Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93834 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Pusat Penelitian, Data dan Informasi Badan Narkotika Nasional, 2020
362.29186 POT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Setia Utami
"Masalah penyalahgunaan Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lain), dalam lima tahun ini berkembang amat pesat di Indonesia khususnya di kota-kota besar. Dalam lima tahun ke depan juga akan tetap berkembang secara fluktuatif baik dari jenis zatnya maupun dampak atau komplikasi yang ditimbukannya, jumlah penderita penyalahgunaan Napza ini juga tidak akan berbeda jauh dari tahun ke tahun.
Sifat penyakit yang chronic relapsing, dan dampak luas yang ditimbulkan menyebabkan penanggulangan ini harus dilakukan secara komprehensif yang meiibatkan berbagai profesi serta instansi atau organisasi. Masalah yang penting dalam menanggulangi masalah Napza bagi setiap organisasi adalah kemampuan sumber daya manusia, tidak semua SDM yang ada di fasilitas pelayanan penanggulangan masalah Napza ini mempunyai kemampuan baik dari pengetahuan, ketrampilan maupun perilakunya tentang masalah Napza. Untuk mengatasi masalah ini salah satu alternatif pemecahan masalahnya adalah dengan mendapatkan pelatihan di bidang Napza.
Dalam suatu fasilitas pelayanan kesehatan dokter dan perawat merupakan profesi yang akan langsung berhadapan dengan pasien dan terlibat langsung dengan proses terapi. Untuk itu dituntut kemampuan yang profesional dalam memberikan pelayanan khususnya untuk penderita penyalahgunaan Napza.
Rumah Sakit Ketergantungan Obat yang merupakan fasilitas khusus melayani penderita penyalahgunaan Napza dalam tiga tahun terakhir ini sudah menyelenggarakan pelatihan bagi dokter dan perawat, hanya saga pelatihan ini hanya bersifat reaktif belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur suatu penyelenggaraan pelatihan.
Peneletian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi kebutuhan pelatihan di bidang Napza bagi dokter umum dan perawat, baik yang bertugas di Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Umum, RSKO maupun Puskesmas. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan Wawancara Mendalam (Indepth Interview) dan Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion) melalui Tematic Analisys serta mendapat data sekunder tentang pengelolaan program Diklit di RSKO.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa kebutuhan pelatihan amat bergantung dari sifat dan fungsi organisasi yang bersangkutan, sedangkan untuk individu tergantung pada tugas dan pekerjaannya serta kompetensi yang diharapkan balk oleh organisasi maupun individu tersebut. Adapun materi pelatihan yang dibutuhkan untuk dokter dan perawat secara garis besar tidak banyak perbedaan, hanya luas dan kedalamannya yang berbeda. Untuk dokter materi yang diberikan harus dibedakan antara yang berfungsi sebagai pengambil keputusan, pembuat strategi penanggulangan Napza atau sebagai pelaksana.
Pada penelitian ini diperoleh identifikasi kebutuhan materi pelatihan untuk dokter umum dan perawat antara lain ; Komunikasi yang terapeuitk, masalah Napza secara keseluruhan, diagnosis dan assesment bidang psikiatri, psikologi klinis dan abnormal, sosiologi, manajemen pelayanan kesehatan, konseling, penanggulangan kondisi emergensi, penanggulangan komplikasi medik, pengetahuan tentang model-model terapi dan rehabilitasi. Masih banyak materi lain yang seharusnya diketahui oleh dokter dan perawat seperti masalah hukum, prevensi dan deteksi dini serta pemeriksaan laboratorium.
Penyelenggaraan pelatihan untuk dokter dan perawat yang telah dilaksanakan oleh Diklit RSKO sebagian materinya sudah tercakup dalam identifikasi kebutuhan pelatihan tersebut. Hanya dari proses perencanaan sampai evaluasi yang seharusnya dilakukan belum seluruhnya terprogram dengan baik, hal ini disebabkan karena Diklit RSKO hanya bersifat reaktif dalam pelaksanaan pelatihan. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan manajemen pelatihan agar mutu pelatihan dapat dipertanggung jawabkan, perlu ada kerja sama dengan institusi pendidikan, instansi kesehatan dan organisasi lain seperti LSM dan sebagainya yang mempunyai kaitan dengan penanggulangan masalah Napza. Dalam kerja sama tersebut sebaiknya dibuat suatu modul-modul pelatihan di bidang Napza yang terstandarisasi untuk tingkat Nasional.
Dalam penelitian ini diperoleh gambaran tentang fungsi dan peran RSKO dalam bidang pendidikan dan pelatihan, tampaknya hampir semua informan setuju bahwa RSKO harus menjadi pusat pendidikan, pelatihan, informasi dan pengembangan Iptek di bidang Napza bagi seluruh pusat-pusat pelayanan kesehatan seperti R.S Jiwa, R.S Umum, Puskesmas maupun R.S Khusus lain. Hal ini merupakan suatu peluang bagi RSKO dan sesuai dengan Visi yang dimiliki yaitu sebagai Pusat Rujukan Nasional, harapan ini tentunya berpulang kepada RSKO kembali untuk dapat mempersiapkan diri dan mengembangkan kemampuan baik dari SDM, sarana dan prasarana serta komitmen yang tinggi untuk berubah.

Identification of Drugs Treatment Training for General Practioner and Nurses at Drugs Dependence Hospital Education and Training ProgramIn Indonesia ellicit drugs problems is rapidly increasing since the last five years, especially in its big cities. Based on predicted number, the problem for five years will also remain fluctuatively increased due to introduction of new subnstances, side effects and new complication resulted from new subtances.
Further, drugs addict population will be not be drastically different fro year to year.
Chronic Relapsing disease of drugs addiction and its widw impact to society, caused the need of interaction and elaboration of multiple proffesion, instances and organization to handled the problems. It that matter human resources has become important factor of every drugs prevention services and facilities.
Recently, it is showed that not every facilities represent good knwledges, skills and attitudes of its human resources toward handling the drugs addiction matter. Therefore, to improve that condition, it is suggested that those facilities encourages theirs human resources to participate on drugs addiction training.
Doctors and nurses, which are the two most involved proffesion in handling drugs addict pateient, are required to have high skills on performing their profesion. Within the last 3 years, Drugs Dependence Hospital as a drug addiction special facility, has performing for doctors and nurses. However, these were reactive programs only which have not been performed based on adequate training procedure.
Objective of this thesis is to perform a study to identify doctors and nurses training requirement for Mental Health Hospital, Drugs Dependence Hospital, General Hospital and Puskesmas. This study used a qulitative methodology which performed which performed with indepth interview and focus group discussion tematic analysis supported with secondary data from Drug Dependence Hospital education anad training program elaboration.
This study showed that training requirement is depend highly on function and characteristic of every organization, while each individu within the organization depend on his job description and individual competency_ There arae no differences between doctors and nurses training program, however, doctors materials need to be classified into decission making, prevention strategy and execution position.
This study also indetified doctors and nurses training materials requirement such as ; Therapeutic communicatioan, overall problems solving, psychiatric diagnosis and assesment, clinical ang abnormal psychology, sociology, health services management, councelling, emegency condition, medical complication, education on every therapy models and rehabilitation, law enforcement, prevention, early detection, iaboratorium examination and other significant topics.
Drug Dependence Hospital education and training program for doctors and nurses has covered some of those materials. However, the training program was not performed with an overall training procedure, due to its reactive nature of the program. Therefore, it is required to improve the management of program to enchanced the overall quality of the program, also elaboration with educational institution, health institution an other related institution to derive a standardized natioanals training modules.
This study also showed Drug Dependence Hospital roles on education and training program, on which most opinion can be concluded that the hospital need to be center of development for education and training, information and science technology center for other drugs addiction facilities such as Mental Health Hospital, General Ghospital, Puskesmas and others facilities. This is an opportunity for Drug Dependence Hospital to achieve its vision as a Natioanal Refferal Center. However, it is also depend on Drug Dependence Hospital preparation and effort to improve its human resources, facilities and its total commitment to improve."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Widioso
"In generally narcotic and phsycotropics can be said good subjects is natural or syntetycs able to give stimulant effects should be use. The problem will be arose when someone consumes them without prescription from the doctor; it means consumed more than needed. The addiction of narcotics and phsycotropics has been taken in law on Undang-undang No.5 tahun 1995 dan No. 7 Tahun 1997.
Occuring both of the constitutions on above, it is not less the narcotic and phsycotropics addictions but make them to be increase. It can be looked up in all of the narcotics prisoners in indonesia. Those can be found on mass media, cause of the conditions, the writer interest to knowing how the process of the addiction of narcotic and phsycotropics has been done. So he has been done the research to three of narcotic prisoners to know them how they are addicted to narcotic and phsycotropics.
The research has been done by qualitative method and interview to set many data. The interview had been taken to SP, TR and DS. The research of research is showed many conditions that is influence and be the criminogetics factor of the narcotic and phsycotropics adductions. From the three prisioners can be know that the process should be take on many factors such as social environment, economics and friendship."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Andhini Yosephine
"Penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkotika membutuhkan suatu rangkaian tindakan yang berkesinambungan dari berbagai unsur, salah satunya mencakup tindakan yang bersifat rehabilitatif. Sebab, paradigma penjatuhan sanksi kurungan penjara bagi penyalahguna tidaklah tepat, karena seorang penyalahguna yang memiliki sifat adiktif terhadap narkotika perlu disembuhkan melalui upaya rehabilitasi. Dengan mengolah data sekunder, maka dihasilkan tulisan yang menjabarkan profile relapse penyalahguna narkotika TC, untuk melihat kecenderungan relapse pada penyalahguna narkotika yang telah menjalani rehabilitasi terapi komunitas atau Therapeutic Community (TC) di Balai Besar Rehabilitiasi BNN. Hasil tulisan ini, menunjukan profile relapse pada rehabilitasi TC di BNN, tergolong cukup rendah dibanding profile relapse lainnya.

To overcome the abuse of drugs requires a continuous series of actions from various elements, which one of them is a rehabilitative action. Prison punishment for drug abusers is not appropriate, because a drug abuser who is addicted to drugs needs to be healed through rehabilitation. This paper is made by analyzing secondary data, and the result of the analysis is a description of Therapeutic Community drug abuse relapse profile, which is used to analyze the tendency of relapse on drug abusers who have experienced the Therapeutic Community in Balai Besar Rehabilitasi BNN. The result of this paper shows that relapse profile on Therapeutic Community rehabilitation in BNN is lower than other relapse profile."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Agustina Fitrahayati
"Tulisan ini membahas tentang Strategi SWOT Dalam Pencegahan Relapse Melalui Analisis Peran Keluarga Pada Penyalah Guna Narkoba Di UPT Terapi Dan Rehabilitasi BNN. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan fakta bahwa tingkat peran keluarga dalam pencegahan relapse pada penyalah guna narkoba di UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN tergolong rendah hal ini hal ini dikarenakan peran keluarga dalam memberikan dukungan kepada residen belum optimal.
Berdasarkan dari Analasisi SWOT Strategi yang dapat dilakukan oleh BNN adalah Optimalisasi pemberdayaan edukasi keluarga mengenai akan pentingnya peran keluarga untuk menjaga sistem keluarga dalam mendukung pemulihan residen yang berkesinambungan dan peningkatan fasilitas pendukung system pelayanan dan program sebagai strategi dalam mencegah terjadinya relapse pada penyalah guna narkoba.
Kendala-kendala pada peran keluarga dalam pencegahan relapse adalah : 1. Persepsi dan pola pikir keluarga terhadap penyalah guna narkoba masih negative; 2. Masih rendahnya nilai-nilai keagaman dalam keluarga; 3. Keluarga sebagai kelompok dukungan masih memiliki jarak terhadap residen; 4. Keluarga sebagai kelompok dukungan belum memberikan perhatian secara maksimal; 5. Interaksi keluarga dimana struktur didalam keluarga tidak memainkan peran dan fungsi masing-masing anggota keluarga; 6. Keseimbangan didalam keluarga tidak normal; 7. Batas-batas didalam keluarga tidak lagi dijalankan; 8. Ketidakjelasan Keluarga menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan perannya; 9. Adanya ketidakjelasan visi dan misi didalam keluarga; 10. Peran aktif keluarga dalam mengikuti FSG masih rendah; 11. Fasilitas ruang kunjung keluarga yang dapat menjaga privasi antara keluarga dengan residen belum optimal; 12. Waktu visit yang ditetapkan oleh lembaga tidak berdasarkan kebutuhan keluarga, sehingga kelompok dukungan kurang maksimal.

This thesis discusses about Strategic SWOT Analysis Through in Relapse Prevention Family Role of Drug Abusers of UPT Therapy and Rehabilitation of National Narcotics Agency. The method used in this research is a quantitative approach. Based on the results of the study found that the level of the role of families in preventing relapse in drug abusers at UPT Therapy and Rehabilitation of National Narcotics Agency is low. Caused the role of the family in providing support to resident is not optimal.
Based on the analysis of SWOT strategies that can be done by National Narcotics Agency (BNN) is the family education regarding optimization of empowerment of the important role of family to keep the family system in support of a sustainable recovery and improvement resident facilities and program support services system as a strategy to prevent relapse in drug abusers.
There are some impacts on the role of families in preventing relapse, they are: 1. Family perception and mindset of the drug abusers still negative; 2. Religious value in the family is still low; 3. Family as a support group still have a distance to the resident; 4. Support the family as a group have not been paying attention to the maximum; 5. Family interaction in families where the structure does not play a role and function of each member of the family; 6. Balance within the family is not optimal; 7. Boundaries no longer run in the family; 8. Family vagueness in carrying out his duties in accordance with the role; 9. Any lack of clarity in the vision and mission of the family; 10. Active role in following Family Support Group activity is still low; 11. Facility of visit’s family that can maintain privacy between families with resident is not optimal;12. Visit’s time defined by the institution is not based on the needs of the family, so the support group less than the maximum.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thourow Matthew Nissiel
"Penelitian ini berfokus pada permasalahan kelebihan penghuni pada Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia serta pemenjaraan penyalah guna narkotika yang menghambat tercapainya tujuan pemasyarakatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu reintegrasi sosial. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk memjelaskan proses hukum yang harus dihadapi seorang penyalah guna narkotika, menjelajahi pemberian pidana penjara (pemenjaraan) bagi penyalah guna narkotika sebagai faktor penghambat tercapainya reintegrasi sosial dan menganalisa penanganan penyalah guna narkotika dalam lembaga pemasyarakatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian socio legal yang melaksanakan studi dokumen dan studi lapangan untuk mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat celah hukum dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yang menyebabkan perbedaan perlakuan bagi penyalah guna narkotika. Lebih lanjut, kondisi sebuah lapas yang kelebihan penghuni dapat menghambat tercapainya reintegrasi sosial serta menghasilkan pola interaksi tidak sehat ketika seorang penyalah guna bertemu dengan pelaku tindak pidana peredaran gelap narkotika

This research focuses on prison overcrowding issues in correctional institutions in Indonesia and imprisonment for drug abusers which tends to obstruct the aims and purposes of correctional institutions, which is social reintegration. The purposes of this research is to describe the legal process a drug abuser must proceed, explore the imprisonment of drug abusers as hindering factors to achieve social reintegration and to analyze the treatment of drug abusers in correctional institutions. The method used in this research is socio legal research method, which exercises document studies and field studies in order to answer the problem statement or this research. This research discovered that there are loopholes in Law No 35 of 2009 concerning Narcotics which leads to different treatments for drug abusers. Moreover, the overcrowding situation in correctional institutions hinders the pursuit of social reintegration and creates inhealthy interactions among inmates, especailly when drug abusers were put together with narcotics trafficker."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi, Amrita
"Pendahuluan: Penelitian Badan Narkotika Nasional pada tahun 2011 menunjukkan prevalensi orang dengan penyalahgunaan zat di Indonesia sebesar 2,2% atau sekitar 3,8 juta penduduk. Namun, data Deputi Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional menunjukkan hanya 6.738 orang yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi. Salah satu prediktor penting untuk mengetahui sikap seseorang untuk memperolah layanan rehabilitasi adalah kesiapan serta motivasi. University of Rhode Island Change Assessment Scale (URICA) adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai kesiapan orang dengan penyalahgunaan zat serta motivasinya.
Tujuan: Melakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur URICA untuk menilai kesiapan serta motivasi penyalahguna zat untuk menjalani rehabilitasi versi Bahasa Indonesia yang sahih dan andal.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif uji instrumen dengan disain potong lintang. Sampel diambil secara acak sederhana. Subjek pada penelitian ini adalah residen yang mengikuti terapi dan rehabilitasi di Unit Terapi dan Rehabilitasi Lido, Badan Narkotika Nasional dan orang dengan penyalahgunaan zat di Pusat Penjangkauan binaan Badan Narkotika Nasional.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan validitas URICA sebesar 0.882 dengan Cronbach alpha sebesar 0.753-0.806 dan reliabilitas test-retest 0.935-1. Nilai di atas atau sama dengan angka tujuh sebagai kelompok yang memiliki motivasi tinggi dan di bawah angka tujuh sebagai kelompok yang memiliki motivasi rendah.
Simpulan: Instrumen URICA versi Bahasa Indonesia yang diuji dalam penelitian ini sahih dan handal untuk menilai kesiapan dan motivasi orang dengan penyalahgunaan zat berpartisipasi dalam program terapi dan rehabilitasi.

Background: A research conducted by National Narcotics Board in 2011 indicated that the prevalence of substance abuse in Indonesia is approximately 2,2% or 3,8 million people. However, based on Rehabilitation Deputy of National Narcotics Board only 6.738 people have obtained treatment and rehabilitation services. One of the most important predictor to identify one’s attitude to attain rehabilitation services is the readiness and motivation of substance abusers. University of Rhode Island Change Assessment Scale (URICA) is one of the instruments utilize to identify readiness to change and motivation of substance abusers.
Aim: To conduct validity and reliability test on University of Rhode Island Change Assessment Scale (URICA) in order to recognize the readiness to change and motivation of substance abusers undergoing rehabilitation in Bahasa Indonesia.
Method: This study was a descriptive cross-sectional instrument study. The sampling design was simple random sampling. The subjects in this study were residents undergoing treatment and rehabilitation services at Lido Treatment and Rehabilitation Centre and Outreach Centre supervised by National Narcotics Board.
Result: The validity score of URICA is 0.882 with Cronbach alpha of 0.753-0.806 and a reliability test-retest of 0.935-1. The cut-off score obtained indicated that scores above seven are highly motivated and those below seven are least motivated.
Conclusion: The Bahasa Indonesia version of URICA test conducted in this study is valid and reliable to address readiness and motivation of substance abusers to participate in treatment and rehabilitation program.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kementrian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan dan strategi untuk desentralisasi kesehatan. Pemerintah lokal harus mampu mengatur dan mengembangkan sistem kesehatan kecamatan yang diharapkan mampu memfasilitasi [erkembangan jaringan kooperasi antara NGO, asosiasi, dan bisnis. Penelitian ini juga diikuti dengan workshop untuk mengumpulkan dan membuat peraturan jejaring kooperasi. Namun cara-cara tersebut belum mampu mengumpulkan informasi mengenai sejauhmana kebijakan harus dilakukan oleh pemerintah lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana cara menganalisis aktifitas jejearing kooperasi untuk mendukung perkembangan kesehatan pada tingkat pemerintah lokal. Hasil menunjukan bahwa kontribusi jejaring kooperasi untuk usaha kesehatan sudah cukup banyak dan beragam, namun hal itu membutuhkan pengembangan. Kontribusi dari sector bisnis masih rendah. Penelitian ini merekomendasikan pemerintah lokal untuk mampu memfasilitasi pengembangan dan penguatan jejearing kooperasi kesehatan. Selain itu fasilitasi pengetehuan dan kegiatan membutuhkan jalan keluar untuk mencari sumber daya aktifitas jejaring kooperasi."
BULHSR 9:4 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Oktarina
"Manusia melakukan atau berbuat sesuatu pada dasamya didorong oleh suatu faktor penggerak yang disebut motivasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa 52% pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta memiliki motivasi sembuh yang tinggi. Hal tersebut memberi gambaran bahwa pasien NAPZA memiliki dorongan untuk sembuh dari ketergantungan obat, baik dorongan di luar maupun dari dalam individu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi motivasi sembuh pasien NAPZA yang sedang menjalani rehabilitasi di RSKO Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan populasi sampel 25 orang pasien rehabilitasi rawat inap di RSKO Jakarta. Data diolah dengan analisis univariat dan ditata dalam bentuk tabel distribusi proporsi. Penelitian ini juga mengidentifikasi motivasi sembuh responden berdasarkan aspek keyakinan, lingkungan, pengaruh orang lain dan penghargaan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan untuk dapat meningkatkan pelayanan yang dapat memotivasi pasien dengan mengembangkan komunikasi terapeutik yang tepat."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5567
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wirman Burhan
"Ketahanan Nasional seperti yang dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, pada hakekatnya adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan yang demikian itu perlu pemeliharaan dan pengembangan terus menerus. Upaya ini dapat dilakukan melalui pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan nasional itu pada hakekatnya merupakan upaya untuk mewujudkan ketahanan nasional. Ketahanan Nasional yang tanguh akan makin mendorong pembangunan nasional dan sebaliknya berhasilnya pembangunan nasional berarti meningkatnya kualitas ketahanan nasional.
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spirituil berdasarkan Pancasila, didalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat, dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Pembangunan tersebut tidak mungkin terwujud dalam beberapa tahun, atau beberapa pelita atau satu dua generasi. Yang penting bahwa semua upaya pembangu nan harus di arahkan sedemikian rupa hingga setiap tahap makin mendekati kearah tujuan tersebut dan akhirnya mencapai tujuan nasional yang sesuai dengan apa yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia cukup besar, jumlah penduduk Indonesia sampai saat ini menduduki urutan kelima di dunia setelah RRC, India, Uni Soviet dan Amerika Serikat. Menurut sensus penduduk tahun 1961 penduduk Indonesia berjumlah 97.085.348 jiwa dan pada sensus penduduk tahun 1971 berjumlah 119.208.229, sensus penduduk tahun 1980 berjumlah 147.490.298 dan sensus 1985 berjumlah 163.875.899. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tergolong cukup tinggi. Dalam kurun waktu 1964-1971 laju pertumbuhan penduduk rata-rata 2,1 persen pertahun, tahun 1971-1980 meningkat menjadi 2,3 persen , tahun 1981-1983 menjadi 2,2 persen dan tahun 1984-1987 menjadi 2,17 persen, sedangkan tahun 1988-1990 diperkirakan menjadi 2 persen pertahun. Dari laju pertumbuhan penduduk ini terlihat angka pertambuhan yang sangat menyolok pada penduduk yang berusia 0-20 tahun, dimana pada tahun 1985 berjumlah 82 juta (50%) , tahun 1987 berjumlah 85 juta (50%), tahun 1986 berjumlah 84 juta (50%), sedangkan pada tahun 1988 berjumlah 86 juta (49%).
Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi ini dapat merupakan modal dasar dalam pembangunan, tetapi dapat juga merupakan penghambat jalannya pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan laju pertumbuhan dari seluruh aspek-aspek kehidupan nasional dapat menimbulkan berbagai kerawanan dan dapat mempengaruhi ketahanan nasional Indonesia. Sumber daya manusia yang tidak dapat dimanfaatkan menimbulkan pengaruh terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi, politik dan pertahanan keamanan ke arah yang negatif.
Dalam pembangunan nasional, wawasan nusantara mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan sosial kebudayaan, satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan pertahanan keamanan dengan Pancasila sebagai landasan Idealnya dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusionalnya. Selanjutnya wawasan nusantara sebagai wawasan nasional yang melandasi konsepsi ketahanan nasional Indonesia.
Ketahanan Nasional pada hakekatnya adalah konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan dalam kehidupan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 atau dengan kata lain, konsep ketahahan nasional Indonesia adalah pengejawantahan Pancasila dan UUD 1945 dalam segala aspek kehidupan?"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>