Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyan Novitalia
"Studi ini mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian amputasi mayor pada pasien Acute Limb Ischemia (ALI) klasifikasi Rutherford IIb dan seberapa besar pengaruhnya. Penelitian ini berdesain kuantitatif dengan desain kohort retrospektif terhadap semua pasien RSCM pada tahun 2014-2019 dengan diagnosis ALI Rutherford IIb. Data demografi dan faktor risiko, dianalisa untuk mendapatkan korelasinya dengan tindakan amputasi mayor. Pada penelitian ini,  insiden amputasi mayor pada total subjek adalah 39,2%. Rata-rata subjek berusia 60 tahun, dengan insiden komorbiditas diabetes mellitus 32,4%, gangguan ginjal kronik 19,6%, hipertensi 41,2%, dan penyakit jantung koroner 39,2%. Hasil analisis menunjukkan hipertensi meningkatkan risiko amputasi mayor 27,4 kali, riwayat penyakit jantung koroner meningkatkan risiko 10,7 kali, dan diabetes mellitus meningkatkan risiko 9,8 kali, semua secara signifikan. Merokok ditemukan sebagai faktor risiko tidak langsung terhadap kejadian amputasi mayor.
Kata kunci: Acute limb ischemia, Amputasi mayor, Rutherford IIb

This study identifies the factors associated with major amputation in patients with Acute Limb Ischemia (ALI) Rutherford Stage IIb and how much they affect it. This is a quantitative study with retrospective cohort design for all patients with ALI in Rutherford IIb stage in 2014-2019. Demographics and risk factors were all analyzed in order to find the correlation with the incidence of major amputation. In this study, the incident of major amputation on the overall subject was 39.2%. The mean age for the subjects was 60 years old, and the comorbidity incidence of diabetes is 32.4%, chronic kidney disease is 19.6%, hypertension is 41.2%, and coronary heart disease is 39.2%. The result of the analysis shows that hypertension increases the risk of major amputation in patients with ALI in Rutherford IIb stage by 27.4 times, while coronary heart disease does by 10.7 times and diabetes does by 9.8 times, all statistically significant. Smoking is also found as an indirect risk factor to the incident of major amputation.
Key words: Acute limb ischemia, Major amputation, Rutherford IIb"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Agung Alamsyah
"Latar Belakang: Chronic limb threatening ischemia (CLTI) merupakan bentuk paling parah dari peripheral arterial disease (PAD). Sebanyak 25% pasien CLTI memiliki risiko amputasi tungkai mayor dan 25% lainnya akan meninggal karena penyakit kardiovaskular dalam 1 tahun. Risiko amputasi ini dapat diprediksi menggunakan sistem skoring Wound, Ischemia, and foot Infection (WIfI). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil amputasi menggunakan skor Wound, Ischemia, foot Infection pada subjek chronic limb threatening ischemia di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Pengambilan data retrospektif dari data registrasi divisi bedah vaskular dan rekam medis pada subjek dengan CLTI di RSCM berupa profil subjek, skor WIfI, dan status amputasi mayor dalam 1 tahun pasca diagnosis CLTI ditegakkan. Data selanjutnya dimasukkan ke program SPSS, dan dilakukan analisa data. Hasil analisa lalu dipaparkan dalam bentuk narasi dan tabel.
Hasil: Pada penelitian ini usia rerata subjek adalah 58,1 ± 12,9 tahun dengan predominasi jenis kelamin laki-laki (58,3%). Komorbid pada subjek dari yang tersering adalah diabetes (82,1%), hipertensi (67,9%), gagal ginjal kronis (51,3%), dan penyakit jantung (33%). Derajat skor WIfI dengan derajat sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi secara berurutan adalah 6,4%, 9,6%, 35,9%, dan 48,1%. Angka amputasi mayor yang sesungguhnya pada subjek CLTI di RSCM untuk skor WIfI derajat sangat rendah, rendah, sedang, dan tinggi adalah 5%, 7%, 35%, dan 70%, sedangkan pada kepustakaan adalah 3%, 8%, 25%, dan 50%.

Background: Chronic limb threatening ischemia (CLTI) is the most severe form of peripheral arterial disease (PAD). As many as 25% of CLTI patients have a risk of major limb amputations and 25% will die due to cardiovascular event within 1 year. The risk of this major amputation can be predicted using the Wound, Ischemia, and foot Infection (WIfI) scoring system. This study aims to compare the amputation profile using Wound, Ischemia, foot Infection scores in chronic limb threatening ischemia patients at the RSCM.
Methods: Retrospective data collection from registry in vascular surgery division and medical records for patients with CLTI in RSCM were take, that is a patient profile, the comorbid disease, WIfI score, and the patient's major amputation status within 1 year after diagnosis of CLTI was established. The data then inputed to the SPSS program, and data analysis is performed. The results of the analysis are then presented in the form of narratives and tables.
Result: The mean age of the subjects in this study was 58,1 ± 12,9 years with male as gender predominance (58,3%). The comorbids in the subjects were diabetes (82,1%), hypertension (67,9%), chronic kidney failure (51,3%), heart disease (33%). The WIfI scores with very low, low, medium, and high degrees are 6,4%, 9,6%, 35,9%, and 48,1% respectively. The major amputation rates in for WIfI scores with very low, low, medium, and high degrees are 5%, 7%, 35%, and 70%, while in the literature are 3%, 8%, 25%, and 50%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budhi Arifin Noor
"Latar belakang: Chronic limb threatening ischemia (CLTI) merupakan bentuk terparah peripheral arterial disease. Pasien kaki diabetik dengan CLTI memiliki risiko amputasi mayor dan mortalitas paska revaskularisasi dan dipengaruhi beberapa faktor seperti usia lanjut, gagal ginjal kronik, komorbid penyakit jantung dan hipertensi. Indonesia belum memiliki data amputasi mayor dan mortalitas kaki diabetik dengan CLTI setelah revaskularisasi dan faktor-faktor yang berpengaruh. Penelitian ini bertujuan mengetahui angka amputasi mayor dan mortalitas satu tahun pasca revaskularisasi beserta faktor-faktor yang memengaruhi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Kohort retrospektif pasien kaki diabetik dengan CLTI setelah revaskularisasi di RSCM Januari 2010 – Desember 2020. Pengambilan data rekam medis. Luaran utama amputasi mayor dan mortalitas satu tahun setelah revaskularisasi. Dilakukan analisis bivariat dengan uji Kai Kuadrat, jika persyaratan tidak terpenuhi maka menggunakan Fischer-exact, variabel bermakna diuji lebih lanjut dengan regresi logistik.
Hasil: Penelitian melibatkan 150 subjek. Amputasi mayor dan mortalitas satu tahun setelah revaskularisasi sebesar 27,3% dan 24,7%. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor-faktor yang diteliti dengan amputasi mayor dan mortalitas satu tahun.
Kesimpulan: Didapatkan angka amputasi mayor dan mortalitas 1 tahun pasca revaskularisasi. Usia lanjut, gagal ginjal kronik, komorbid penyakit jantung dan hipertensi bukan merupakan faktor yang memengaruhi angka amputasi dan mortalitas satu tahun.

Background: Chronic limb threatening ischemia (CLTI) is the most severe form of peripheral arterial disease. Diabetic foot patients with CLTI have major amputation and mortality risk after revascularization and affected by factors such as elderly, chronic kidney disease (CKD), cardiac morbidity and hypertension. In Indonesia there are no data regarding diabetic foot major amputation and mortality with CLTI after revacularization and influencing factors. Study aims to determine one year major amputation and mortality and factors that can affect diabetic foot pastients with CLTI after revascularization.
Methods: Retrospective cohort study on diabetic foot patients with CLTI undergoing revascularization at Cipto Mangunkusumo National Hospital from January 2010 to December 2020. The primary outcome was one-year major amputation and mortality after revascularization. Factors included were age, CKD, cardiac comorbidity and hypertension. We conducted bivariate analysis using Chi Square or Fisher-exact test. Variables were further tested using multivariate test.
Result: 150 subjects were enrolled. One-year major amputation and mortality was 27.3% and 24.7%. There are not significant correlations between factors with major amputation and mortality.
Conclusion: Major amputation and mortality rate one year after revascularization at RSCM are gained. Elderly, CKD, cardiac comorbidity and hypertension are not factors affecting one-year major amputation and mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novinda Herwirastri
"Pendahuluan: Chronic Limb Threatening Ischemia (CLTI) adalah stadium lanjut penyakit arteri perifer (PAD). The society for Vascular Surgery Lower Extremity Guidelines Committee menciptakan sistem klasifikasi yang lebih komprehensif untuk stratifikasi risiko amputasi pada pasien di seluruh spektrum CLTI. Sistem ini didasarkan pada nilai objektif Wound (W), Ischemia (I) dan Foot Infection (fI) untuk menghitung stadium klinis tungkai terancam dari 1 hingga 4 yang telah divalidasi dalam beberapa penelitian untuk dapat sangat memprediksi risiko amputasi ekstremitas mayor dalam satu tahun. Berbagai pedoman profesional saat ini merekomendasikan terapi statin untuk semua individu dengan PAD. Temuan para peneliti tentang hubungan yang kuat dan bergantung pada intensitas antara terapi statin dan amputasi serta mortalitas di antara individu dengan insiden PAD adalah hal yang penting secara klinis, baik untuk pasien maupun dokter yang merawat mereka. Namun demikian, protokol pemberian statin masih bervariasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran konsumsi statin pada pasien CLTI dengan berbagai skor WIfI terhadap amputasi mayor yang diamati hingga satu tahun di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) berdasarkan skor CLTI. Metode: Dilakukan studi kohort retrospektif dari data pasien yang didiagnosis CLTI di RSCM pada tahun 2010-2019. Subjek dibagi menjadi grup statin dan non statin. Dilakukan Uji bivariat dengan chi-square untuk melihat bagaimana pengaruh pemberian statin, komorbid dan skor WIFI pada subjek CLTI terhadap amputasi mayor. Kemudian dilakukan analisis stratifikasi untuk melihat pengaruh statin pada subjek CLTI dengan berbagai spektrum. Dilakukan pula analisis bagaimana kecendrungan statin bekerja jika diberikan pada pasien dengan berbagai jumlah komorbid. Uji multivariat dilakukan menggunakan regresi logistik menghadirkan nilai p dengan adjusted relative risk (RR).Hasil: Mayoritas pasien adalah laki-laki (59,5%). Sebanyak 83,2% subjek penelitian menderita diabetes melitus, 70,5% subjek mengalami hipertensi, 47,7% subjek mengalami gagal ginjal kronis, dan 26,4% subjek menderita penyakit jantung. Selain itu, hampir setengah dari total subjek penelitian memiliki skor WIfI yang parah (45,5%). Subjek yang diberi statin berpeluang menjalani amputasi mayor sebesar 0,562 kali dibandingkan subjek yang tidak diberikan statin (95% CI 0,407 - 0,777). Dengan kata lain, pemberian statin mampu mencegah amputasi mayor pada pasien CLTI. Namun hal tersebut hanya dapat diterapkan pada subjek CLTI dengan skor WifI yang rendah, karena semakin tinggi skor WifI pasien memiliki faktor komorbid yang lebih banyak (p <0,05; 95% CI 0,008 - 0,783). Amputasi mayor pada subjek CLTI secara statistik signifikan dengan diabetes komorbid (p = 0,001), penyakit jantung (p <0,001), skor WIfI (p = 0,001) dan penggunaan statin (p <0,001). Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian statin dapat mencegah kejadian amputasi mayor pada pasien CLTI dengan skor WIfI rendah meskipun terdapat faktor komorbid.

Background : Chronic limb threatening ischemia (CLTI) is an advanced stage of peripheral artery disease (PAD). The society for Vascular Surgery Lower Extremity Guidelines Committee created a more comprehensive threatened limb classification system intended to stratify amputation risk in patients across the spectrum of CLTI. The system is based on objective grades Wound (W), Ischemia (I) and Foot Infection (FI) to calculate a threatened limb clinical stage from 1 to 4 has been validated in multiple studies to be highly predictive of 1-year major limb amputation risk. Current professional society guidelines recommend statin therapy for all individuals with PAD. The investigators’ finding of a strong and intensity-dependent association between statin therapy and both amputation and mortality among individuals with incident PAD is of considerable clinical importance, both to patients and the physicians who care for them. Yet, there is no study available for this and statin protocol vary in our country. This study aims on revealing the role of statin consumption prior to major amputation on CLTI patients in Cipto Mangunkusumo based on CLTI score. Methods: We performed retrospective cohort study from a database of CLTI patients diagnosed at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2010-2019. Subjects were divided into statin and nonstatin groups. A bivariate test with chi-square was performed to see how the effect of statin, comorbid and WIFI scores on CLTI subjects on major amputations. Then a stratification analysis was performed to see the effect of statins on CLTI subjects with various spectra. An analysis of how the statin likelihood of working when given to subjects with varying amounts of comorbidities was also conducted. Multivariate tests was performed used logistic regression presenting p values ​​with adjusted relative risk (RR). We performed cohort retrospective analysis study from a database of CLTI patients diagnosed at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2010- 2019. Subjects were divided into 2 groups, the CLTI patients with statin and without statin based on their database. We also analyse comorbid factors (diabetes mellitus, hypertension, chronic renal failure and heart disesase) related to CLTI and WIfI score to major amputation incidence Results: Majority of the patients were male (59.5%). A total of 83.2% of study subjects suffered from diabetes mellitus, 70.5% of subjects had hypertension, 47.7% of subjects had chronic kidney failure, and 26.4% of subjects had heart disease. In addition, almost half of the total study subjects had a severe WIfI score (45.5%). Subjects who were given statins had a chance to undergo major amputation by 0.562 times compared to subjects who were not given statins (95% CI 0.407 - 0.777). In other words, statin administration was able to prevent major amputation in CLTI patients. However, it only can be applied to CLTI subjects with low WifI score, as higher WifI score patients have more comorbid factors (p <0,05; 95%CI 0,008 – 0,783). Major amputation in CLTI subjects was statistically significant with comorbid diabetes (p = 0.001), heart disease (p <0.001), WIfI score (p = 0.001) and statin use (p <0.001)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Rathariwibowo
"Kondisi kritis iskemia tungkai merupakan manifestasi dan stadium akhir penyakit arteri perifer (PAP) yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas yang tinggi bagi penderitanya. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi kritis iskemia tungkai pada penderita PAP. Beberapa faktor tersebut diantaranya faktor usia, jenis kelamin, penyakit diabetes mellitus, hipertensi, kebiasaan merokok dan penyakit chronic kidney disease dengan tujuan agar pencegahan dan pelayanan terhadap pasien penderita PAP dapat ditingkatkan. Metode penelitian adalah studi potong lintang.
Hasil penelitian dengan analisis regresi logistik biner menunjukkan kejadian kondisi kritis iskemia tungkai pada penderita PAP berhubungan secara signifikan oleh faktor diabetes mellitus (OR=3,5; 95% CI=1,431-8,533), hipertensi (OR=2,62; 95% CI=1,064-6,442), dan kebiasaan merokok (OR=2,92; 95% CI=1,059-8,035). Usia, jenis kelamin, dan chronic kidney disease tidak berhubungan signifikan terhadap kondisi kritis iskemia tungkai pada penderita PAP.

Critical limb ischemia is the manifestation dan the last stage of perifer artery disease (PAD) which improves high risk of morbidity and mortality for its patient. Thus its needed to perform a research about factors related to critical limb ischemia in perifer artery disease’s patients, including age, gender, diabetes mellitus, hypertension, smoking habit, and chronic kidney disease in purpose to increase prevention and treatment satisfactory of PAD’s patients. The research method is cross-sectional study.
The result with binary logistic regression analysis shows that critical limb ischemia in PAD's patients significantly related by diabetes mellitus (OR=3,5; 95% CI=1,431-8,533), hypertension (OR=2,62; 95% CI=1,064-6,442), and smoking habit (OR=2,92; 95% CI=1,059-8,035). Age, gender, and chronic kidney disease are not significantly related to critical limb ischemia in PAD’s patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eti Sumartiyah
"Perawat Spesialis Medikal Bedah berperan penting dalam praktik keperawatan sebagai pemberi asuhan keperawatan kompleks, melakukan analisa ilmiah dan pembuktian ilmiah serta sebagai agen pembaharu. Melalui tulisan ini digambarkan pemberian asuhan keperawatan kepada pasien dengan diagnosis Chronic Limb Threatening Ischemia. Tujuan dari penulisan ini adalah memberikan gambaran praktek keperawatan spesialis medikal bedah menggunakan pendekatan Model Adaptasi Roy. Dari hasil pengumpulan data dan pemeriksaan fisik didapatkan 10 diagnosis keperawatan. Pemberian asuhan keperawatanpun dilakukan kepada 30 pasien sebagai kasus resume, diperoleh perilaku maladaptif pada mode fisiologis dengan diagnose terbanyak yaitu resiko infeksi dan nyeri kronik. Evidence Based Nursing dengan melakukan foot exercises kepada 8 pasien yang mengalami ulkus kaki diabetik dengan hasil yang signifikan terhadap perubahan ukuran luka. Program inovasi menerapkan Hypoglycemia-Nursing Early Warning Score System pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang terbukti memudahkan perawat menilai resiko kejadian hipoglikemi berat selama 1 tahun. Pendekatan Model Adaptasi Roy berpengaruh besar terhadap profesi keperawatan. Model ini menjadi salah satu yang banyak digunakan dalam penelitian, pendidikan dan pelayanan keperawatan.

Surgical Medical Specialist Nurses play an important role in nursing practice as a provider of advanced nursing care, conduct scientific analysis and scientific evidence and as a reforming agent. Through of this paper we describe the provision of nursing care to patients with a diagnosis of Chronic Limb Threatening Ischemia. The purpose of this paper is to provide an overview of the nursing practice of Surgical Medical Specialists using Roy's Adaptation Model approach. From the results of data collection and physical examination obtained 10 nursing diagnoses. In nursing care was provided to 30 patients as a case of resume, obtained maladaptive behavior in physiological mode with the most diagnoses, the risk of infection and chronic pain. Evidence Based Nursing by performing foot exercises on 8 patients who suffered diabetic foot ulcers with significant results on changes in wound size. The innovative program implementated the Hypoglycemia-Nursing Early Warning Score System in patients with type 2 diabetes mellitus which was proven to make it easier for nurses to assess the risk of severe hypoglycemic events for 1 year. Roy's Adaptation Model approach greatly influencing the nursing profession. This model is one that was widely used in research, education and nursing services"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mursid Fadli
"ABSTRAK
Pendahuluan
Acute limb ischemia (ALI) adalah kondisi serius yang ditandai dengan penurunan
yang cepat dan mendadak dari perfusi tungkai. 1 Di Amerika Serikat insiden Acute leg
ischemia diperkirakan terjadi 14 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan Acute
arm ischemia seperlimanya. Penyebab utama dari Acute limb ischemia ini lebih dari
90 % adalah thromboemboli. 2 Acute limb ischemia merupakan salah satu tantangan
terberat, penilaian awal dan assestment penting, karena kesalahan diagnosis dapat
mengakibatkan amputasi pada pasien atau bahkan kematian.
Metode
Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif. Dilakukan di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM), dengan mengumpulkan data rekam medis pada pasienpasien
dengan ALI di divisi Vaskuler dan Endovaskuler periode 1 Januari 2009 – 31
Desember 2011. Kriteria inklusi meliputi semua pasien ALI yang sudah didiagnosis
secara pasti dan dilakukan tindakan operasi. Kriteria eksklusi meliputi pasien ALI
yang tidak memiliki data rekam medis lengkap.
Hasil
Dari 32 kasus ALI yang dirawat di Divisi Vaskuler dan Endovaskuler, didapatkan 22
kasus (69 %) laki-laki dan 10 kasus (31 %) perempuan. Usia terbanyak pada
kelompok umur 40 – 60 tahun sebanyak 17 kasus (53 %). Untuk penyebab ALI yang
paling sering yaitu thrombus sebanyak 19 pasien (59 %). Faktor resiko yang paling
sering adalah pasien dengan atherosklerosis sebanyak 18 pasien. Sebanyak 16 pasien
(50 %) datang ke RS sudah masuk dalam klasifikasi III ALI. Sebanyak 26 pasien (81
%) terkena pada ekstremitas bawah dan sebanyak 6 pasien (19 %) terkena pada
ekstremitas atas. Dari data didapatkan 3 pasien yang meninggal.
Kesimpulan
Manajemen terhadap ALI tetap menjadi tantangan, karena melibatkan salah satu
jalur keputusan yang paling kompleks dalam operasi vaskuler. Pasien dengan kondisi
Acute limb ischemia, sebaiknya dirujuk ke pusat vaskular tanpa di tunda-tunda.

ABSTRACT
Background
Acute limb ischemia (ALI) is a serious condition characterized by rapid and sudden
limb perfusion. In the United States the incidence of acute leg ischemia is thought to
be 14 per 100,000 population per year, while one-fifth of acute arm ischemia. The
main cause of acute limb ischemia is more than 90% are thromboemboli. Acute limb
ischemia is one of the toughest challenges, initial assessment important, because
misdiagnosis can lead to amputation or even death in patients.
Method
The study was a retrospective descriptive. The study was conducted in Cipto
Mangunkusumo Hospital (RSCM), by collecting data from medical records of
patients with ALI in Vascular and Endovascular Surgery division from 1st January
2009 through 31st December 2011. Inclusion criteria include all ALI patients already
diagnosed with certainty and performed surgery. Exclusion criteria include patients
with ALI who did not have complete medical records.
Result
Of the 32 cases of ALI, 22 cases were found in men and 10 cases were found in
women. Age of majority in the age group 40-60 years 17 cases. For the most frequent
cause of ALI is thrombus were 19 patients. The most frequent risk factors were as
many as 18 patients with atherosclerotic patients. A total of 16 patients came to the
hospital already in the classification III of ALI. A total of 26 patients affected the
lower extremities and 6 patients affected the upper extremities. Three patients died.
Conclusion
Management of the ALI remains a challenge, as it involves one of the most complex
decisions pathways in vascular surgery. Patients with acute limb ischemia conditions,
should be referred to a vascular center without delay delay."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T32125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghany Hendra Wijaya
"Latar belakang. Pada CLTI didapatkan iskemik yang progresif sehingga menyebabkan timbulnya nyeri tungkai saat istirahat dan terbentuknya ulkus atau gangren. Intervensi revaskularisasi tungkai bawah merupakan lini pertama tata laksana CLTI, dengan pilihan prosedur berupa pembedahan secara terbuka maupun tindakan endovaskular. Pasien CLTI di RSCM datang dengan kondisi lanjut dan angka reamputasi yang tinggi, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keluaran angioplasti endovaskular yaitu penyembuhan ulkus.
Metode. Studi potong lintang dilakukan di RSCM dengan melibatkan pasien CLTI Rutherford 5-6 yang menjalani tindakan angioplasti. Usia, jenis kelamin, riwayat merokok, hipertensi, fibrilasi atrium, gagal jantung, CKD, DM merupakan variabel yang diteliti terhadap penyembuhan ulkus yang merupakan penilaian klinis pascatindakan angioplasty yang dinilai adalah epitelisasi sempurna ulkus dalam kurun waktu 4 bulan pascatindakan.
Hasil. Pada 133 subjek penelitian, didapatkan 60,9% pasien mengalami epitelisasi sempurna. Faktor-faktor yang memengaruhi penyembuhan ulkus pada pasien CLTI antara lain, jenis kelamin, riwayat merokok, hipertensi, fibrilasi atrium, gagal jantung, CKD, dan diabetes. Faktor yang paling berhubungan dengan penyembuhan ulkus pascaangioplasti endovaskular berdasarkan uji regresi logistik adalah diabetes.
Kesimpulan. Faktor-faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan penyembuhan ulkus pada pasien chronic limb threatening ischemia (CLTI) antara lain adalah jenis kelamin, riwayat merokok, hipertensi, fibrilasi atrium, gagal jantung, CKD, dan diabetes. Faktor yang dinilai paling berhubungan adalah diabetes melitus.

Background. Chronic limb threatening ischemia (CLTI) can cause rest pain in lower extremities and the formation of ulcers or gangrene. Revascularization which can be done using open surgery or endovascular procedures, is the first line treatment in CLTI management. CLTI patients at RSCM usually came with advanced conditions and high re-amputation rates even after revascularization. This study aimed to determine factors associated with the outcome of endovascular angioplasty, especially ulcer healing.
Method. A cross-sectional study was conducted at RSCM involving CLTI patients with Rutherford grade 5 and 6 that underwent angioplasty. Age, gender, history of smoking, hypertension, atrial fibrillation, heart failure, chronic kidney disease (CKD), and diabetes mellitus were the independent variables studied in this study. The dependent variable was ulcer healing which is a clinical assessment after angioplasty that was assessed as complete ulcer epithelialization within four months after the procedure.
Results. In 133 study subjects, it was found that 60.9% of patients underwent complete epithelialization. Factors that affect ulcer healing in CLTI patients include gender, history of depression, hypertension, atrial fibrillation, heart failure, chronic kidney disease, and diabetes mellitus. The factor with the highest association to ulcer healing after endovascular angioplasty based on logistic regression test is diabetes mellitus.
Conclusion. Factors that have a significant relationship with ulcer healing in patients with CLTI include gender, smoking, hypertension, atrial fibrillation, heart failure, CKD, and diabetes. The factor that was considered to have the highest association was diabetes mellitus.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Maruli
"Istilah Cricital Limb Ischemia (CLI) digunakan untuk semua pasien dengan nyeri saat istirahat, ulkus atau gangren yang dapat dibuktikan secara objektif akibat penyakit arteri oklusif. CLI merupakan manifestasi paling berat penyakit pembuluh arteri perifer (PPAP) atau Periperhal Arterial Disease (PAD) akibat berkurangnya aliran darah secara bermakna dan terus menerus dan akan menyebabkan amputasi jika tidak segera ditangani. CLI merupakan stadium III (nyeri waktu istirahat) dan N (ulkus atau gangren) klasifikasi Fontaine (Tabel 1). Untuk menghindari kesalahan diagnosis, definisi klinis ini harus diperkuat dengan kriteria objektif berupa parameter hemodinamik. Menurut TransAtlantic InterSociety Consensus on Management of Peripheral Arterial Disease (TASC), kriteria objektif CLI meliputi AB1 (ankle brachial index) < 0,4, tekanan sistolik ankle 5 50 mmHg, atau tekanan sistolik toe <30 mmHg. European Working Group on Critical Limb Ischemia Definition membuat sistem idasifikasi CLI yang dapat diterima secara umum (Table 2).
Tanpa adanya perbaikan perfusi aliran darah, pasien dengan CLI beresiko tinggi kehilangan tungkainya. Penanganan yang paling efektif adalah menghilangkan atau memintaskan penyumbatan pada arteri dengan angioplasti atau revaskularisasi bedah tetapi umumnya kurang berhasil karena gangguan pembuluh darah perifer biasanya multisegmen dan melibatkan pembuluh darah kecil. Selain itu, pasien dengan PPAP sebagian besar beresiko tinggi untuk menjalani pembedahan dan tidak semua pasien bersedia dilakukan pembedahan. Oleh karena itu farmakoterapi digunakan pada kasus tersebut sebagai usaha akhir untuk memperbaiki manifestasi iskemi tungkai yang parah disertai harapan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien.
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui faktor resiko dan mengevaluasi hasil penanganan konservatif dengan farmakoterapi pasien dengan CLI di RS Pelni Petamburan Jakarta."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Agustin
"ABSTRAK
Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang diakibatkan kurangnya sekresi insulin, resistensi insulin, atau keduanya. Kondisi hiperglikemia yang kronis dapat menyebabkan berbagai komplikasi salah satunya adalah kaki diabetik yang menjadi penyebab utama dilakukannya amputasi pada klien dengan DM tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman klien DM tipe 2 pasca amputasi mayor ekstremitas bawah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Hasil analisa data menghasilkan enam tema, yaitu: perubahan dalam kehidupan setelah amputasi, respon atau perasaan terkait amputasi, mekanisme koping, dukungan sosial yang diterima, makna hidup, dan pelayanan kesehatan yang diterima. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan melalui peningkatan dukungan rehabilitasi secara fisik, psikososial, dan spiritual pada klien DM tipe 2 pasca amputasi mayor ekstremitas bawah.

ABSTRACT
Type 2 Diabetes Mellitus (Type 2 DM) is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia as a result of insulin deficiency, insulin resistance, or both. Chronic hyperglycemia conditions can lead complications such as the diabetic foot as a major cause of amputation in clients with type 2 DM. The purpose of this study was to determine the experience of client with type 2 DM following major lower limb amputation. This study used a qualitative method with descriptive phenomenology approach. Result of the data analysis revealed six themes: live changes of amputees, amputation response or related feelings, coping mechanisms, social support received, the meaning of life, and health care received. The results of this research are expected to contribute positively in improving the quality of nursing care through physical, psychosocial, and spiritual rehabilitation support enhancement in client with type 2 DM following major lower limb amputation."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>