Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2410 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jin, Le
"The content of this book includes: Ai Weiwei VS Jin Le, villages, villagers interviews, village chief works, villagers and art, Shijiezi Art Museum, earthquake."
Beijing: Gansu People's Fine Arts Publishing House, 2009
e20511119
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Windi Ulfiatun Nasikha
"Sejauh saya melihat tenun ikat hanya dianggap sebatas sebuah simbol mati yang tidak memiliki kekuatan pada konteks kehidupan, seolah-olah corak motif tenun ikat memang berjalan sebagaimana mestinya. Lebih daripada itu, tenun ikat di Desa Nggela, kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende justru menunjukkan sisi dinamika yang berusaha mempertahankan keragaman tenun di masa kini. Melalui kacamata antropologi seni, terdapat peran agensi yang masing-masing memiliki kekuatan sekaligus mengalami dinamika untuk menjaga keberlangsungan ragam tenun di Desa Nggela, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende - Lio Selatan pada masa kini. Tulisan ini akan mengulik bagaimana para penenun, material, objek tenun, dan penikmat berusaha membangun dan mengakomodasi setiap peran untuk menentukan sebuah keputusan keberlangsungan ragam tenun saat ini.

As far as I can see, the ikat weaving is only considered limited as a symbol of stagnation ithout any power in the context of life, as if the ikat weaving patterns simply exist as they should. However, the ikat weaving in Nggela Village, Wolojita District, Ende Regency, actually demonstrates a dynamic aspect that strives to preserve the diversity of weaving in the present time. Through the lens of art anthropology, there is an agency role that possesses power while also experiencing dynamics to sustain the variety of weaving in Nggela Village, Wolojita District, Ende Regency- Lio Selatan today. This article will delve into how the weavers, materials, weaving objects, and appreciators strive to build and accommodate each role in determining the decision for the sustainability of weaving varieties at present."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windi Susetyo Ningrum
"ABSTRAK
Kesenian kerap kali dipandang dan dikaitkan dengan permasalahan global dan perekonomian. Suatu seni akan berubah sesuai dengan pangsa pasar, bukanlah suatu fenomena baru. Sayangnya, keberadaan kesenian kurang dilihat secara mendalam terkait keberadaan dirinya. Thesis ini bertujuan untuk melihat kesenian dari sudut pandang habitus masyarakatnya. Beberapa kelompok seni di Desa Bandyngrejo, Kab. Ngablak, Kec. Magelang, Jawa Tengah ini memiliki strategi untuk melestarikan kesenian. Keberadaan mereka yang dari luar nampak bersaing, nyatanya memiliki cerita berbeda di dalamnya. Rumusan masalah akan dijawab melalui pendekatan kualitatif dan metode etnografi. Data-data yang didapatkan berasal dari wawancara, observasi, dan penelurusan dokumen. Pada metode observasi, saya ikut berpartisipasi akan kegiatan yang dilaksanakan masyarakat Bandungrejo dan juga kelompok seni. Temuan dilapangan menunjukan bahwa kesenian tidak dapat diukur dengan uang. Habitus merupakan alasan yang kuat suatu kelompok agar tetap mempertahankan dirinya. Kesenian tetap hadir bukan karena ada ancaman, namun habitus masyarakat desa sangat mendukung dan berpengaruh pada seni. Ditambah dengan paradigma labeling sebagai lsquo;desa seni rsquo;, perubahan karakter masyrakat dari negatif ke positif, dan juga seni dikatakan sebagai komunitas terbayangkan. Seni, jika dilihat secara holistik lagi akan memiliki makna yang berbeda.

ABSTRACT
Art is often viewed and linked to global issues and the economy. An art will change according to market share is not a new phenomenon. Unfortunately, the existence of art is not seen in depth related to its existence. This thesis aims to see art from the point of view of the community 39 s habitus. Some art groups in Bandungrejo Village, Kab. Ngablak, Kec. Magelang, Central Java have a strategy to preserve the arts. Their existences look like be competitive each other. it is however differ from the reality. Problem formulation will be answered through qualitative approach and ethnography method. The data obtained comes from interviews, observation, and documents research. In the observation method, I participated in the activities undertaken by the Bandungrejo community and the art group as well. Field findings show that art can not be measured by money. Habitus is a strong reason for a group to maintain itself. A threat is not a reason why art remains its existence, due to the habitus of the village community is very supportive and influential on art. Furthermore, the paradigm of labelling as 39 art village 39 , the changing of society 39 s character from negative to positive have an impact that art is said to be the unimaginable community. Again, art will have a different meaning if it is viewed in holistic way."
2018
T50678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Renaisance Zulkarnain Putri
"Seni mural merupakan salah satu karya seni melukis atau menggambar pada permukaan permanen. Banyak wilayah di Indonesia yang menerapkan seni mural ini untuk memperindah suatu ruang dan membangun identitas kota, salah satunya adalah seni mural yang terdapat di Kelurahan Cikini, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seni mural terhadap identitas tempat yang terbentuk di Kelurahan Cikini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dan analisis deskriptif dengan pendekatan keruangan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara secara daring dan observasi lapangan. Hasil penelitian ini adalah karakteristik tempat seni mural yang ditinjau berdasarkan site terbagi menjadi tembok bangunan umum dan tembok pagar pembatas. Tembok bangunan umum terbagi menjadi tiga, yaitu fasilitas transportasi, fasilitas keamanan, dan fasilitas pendidikan. Berdasarkan situation, karakteristik tempat seni mural ditinjau berdasarkan kondisi keramaian masing-masing tempat seni mural. Seni mural yang dihasilkan di Kelurahan Cikini berpengaruh terhadap identitas tempat yang terbentuk di masing-masing tempat seni mural. Seni mural menambahkan identitas tempat yang baru, yaitu berupa tempat yang menggambarkan mahasiswa/seniman IKJ dan The Last Supper versi budaya lokal, taman yang cantik, tembok yang terlukis berbagai kesenian yang ada di Jakarta, serta tempat yang menggambarkan ajakan untuk mengubah kondisi Kali Pasir yang sering terjadi tawuran dan kondisi warga Kwitang yang sering mengonsumsi narkoba.

Mural art is one of the art works of painting or drawing on a permanent surface. Many regions in Indonesia apply this mural art to beautify a space and build a city identity, one of which is mural art in Cikini Village, Menteng District, Central Jakarta. This study aims to determine the effect of mural art on the identity of the place formed in Cikini Village. The research method used is a qualitative method and descriptive analysis with a spatial approach. Data collection methods used are bold interviews and field observations. The result of this research is the place of mural art which is reviewed based on the site which is divided into public building walls and parapet walls. The walls of public buildings are divided into three, namely transportation facilities, security facilities, and educational facilities. Based on the situation, the characteristics of the mural art venues are reviewed based on the crowd conditions of each mural art venue. The mural art produced in Cikini Village has an effect on the identity of the place that is formed in each mural art place. The mural art adds a new identity to the place, in the form of a place that depicts students/artists of IKJ and the local cultural version of The Last Supper, a beautiful garden, a wall painted with various arts in Jakarta, as well as a place that depicts an invitation to change the condition of Kali Pasir brawls often occur and the condition of Kwitang residents who often consume drugs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tresia Nikita Wanggaria Douw
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi motif gambar cadas di Situs Megalitik Tutari dan mengeksplorasi apakah persebarannya mengindikasikan kekunaan. Penelitian memeriksa motif pada bongkah-bongkah batu untuk memahami keragaman artistik gambar cadas. Metode penelitian melibatkan pengumpulan data melalui studi pustaka dan survei lapangan, termasuk dokumentasi verbal dan visual. Data diproses dengan mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan memetakan motif gambar cadas, serta menganalisis menggunakan statistik deskriptif untuk interpretasi data. Hasil analisis distribusi motif di Situs Megalitik Tutari menunjukkan dominasi motif ikan dan keberagaman motif geometris serta fauna. Pola distribusi yang tidak merata menandakan fokus aktivitas pembuatan gambar cadas. Pahatan motif ikan menonjol dengan variasi yang beragam, mencerminkan simbolisme khusus dalam masyarakat Sentani. Kesimpulan: Gambar cadas di Situs Megalitik Tutari berasal dari beragam periode, menunjukkan kompleksitas budaya. 

This research aims to identify rock art motifs at the Tutari Megalithic Site and explore whether their distribution indicates antiquity. The research examined the motifs on the pieces of rock to understand the artistic diversity of rock art carvings. The research method involves collecting data through literature studies and field surveys, including verbal and visual documentation. Data is processed by identifying, classifying and mapping rock art motifs, as well as analyzing using descriptive statistics for data interpretation. Analysis of the distribution of motifs at the Tutari Megalithic Site shows the dominance of fish motifs and a diversity of geometric and fauna motifs. The uneven distribution pattern indicates the focus of rock art creation activities. The fish motif carvings stand out with diverse variations, reflecting the special symbolism in Sentani society. Conclusion: The rock images at the Tutari Megalithic Site come from various periods, showing cultural complexity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahhens: 1964
709.02 DEP b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Pramesti Rachardyanti
"Merupakan bagian dari Green Oasis Kawasan Wisata Kampung Tongkol. Tongkol Village merupakan sebuah bangunan mixed-use yang diharapkan dapat menjadi sebuah pusat kegiatan bagi wisatawan dan juga masyarakat sekitar Kampung Tognkol. Terletak secara strategis di tengah tengah melting pot Kawasan Wisata Kampung Tongkol, kehadiran Tongkol Village diharapkan dapat memadukan aktivitas wisatawan berbelanja, wisata kuliner, menginap, berkumpul dll dan meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar melalui community hub sebagai wadah pengembangandan kolaborasi masyarakat sekitar.
Placemaking merupakan tujuan penting yang perlu dicapai oleh sebuah bangunan publik yang memiliki koneksi dengan fabric urban kota, sehingga hal tersebut merupakan nilai yang ingin dijunjung Tongkol Village dalam pencapaian desain. Dengan mempertimbangkan titik-titik utama kawasan dan mengimplementasikannya pada desain, Tongkol Village berusaha untuk menjawab isu dan konteks Kampung Tongkol sehingga karakteristik Kampung Tongkol dapat tetap terjaga dan terlihat. Salah satu karakteristik morfologi yang paling terlihat adalah kehidupan masyarakat Kampung Tongkol adalah penggunaan ruang-ruang antar hunian mereka sebagai ruang untuk placemaking berkumpumpul, bertemu, bermain dan melakukan aktivitas lainnya. Karakteristik ini kemudian dihadirkan dalam Tongkol Village. Sementara itu, reruntuhan dan relief masa lampau yang tersebar disekitar Tongkol Village menjadi visual enhancer bangunan sehingga pengguna/masyarakat akan merasakan pengalaman ruang visual yang berbeda."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Pramesti Rachardyanti
"Merupakan bagian dari Green Oasis Kawasan Wisata Kampung Tongkol. – Tongkol Village merupakan sebuah bangunan mixed-use yang diharapkan dapat menjadi sebuah pusat kegiatan bagi wisatawan dan juga masyarakat sekitar Kampung Tognkol. Terletak secara strategis di tengah-tengah melting pot Kawasan Wisata Kampung Tongkol, kehadiran Tongkol Village diharapkan dapat memadukan aktivitas wisatawan (berbelanja, wisata kuliner, menginap, berkumpul dll) dan meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar melalui community hub sebagai wadah pengembangandan kolaborasi masyarakat sekitar.
Placemaking merupakan tujuan penting yang perlu dicapai oleh sebuah bangunan publik yang memiliki koneksi dengan fabric urban kota, sehingga hal tersebut merupakan nilai yang ingin dijunjung Tongkol Village dalam pencapaian desain. Dengan mempertimbangkan titik-titik utama kawasan dan mengimplementasikannya pada desain, Tongkol Village berusaha untuk menjawab isu dan konteks Kampung Tongkol sehingga karakteristik Kampung Tongkol dapat tetap terjaga dan terlihat.
Salah satu karakteristik morfologi yang paling terlihat adalah kehidupan masyarakat Kampung Tongkol adalah penggunaan ruang-ruang antar hunian mereka sebagai ruang untuk placemaking - berkumpumpul, bertemu, bermain dan melakukan aktivitas lainnya. Karakteristik ini kemudian dihadirkan dalam Tongkol Village. Sementara itu, reruntuhan dan relief masa lampau yang tersebar disekitar Tongkol Village menjadi visual enhancer bangunan sehingga pengguna/masyarakat akan merasakan pengalaman ruang visual yang berbeda.

Tongkol Village is a part of the Green Oasis Tourism Area of Kampung Tongkol. Tongkol Village is a mixed-use development that is expected to become a center of activity for tourists and surrounding community of Tongkol Village. Located in the melting pot of Kampung Tongkol Tourism Area, Tongkol Village is expected to be able to integrate tourist activities (purchases, culinary tours, overnight stays, tourists etc.) and at the same time increase community participation related through community hubs as a provider of community development and participation.
Placemaking is an important goal that needs to be achieved by a building that has strong connections with the urban fabric of a city, a value that Tongkol Village wishes to uphold through the design. By responding to main nodes in the area and implementing them in the design, Tongkol Village will hopefuly answer contextual issues of Kampung Tongkol and stay true of Kampung Tongkol's characteristic that will be preserved and embodied in the design.
One of the most visible morphological features of Kampung Tongkol is the use of spaces between their dwellings of it's people as a a space for placemaking - gathering, meeting, playing etc. These characteristics are then embodied the design of Tongkol Village. Meanwhile, the ruins and the past reliefs scattered around the area will become visual enhancers of the building that will create a new and lively experience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Elphitanya
"Pada era akhir tahun 60-an, mulai berkembanglah suatu jenis seni di Amerika, kemudian diikuti oleh beberapa negara di Eropa, yang menggunakan unsur unsur
suatu pemberontakan alas banyaknya produk artifisial yang muncul saat itu, orang-orang mulai terkonsentrasi ke arah teknologi dan mula! mengabalk.an lingkungannya. Sebenamya seni semacam ini sudah pemah dilakukao oleh masyarakat masa laJu, namun mereka melakukannya masih dengan teknik yang sangat lama dllakukan, sehingga seni jenis ini tidaklah umum pada masa itu.
Munculnya artis-artis yang terjun dalam bldang Land Arl ini membawa perubahan yang sangat berarti bagi dunia, karena Land Art biasanya dibuat untuk menyampaikan pesan-pesan khusus yang berhubungan dengan kepedulian sang artis terhadap lingkungan. Haf lni menjadikan seni jenis Land Art memiliki nilai positif dart beberapa segl: yaitu dapat memberikan nita! baru bagi suatu lahan. mengajak manusia untuk peduli kepada alam. dan memberikan suatu keindahan tersendiri bagf yang menyaksikannya.
Land Aft kebanyakan diwujudkan dalam ukuran dan skala yang besar, terdapat di Iaham terbuka, dan menggunakan material-material alarn secara langsung. Bentuknya sangat bervariasi, mulai dati sasuatu yang s!mpel hingga
memerlukan ketelitian yang sangat tinggi karena proses desainnya lebih rumit
Karena skalanya yang besar, sebagian besar Land Art dapat dilihat dan
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>