Pendahuluan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hasil kombinasi pada terapi hipertensi antara terapi konvensional dan terapi herbal, masing-masing antara captopril dan Apium graveolens. Tren tekanan darah dan status oksidatif malondialdehyde dan katalase pada jaringan jantung diamati. Metode: Penelitian ini merupakan studi lanjutan dari penelitian sebelumnya tentang farmakokinetik dan farmakodinamik terapi kombinasi captopril dan Apium graveolens. Data diperoleh dengan menggunakan jaringan jantung tikus Sprague-Dawley yang telah diberikan NaCl 4% secara oral sekali sehari selama 46 hari. Data dibagi menjadi lima kelompok dengan dua kelompok kontrol; kelompok normal dan kelompok negatif dan tiga kelompok perlakuan; Kelompok perlakuan kaptopril 1,25 mg, kaptopril 1,25 mg dengan ekstrak seledri, dan captopril 2,5 mg dengan ekstrak seledri. Pengukuran tingkat katalase dan malondialdehid diamati menggunakan nilai absorbansi dan uji asam thiobarbituric (TBA) pada nilai protein melalui standar Bovine Serum Albumin. Ini dihitung dengan Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS). Hasil: Kecenderungan perubahan tekanan darah yang diamati pada hari ke-46 menunjukkan hasil serupa pada hari terakhir antara terapi kombinasi dan terapi kaptopril pada hipertensi. Pada pengukuran malondialdehid dan katalase, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam terapi kombinasi dan terapi konvensional pada tingkat stres oksidatif. Kesimpulan: Tidak ada pengurangan yang cukup pada tingkat katalase dan malondialdehid pada jaringan jantung antara semua kelompok yang diamati. Dengan demikian terapi kombinasi relatif aman pada jaringan jantung tikus dalam penelitian ini dan memiliki hasil yang serupa pada hasil akhir tren penurunan tekanan darah.
Kata Kunci:
Hypertension, Rat’s Heart, Apium graveolens, Captopril, Catalase, Malondialdehyde
Introduction: The aim of this research is to study the combination outcome on hypertension therapy between conventional therapy and herbal therapy, respectively between captopril and Apium graveolens. Blood pressure trend and the oxidative level status of malondialdehyde and catalase on cardiac’s tissue is being observed. Method: The study is a continuation study from previous research on pharmacokinetic and pharmacodynamic of captopril and Apium graveolens combination therapy. The data obtain using Sprague-Dawley rat’s cardiac tissue that has been given NaCl 4 % orally once daily for 46th days. The data is divided into five groups with two control group; normal group and negative group and three treatment group; captopril 1,25mg treatment group, captopril 1,25mg with celery extract, and captopril 2,5mg with celery extract. Catalase and malondialdehyde level measurement is observed using the absorbance value and the thiobarbituric acid assay (TBA) on protein value through the bovine serum albumin standard. The is calculated with Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Results: The trend on Blood pressure changes observed in 46th days show similiar outome on the last day between the combination therapy and captopril therapy on hypertension. On malondialdehyde and catalase measurement, is no valueable differences in combination therapy and conventional therapy on oxidative stress level. Conclusion: There is no sufficient reduction on catalase and malondialdehyde level on the cardiac tissue between all group observed. Thus the combination therapy is relatively safe on the rat’s cardiac tissue in this research and has similiar outcome on blood pressure decrement trend.
"
Apium graveolens L. (seledri) merupakan obat herbal yang digunakan untuk pengobatan hipertensi. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan bersama herbal dengan obat sintetik dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada farmakokinetik dan farmakodinamik obat sintetik. Informasi mengenai interaksi antara obat herbal dengan obat sintetik masih terbatas sehingga perlu diketahui efektivitas dan keamanan penggunaan kombinasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya interaksi farmakodinamik dan farmakokinetik kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri yang diberikan secara oral sebagai antihipertensi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pengujian interaksi farmakokinetik dengan mengambil darah tikus pada titik waktu tertentu setelah pemberian obat dan ekstrak seledri. Konsentrasi kaptopril diukur menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa (KCKUT-SM/SM), selanjutnya dihitung Ke, Cmax, AUC, Tmax, dan T1/2. Bagian kedua yaitu pengujian interaksi farmakodinamik untuk efek antihipertensi dengan metode pengukuran tekanan darah secara non-invasive pada ekor. Tekanan darah diukur sebelum perlakuan, setelah induksi NaCl 4%, dan setelah pemberian bahan uji. Pengambilan sampel urin dan darah untuk pengujian kadar natrium, kalium, volume urin, kadar kreatinin, aktivitas enzim ALT (SGPT), dan enzim penghambat konversi angiotensin. Hasil uji pada profil farmakokinetik kaptopril berbeda antara pemberian tunggal dengan kombinasi ekstrak seledri. Pemberian kaptopril 2,5 mg/kg bb bersamaan dengan ekstrak seledri 40 mg/kg bb tanpa jeda waktu menurunkan Cmax dan AUC serta memperpanjang waktu Tmax dan T1/2. Pemberian ekstrak seledri 1 jam sebelum kaptopril (10 mg/kg bb) pada kombinasi, meningkatkan Cmax dan AUC, serta memperpanjang T1/2. Tekanan darah tikus yang mendapat kombinasi kaptopril dosis 5 mg/kg bb dengan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb menurun lebih besar dibandingkan dengan pemberian kaptopril tunggal. Penurunan tekanan darah pada kelompok kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri diikuti dengan peningkatan volume urin. Kadar natrium urin dan serum, serta kadar kalium serum cenderung mengalami peningkatan pada semua kelompok perlakuan namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal. Kadar kalium urin cenderung mengalami penurunan kecuali pada kelompok kombinasi kaptopril (5 mg/kg bb) dan ekstrak seledri (40 mg/kg bb). Kreatinin serum cenderung meningkat pada kelompok kombinasi kaptopril dengan ekstrak seledri tetapi masih dalam rentang normal. Kreatinin urin dan bersihan kreatinin pada tikus yang mendapat kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri tidak berbeda dengan kelompok normal. Kadar SGPT cenderung menurun pada semua kelompok kombinasi kaptopril dan ekstrak seledri, namun tidak berbeda bermakna dengan kelompok normal. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah pemberian kombinasi kaptopril dosis 2,5 mg/kg bb dan 10 mg/kg bb dengan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb secara oral dapat mengubah farmakokinetik kaptopril. Pemberian kombinasi kaptopril dosis 5 mg/kg bb dan ekstrak seledri dosis 40 mg/kg bb menurunkan tekanan darah kembali normal pada tikus hipertensi yang diinduksi NaCl.
Apium graveolens L. (celery) is commonly used as herbal medicine for antihypertension. There was evidence that herb combines with the synthetic drug may affect the pharmacokinetics and pharmacodynamics of the synthetic drug. Information about the interaction between herbal medicines and synthetic drugs is still limited, therefore it will be necessary to explore the clinical results when using these combinations. This study aimed to investigate the pharmacodynamic and pharmacokinetic interaction of oral administration of combined captopril and celery as antihypertensive agent in animal model. The study was divided into two parts. In the first part which was the pharmacokinetics study, blood samples were collected at a various time points after herb-drug combination administration. The blood values of Ke, Cmax, AUC, Tmax, and T1/2 of captopril were obtained by using LC-MS/MS method. The second part was the pharmacodynamic study. The blood pressure was measured bymeans of non-invasive tail method and recorded before and after treatment of induction of 4% NaCl solution and herb-drug administration. The urine and blood were collected and the sodium and potassium concentration, cumulative urine volume, creatinine, the activities of glutamic pyruvic transaminase enzyme and angiotensin converting enzyme inhibition were measured. The results of the pharmacokinetic study showed that concomittant administration of 2.5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract decreased Cmax, Ke, AUC and increased T1/2 and Tmax of captopril. When 40 mg/kg bw of celery extract was given 1 hour before 10 mg/kg bw of captopril, the Cmax, T1/2, AUC of captopril were increased and Ke was decreased compared with captopril alone. The combination 5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract decreased the blood pressure in hypertensive rats better than 5 mg/kg bw of captopril alone. The decreased in blood pressure was followed by an increase in urine volume. Urinary and serum sodium, serum potassium levels tended to increase in all treatment groups, but they were not significantly different from the normal group. Urinary potassium levels tended to decrease except in the combined 5 mg/kg bw of captopril and 40 mg/kg bw of celery extract. In conclusion, oral administration of combination of 2,5 mg/kg bw and 10 mg/kg bw captopril with 40 mg/kg bw celery extract changes the pharmacokinetics of captopril, whereas the administration of combination of 5 mg/kg bw captopril and 40 mg/kg bw celery extract decreased the blood pressure to normal value in NaCl-induced hypertension rats.
"