrate ratio to performance of enzymatic hydrolysis of rice straw. The commercial enzyme from Fluka
Biochemica was used, and crude enzyme were prepared by solid fermentation with simple media. Before hydrolized,
the rice straw was grinded and sieved and then heated at 85oC with 2% sodium hydroxide for six hours. Hydrolysis was
conducted in 300 mL beaker flask equipped with mechanical stirrer. Samples were analyzed by dinitrosalicylic acid
method and measured by spectrophotometer. Both of commercial and mixed crude enzyme show that, the higher
enzyme to substrate ratio was
higher the glucose concentration obtained. However, ratio of glucose obtained to enzyme
used become smaller. The mixture of crude enzyme from T. reesesi
dan A. niger that produced in this work was two fold more effective to hydrolyze rice straw than using cellulase enzyme of A. niger
from Fluka Biochemika. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri;Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fakultas Teknologi Industri], 2011
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>