Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48421 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Daulima, Novy Helena Catharina
1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sofie Annisa Damayanti
"Latar belakang: Keluhan-keluhan fisik atau somatik yang mengganggu, yang tidak dapat dijelaskan secara medis, sering terjadi di masyarakat, termasuk juga kelompok mahasiswa. Mahasiswa kedokteran memiliki prevalensi gangguan psikosomatis yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan populasi umum atau kelompok mahasiswa pada bidang akademis lainnya. Masalah kesehatan jiwa yang bermanifestasi dalam keluhan fisik dapat mengganggu kualitas hidup seorang mahasiswa. Penelitian ini menilai korelasi antara resiliensi dan gejala somatisasi pada mahasiswa kedokteran.
Metode: Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah potong lintang. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tingkat 3. Resiliensi dan gejala somatisasi pada subjek penelitian didapatkan melalui pengisian kuesioner secara daring. Penilaian resiliensi dilakukan dengan kuesioner CD-RISC. Sedangkan, penilaian gejala somatisasi dilakukan dengan kuesioner SCL-90. Data resiliensi dan gejala somatisasi dianalisis korelasinya menggunakan Uji Spearman.
Hasil: 116 responden dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tingkat 3 telah mengisi kuesioner secara daring. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa sebaran data resiliensi normal (p>0,05). Skor rata-rata dari resiliensi responden adalah 69,39 ± 14,11. Sedangkan, skor median dari gejala somatisasi adalah 3,5 (0 – 48). Didapatkan sebaran data gejala somatisasi tidak normal (p<0,05) dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi signifikan negatif secara lemah antara resiliensi dan gejala somatisasi (p<0,05 dan r= -0,371).
Kesimpulan: Terdapat korelasi signifikan negatif secara lemah antara resiliensi dan gejala somatisasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tingkat 3. Semakin tinggi resiliensi, maka semakin rendah gejala somatisasi yang dialami.

Introduction: Disturbing physical or somatic complaints, which cannot be explained medically, often occur in the community, including college students. Medical students have a higher prevalence of psychosomatic disorders when compared to the general population or college students in other academic fields. Mental health problems that manifest in physical complaints can interfere with the quality of life of a student. This study assesses the correlation between resilience and somatic symptoms in medical students.
Methods: The design used in this study is cross-sectional. The research subjects are third level students of the Faculty of Medicine University of Indonesia. Resilience and somatic symptoms in the research subjects were obtained through filling out online questionnaires. Resilience assessment was carried out using the CD-RISC questionnaire. Meanwhile, the assessment of somatic symptoms was carried out using the SCL-90 questionnaire. Data on resilience and somatization symptoms were analyzed for correlation using Spearman's test.
Results: 116 respondents from third level of students of the Faculty of Medicine University of Indonesia have filled out online questionnaires. With the Kolmogorov-Smirnov test, it is known that the distribution of resilience data is normal (p>0.05). The average score of the respondents' resilience is 69.39 ± 14.11. Meanwhile, the median score of somatic symptoms is 3.5 (0 – 48). The data distribution of somatic symptoms is not normal (p<0.05) using the Kolmogorov-Smirnov test. The Spearman correlation test showed a weakly significant negative correlation between resilience and somatization symptoms (p<0.05 and r= -0.371).
Conclusion: There is a weakly significant negative correlation between resilience and somatic symptoms in third level students of the Faculty of Medicine University of Indonesia. The higher the resilience, the lower the somatic symptoms experienced.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primayana Miranti
"Gie (1994) mengungkapkan bahwa salah satu cara untuk menjadi sarjana yang berkualitas adalah dengan menguasai seluk beluk belajar serta keterampilan belajar di perguruan tinggi. Berbagai pengamat pendidikan di Indonesia mengungkapkan pendapatnya tentang seluk beluk belajar di perguruan tinggi. Dengan memahami dan menguasai seluk beluk belajar di perguruan tinggi, mahasiswa diharapkan untuk mengembangkan keterampilan belajar yang sesuai. Keterampilan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan belajar yang digunakan mahasiswa dalam kegiatan belajarnya.
Biggs dan Moore (1993) mengungkapkan adanya 3 jenis pendekatan belajar, yaitu pendekatan belajar deep, surface dan achieving. Pendekatan belajar deep didasarkan oleh minat dan rasa ingin tahu terhadap apa yang dipelajari. Strategi yang dijalankan adalah dengan melakukan cara-cara yang menunjang pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Pendekatan belajar surface didasarkan pada keinginan untuk mendapat kualifikasi yang penting bagi masa depan atau untuk menghindari kegagalan dalam belajar. Strategi yang dijalankan adalah dengan menghafal materi pelajaran. Sedangkan pendekatan belajar achieving didasarkan oleh keinginan untuk berprestasi. Strategi yang dijalankan antara lain dengan menggunakan waktu dan tenaga secara efektif dalam belajar.
Dari ungkapan para pengamat pendidikan di Indonesia serta pendapat para ahli, disimpulkan bahwa pendekdtan yang idealhya digunakan mahasiswa adalah pendekatan belajar deep dan achieving. Namun dari ungkapan beberapa pengamat pendidikan mengenai kondisi mahasiswa Indonesia, dan dari hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa belum mengembangkan pendekatan deep dalam belajar. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai upaya yang dapat mengarahkan mahasiswa untuk menggunakan pendekatan belajar yang ideal. Salah satu faktor yang mempengaruhi pendekatan belajar adalah orientasi tujuan akademik yang dimiliki mahasiswa. Orientasi tujuan akademik merupakan suatu pola keyakinan dan intensi berperilaku yang mengarahkan bagaimana individu mendekati dan terlibat dalam kegiatan belajar di bidang akademik. Ames dan Archer (1988) mengutarakan dua jenis orientasi tujuan akademik, yaitu orientasi tujuan penguasaan (mastery goal) dan orientasi tujuan performa (perfonvance goal).
Orientasi tujuan penguasaan merupakan orientasi motivasional yang menekankan diperolehnya pengetahuan dan perbaikan diri, sedangkan orientasi tujuan performa merupakan orientasi motivasional yang menekankan diperolehnya pengakuan dan penghargaan dari orang lain, serta mendapat nilai baik sebagai hal yang utama (Slavin, 1994).Dari ungkapan para ahli serta berbagai penelitian menunjukkan bahwa orientasi tujuan penguasaan berhubungan dengan pendekatan belajar deep, sedangkan orientasi tujuan performa berhubungan dengan pendekatan belajar surface. Namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Elliot, McGregor dan Gable pada studi kedua (1999) serta penelitian Wolters (1998).
Peneliti pertama memperoleh hasil bahwa performance-approach goal orientation bukan merupakan prediktor positif dan signifikan bagi pendekatan belajar surface. Peneliti kedua menemukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara orientasi tujuan performa dan strategi menghafal dalam belajar. Hasil penelitian yang belum konsisten ini mendorong peneliti untuk meneliti hubungan antara orientasi tujuan akademik dan pendekatan belajar.
Penelitian mengenai hubungan antara orientasi tujuan akademik dan pendekatan belajar dilakukan terhadap 262 mahasiswa Universitas Indonesia program Strata 1 reguler. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik nonprobability sampling yang berbentuk incidental sampling. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua buah kuesioner, yaitu kuesioner orientasi tujuan akademik dan kuesioner pendekatan belajar. Uji reliabilitas kedua kuesioner dilakukan dengan menggunakan tehnik coefficient alpha dari Cronbach. Dalam pengolahan data, digunakan tehnik korelasi Pearson Product Moment untuk mengungkap hubungan antara orientasi tujuan akademik dan pendekatan belajar pada mahasiswa.
Dari analisis data penelitian diperoleh hasil bahwa keempat hipotesis penelitian, diterima. Hal ini berarti penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara orientasi tujuan penguasaan dan pendekatan belajar deep, orientasi tujuan penguasaan dan pendekatan belajar achieving, orientasi tujuan performa dan pendekatan belajar surface serta antara orientasi tujuan performa dan pendekatan belajar achieving pada mahasiswa. Selain itu, dilakukan pula analisis tambahan mengenai perbedaan jenis kelamin dan bidang ilmu subyek terhadap orientasi tujuan akademik dan pendekatan belajar.
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti memberikan saran kepada pihak perguruan tinggi agar melakukan berbagai upaya yang dapat mengarahkan mahasiswa untuk menggunakan pendekatan belajar yang ideal. Upaya yang dimaksud adalah dengan melakukan modifikasi lingkungan belajar sedemikian rupa, sehingga mahasiswa diharapkan dapat mengadopsi orientasi tujuan akademik yang berkaitan dengan pendekatan yang ideal dalam belajar. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti meny&rdnkan agar pada penelitian lanjutan mengenai pendekatan belajar pada mahasiswa, dilakukan pula tehnik wawancara sehingga dapat diketahui perbedaan manifestasi pendekatan belajar tertentu pada bidang ilmu yang berbeda. Di samping itu, peneliti menyarankan agar jumlah item kuesioner dikurangi dan pengambilan sampel dilakukan secara random, serta melibatkan pula mahasiswa dari perguruan tinggi swasta. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2885
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Istianah
Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2022
610.73 UMI a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Inayah
Jakarta : Salemba Medika, 2006
612.3 LIN a (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Antaroza
"Lansia mengalami penuaan yang menyebabkan penurunan fungsi sistem tubuh. Fungsi sistem tubuh lansia yang menurun salah satunya adalah sistem muskuloskeletal. Penurunan fungsi sistem muskuloskeletal tersebut menyebabkan lansia rentan mengalami gangguan dalam mobilitas fisik. Gangguan mobilitas fisik yang paling jelas terlihat pada sistem muskuloskeletal salah satunya adalah penurunan kekuatan otot. Selain akibat penurunan sistem fungsi muskuloskeletal, disebabkan juga karena penyakit stroke. Penurunan kekuatan otot terjadi karena kelemahan yang dialami oleh pasien stroke. Masalah mobilitas yang terjadi pada lansia dapat diatasi dengan pemberian intervensi berupa latihan range of motion (ROM) dan genggam bola karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan intervensi latihan ROM dan menggenggam bola karet dalam meningkatkan kekuatan otot pada lansia yang mengalami gangguan mobilitas fisik. Instrumen yang digunakan adalah Manual Muscle Test (MMT) dengan responden berjumlah 3 orang lansia. Hasil dari intervensi yang berlangsung selama 16 kali pada ROM terjadi peningkatan kekuatan otot senilai 1 pada ekstremitas atas dan bawah serta peningkatan kekuatan otot senilai 1 untuk intervensi terapi genggam bola karet pada ekstremitas atas di pergelangan tangan senilai 1 dan pada jari-jari mengalami peningkatan 1 selama 12 kali latihan genggam bola karet. Dapat disimpulkan bahwa pemberian latihan ROM dan menggenggam bola karet khususnya bola karet bergerigi dapat meningkatkan kekuatan otot pada lansia. Latihan ini perlu dilakukan secara rutin untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam peningkatan kekuatan motorik.

The elderly experience aging which causes a decrease in body system function. One of the declining functions of the elderly body system is the musculoskeletal system. The decline in the function of the musculoskeletal system makes the elderly vulnerable to physical mobility disorders. One of the most obvious physical mobility disorders in the musculoskeletal system is decreased muscle strength. Apart from the decline in the musculoskeletal function system, it is also caused by stroke. Decreased muscle strength occurs due to weakness experienced by stroke patients. Mobility problems that occur in the elderly can be overcome by providing interventions in the form of range of motion (ROM) exercises and rubber ball grips. This study aims to identify the effect of applying ROM exercise interventions and grasping rubber balls in increasing muscle strength in the elderly who experience physical mobility disorders. The instrument used is the Manual Muscle Test (MMT) with 3 elderly respondents. The results of the intervention which lasted for 16 times in ROM there was an increase in muscle strength worth 1 in the upper and lower extremities and an increase in muscle strength worth 1 for the intervention of rubber ball grasping therapy in the upper extremities in the wrist worth 1 and in the fingers increased 1 for 12 times of rubber ball grasping training. This shows that giving ROM exercises and grasping rubber balls, especially serrated rubber balls, can increase muscle strength in the elderly. This exercise needs to be performed regularly to achieve the desired results in improving motor strength. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Diani Wulandari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Faqih Ruhyanidin
Malang: UMM Press, 2006
616.1 FAQ a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Keliat, Makmur
Jakarta: FIK-WHO, 2006
362.2 MOD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>