Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153903 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nathasha Brigitta Selene
"Latar belakang: Preparasi spermatozoa dengan metode swim-up (SU) dapatmeningkatkan kualitas spermatozoa sehingga meningkatkan kemungkinan konsepsi untuk pasangan yang akan menjalani inseminasi intrauterin (IIU), tetapi angka keberhasilan IIU masih rendah. Pentoksifilin (PTX) adalah senyawa yang menginhibisi kerja enzim Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) phosphodiesterase (PDE) yang dapat meningkatkan motilitas spermatozoa dan merupakan senyawa antioksidanyang melindungi spermatozoa dari kerusakan DNA dari radikal bebas.
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian suplemen PTX terhadap motilitas dan fragmentasi DNA spermatozoa.
Metode: Sample semen diperoleh dari pasangan infertil yang akan menjalani terapi IIU. analisis semen dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya preparasi spermatozoa dan dilanjutkan dengan pemberian PTX dalam tiga konsentrasi berbeda: 50µg (SU1), 100µg (SU2), dan 200µg (SU3). Selain motilitas spermatozoa, pengukuran IFD spermatozoa sebagai parameter fungsional spermatozoa jugadilakukan sebelum pencucian, sesudah pencucian, dan sesudah suplementasi PTX dengan metodesperm chromatin dispersion (SCD).
Hasil: Motilitas spermatozoa meningkat dan presentase IFD menurun setelah dilakukan pencucian dengan metode SU (setelah SU) dibandingkan dengan semen utuh (sebelum SU).Suplementasi dengan PTX dalam konsentrasi 200 ug setelah SU menunjukan peningkatan presentase motilitas spermatozoa dan penurunan DFI tertinggi. Dari ketiga konsentrasi, hanya PTX 200 ug menunjukan hasil yang signifikan secara statistik dalam meningkatkan rata-rata motilitas spermatozoa (p=0.005) sedangkan rata-rata DFI menurun setelah SU dan suplementasi PTX namun tidak signifikan secara statistik. (p>0.05).
Konklusi: Suplementasi dengan PTX dapat meningkatkan motilitas spermatozoa secara signifikan dan menurunkan IFD secara tidak signifikan, sehingga suplementasi PTX dapat digunakan untuk memilih spermatozoa dengan kualitas yang lebih baik.

Introduction: Sperm preparationusing swim-up (SU) method is commonly done which may increase the chance of conception inintrauterine insemination (IUI). However, the success rate is still low. Pentoxifylline (PTX) is Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) phosphodiesterase (PDE) inhibitor which may increase spermatozoa motility and also acts as antioxidant, preventing DNA damage due to reactive oxygen species (ROS).
Objective: This study aims to evaluate the effect of PTX supplementation in increasing spermatozoa quality by increasing spermatozoa motility and decreasing DNA fragmentation index (DFI)
Method(s): Semen samples were obtained from infertile couple who seek IUI treatment. Semen analysis was performed before and after spermatozoa preparation using SU method then followed by incubating the samples with PTX in three different dose: 50µg (SU1), 100µg (SU2), and 200µg (SU3). Aside from spermatozoa motility, DFI acts as a functional parameter of spermatozoa and was performed using Sperm chromatin dispersion (SCD) test to assess DNA fragmentation in whole semen and prepared sample as well as after supplementation with PTX.
Result(s): The mean spermatozoa motility increased and DFI decreased in prepared spermatozoa (after-SU) compared to whole semen (before SU). PTX supplementation in 200 µg showed the highest increase in spermatozoa motility and reduction of DFI. However, only 200 µg of PTX is statistically significant to increase spermatozoa motility ((p=0.005), while there is no statistically significant result in the reduction of DFI after SU and PTX supplementation. (p>0.05).
Conclusion(s): After PTX supplementation, spermatozoa motility increased significantly and DFI decreased insignificantly thus PTX supplementation may select spermatozoa with better quality.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Farihatul Izza
"Latar Belakang : Pencucian spermatozoa dengan metode Density Gradient Centrifugation (DGC) pada Inseminasi Intrauterin (IIU) untuk menyeleksi spermatozoa motil telah umum digunakan, akan tetapi angka keberhasilan masih tergolong rendah. Pentoksifilin merupakan antioksidan biologis poten yang berperan dalam perlindungan sel dari kerusakan oksidatif akibat Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat berkontribusi pada kerusakan DNA spermatozoa. Selain itu, pentoksifilin juga bertindak sebagai inhibitor Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) phosphodiesterase (PDE) yang dapat meningkatkan motilitas spermatozoa.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian pentoksifilin terhadap motilitas dan fragmentasi DNA spermatozoa setelah dilakukan pencucian dengan metode DGC.
Metode : Sampel semen didapatkan dari 15 laki-laki yang telah menjalani analisis semen dengan hasil normozoospermia. Analisis semen terhadap motilitas dan indeks fragmentasi DNA dilakukan sebelum dan sesudah pencucian. Setelah pencucian spermatozoa dengan metode DGC, sampel kemudian diinkubasi pada berbagai konsentrasi pentoksifilin, yaitu 50μg (PTX1), 100μg (PTX2), dan 200μg (PTX3). Selanjutnya dilakukan uji sperm chromatin dispersion (SCD) untuk mengevaluasi fragmentasi DNA spermatozoa.
Hasil : Persentase motilitas spermatozoa meningkat dan IFD spermatozoa menurun setelah dilakukan pencucian dengan metode DGC (setelah DGC) dibandingkan dengan semen awal (sebelum DGC). Penambahan PTX dengan konsentrasi 200 μg (PTX3) setelah DGC menunjukkan peningkatan persentase motilitas dan penurunan IFD spermatozoa tertinggi. Dari ketiga konsentrasi, PTX 100μg dan PTX 200 μg menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik dalam meningkatkan rata-rata motilitas spermatozoa (p<0.05). Rata-rata IFD menurun setelah DGC dan penambahan PTX pada ketiga dosis PTX (p>0.05).
Kesimpulan : Penambahan PTX dapat meningkatkan motilitas spermatoza secara signifikan dan menurunkan IFD spermatozoa, sehingga suplementasi PTX dapat digunakan untuk memilih spermatozoa dengan kualitas yang lebih baik setelah pencucian dengan metode DGC.

Background : Several methods were done to improve the success rate of intrauterine insemination (IUI), including Density Gradient Centrifugation (SDG) sperm preparation, nevertheless the successs rate still remain low. Pentoxifylline is known as a potent biological antioxidant that can play role to protet cells from oxidative damage caused by reactive oxygen species (ROS), which ultimately contribute to DNA damage of the sperm. Pentoxifylline can also play role as Cyclic adenosine monophosphate (cAMP) phosphodiesterase (PDE) inhibitor which may increase spermatozoa motility.
Objective : This study aimed to evaluate the effect of pentoxifylline supplementation on DNA fragmentation index (DFI) and sperm motility using DGC methods.
Methods : Semen samples were obtained from 15 men from partners of women who infertile (normozoospermia) and underwent IUI. Semen analysis was performed before and after sperm preparation using DGC methods. Then, samples were incubated with PTX in 50μg (PTX1), 100μg (PTX2), and 200μg (PTX3) concentration. Sperm DNA fragmentation index (DFI) was performed by sperm chromation dispersion (SCD) test to assess DNA fragmentation in whole semen and prepared sample as well as after supplementation with PTX.
Results : The percentage of spermatozoa motility increased and spermatozoa DFI decreased in prepared spermatozoa (after DGC) compared to whole semen (before DGC). PTX supplementation in 200μg showed the highest increase in spermatozoa motility and highest decrement of DFI. However, only 200 μg and 100 μg of PTX is statistically significant to increase spermatozoa motility ((p<0.05). There is statistically significant result in the reduction of DFI after DGC and PTX supplementation. (p<0.001).
Conclusion : After PTX supplementation, spermatozoa motility increased and DFI decreased significantly thus PTX supplementation may select spermatozoa with better quality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Hagia Lestari
"Latar Belakang: Pencucian spermatozoa dengan metode Swim-Up SU dan Density Gradient Centrifugation DGC untuk menyeleksi spermatozoa motil telah lama dilakukan, akan tetapi angka keberhasilan masih tergolong rendah. Alpha lipoic acid ALA merupakan antioksidan biologis poten yang berperan dalam regulasi serangan radikal bebas dan pencegahan terhadap kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh peroksidasi lipid yang dapat berkontribusi pada integritas DNA spermatozoa. Selain itu, prolaktin PRL adalah salah satu hormon peptida yang juga merupakan faktor prosurvival spermatozoa melalui mekanisme supresi terhadap aktivasi protein kaspase, sehingga berperan dalam proteksi terhadap integritas DNA spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian ALA dan PRL terhadap indeks fragmentasi DNA IFD dan status apoptosis spermatozoa deteksi protein kaspase setelah dilakukan pencucian spermatozoa dengan metode SU dan DGC.
Metode: Sampel semen diperoleh dari 23 pria normozoospermia dari pasangan wanita infertil dan menjalani IUI. Analisis semen terhadap motilitas dan kecepatan dilakukan sebelum dan sesudah pencucian. Setelah pencucian spermatozoa dengan SU dan DGC, sampel kemudian diinkubasi pada berbagai konsentrasi ALA yaitu 0,625 mg ALA 1 , 1,25mg ALA 2 , 2,5 mg ALA 3 dan pada berbagai konsentrasi PRL yaitu 500 ng PRL 1 , 750 ng PRL 2 , serta 1000 ng PRL 3 . Selanjutnya dilakukan uji sperm chromatin dispersion SCD untuk mengevaluasi fragmentasi DNA spermatozoa dan uji Western Blot untuk mendeteksiprotein kaspase.
Hasil: Studi menunjukkan bahwa tingkat IFD spermatozoa setelah pemberian ALA dan PRL mengalami penurunan dibandingkan dengan sampel semen setelah dilakukan pencucian, bahkan dibandingkan dengan sampel semen sebelum pencucian.Protein kaspase ditemukan pada sampel semen sebelum pencucian maupun setelah pencucian dengan metode SU dan DGC. Metode SU dapat menyeleksi spermatozoa dengan IFD yang lebih rendah dibandingkan metode DGC pada konsentrasi optimal ALA dan PRL.
Kesimpulan: ALA dan PRL terbukti dapat menyeleksi spermatozoa dengan kualitas spermatozoa yang lebih baik ditinjau dari indeks fragmentasi DNA dan level apoptosis yang lebih rendah, setelah dilakukan pencucian.

Background: Several methods were done to improved the success rate of intra uterine insemination IUI , some of them are Swim Up SU and Density Gradient Centrifugation DGC sperm preparation, nevertheless the success rate still remain low. Alpha Lipoic Acid ALA is a potent biological antioxidant that play role in regulation of free radical attack and oxidative damage prevention caused by lipid peroxidation which ultimately contribute to DNA integrity of the sperm. Moreover, prolactin PRL is one of peptide hormones which also a prosurvival factor of sperm through suppression of activation of caspase protein mechanism, thus affecting sperm DNA integrity. This study aimed to evaluate the effect of ALA and PRL supplementation on DNA fragmentation DFI and apoptotic stateof the spermafter sperm preparation using SU and DGC methods.
Methods: Semen samples were obtained from 23 men normozoospermia from partners of women who infertile and underwent IUI. Semen analysis was performed for motility and velocity before and after sperm preparation. After SU and DGC sperm preparation, samples were incubated in concentration of ALA at 0,625 mg ALA 1 , 1,25mg ALA 2 ,2,5 mg ALA 3 and PRL at 500 ng PRL 1 , 750 ng PRL 2 , 1000 ng PRL 3 . The Sperm Chromatin Dispersion SCD test was performed to evaluate the sperm DNA fragmentation and Western Blot assay to detect the caspase protein.
Results: This study confirmed that the level of sperm DNA fragmentation index DFI of sperm after supplementation of ALA and PRL were decreased compared to the sperm after preparation even compared to the whole semen. The presence of caspase protein was detected in whole semen samples,and after sperm preparation both SU and DGC, yet SU method could select the sperm with lower level of DNA fragmentation than the DGC method, both at the optimum concentration of ALA and PRL.
Conclusions: ALA and PRL were proved to select the better sperm quality with lower level of sperm DNA fragmentation and minimum density of caspase protein after sperm preparation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triyana Sari
"LATAR BELAKANG: Metode preparasi spermatozoa yang sering digunakan untuk reproduksi berbantu saat ini adalah metode swim-up dan density-gradient centrifugation. Namun demikian masih banyak didapatkan pertentangan mengenai metode mana yang lebih aman dan dapat menyeleksi spermatozoa dengan kualitas yang lebih baik. Pada penelitian ini dilakukan penilaian kembali pada kedua metode preparasi spermatozoa tersebut terutama dalam hal menyeleksi spermatozoa dengan tingkat integritas DNA tinggi dan apoptosis yang rendah.
BAHAN DAN CARA KERJA: Sampel berjumlah 15 pasien yang menjalani preparasi spermatozoa untuk program inseminasi intra uterus di Klinik Yasmin RSCM Kencana, Jakarta. Sampel diambil sebelum dan setelah pencucian spermatozoa untuk dilakukan pemeriksaan konsentrasi dan motilitas spermatozoa menggunakan Makler®. Tingkat integritas DNA spermatozoa dinilai dengan indeks fragmentasi DNA spermatozoa (IFD) yang dilakukan dengan metode SCD. Pemeriksaan konfirmasi berupa viabilitas spermatozoa dengan eosin-Y dan analisis ekspresi protein kaspase 3 dilakukan dengan western blot yang dilanjutkan dengan analisis densitas pita kaspase 3 menggunakan ImageJ.
HASIL: Penelitian ini menunjukkan penurunan tidak bermakna pada kelompok IFD > 15% dan peningkatan tidak bermakna pada kelompok IFD ≤ 15%. Ditambah pula, rerata viabilitas spermatozoa menunjukkan peningkatan tidak bermakna setelah pencucian. Aktivitas kaspase menunjukkan penurunan densitas tidak bermakna setelah dilakuan pencucian. Metode preparasi DGC dan SU dapat meningkatkan spermatozoa progresif dan viabilitas spermatozoa serta menurunkan aktivitas kaspase 3.
KESIMPULAN: Metode swim-up dan density-gradient centrifugation berhasil menyeleksi spermatozoa dengan tingkat apoptosis dan fragmentasi DNA yang rendah. Metode DGC lebih baik daripada SU dalam hal penurunan aktivitas kaspase.

BACKGROUND: The common methods for sperm preparation prior to assisted reproductive technique are swim-up (SU) and density gradient centrifugation (DGC). However, controversies regarding advantages and disadvantages of these two methods have been reported by many studies. The aim of this study was to reevaluate both methods in selecting better sperm in term of their quality, DNA integrity and apoptotic levels.
MATERIAL AND METHOD: Fifteen samples from insemination patients at Klinik Yasmin RSCM Kencana, Jakarta were used in this study. Samples were taken before and after preparation with SU and DGC. Makler® counting chamber and Eosin Y staining were used to analyze motility and viability, respectively. Sperm chromatin dispersion assay was used to determine sperm DNA integrity, while apoptotic levels was determined by Western immunoblotting.
RESULTS: This study showed no significant decrease in the group IFD> 15% and a non-significant increase in group IFD ≤ 15% after preparation with SU and DGC. Plus, the average viability of spermatozoa showed improvement after preparation with SU and DGC. Caspase activity was lower when spermatozoa was prepared with SU. DGC and SU preparation method can improve progressive motility and viability of spermatozoa and reduce the caspase activity.
CONCLUSIONS: Both swim-up and density-gradient centrifugation selected better sperm motility and viability. Furthermore. these two methods separated spermatozoa with low level of apoptotic and higher DNA integrity. DGC method is better than SU in reduce caspase activity
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Faza Soelaeman
"Latar Belakang: Preparasi spermatozoa dengan melakukan pencucian swim-up (SU) merupakan salah satu cara mendapatkan spermatozoa dengan kualitas lebih baik untuk meningkatkan keberhasilan inseminasi intrauterin. Salah satu komponen penentu kualitas spermatozoa adalah motilitas yang baik. Lengan dinein melalui aktivitas dinein ATPase merupakan bagian utama dalam pergerakan spermatozoa sehingga perlu diketahui aktivitas dinein ATPase setelah dilakukan pencucian SU.
Tujuan: Mengetahui aktivitas spesifik dinein ATPase spermatozoa sebelum dan sesudah dilakukan pencucian SU pada pasien laki-laki infertil normozoospermia
Metode: Sampel semen didapatkan dari 6 laki-laki dari pasangan infertil normozoospermia yang akan menjalani terapi inseminasi intrauterin. Analisis semen dilakukan sebelum dan sesudah dilakukannya preparasi spermatozoa menggunakan metode swim up. Aktivitas dinein ATPase kemudian diukur menggunakan metode Vivenes setelah fraksi aksonem sperma didapatkan menggunakan metode Olsen. Uji statistik yang digunakan pada studi ini adalah uji T atau uji Wilcoxon Signed Rank dengan hasil bermakna apabila didapat nilai p<0,05.
Hasil: Pada studi ini ditemukan persentase morfologi normal spermatozoa meningkat signifikan (p<0,05) setelah pencucian SU, meskipun konsentrasi menurun. Motilitas progresif pun meningkat secara signifikan (p<0,05) disertai penurunan motilitas spermatozoa nonprogresif dan spermatozoa imotil. Aktivitas dinein ATPase pun didapatkan secara bermakna setelah pencucian SU (p<0,05)
Kesimpulan: Terdapat peningkatan kualitas dan aktivitas dinein ATPase spermatozoa kelompok normozoospermia setelah dilakukan pencucian SU.

ackground: Sperm preparation through swim-up (SU) method is one of the way of increasing sperm quality for intrauterine insemination programme. One of the marker of good quality sperm is adequate motility. Dynein arm through dynein ATPase activity is the key component in sperm movement therefore it is crucial to know the effect of the SU method towards the specific activity of dynein ATPase
Objective: To evaluate dynein ATPase specific activity before and after SU sperm preparation among normozoospermia infertile men
Methods: Semen samples were obtained from 6 men from infertile normozoospermia couples who would undergo intrauterine insemination therapy. Cement analysis was carried out before and after the preparation of spermatozoa using the SU method. Then, the dinein ATPase activity was analyzed using the Vivenes method after the axoneme fraction of the sperm was obtained through the Olson method. Statistical tests that are utilized for this study is paired T test or Wilcoxon Signed Rank with statistical significance implied if p<0.05.
Results: This study found a signficant increase (p<0.05) on sperm normal morphology percentage although it resulted in lower sperm concentration. Progressive sperm motility was also significantly improved (p<0.05), accompanied by the decrease of nonprogressive sperm of immotile sperm. Dynein ATPase specific activity was found to be increased significantly (p<0.05).
Discussion: There was an increase in the sperm quality and dynein ATPase activity after sperm preparation using the SU method.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Widiastuti
"Pendahuluan
Di Indonesia terdapat 3 juta pasangan infertil. Dengan kemajuan ilmu kedokteran pada umumnya dan andrologi pada khususnya, baru sekitar 50 % dari pasangan tersebut yang dapat ditolong. Dari pasangan infertil tersebut, sekitar 40% disebabkan adanya gangguan pada pihak pria.
Tujuan utama dari berbagai cara penyiapan spermatozoa adalah untuk memisahkan spermatozoa dari plasma semen setuntas mungkin, sehingga diperoleh spermatozoa yang memiliki fungsi baik untuk keperluan artificial insemination husband (AIH) maupun in vitro fertilization (IVF). Prosedur pemisahan spermatozoa ini, antara lain metoda penyaringan dengan glass wool, kolom albumin, metoda swim-up dan metoda sentrifugasi gradien percoll. Adapun metoda yang sering digunakan untuk keperluan AIH maupun IVF pada pasangan ingin anak adalah metoda swim-up dan metoda sentrifugasi gradien percoll.
Metoda swim-up telah terbukti efektif dalam memisahkan spermatozoa dengan kualitas tinggi pada semen normozoospermia dan oligozoospermia dalam hal motilitas dan morfologi spermatozoa. Namun, metoda swim-up menjadi pilihan mengingat bahan-bahan yang diperlukan untuk metoda swim-up relatif lebih murah dan mudah diperoleh.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan metoda swim up dengan metoda sentrifugasi gradien percoll dua lapis dalam menghasilkan spermatozoa dengan kualitas fungsi yang baik untuk keperluan pengembangan pelayanan penanggulangan masalah infertilitas.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiana Hardianingtyas
"Kriopreservasi adalah salah satu prosedur yang termasuk ke dalam serangkaian TRB. Prosedur ini telah secara rutin diaplikasikan untuk penggunaan spermatozoa di masa depan. Namun, pada praktiknya, spermatozoa yang dikriopreservasi akan mengalami penurunan kualitas terutama pada kemampuan motilitasnya, hingga menyebabkan kematian spermatozoa. Penurunan pada parameter spermatozoa pasca thawing diyakini paling utama disebabkan karena produksi berlebih dari ROS akibat kejutan suhu dan osmotik selama proses pembekuan dan pencairan. Pada penelitian ini, dilakukan suplementasi antioksidan dengan vitamin C, ALA, dan pentoksifilin pada medium kriopreservasi untuk dianalisis pasca thawing terhadap beberapa parameter di antaranya kualitas spermatozoa, kadar MDA, Indeks Fragmentasi DNA (IFD), dan apoptosis spermatozoa melalui ekspresi caspase-3 pada subyek normozoospermia dan non-normozoospermia. Hasil menunjukkan secara umum antioksidan vitamin C, ALA, dan pentoksifilin cenderung meningkatkan kualitas spermatozoa pasca thawing dengan meningkatkan motilitas, cryosurvival dan viability rate. Secara signifikan, peningkatan kualitas spermatozoa pasca thawing ditunjukkan oleh pentoksifilin dengan meningkatkan motilitas pasca thawing dan cryosurvival rate. Ketiga antioksidan cenderung menurunkan konsentrasi MDA dan apoptosis, namun hanya vitamin C yang menurunkan IFD.

Cryopreservation is one of the procedures included in a series of TRB procedures. This procedure has been routinely applied for future use of spermatozoa. However, practically, cryopreserved spermatozoa will experience a decrease in quality, particularly in their motility ability, which in turn causing cell death. The decrease in post-thawing spermatozoa parameters is believed to be mainly due to the overproduction of ROS due to temperature and osmotic shock during freezing and thawing. In this study, antioxidant supplementation with vitamin C, ALA, and pentoxifylline was supplemented in cryopreservation medium and carried out for post-thawing analysis of several parameters including spermatozoa quality, MDA levels, DNA Fragmentation Index (DFI), and apoptosis through the activation of caspase-3 expression in normozoospermic and non-normozoospermic subject. The results showed that in general, the antioxidants included vitamin C, ALA, and pentoxifylline improved the quality of post-thawing spermatozoa by increasing motility, cryosurvival, and viability rate. The quality of spermatozoa post-thawing was significantly improved by pentoxifylline, which significantly improved motility and cryosurvival rate. The antioxidants reduced the concentration of MDA and apoptosis insignificantly, yet only vitamin C decreased the DFI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhaimi
"ABSTRAK
Dari penelitian yang dilakukan oleh Lapota dkk. (1976) diketahui bahwa dengan metode swim-up dapat diisolasi spermatozoa motil. Spermatozoa hasil isolasi tersebut bebas dari spermatozoa non motil, serpihan-serpihan sel (debris), dan plasma semen. Metode tersebut diterapkan pula dalam penelitian ini dengan sedikit modifikasi, yaitu dengan menggunakan larutan Hanks dan larutan Tyrode. Tujuannya adalah untuk mengisolasi spermatozoa motil; dan mengetahui pengaruh waktu terhadap kecepatan gerak spermatozoa hasil isolasi. Pada penelitian ini, plasma semen dari ejakulat yang sama dipergunakan sebagai kontrol. Ke dalam 3 buah tabung reaksi yang diberi nomor 1, 2, dan 3, dimasukkan 0,5 mililiter semen. Pada tabung nomor 1 diteteskan secara pelan-pelan 0,5 mililiter plasma semen, sehingga membentuk suatu lapisan tersendiri di atas spesimen semen. Hal yang sama juga dilakukan pada tabung nomor 2 dan 3, tetapi dengan larutan Hanks dan larutan Tyrode. Ke-3 tabung diinkubasi pada suhu 37 0C selama 1 jam. Kemudian larutan pada lapisan sebelah atas dari setiap tabung dipipet. Selanjutnya spermatozoa motil yang berenang dalam plasma semen, larutan Hanks, dan larutan Tyrode diukur kecepatan geraknya pada waktu 0, 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi. Hasil perhitungan statistik nonparametrik Friedman menunjukkan bahwa pada waktu 0 sampai 120 menit setelah inkubasi, kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Hanks dan juga dalam larutan Tyrode lebih tinggi daripada dalam plasma semen; kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Hanks dan dalam larutan Tyrode pada waktu 0 menit setelah inkubasi tidak menunujukkan perbedaan yang berarti pada a = 0,05, tetapi pada waktu 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi terlihat bahwa kecepatan gerak spermatozoa dalam larutan Tyrode lebih tinggi daripada dalam larutan Hanks. Hasil analisis data dengan uji nonparametrik Friedman untuk pengaruh waktu terhadap kecepatan gerak spermatozoa dalam plasma semen menunujukkan bahwa kecepatan gerak spermatozoa paling tinggi adalah pada waktu 0 menit, disusul pada waktu 30, 60, 90, dan 120 menit setelah inkubasi. Dalam larutan Hanks, kecepatan gerak spermatozoa pada waktu 0, 30, dan 60 menit setelah inkubasi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada a = 0,05; pada ke-3 waktu tersebut, kecepatan gerak spermatozoa lebih tinggi daripada waktu 90 dan 120 menit setelah inkubasi. Sedangkan dalam larutan Tyrode kecepatan gerak spermatozoa paling tinggi adalah pada waktu 30 menit setelah inkubasi; pada waktu 0 dan 60 menit setelah inkubasi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna pada a = 0,05; pada waktu 90 dan 120 menit setelah inkubasi kecepatan gerak spermatozoa mulai menurun. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa spermatozoa motil hasil isolasi dengan metode ?swim-up? menggunakan larutan Hanks dan larutan Tyrode kecepatan geraknya meningkat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulita Witantina
"ABSTRAK
Dalam menangani kasus infertilitas, inseminasi
buatan atau fertilisasi in vitro dengan semen suami
sering dilakukan. Dalam hal ini diperlukan kualitas
spermatozoa yang cukup baik, terutama gerak dan
kecepatan spermatozoa. Semen dengan kualitas spermato
zoa yang kurang baik masih dapat ditingkatkan dengan
car a sperm washing dengan menggunakan metode swim up
dalam medium tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan
studi perbandingan antara tiga macam medium, yaitu
Ham's Kramer dan untuk diketahui yang mana
paling baik dapat menyeleksi spermatozoa dengan kuali
tas yang baik dan perbandingan konsentrasi, kecepatan
dan motilitas spermatozoa sebelum dan sesudah dilakukan
proses swim up.
Sebanyak 20 sampel semen pria normozoospermia
pasangan infertil diperoleh dari Bagian Biologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI),
Makmal Terpadu Imunoendokrinologi FKUI dan Rumah Sakit
Yayasan Pemeliharaan Kesehatan, Jakarta. Setiap semen
yang dilakukan proses swim up masing-masing dengan
Hams F10, Kramer dan diamati di bawah mikroskop
konsentrasi, kecepatan dan motilitasnya sebelum dan
sesudah spermatozoa motil melakukan swim up.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Maulani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S31218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>