Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132951 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yosia Efa
"

Latar Belakang: Needle Stick Injury (NSI) masih menjadi masalah keselamatan kerja bagi tenaga kesehatan. Hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih aman.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hasil program Needle Safety Contest (NSC) dalam menurunkan angka NSI. Metode: Penelitian ini adalah evaluasi program yang menggunakan mixed methods. Kuantitatif berupa jumlah NSI yang dibandingkan empat bulan sebelum, dan sesudah kontes. Kualitatif berupa pendalaman penyebab masalah dalam Focus Group Discussion (FGD). Hasil: Terjadi penurunan 50% prevalensi NSI pada periode sesudah kontes. Dari FGD didapatkan penyebab NSI adalah recapping jarum insulin; tindakan yang kurang berhati-hati saat menjahit luka, pengambilan darah, memasang infus, dan menyuntikkan obat ke pasien; jarum yang ditemukan tidak pada tempatnya atau dalam keadaan terbuka; melakukan modifikasi jarum yang tidak sesuai kegunaannya; kurangnya SOP tindakan menjahit luka, melakukan tindakan yang tidak sesuai kewenangan klinis; kurangnya supervisi staf baru, terutama saat melakukan tindakan invasif; kurangnya pengecekan inden consumables. Kesimpulan: NSC berhasil menurunkan prevalensi NSI pada periode sesudah kontes. Faktor penyebab NSI adalah recapping jarum insulin yang banyak terjadi pada pekerja shift dan staf baru; tindakan kurang berhati-hati saat tindakan invasif; penggunaan jarum yang tidak sesuai prosedur; kurangnya SOP tindakan penjahitan luka, kurangnya pengawasan dari senior.

 


Background: Needle Stick Injury (NSI) is still a safety issue for all health workers. Our shared responsibility to be able to work in a safer environment. This study aims to evaluate the Needle Safety Contest (NSC) program in reducing NSI. Methods: This study is an evaluation program that used mixed methods. Quantitative data is the number of NSI compared to four months before and after the contest. Qualitative will deepen the causative problem, using Focus Group Discussion (FGD). Results: There was a 50% decrease in NSI prevalence after the contest period. From the FGD, the cause of NSI are recapping insulin needles; careless actions when suturing wounds, preparing blood sample, infusing patients, and injecting drugs into patients; misplaced needle or put needle not properly; modifying needles not suitable for the use; lack of suture care SOP; perform actions not according to clinical authority; less senior supervision, especially when doing an invasive procedure; and lack of consumables indent checking. Conclusion: NSC succeeded in reducing the NSI prevalence in the post-contest period. NSI causative factors are recapping insulin needles, usually among shift workers and new staff; careless actions when doing invasive procedures; needles that are not suitable for the use; lack of suture care SOP; needles used not ideal with the process; less senior supervision.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Oktafiyani
"Latar Belakang: Needle Stick Injury merupakan luka yang dialami oleh tenaga kesehatan dan diakibatkan karena tusukan atau robekan dari jarum atau benda tajam lainnya. Tenaga kesehatan yang sangat rentan terhadap kejadian tertusuk jarum adalah perawat. Saat ini, angka kejadian tertusuk jarum dikalangan perawat yang bekerja di rumah sakit menunjukkan angka yang masih tinggi. Di RSUP Fatmawati, tahun 2015 dan 2016 dari bulan Januari-Desember tercatat sebanyak 40 kasus tertusuk jarum pada perawat dan pada bulan Januari-Agustus 2017 tercatat sebanyak 4 kasus tertusuk jarum pada perawat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum pada perawat di Instalasi Rawat Inap Teratai RSUP Fatmawati tahun 2018.
Desain dan Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional dengan pengumpulan data primer melalui penyebaran kuisioner kepada 170 responden yaitu perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap Teratai RSUP Fatmawati yang telah bekerja minimal 1 tahun. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square.
Hasil: Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik 97,1, sikap yang cukup baik 88,8, dan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum yang cukup baik 66,5. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi Square = 0,05 ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan sikap perawat pvalue = 0,451 dan OR=0,490 tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum pvalue = 0,665 dan OR = 2,055 dan ada hubungan yang bermakna antara sikap perawat dengan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum pvalue = 0,033 dan OR = 3,139.
Kesimpulan dan Saran: Hubungan yang tidak bermakna adalah pengetahuan dengan sikap, serta pengetahuan dengan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum. Sedangkan, hubungan yang bermakna adalah sikap dengan upaya pencegahan kejadian tertusuk jarum. Diharapkan pihak rumah sakit memberikan pelatihan rutin dan berkala terkait needle stick injury khususnya dalam hal teknik recapping minimal setiap 6 bulan sekali; menyediakan poster K3 terkait prosedur melakukan tindakan penyuntikan yang benar di setiap ruangan kerja perawat; dan pemberian penghargaan setiap bulan bagi perawat yang telah melakukan praktik kerja yang aman.

Background: A Needle Stick Injury is a wound suffered by healthcare workers that caused by needles or other sharps objects that accidentally puncture the skin. Nurses are most likely to have needle stick injuries among healthcare workers. Currently, the incidence of needle stick injuries among nurses working in hospitals shows a high rate. At RSUP Fatmawati, from January to December in 2015 and 2016, there were 40 cases of needle stick injuries among nurses and from January to August 2017, there were 4 cases of needle stick injuries among nurses. The purpose of this research was to find out the correlation between knowledge, attitude, and needle stick injury prevention effort among nurses at Teratai Inpatient Installation RSUP Fatmawati in 2018.
Design and Method: This research was conducted with cross sectional study with primary data collection through questionnaires distribution to 170 executor nurses who have worked at Teratai Inpateint Installation RSUP Fatmawati at least 1 year. Data were analyzed using is univariate and bivariate analysis using Chi Square test.
Results: The result of univariate analysis showed that the majority of respondents have good knowledge 97.1, good attitude 88.8, and good at needle stick injury prevention effort 66.5. The result of bivariate analysis using Chi Square test 0,05 showed that there is no significant relationship between nurses 39 knowledge and nurses 39 attitude pvalue 0,451 and OR 0,490 there is no significant relationship between nurses 39 knowledge and the prevention effort of needle stick injury pvalue 0.665 and OR 2.055 and there is a significant relationship between nurses 39 attitude and the prevention effort of needle stick injury pvalue 0.033 and OR 3.139.
Conclusions and Recommendations There is no significant relationship between knowledge and attitude, as well as knowledge and the prevention effort of needle stick injury. Meanwhile, there is a significant relationship between attitude and the prevention effort of needle stick injury. It is expected that the hospital should provide routine and periodic training related to needle stick injury especially in terms of recapping technique at least every 6 months provide K3 posters regarding the procedures of injecting actions in each nurses 39 workroom and give the monthly rewards for nurses who have implemented safety work practices.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indiarta Solihin
"Salah satu risiko keselamatan dan kesehatan perawat di Rumah sakit adalah needle stick and sharp injuries (NSSI) yang dapat menimbulkan cedera, penyakit bahkan kematian akibat infeksi yang ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya. Kejadian dan pelaporan NSSI di RSKO pada perawat belum terdata dengan baik. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan desain cross sectional, meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan NSSI.
Pada penelitian kuantitatif, pengambilan data dilakukan pada 76 responden di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap Bidadari/HCU, Instalasi Rawat Jalan dan Rehabilitasi/Detok. Hasil penelitian menunjukan dalam 1 tahun terakhir, sebanyak 40 orang (52,6 persen) mengalami NSSI, penyebab tersering NSSI adalah pecahan vial/ampul 32,5 persen dan 32,5 persen mengalami NSSI saat mematahkan ampul/vial.
Tidak ada hubungan bermakna antara faktor predisposisi dan faktor pemungkin dengan NSSI. Ada hubungan bermakna antara faktor penguat yaitu faktor punishment dengan NSSI dengan nilai p 0.042. Pada penelitian kualitatif diketahui Pelatihan merupakan faktor predisposisi/individu yang paling penting terkait NSSI, Ketersediaan APD adalah faktor pemungkin/sarana paling penting yang harus disediakan RS untuk mencegah NSSI. Adanya SOP merupakan faktor penguat yang penting untuk pencegahan NSSI. Untuk mencegah NSSI perlu pelatihan berkala, ketersediaan APD dan sosialisasi SOP.

One of the risks to the nurses' safety and health in the hospital is the needle stick and sharp injuries (NSSI) that can cause injury, disease and even death from blood-borne infections or other body fluids. The incident and reporting of NSSI in RSKO on the nurse has not been properly recorded. This research is quantitative and qualitative research with cross sectional design, researching factors related to NSSI.
In quantitative research, data collection was done on 76 respondents in Emergency Installation, Installation Bidadari / HCU, Outpatient Installation and Rehabilitation / Detok. The results showed in the last 1 year, as many as 40 people (52.6 percent) experienced NSSI, the most common cause NSSI fraction vial / ampoule 32.5 percent and 32.5 percent experienced NSSI when break ampoules / vials.
There was no significant association between predisposing factors and enabling factors with NSSI. There is significant relation between amplifier factor that is punishment factor with NSSI with p value 0.042. In qualitative research, it is known that Training is the most important predisposing factor / individual related to NSSI. The availability of PPE is the most important factor to be provided by RS to prevent NSSI. The existence of SOP is an important reinforcing factor for NSSI prevention. To prevent NSSI need to regular training and availability of PPE and socialization of SOP.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihlus Fardan
"Insiden cedera jarum suntik CJS dan paparan percikannya pada perawat masih tinggi di antara negara-negara di dunia. Efikasi diri mempunyai peranan penting dalam kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik pada perawat. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik pada perawat. Sampel penelitian ini adalah perawat yang terpapar dengan jarum suntik berjumlah 323 klien, yang dilakukan dengan metode consecutive sampling. Instrumen penelitian menggunakan instrumen kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik yang telah dimodifikasi dan instrumen efikasi buatan peneliti. Analisis yang digunakan yaitu Spearman Correlation. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan kepatuhan pencegahan cedera jarum suntik dengan kekuatan korelasi lemah.

The incidence of needle injury CJS and exposure to nurses remains major problem across the globe. Self efficacy has an important role in compliance with injection of needle injury. This study aims to determine the relationship between self efficacy with compliance prevention of syringe injury to nurses. This study used a cross sectional approach to identify the relationship between self efficacy and compliance with prevention of needle stick injury on nurse. The sample of this research was nurse exposed with needle syring amounted to 323 respondents selected through consecutive sampling method. The study instrument used in this study was a modified injection prevention tool for injection needle syringes and author made efficacy instrument. The analysis used was Spearman Correlation. The results showed a significant correlation between self efficacy and compliance with prevention of needle stick injury with a weak correlation strength.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69058
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurkholifah
"Cedera Jarum Suntik (CJS) dapat dialami mahasiswa keperawatan selama proses pembelajaran. Kesiapan dan harapan mahasiswa keperawatan perlu diteliti guna mencegah timbulnya masalah fisik dan psikologis akibat CJS. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis gambaran kesiapan dan harapan pelaksanaan pencegahan CJS pada mahasiswa keperawatan. Metode penelitian yang digunakan, yaitu deskriptif dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini, yaitu total sampling dengan jumlah 284 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis deskriptif menunjukkan karakteristik usia mahasiswa keperawatan berada pada kategori usia dewasa muda dengan responden didominasi oleh perempuan. Gambaran insiden CJS menunjukkan mayoritas terjadi pada mahasiswa pada level akademik tertusuk jarum suntik (31%) dibanding mahasiswa profesi. Gambaran kesiapan mahasiswa keperawatan mencegah CJS baik/ siap (52,8%) dan harapan mahasiswa keperawatan mencegah CJS tinggi (50,4%). Mahasiswa keperawatan yang memiliki tingkat kesiapan mencegah CJS yang baik hampir sama dengan yang kurang baik. Jumlah mahasiswa yang memiliki harapan mencegah CJS yang tinggi hampir sama dengan mahasiswa yang memiliki harapan yang kurang. Kesadaran untuk meningkatkan kesiapan dan harapan perlu diingatkan terus-menerus oleh institusi pendidikan agar tidak terjadi CJS pada mahasiswa keperawatan.

Needle Stick Injury (NSI) can be experienced by nursing students during the learning process. The readiness and hope of nursing students need to be studied in order to prevent physical and psychological problems arising from NSI. The purpose of this study was to analyze the overview of readiness and hope of implementing of NSI prevention among nursing students. The research method used was descriptive with a cross-sectional design. The sampling technique in this study was total sampling with 284 respondents. Data collection uses a questionnaire that has been tested for validity and reliability. The results of the study using descriptive analysis showed that the age characteristics of nursing students were in the category of young adults with respondents dominated by women. The description of the NSI incident shows that the majority occurred in students at the academic level with needle sticks (31%) compared to professional students. The readiness of nursing students prevents NSI from being good/ ready (52.8%) and the hope of nursing students to prevent NSI is high (50.4%). Nursing students who have a good level of readiness to prevent NSI are almost the same as not good. The number of students who have high hopes of preventing NSI is almost the same as students who have low hope. Awareness to improve readiness and hope needs to be constantly reminded by educational institutions to avoid NSI for nursing students."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Galih Pradesa
"Dokter gigi berisiko tertusuk jarum atau benda tajam lainnya yang berpotensi tertular penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan faktor-faktor risiko terjadinya luka tusuk jarum atau benda tajam lainnya. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan pendekatan semi kuantitatif. Sampel penelitian adalah seluruh populasi dokter gigi (39 orang) di puskesmas Tangerang Selatan. Hasil telitian mendapatkan kebanyakan (87,2%) responden berpengetahuan baik, sebagian besar (89,7%) mempunyai sikap yang baik, namun masih ada hampir setengahnya (41,0%) tidak mempunyai keterampilan yang baik. Sedangkan fasilitas poliklinik gigi lebih dari setengahnya (68,0%) tidak baik, dan hampir semuanya (96,0%) tidak mempunyai SOP tindakan gigi, sedangkan menurut persepsi responden kebanyakan (82,1%) tidak ada pengawasan. Disarankan harus dilatih dan dibina tentang teknik pencegahan tertusuk jarum atau benda tajam, serta mempertimbangkan rasio dokter gigi dan jumlah pasien agar mengurangi tekanan waktu kerja bagi dokter gigi. Faktor penunjang berupa fasilitas, SOP dan pengawasan masih perlu ditingkatkan.

Dentists are at risk of needle stick injury or other sharps object that potentially get infectious diseases. This study aimed to determine the risk factors of needle stick injury or other sharps. The study design was cross sectional study with semiquantitative approach. The sample was the entire population of dentists at Public Health Centers in South Tangerang. Results found most of the respondents (87.2%) were knowledgeable, most (89.7%) had a good attitude, but there were still nearly half (41.0%) with no good skills. While the dental clinic facility more than half (68.0%) was not good, and almost all (96.0%) had no Standard Operating of dental procedure, while according to the perception of most respondents (82.1%) there was no supervision. It was suggested to traine and to nurture about needle stick injury or sharps prevention techniques, as well as considering the ratio of dentists and the number of patients in order to reduce the pressure of the working time for dentists. Contributing factors such as facilities, SOP and supervision still needed to be improved.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Handiyani
"Insiden cedera tertusuk jarum suntik CJS pada mahasiswa keperawatan masih tinggi. Penelitian ini bertujuan menghasilkan Model Pembelajaran berbasis Keselamatan MPbK untuk membentuk perilaku mencegah CJS mahasiswa keperawatan di wahana praktik. Desain penelitian ini adalah quasi experimental pre and post-test with control group. Penelitian terdiri dari dua tahapan yaitu penyusunan dan pengujian MPbK. Penyusunan MPbK dilakukan berdasarkan hasil systematic review dan focus group discussion pada 10 pembimbing klinik. Pengujian MPbK dilakukan pada 165 mahasiswa praktik profesi keperawatan dengan membandingkan perubahan pengetahuan, sikap, dan intensi perilaku. Responden dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu 26 mahasiswa mendapatkan MPbK 1 intervensi individu reedukasi pengingat harian, intervensi kelompok, dan organisasi ; 72 mahasiswa mendapat MPbK 2 intervensi individu reedukasi dan organisasi , 31 mahasiswa mendapat MPbK 3 intervensi kelompok dan organisasi , dan 36 mahasiswa tanpa intervensi. Intervensi individu meliputi reedukasi dan pengingat harian pencegahan CJS melalui pesan singkat teks dan video. Intervensi kelompok meliputi pengingat dan contoh peran dari pembimbing klinik yang telah dilatih pencegahan CJS. Intervensi organisasi meliputi kontrak program keselamatan dan penyediaan fasilitas penunjang pencegahan CJS. Penelitian tahap 1 menghasilkan MPbK yang diuji pada penelitian tahap 2. Hasil uji GLM-RM pada penelitian tahap 2 didapatkan bahwa pengetahuan dan sikap mencegah CJS dapat ditingkatkan secara signifikan menggunakan MPbK 1, 2, dan 3 p

Needle Stick Injury NSI incident in nursing student is constantly high. This research aimed to develop Safety based Learning Models MPbK in Indonesia to shape preventive behaviors of NSI among nursing students during clinical practices. Quasi experimental pre and post test design with control group was employed in this study. The study comprised two stages MPbK development and testing stages. The during the first stage, systematic reviews and a focus group discussion with 10 clinical instructors were conducted to generate MPbK. While, the testing stage was performed to measure the changes in students rsquo knowledge, attitudes, and intention before and after the implementation of MPbK. A sample of 165 nursing professional program students was selected for the second stage, dividing into 4 main groups 26 students participated in MPbK1 individual, group, and organizational interventions , 72 students participated in MPbK2 individual and organizational interventions , 31 students participated in MPbK3 group and organizational interventions , and 36 students received no interventions. Individual interventions comprised re education and daily reminders through short message and video. Group interventions included role model clinical instructors whereas organizational interventions were safety programs contract between the university and hospitals, along with the provision of appropriate infrastructure and facilities to promote safety. Results of GLM RM analysis demonstrated the use of MPbK1, 2, and 3 significantly increased the knowledge and atitudes of students p 0,001 , the intention of student behavior to prevent NSI can be increased, but not yet significan p 0,110 0,993 . NSI incidents can be reduced using MPbK1 zero incident . The study suggested nursing educational institutions, hospitals and nursing professional organizations to use MPbK as a reference to develop policies of NSI prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
D2258
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evana Clarentina Kadi
"Semua aktivitas yang dilakukan dalam memberikan pelayanan kesehatan menempatkan tenaga kesehatan pada risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), termasuk perawat. Salah satu kecelakaan yang dapat menimbulkan cedera, penyakit bahkan kematian akibat infeksi yang ditularkan melalui darah adalah kejadian Needle-stick and Sharp Injuries (NSSI). Kejadian NSSI dan faktor-faktor yang berhubungan di RS PMI Bogor pada perawat belum terdata dengan baik. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan kuesioner sebagai instrumen dalam mengumpulkan data. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling, yaitu seluruh perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Bedah RS PMI Bogor dengan jumlah responden 216 Orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian NSSI dalam 1 tahun terakhir adalah 49,5% dengan penyebab tersering adalah terkena pecahan ampul (49,5%) dan pada saat mematahkan tutup ampul kaca (48,6%). Tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja, pelatihan, unsafe acts, dan unsafe conditions dengan kejadian NSSI. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kejadian NSSI. Untuk mencegah terjadinya NSSI maka perlu dilakukan peningkatan pengetahuan perawat, pemerataan promosi pencegahan dan penatalaksanaan kejadian NSSI serta sistem pelaporan kecelakaan kerja yang terintegrasi dan diikuti dengan surveilans.

All activities undertaken in providing health care put health workers at Occupational Health and Safety risk, including nurses. One of the accidents that can cause injury, illness and even death from blood-borne infections is Needle Stick and Sharp Injuries (NSSI). NSSI incidence and factor associated with NSSI at Indonesian Red Cross Hospital nurses have not been recorded properly. A cross-sectional study was conducted, using questionnaire as an instrument to collect data. The sampling technique in this study used total sampling method, which was all nurses working in Inpatient, Emergency and Surgical Installation. A total of 216 nurses were accepted for inclusion.
Results showed that the incidence of NSSI in the last 1 year was 49.5%, with the most common cause was glass ampoule cap (49.5%) and the most frequently reported circumstances of NSSI was breaking the glass ampule cap (48.6%). There was no statistically significant association between experience, training, unsafe acts and unsafe conditions with NSSI. There was statistically significant association between knowledge with NSSI. To prevent the occurrence of NSSI it is necessary to increase the knowledge of nurses, promotion and integrated reporting of occupational accident, followed by surveillance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Intan
"
Paramedis dalam bekerja sehari-hari menghadapi risiko LTJS dan dapat berdampak infeksi. RUMKITAL Dr. Midiyato S berkedudukan di Kota Tanjugpinang Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau yang mempunyai prevalensi HIV tinggi, menggunakan jarum suntik rata rata 200 buah per hari. Kejadian LTJS dan faktor faktor yang mempengaruhinya belum terdata baik.
Telah dilakukan penelitian cross sectional di RUMKITAL Dr. Midiyato S dan didapatkan insiden LTJS pada tahun 2012 sebesar 80% di mana faktor persepsi terhadap risiko LTJS, faktor reinforcing, dan faktor enabling berhubungan signifikan dengan kepatuhan paramedis dalam melakasanakan kewaspadaan universal. Faktor enbaling juga berhubungan signifikan dengan keamanan menyuntik. Kepatuhan dan keamanan menyuntik selanjutnya berhubungan signifikan dengan kejadian LTJS.
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan secara berurutan adalah faktor reinforcing (p = 0.000; α = 0,05, OR = 99,000), faktor enabling (p= 0,000, α = 0,05, OR =11,160), dan faktor persepsi (p = 0,00; α = 0,05, OR = 4,677).
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan LTJS secara berurutan adalah faktor keamanan menyuntik (p = 0,000; α = 0,05, OR = 63,000) dan faktor kepatuhan (p = 0,000; α = 0,05, OR = 42,429).

ABSTRACT
Paramedics on carry out duties are contracting the risk of needle stick injuries (NSI) and possible infections. Dr. Midiyato S Naval Hospital is located in Tanjungpinang The Capital City of Kepulauan Riau Province where high prevalance of HIV infection takes place. Dr. Midiyato S Naval Hospital (DMSNH) utilizes an average of 200 needles per day. Incidence and factors correlating to NSI are unidentified.
A cross sectional study is completed at DMSNH in year 2012. The incidence of NSI was 80%, whereas factors correlated to paramedics’ compliance to universal precaution practice are perception, reinforcing factors, and enabling factors. Enabling factors are also correlated to injection safety. Paramedics’ compliance and injection safety are in turn correlated to NSI incidence.
Factors ranging from most correlated to compliance are reinforcing factors (p = 0.000, α = 0,05, OR = 99,000), enabling factors (p = 0,000, α = 0,05, OR =11,160), and perception (p = 0,00, α = 0,05, OR = 4,677).
Factors ranging from most correlated to NSI are injection safety (p value = 0,000; α = 0,05, OR = 63,000) dan paramedics’ compliance (p value = 0,000; α = 0,05, OR = 42,429)."
2013
T32514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Dian Saraswati
"Latar belakang: Tenaga kesehatan berpotensi untuk terkena Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HepatitIs C, dan Virus Hepatitis B yang penularannya lewat darah. Tertusuk jarum suntik dapat membahayakan tenaga kesehatan di rumah sakit.
Tujuan: Diketahuinya riwayat tertusuk jarum suntik yang berhubungan dengan terjadinya kejadian Hepatitis B atau C pada tenaga kesehatan di RS Dr.Kariadi Semarang Tahun 2008.
Metode: Desain cross sectional dengan melakukan wawancara dan pengambilan darah pada 225 kelompok terpapar (kelompok riwayat tertusuk jarum suntik >2 kali) dan 225 kelompok riwayat tertusuk jarum suntik < 2 kali). Analisis data univariat, bivariat dan multivariat dengan interaksi dan confounding.
Hasil dan diskusi: Riwayat tertusuk jarum suntik >2 kali berisiko 48,99 kali untuk mengalami Hepatitis B atau C dibandingkan dengan riwayat tertusuk jarum suntik < 2 kali dengan POR sebesar 48,99 95%CI (9,494-252,85) P value 0,000 dan terdapat satu variabel confounding yaitu frekuensi menyuntik yang dapat mendistorsi efek riwayat tertusuk jarum suntik dengan kejadian Hepatitis B atau C.
Kesimpulan dan saran: Tenaga kesehatan yang riwayat tertusuk jarum suntik >2 kali dalam 6 bulan memperbesar risiko mengalami kejadian Hepatitis B atau C bila dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang riwayat tertusuk jarum suntik < 2 kali dalam 6 bulan, setelah dikendalikan oleh Riwayat Medis, Paparan Pekerjaan Modis, Unit kerja, Lama Kerja, Jenis Kelamin, Frekuensi Menyuntik, dan Kewaspadaan Universal di RS Dr. Katiadi Tabun 2008. Di anjurkan supaya tenaga kesehatan di RS Dr. Kariadi tidak sampai tertusuk lebih dari satu kali agar tidak terkena Hepatitis B atau C dengan cara meningkatkan praktek pencegahan infeksi, melakukan general check up dimana pemeriksaan Hepatitis B atau C termasuk didalamnya dan dilakukan setahun sekali, bagi tenaga kesehatan yang tertusuk jarum suntik lebih dan sekali sebaiknya segera memeriksakan diri secepatnya untuk mengetahui lebih dini apakah mengalami Hepatitis B atau C, dan sebaiknya tenaga kesehatan dalam sebulan menyuntik tidak lebih dari 8 kali agar tidak mengalami hepetitis B atau C.

Background: Healthcare workers (HCWs) are potentially at risk for human immunodefiCiency virus (HIV), Hepatitis B virus (HBV) and Hepatitis C virus (HeV) infection through occupational exposures to blood and bloody body fluids. Needle stick injuries put healthcare workers at risk of life-threatening infections such as Hepatitis C and Hepatitis B.
Aims: A study was designed to determine the risk of needle stick injuries of Hepatitis B Virus (HBV) or Hepatitis C virus (HCV) infections among health care workers in Dr. Kariadi Hospital 2008.
Method: Designed cross sectional by interview and blood examination on 225 exposed group (had needle stick injuries more than once in. 6 month ago) and on 225 unexposed group (had needle stick injuries less than twice in 6 month ago). Analysis of data univariate, bivariate and multivariate with interaction and confounding.
Results: Needle stick injuries more than once related to Hepatitis B or C with POR 48,99 95%CI (9,494-252,85) P value 0,000 and frequencies of suturing is a confounder.
Conclusion: Needle stick injuries more than once related to Hepatitis B or C after controlled by medical history, duration of working, exposure on medical occupation, workplace, sex, universal precautions. and frequencies of suturing. Suggested to health care workers in Dr. Kariadi Hospital do not get needle stick injuries more than once in order to prevent Hepatitis B or C by increasing universal precautions, do general check up including Hepatitis B and C, health care workers who had needle stick injuries more than once are supposed to immediately check up for early diagnostic Hepatitis B or C, and suggested to saturing not more than eight times in a month.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21186
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>