Ditemukan 1887 dokumen yang sesuai dengan query
Peterson, David J
New York: Penguin Books, 2015
499.99 DAV t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ball, Philip
Chicago: University of Chicago Press, 2003
701.85 BAL b
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Revina Adisty Santoso
"Skripsi ini membahas tentang peran dan identitas ilustrator di tengah maraknya penggunaan AI Art. Keberadaan AI Art yang mampu menciptakan ilustrasi secara otomatis telah menimbulkan pertanyaan kritis apakah kehadiran kecerdasan buatan ini akan menggantikan peran tradisional ilustrator di masa depan. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah wawancara mendalam dengan tiga subjek yang merupakan ilustrator berpengalaman, serta dilakukan observasi terhadap aktivitas mereka di media sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman dan pandangan beragam para ilustrator tentang potensi mereka akan digantikan oleh AI. Ilustrator meyakini memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan AI yang mendasari tindakan mereka dalam membuat ilustrasi yang berbeda dengan hasil ilustrasi buatan AI.
This paper discusses the role and identity of the illustrator in the midst of the widespread use of AI Art. The existence of AI Art which is able to create illustrations automatically has raised a critical question whether the presence of artificial intelligence will replace the traditional role of the illustrator in the future. The research method used for this paper is in-depth interviews with three subjects who are experienced illustrators, as well as observing their activities on social media. The results of this study show that illustrators has diverse understanding and views of their potential will be replaced by AI. Illustrators believe they have their own advantages compared to AI which underlies their actions in making illustrations that are different from the illustrations made by AI."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vania Patricia
"Saat mendengar kata ‘karya seni’ yang hadir di kepala kita mungkin lukisan dari cat, patung, hasil fotografi yang dipajang di bingkai besar, musik, puisi, drama, dan yang lainnya. Karya seni tersebut selama ini dibuat oleh manusia dengan peralatan yang berbeda, dengan penggunaan alat yang berbeda maka hasil yang di dapat juga berbeda. Tetapi bagaimana dengan AI? Bagaimana jika AI menjadi alat yang dapat bekerja tanpa adanya ‘kemampuan khusus’ dari senimannya? Apakah karya yang lahir kemudian dapat dikategorikan sebagai suatu karya seni? Bagi Tolstoy, seni memiliki tujuannya tersendiri, yaitu untuk memberikan sensasi emosi yang menjangkiti pengamat karya tersebut dari seniman melalui karya yang mereka hadapi. Tetapi apakah dengan melalui satu syarat sederhana maka ia layak disebut sebagai seni? Pada tulisan ini penulis melakukan pendekatan filosofis dengan menganalisa karya seni AI dengan menggunakan pemikiran sejumlah filsuf seperti Tolstoy dan Baudelaire untuk kemudian dapat mengetahui di mana tempat karya yang dihasilkan oleh AI seharusnya berada dan menjelaskan urgensi kategorisasi atas seni AI.
When we hear the 'artwork', what comes to our mind may be painting, sculpture, photography that is displayed in large frames, music, poetry, drama, and others. These works of art have been made by humans with different equipment, with the use of different tools, the results obtained are also different. But what about AI? What if AI became a tool that could work without the artist's 'special ability'? Can the work that was born later be categorized as a work of art? For Tolstoy, art has its own purpose, namely to provide an emotional sensation that infects the observer of the work from the artist through the work they encounter. But is it through one simple condition that it deserves to be called art? In this paper, the author takes a philosophical approach by analyzing AI artwork using the thoughts of a number of philosophers such as Tolstoy and Baudelaire to then be able to find out where the work produced by AI should be and explain the urgency of categorizing AI art."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Prelinger, Megan
New York: W. W. Norton & Company, 2015
621.381 PRE i
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Marpaung, Aidhya Diory Amamie
"Perkembangan teknologi yang pesat belakangan ini menghasilkan teknologi Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (“AI”) yang semakin canggih dan memasuki kehidupan manusia secara ekstensif. Saat ini telah bermunculan teknologi AI yang dapat membuat karya-karya seni seperti lukisan dan tulisan. Tidak jarang masyarakat kemudian memanfaatkan karya-karya seni buatan AI tersebut, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan komersial yang menimbulkan manfaat ekonomi. Peristiwa ini menyebabkan timbulnya diskusi mengenai kedudukan karya seni yang dibuat oleh AI menurut Hukum Kekayaan Intelektual, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain, seperti apakah karya tersebut dapat dilindungi Hak Cipta dan siapa Pencipta atau Pemegang Hak Ciptanya. Penelitian ini menganalisis peristiwa pemanfaatan ekonomi atas karya seni buatan AI serta pihak-pihak yang berhak atas manfaat ekonomi tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian normatif. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dengan mempertimbangkan teknologi AI terdiri dari dua komponen yaitu data dan program, maka sejauh ini pemrogram yang memiliki kendali atas pemanfaatan ekonomi karya-karya seni yang dibuat oleh AI.
Recent rapid technological advancements have result in Artificial Intelligence (“AI”) technology becoming increasingly sophisticated and entering human life extensively. Currently, AI technology has emerged that can create works of art such as paintings and writing. It is not uncommon for people to use works of art created by AI, both for personal interests and for commercial purposes that generate economic benefits. Such happening has led to discussions regarding the status of works of art created by AI according to Intellectual Property Law, both in Indonesia and in other countries, such as whether these works can be protected by copyright and who the creator or copyright holder is. This research analyzes the economic use of AI-made works of art as well as the parties entitled to these economic benefits. This research is normative research. In this research it was found that considering AI technology consists of two components, namely data and programs, so far the programmer has control over the economic use of AI-made works of art."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Mizan Ananto
"Artificial Intelligence (AI) dalam bidang seni rupa mengalami perkembangan yang kian pesat. Munculnya AI art generator mendisrupsi makna penciptaan suatu karya seni rupa yang telah lama dikenal. AI art generator mempunyai fitur yang memudahkan penggunanya untuk menciptakan gambar, cukup memasukkan deskripsi teks, maka AI akan langsung menghasilkan gambar sesuai yang diinginkan pengguna. Proses pembuatan karya seni rupa ini kemudian menimbulkan polemik mengenai apakah karya seni rupa yang dihasikan oleh AI Art Generator memenuhi syarat sebagai suatu ciptaan yang dapat dilindungi oleh hak cipta, dan bagaimana perlindungan hak cipta atas karya-karya yang digunakan tanpa izin sebagai training database AI Art Generator. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yang berfokus kepada analisis teori-teori dan doktrin hukum disandingkan dengan peraturan perundang-undangan hukum hak cipta nasional dan internasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut hukum hak cipta internasional dan UU Hak Cipta Indonesia, karya seni rupa yang dihasilkan oleh AI Art Generator tidak memenuhi syarat sebagai ciptaan yang dapat dilindungi hak cipta. Hal ini dikarenakan tidak dipenuhinya unsur orisinalitas yang merupakan salah satu syarat agar suatu ciptaan dapat dilindungi hak cipta. Karya seni rupa yang dihasilkan AI Art Generator tidak dapat membuktikan adanya pemenuhan unsur "human intellectual independent effort" dan "creative choice". Penggunaan ciptaan-ciptaan yang dijadikan referensi gambar dalam training database AI Art Generator dapat dibenarkan menurut doktrin fair use, karena memenuhi keempat syarat yang ada dalam “The Four Factor of Fair Use” yang diatur dalam U.S. Copyright Act 1976. AI Art Generator telah mempermudah aksesibilitas masyarakat awam dalam melihat dan membuat karya seni rupa. Dengan demikian, peran AI Art Generator terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang seni ini dapat dilegitimasi penggunaanya dengan berlindung pada doktrin
fair use.
The emergence of AI art generator disrupts the meaning of creating an artwork that has long been known. The AI art generator has features that make it easy for users to create images, simply by entering text descriptions, then the AI will produce the desired image. This creation process then raises questions, whether the artworks produced by AI Art Generator meet the requirements as a creation that can be protected by copyright and how is the protection of copyright on works that are used without permission as a training database for AI Art Generator. This study uses a normative juridical research method that focuses on the analysis of theories and legal doctrines juxtaposed with national and international copyright law regulations. The results showed that according to international copyright law and the indonesian copyright law, artworks produced by AI Art Generator did not meet the requirements as creations that were entitled to copyright protection. This is because the element of originality, which is one of the requirements for a creation to be protected by copyright, is not fulfilled. Artworks produced by AI Art Generator cannot prove the fulfillment of the elements of "human intellectual independent effort" and "creative choice". The use of artworks that are used as reference images in the AI Art Generator’s training database can be justified according to the fair use doctrine, because they meet the four criteria in “The Four Factor of Fair Use” regulated in the U.S. Copyright Act 1976. AI Art Generator has facilitated the accessibility of the general public in seeing and creating visual art works. The impact of AI Art Generator on the development of science, especially in the field of art, can be legitimized by relying on the fair use doctrine."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"Salah satu bahasa daerah di Nusa Tenggara Timur yang terancam punah adalah bahasa Kafoa. Bahasa ini hanya dituturkan oleh 1200 orang di Desa Probur Utara, Alor Barat Daya, Kabupaten Alor. Habollat, satu dari dua dusun yang ada di desa itu menjadi wilayah terakhir pemertahanan bahasa Kafoa. Dalam penggunaannya, ia tidak terlepas dari ekspresi kekuasaan dan jaringan kekerabatan 12 suku yang ada. Kedua aspek ini telah ikut mempenaruhi pembentukan sistem sosial budaya, struktur sosial, sekaligus sistem kebahasaan. Pengaruh itu tampak ke dalam praktik pengasuhan atau pemeliharaan antar generasi. Setiap anak mendapatkan sentuhan pertamanya dalam bahasa Kafoa, baik tuturan harian ataupun tuturan yang dianggap sebagai wasiat (woum) dari leluhurnya. Woum merangkai pandangan dunia dan nilai-nilai luhur dari generasi sebelumnya yang bertujuan untuk menjaga diri dan masyarakat saat berinteraksi antara satu dengan lainnya. Penelitian etnografis ini akhirnya menemukan kenyataan bahwa woum selain dianggap sebagai kearifan budaya, juga menjadi faktor penting pemertahanan bahasa Kafoa."
JNANA 18:2 (2013)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Long, Roberrt H.
Philadelphia: Robert Morris Associates , 1990
332.175 3 LON a
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1979
499.2 BAH
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library