Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126894 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mila Rahma Minanti Putri
"Modifikasi elektroda emas adalah salah satu metode alternatif yang dapat digunakan sebagai sensor kimia untuk analisis ion logam Cu2+. Modifikasi elektroda emas dilakukan dengan cara mengimobilisasi 3-mercaptopropionic acid pada permukaan elektroda emas dengan metode self assembled monolayer (SAM) yang difungsionalisasikan dengan EDTA. Karakterisasi elektroda emas dilakukan dengan teknik cyclic voltametry (CV), fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy (SEM) dan energy dispersive spectrometer (EDS). Luas elektroda yang digunakan adalah 0,809 cm2. Modifikasi dan aplikasi sensor elektroda Au-Bare, Au-3MPA dan Au-3MPA-EDTA terhadap pendeteksian ion logam Cu2+ telah berhasil dilakukan. Puncak arus oksidasi ion logam Cu2+ tertinggi terdapat pada pH 5 antara lain, 8,07 x 10-5A  pada elektroda Au-3MPA-EDTA, 5,92 x 10-5A pada elektroda Au-3MPA dan 7,42 x 10-5A pada elektroda Au-Bare pada kisaran potensial 0,35 V.

Modification of the gold electrode is an alternative method that can be used as a chemical sensor for the analysis of Cu2+ metal ions. Modification of the gold electrode was carried out by immobilizing 3-mercaptopropionic acid on the surface of the gold electrode using the self assembled monolayer (SAM) method which was functionalized with EDTA. Gold electrode characterization was performed by cyclic voltametry (CV), fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), scanning electron microscopy (SEM) and energy dispersive spectrometer (EDS) techniques. The electrode area used is 0.809 cm2. Modifications and applications of Au-Bare electrode sensors, Au-3MPA and Au-3MPA-EDTA against the metal ion detection of Cu2+ have been successfully performed. The top of the current Cu2+ metal ion oxidation state is found in pH 5 among others, 8.07 x 10-5 A on Au-3MPA-EDTA electrodes, 5.92 x 10-5 A on Au-3MPA electrodes and 7.42 x 10-5 A on Au-Bare electrodes at a potential range of 0.35 V."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chanisyah Lintang Bagaskari
"Salah satu cara untuk memodifikasi elektroda emas sebagai metode alternatif untuk pendeteksian ion logam yaitu melalui pembentukan self assembled monolayer (SAM) menggunakan senyawa yang memiliki gugus tiol seperti ­3-Mercaptopropionic Acid dan ditambah menggunakan ligan pengkelat seperti EDTA untuk meningkatkan kemampuannya dalam berikatan dengan ion logam. Karakterisasi elektroda emas termodifikasi dilakukan menggunakan teknik voltametri siklik, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectrometer (SEM-EDS). Pengukuran menggunakan teknik voltametri siklik menunjukan elektroda emas memiliki luas secara elektrokimia sebesar 0,501 cm2. Pengukuran menggunakan teknik voltametri siklik juga menunjukan bahwa elektroda yang termodifikasi ­3-Mercaptopropionic Acid dan EDTA memiliki hasil pendeteksian ion nikel yang lebih baik dibanding dengan elektroda yang hanya termodifikasi ­3-Mercaptopropionic Acid. Elektroda termodifikasi ­3-Mercaptopropionic Acid dan EDTA dapat digunakan untuk mendeteksi logam Ni2+ dengan rentang konsentrasi yang linier dari 1,0 x 10-4 M sampai 1,0 x 10-2 M (r2 = 0,9943) dengan batas deteksi 5,66 x 10-3 M pada pH 4.

One way to modify the gold electrode as an alternative method for metal ion detection is through the formation of a self-assembled monolayer (SAM) using a compound that has a thiol group such as 3-Mercaptopropionic Acid and added with chelating ligands such as EDTA to increase its ability to bind to metal ions. Characterization of the modified gold electrode was carried out using cyclic voltammetry, Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) and Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive Spectrometer (SEM-EDS). Measurement using cyclic voltammetry technique shows that the gold electrode has an electrochemical area of ​​0.501 cm2. Measurements using cyclic voltammetry also showed that the 3-Mercaptopropionic Acid and EDTA modified electrodes had better nickel ion detection results than the 3-Mercaptopropionic Acid modified electrodes. The 3-Mercaptopropionic Acid and EDTA modified electrodes can be used to detect Ni2+ with a linear concentration range from 1,0 x 10-4 M to 1,0 x 10-2 M (r2 = 0.9943) with detection limit of 5,66 x 10-3 at pH 4."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Haposan Aripratama
"Hipoklorit adalah zat pengoksidasi yang digunakan sebagai disinfektan dan zat pemutih, serta digunakan dalam industri makanan, perawatan kesehatan dan untuk pengolahan air minum. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, konsentrasi klorin bebas di air minum harus antara 0,1–4 ppm karena kelebihan hipoklorit dalam tubuh akan menyebabkan penyakit yang serius seperti radang sendi, penyakit kardiovaskular, aterosklerosis, dan kanker. Karena itu diperlukan metode pendeteksi hipoklorit untuk menjaga kesehatan manusia. Pada penelitian ini akan dikembangkan metode electrocemiluminescence (ECL) untuk mendeteksi hipoklorit menggunakan elektroda screen-printed carbon (SPCE) termodifikasi nanopartikel emas (AuNP). Modifikasi SPCE dengan AuNP dilakukan dengan teknik square-wave voltammetry dengan kehadiran nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+) sebagai capping agent. Konfirmasi dengan Field-Emmision Scanning Electron Microscopy (FE-SEM) memperlihatkan nanopartikel emas berbentuk bulat (nanosphere) yang tersebar merata dengan %wt 27,6% dan ukuran rata-rata 38 nm. Pengukuran larutan hipoklorit dengan ECL yang dilakukan dengan menggunakan elektroda kerja SPCE termodifikasi AuNP dengan elektrolit larutan bufer fosfat (PBS) 0,1 M dan koreaktan H2O2 1 mM pada pH 10 menghasilkan puncak oksidasi dan ECL luminol dengan pada potensial sekitar +0,2 V. Intensitas ECL menunjukkan linearitas pada rentang konsentrasi hipoklorit dari 0 μM sampai 50 μM menunjukkan sensitivitas sebesar 12,57 a.u. μM−1cm−2 dengan limit deteksi dan limit kuantifikasi masing-masing sebesar 1,85 μM dan 6,17 μM.

Hypochlorite is an oxidizing agent that is used as a disinfectant and bleaching agent, and is used in the food industry, healthcare and for drinking water treatment. According to the World Health Organization, the concentration of free chlorine in drinking water should be between 0.1–4 ppm because excess hypochlorite in the body will cause serious diseases such as arthritis, cardiovascular disease, atherosclerosis and cancer. Because of that, a hypochlorite detection method is needed to protect human health. In this research, the electrocemiluminescence (ECL) method will be developed to detect hypochlorite using screen-printed carbon (SPCE) electrodes modified by gold nanoparticles (AuNP). SPCE modification with AuNP was carried out by square-wave voltammetry technique in the presence of nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+) as a capping agent. Confirmation by Field-Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM) showed gold nanoparticles with a spherical shape (nanosphere) which were evenly distributed with %wt 27.6% and an average size of 38 nm. Measurement of hypochlorite solution with ECL using SPCE working electrode modified AuNP with 0.1 M phosphate buffer solution (PBS) electrolyte and 1 mM H2O2 corectant at pH 10 produced oxidation peaks and luminol ECL with a potential of about +0.2 V. ECL intensity showed linearity in the range of hypochlorite concentrations from 0 μM to 50 μM showing a sensitivity of 12.57 a.u. μM−1cm−2 with detection and quantification limits of 1.85 μM and 6.17 μM respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisma Pramasasti
"Penggunaan model elektroda kerja yang ciimodifikasi dalam metode voltametri kian diminati dan terus dikembangkan seoara intensif untuk tujuan identifikasi |ogam. IV|odifikasi elektroda ini memungkinkan terbentuknya karakteristik permukaan elektroda yang dapat dikontrol, seningga meningkatkan selektifitas dan sensitivitasnya. Pada penelitian ini, telan bernasil memociifikasi elektroda kerja emas yang dilakukan melalui dua tanapan. Tanap pertama, pembentukan self assembled monolayer (SAIVI) sistiamina pada permukaan emas. Tanap kedua, elektroda Au@sistiamina ciimociifikasi seoara optimum dengan EDTA pH 7,00. Kebernasilan tanapan modifikasi ini ditunjukkan dengan terjadinya penurunan double layer capacitance, dikarenakan ternambatnya proses transfer elektron pada permukaan elektroda emas. Elektroda termociifikasi sistiamina dan EDTA selanjutnya bernasil mengicientifikasi keberadaan ion Hg" dalam Iarutan ningga konsentrasi 5 X 10'7 IVI dengan Cara pembentukan kompleks antara Hg" dengan EDTA. Kompleksasi antara ion Hg" dengan EDTA seoara optimum dilakukan dengan vvaktu akumulasi 45 detik dan pada kondisi Iarutan Hg" pH 4,00. Ion Hg" yang telan terkompleks bernasil dikarakterisasi seoara elektrokimia dalam Iarutan buffer asetat yang mengandung KCI dengan scan rate optimum sebesar 100 mV/s. Pengaruh Keberadaan ion Fe" dan Pb" dalam Iarutan Hg" pada berbagai pH telan bernasil diamati dengan kenyataan terjaciinya persentase perubanan tinggi arus Hg" yang signifikarm Demikian pula uji kestabilan elektroc|a@sistiamina@EDTA dalam kurun vvaktu satu minggu menunjukkan bahvva, persentase penurunan arus Hg" semakin meningkat"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfianda Dwi Rahmawati
"Ion logam timbal (Pb) dan tembaga (Cu) merupakan salah satu jenis logam berat dengan efek toksisitas dan racun yang tinggi terhadap mahluk hidup yang banyak ditemukan dalam limbah industri cat dan pipa timbal. Penumpukan timbal dapat menyebabkan gangguan ginjal, tekanan darah tinggi maupun kerusakan otak dan penumpukan tembaga menyebabkan kerusakan pada hati dan menyebabkan kanker. Ion logam tersebut dapat dideteksi menggunakan Screen Printed Electrode (SPE.) Metode ini tergolong sederhana, ukurannya yang kecil, sampel sedikit, murah, efektif dan banyak digunakan dengan batas deteksi yang rendah. Elektroda kerja pada SPE dimodifikasi menggunakan nanopartikel Au-TA-DNS dengan metode dropping untuk mendeteksi keberadaan ion logam berat timbal (Pb) dan tembaga (Cu). Adanya atom N dengan elektron bebas pada Dansylhydrazine (DNS) dapat digunakan untuk berikatan dengan ion logam. Pengukuran dilakukan dengan metode Anodic Stripping Voltammetry (ASV) pada rentang potensial - 1,3 V s/d + 0,4 V. Hasil pengukuran menggunakan metode ASV memperlihatkan puncak oksidasi. Respon arus terhadap larutan logam timbal (Pb) dan tembaga (Cu) pada elektroda kerja termodifikasi nanopartikel Au-TA-DNS menunjukkan linearitas yang baik dimana nilai linearitas masing – masing logam 0,9467 dan 0,967 pada rentang kosentrasi 1 – 100ppb. Hal ini menunjukkan bahwa elektroda kerja yang dimodifikasi nanopartikel Au- TA-DNS dapat digunakan sebagai elektroda kerja menggantikan elektroda karbo pada SPE dengan meningkatkan sensitivitas.

Lead (Pb) and copper (Cu) metal ions are a type of heavy metal with high toxicity and toxic effects on living creatures which are often found in lead paint and pipe industrial waste. A buildup of lead can cause kidney problems, high blood pressure or brain damage and a buildup of copper causes damage to the liver and causes cancer. These metal ions can be detected using a Screen Print Electrode (SPE). This method is relatively simple, small in size, small in sample, cheap, effective and widely used with a low detection limit. The working electrode on the SPE was modified using Au-TA-DNS nanoparticles with a drop-casting method to detect the presence of heavy metal ions lead (Pb) and copper (Cu). The presence of an N atom with free electrons in Dansylhydrazine (DNS) can be used to bind with metal ions. Measurements were carried out using the Anodic Stripping Voltammetry (ASV) method at a potential range of - 1.3 V to + 0.4 V. The results of measurements using the ASV method show oxidation peaks. The current response to the metal solution of lead (Pb) and copper (Cu) on the Au-TA-DNS nanoparticle modified working electrode shows good linearity where the linearity value for each metal is 0.9467 and 0.967 in the concentration range 1 – 100ppb. This shows that the Au-TA-DNS nanoparticle modified working electrode can be used as a working electrode to replace the carbon electrode in SPE by increasing sensitivity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junjunan Muhammad Syukur
"Deteksi hidrogen peroksida (H2O2) berhasil dikembangkan dengan metode luminol electrochemiluminescence (ECL) pada permukaan screen-printed carbon electrode (SPCE) yang dimodifikasi dengan partikel emas. ECL luminol diperoleh dari  oksidasi luminol menghasilkan spesies 3-aminoftalat tereksitasi yang kemudian berelaksasi dengan memancarkan intensitas cahaya. H2O2 bertindak sebagai ko-reaktan pada ECL luminol karena hasil oksidasi elektrokimia H2O2 pada permukaan elektroda menghasilkan radikal hidroksil (OH•), yang dapat meningkatkan oksidasi luminol dan akibatnya meningkatkan sinyal ECL luminol. Modifikasi dengan partikel emas di permukaan SPCE dilakukan karena partikel emas memiliki kelebihan yaitu; luas permukaan yang besar, konduktivitas yang sangat baik, dan aktivitas katalitik yang baik terhadap oksidasi H2O2 untuk menghasilkan radikal hidroksil (OH•) yang distabilkan oleh interaksi pertukaran elektron parsial. Teknik voltametri siklik yang digunakan untuk menghasilkan oksidasi H2O2 dan oksidasi luminol yang menghasilkan ECL menunjukkan hubungan linear (R2 = 0,9995) pada rentang konsentrasi H2O2 0,5 µM hingga 200 µM. Sensor yang dikembangkan menunjukkan hasil performa yang baik dengan batas deteksi sebesar 4,78 µM, dan dapat digunakan untuk mendeteksi sampel H2O2 dalam matriks susu dan air keran.

Hydrogen peroxide (H2O2) detection was successfully developed by electrochemiluminescence (ECL) luminol method at a screen-printed carbon electrode modified with gold nanoparticles (AuNPs-SPCE). The ECL detection mechanism follows the oxidation of H2O2 to hydroxyl radicals (OH•) acting as a co-reactant to increase the ECL signal by inducing oxidized luminol to produce an excited species of 3-aminophthalate then relaxes and emits a luminous intensity on the electrode surface. AuNPs was deposited to SPCE due to feature high surface area, excellent conductivity, and good catalytic activity towards H2O2 oxidation to produce hydroxyl radicals (OH•) which stabilized by partial electron exchange interactions. Cyclic voltammetry (CV) technique was used for the ECL measurements which showed liner relationship (R2 = 0.9995) in the range 0.5 to 200 µM of H2O2 concentrations. The developed sensor showed a good perform with an estimated detection limit of 4.78 µM, and applicable for real sample detection of H2O2 in milk and tap water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivandini Tribidasari Anggraningrum
"Modifikasi elektroda karbon, glassy carbon (GC) dan boron-doped diamond (BDD), menggunakan nanopartikel emas (AuNP) dilakukan dengan menggunakan teknik self-assembly. Teknik ini dipilih berdasarkan interaksi elektrostatik antara AuNP yang terperangkap ion sitrat dengan gugus amina yang dimodifikasikan pada BDD dan GC. Material yang diperoleh, AuNP-GC dan AuNP-BDD, kemudian digunakan sebagai elektroda pendeteksi As 3+ menggunakan teknik anodic stripping voltammetry (ASV). Anodic stripping voltammograms dari kedua elektroda menunjukkan puncak potensial oksidasi As °pada ~0.21 V (vs. Ag/AgCl) pada kondisi optimum potensial deposisi -500 mV, waktu deposisi 180 s, dan scan rate 100 mV/s. AuNP-BDD memiliki daerah pengukuran yang lebih luas (0-20 mM) dan limit deteksi yang lebih rendah (0.39 μ M atau 4.64 ppb), sedangkan AuNP-GC linier pada daerah konsentrasi 0-10 mM dengan limit deteksi 0.14 μ M (13.12 ppb). Keberulangan yang baik ditunjukkan dengan RSDs (n=20) 2.93% pada AuNP-BDD dan 4.54% pada AUNP-BDD. Meskipun demikian penurunan yang lebih banyak pada pengukuran 6 hari berturut-turut ditemukan pada AuNP-BDD (~20.1%) daripada pada AuNP-GC (~2.8%).

Modification of carbon, including boron-doped diamond (BDD) and glassy carbon (GC), using gold nanoparticle (AuNP) was developed by self-assembly technique. This technique is based on electrostatic interaction between citrate-capped AuNP to amine terminal groups after surface modification of BDD and GC. The fabricated materials, AuNP-BDD and AuNP-GC, were then utilized as electrodes for As 3+ detection using anodic stripping voltammetry (ASV) technique. Anodic stripping voltammograms of both Au NP-BDD and AuNP-GC electrodes showed similar peak potentials of As ° oxidation at ~0.21 V (vs. Ag/AgCl) in optimum conditions of -500 mV, 180 s, and 100 mV/s for deposition potential, deposition time, and scan rate, respectively. AuNP-BDD shows better performances in the case of wide linear concentration range (0-20 mM) and low limit of detection (0.39μM or 4.64 ppb), whereas those of AuNP-GC were linear in the concentration range of 0-10mM with a detection limit of 0.14μ M (13.12 ppb). Excellent reproducibility was shown with RSDs (n=20) of 2.93% and 4.54% at AuNP-BDD and AuNP-GC, respectively. However, decreasing of current responses in 6-concecutive days was found more at AuNP-BDD (~20.1%) than that at AuNP-GC (~2.8%)."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Suryandhito
"Timbal masih digunakan secara luas sebagai bahan material aktif untuk baterai asam timbal. Timbal dan auric chloride (PbCl3) digabungkan untuk menjadi komposit timbal-emas sebagai usaha untuk meningkatkan performa baterai asam timbal. Perilaku elektrokimia dari komposit Pb-Au dalam larutan asam sulfat diselidiki. Au diilih sebagai penguat karena sifatnya yang memiliki konduktivitas tinggi dan ketahanan terhadap reaksi kimia. Penyampuran bubuk Pb dan auric chloride (PbCl3), dan metode hot-press digunakan untuk membuat komposit Pb-Au. Karakterisasi struktur material  dilakukan dengan teknik X-Ray Diffraction (XRD). Perilaku elektrokimia dari sampel diselidiki dengan teknik Cyclic Voltammetry (CV) dan Linear Sweep Voltammetry (LSV) di dalam larutan H2SO4 dengan variasi temperatur 10°, 25°C, and 40°C. Hasil menunjukkan bahwa struktur kristal dari komposit Pb-Au adalah face-centered cubic (FCC) dengan ukuran kristal bernilai antara 63,31 dan 79,54 nanometer. Selain itu, penambahan Au juga menggeser ICorr, ECorr, dan potensial reduksi dan oksidasi. Laju korosi dari komposit Pb-Au bernilai antara 0,081 dan 2,706 mm/tahun. Reaksi elektrokimia irreversibel dari komposit Pb-Au telah diamati.

Lead is still widely used as an active material for lead-acid batteries. Lead and auric chloride (PbCl3) solution were mixed to become lead-gold composite in efforts to improve the performance of lead-acid batteries. The electrochemical behaviors of Pb-Au composite in sulfuric acid solution were investigated. Au was chosen as reinforcement because of its high conductivity and resistance to chemical reaction. The mixing of Pb powders and auric chloride (PbCl3) solution, and hot-pressing method was applied to fabricate Pb-Au composites. Material structure characterizations were performed using X-ray diffraction technique. The electro-chemical properties of the samples were investigated by cyclic voltammetry technique (CV) and linear sweep voltammetry technique (LSV) in H2SO4 solution with various solution temperature 10°, 25°C, and 40°C. The results show that the crystal structure of lead-gold composite are face-centered cubic (FCC) structure with crystallite size of around 63.31 to 79.54nm. Also, the addition of Au shift the Icor, Ecor and the oxidation and reduction potential. The corrosion rates of Pb-Au composites are found to be around 0.081 and 2.706 mm/year. The irreversible electrochemical reaction Pb-Cu composite have been observed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Eko Prasetyo
"Tegangan Surja merupakan suatu bentuk tegangan yang memiliki karakteristik untuk naik dengan sangat cepat dengan nilai tegangan puncak yang tinggi dan kemudian turun dengan cepat pula. Akibat timbulnya regangan surja ini dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan elektronik dan peralatan yang sebagian besar menggunakan bahan semikonduktor yang sangat peka terhadap Ionjakan tegangan dan dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Oleh karena hal tersebut diperlukan sistem perlindungan internal yang dapat mengurangi efék dari surja tersebut. Spark Gap merupakan peralatan sederhana yang dapat digunakan sebagai komponen awal dalam suatu sistem perlindungan lnternal yang harganya relatif murah dan dapat menyalurkan energi yang besar untuk kemudian sisanya akan diatasi oleh perlengkapan perlindungan Iainnya . Untuk dapat memperoleh nilai tegangan yang dapat dipotong oleh spark gap tersebut diperlukan adanya jarak celah tertentu dan juga material yang memiliki karakteristik tertentu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisna Adhitya
"Pada penelitian ini elektroda berupa pasta karbon yang terbuat dari campuran grafit dengan beberapa jenis binder berupa paraffin oil, mineral oil, mineral oil dan aquabides, poli (vinil alkohol) / PVA dan ammonium peroxodisulfat ( APS ) serta PVA, NaCl dan APS, telah dipreparasi lalu difabrikasi dengan metode screen printing. Kemudian pada elektroda dilakukan beberapa karakterisasi listrik dengan menggunakan peralatan RCL meter. Pertama, karakterisasi hambatan DC (R) pada tegangan DC; V = 1 VDC terhadap variasi jenis sampel dan panjang elektroda. Kedua, karakterisasi R pada V = 1 VDC terhadap variasi waktu pemanasan untuk sampel yang mengandung mineral oil. Ketiga, karakterisasi hambatan AC (Z) pada tegangan AC; V = 1 VAC terhadap variasi frekuensi (f) VAC yang diambil. Dan keempat, karakterisasi kapasitansi (C) pada V = 1 VAC terhadap f VAC yang diambil.
Pada sampel dengan binder paraffin oil, diketahui bahwa pencetakan tidak berhasil dilakukan untuk setiap parameter pencetakan yang digunakan. Pada sampel dengan mineral oil pencetakan berhasil dilakukan dengan perbandingan massa grafit dan binder 1:1. Pada sampel dengan mineral oil dan aquabides, pencetakan berhasil dilakukan untuk besar massa grafit dan mineral oil 1 gram (g) dengan 0.4 ml aquabides. Pada sampel dengan PVA dan APS, pencetakan berhasil dilakukan untuk besar massa grafit 1, 1.25, 1.5, 1.75, 2 dan 2.5 g masing - masing dengan 0.25 g PVA, 2.5 ml aquabides dan 0.005 g APS. Pada sampel dengan PVA, APS dan NaCl, pencetakan berhasil dilakukan dengan besar massa grafit 1.25, 1.5 dan 1.75 g masing - masing dengan 0.25 g PVA, 2.5 ml aquabides, 0.02 serta 0.04 g NaCl dan 0.005 g APS.
Karakterisasi listrik menunjukkan bahwa besar kapasitansi tidak berhasil diukur karena nilai R dan Z yang dominan. Sampel yang memiliki R dan Z berhasil dikarakterisasi, yaitu sampel yang tercetak pada substrat elektroda Cu - Ag. Diketahui bahwa sampel yang mengandung mineral oil memiliki besar resistivitas sheet yang jauh lebih rendah dibandingkan sampel lainnya; diukur pada setiap parameter karakterisasi yang diambil, dengan lama waktu pemanasan 8 jam. Terakhir, resistivitas listrik seluruh elektroda bergantung pada jenis bindernya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S28911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>