Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88357 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diyan Taufiq Kurniadi
"

Batuan travertin merupakan batuan karbonat permukaan yang terbentuk akibat lepasnya karbon dioksida (CO2) dari fluida hidrotermal jenuh karbonat. Pada wilayah panas bumi Ciseeng batuan ini dapat ditemukan di Tirta Sayaga, Gunung Panjang, dan Gunung Peyek. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan proses keterbentukan batuan travertin di ketiga lokasi tersebut. Metode yang digunakan adalah petrologi, petrografi, analisis fluida hidrotermal, X-ray diffraction (XRD), dan X-ray fluorescence (XRF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik makroskopis dan mikroskopis batuan travertin memiliki keterkaitan dengan lokasi keterbentukannya pada suatu morfologi. Laminasi dengan tekstur kalsit yang kompleks ditemukan pada lereng dari fissure ridge dan mound, sedangkan laminasi dengan tekstur yang sederhana ditemukan pada dinding kolam manifestasi. Temuan ini bersesuaian dengan data fluida hidrotermal, XRD, dan XRF yang menunjukan bahwa batuan travertin didominasi oleh mineral kalsit dengan kandungan Ca yang tinggi (>90%wt). Berdasarkan temuan tersebut travertin Ciseeng termasuk travertin termogen yang terpresipitasi akibat lepasnya CO2 dari fluida hidrotermal yang tersaturasi oleh kalsium bikarbonat hasil pelarutan satuan batu gamping di bawah permukaan. Presipitasi yang terjadi secara terus-menerus menghasilkan morfologi fissure ridge, mound, dan bendungan di lokasi penelitian. Perbedaaan tingkat kompleksitas tekstur pada batuan travertin terjadi karena batuan terpresipitasi dari fluida hidrotermal dengan karakteristik dan proses yang berbeda.


Travertines are carbonate rock precipitated by carbon dioxide (CO2) release from carbonate-rich water. These rocks can be found in Ciseeng geothermal area within three distinctive areas Tirta Sayaga, Gunung Panjang, and Gunung Peyek. This study aims to determine the characteristics and formation of travertine in Ciseeng geothermal area. Principal methods consist of petrology, petrography, hydrothermal fluid analysis, X-ray diffraction (XRD), and X-ray fluorescence (XRF). Analysis results indicate that macroscopic and microscopic textures were related to their location on morphology. Lamination of complex calcite textures were found on the slopes of fissure ridge and mound, while lamination of simple calcite textures were found on the walls of manifestation pools. These findings were in accordance with hydrothermal fluid, XRD, and XRF data which shows that travertines were dominated by calcite minerals with high Ca content (>90%wt). Based on these findings Ciseeng travertines are categorized as thermogenic travertine which precipitated by the release of CO2 from calcium bicarbonate rich water resulting from dissolution of limestone unit in the subsurface. Continuous travertine precipitation leads to formation of fissure ridge, mound, and dam. Differences in texture complexity in travertine rocks occurred because travertines were precipitated from hydrothermal fluids with different characteristics and processes.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharmastuti Ajeng Hapsari Kusuma Putri
"Latar belakang: Nutrisi selama kehamilan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu hamil mengenai nutrisi dan perilaku makan selama kehamilan.
Metode: Desain penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan potong lintang menggunakan teknik pengambilan sampel acak berkelompok dengan 150 responden ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Parung yang memeriksakan kehamilannya di Posyandu. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang berisi pernyataan tentang pengetahuan dan perilaku.
Hasil: Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku makan selama kehamilan (p=0,037; α=0,05) dengan CI 95%.
Kesimpulan: Pengetahuan akan memepengaruhi perilaku makan. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan yang baik maka akan memiliki perilaku makan yang baik.

Background: Nutrition during pregnancy play the major role for fetus growth and development. The purpose of this research is to know the relation between knowledge of pregnant women about nutrition and their food habit during pregnancy.
Methods: The research design is descriptive correlative with cross section using cluster sampling method. The samples are 150 pregnant women in Puskesmas Parung work area who check their pregnancy in Posyandu. The instrument for this research is using questionnaire contain statements about knowledge and eating habit.
Result: The result of this research shows that there is a relation between knowledge and daily eating habit during pregnancy (p=0,037; α=0,05) with CI 95%.
Conclusion: knowledge will influence eating habit. If pregnant women have a good nutritional knowledge, they will have a good eating habit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Pratiwi Setyaningsih
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat 'Actinobacteria' termofilik dari tanah di sekitar geiser Cisolok, Jawa Barat yang memiliki aktivitas selulolitik pada suhu tinggi serta mengetahui posisi filogenetik isolat terpilih terhadap spesies-spesies terdekatnya berdasarkan gen 16S rRNA. Penapisan kemampuan degradasi selulosa 17 isolat dilakukan secara kualitatif pada 'Minimal medium' (Mm) padat yang ditambahkan substrat yaitu 'carboxymethyl cellulose' (CMC) 1% (b/v) atau  'microcrystalline cellulose' (MCC) 1% (b/v) kemudian diinkubasi selama 7 hari. Pengamatan dilakukan dengan pewarnaan 'Congo red' 0,2% (b/v) dan zona bening pada sekitar koloni mengindikasikan degradasi substrat. Hasil penapisan menunjukkan bahwa 15 isolat mendegradasi CMC 1% dan 12 isolat mendegradasi MCC 1% pada suhu 45 oC, 14 isolat mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% pada suhu 50 oC, 4 isolat mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% pada suhu 55 oC, dan 3 isolat mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% pada suhu 60 oC. Tiga isolat (SL1-2-R-2, SL1-2-R-3, dan SL1-2-R-4) yang mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% hingga 60 oC merupakan isolat terpilih. Identifikasi dan karakterisasi telah dilakukan pada penelitian sebelumnya dan melaporkan tiga isolat terpilih memiliki kekerabatan terdekat dengan 'Actinomadura keratinilytica' WCC-2665T(=NBRC 105837T). Hasil pengujian menunjukkan 'type strain' NBRC 105837T mendegradasi CMC 1% dan MCC 1% pada medium Mm padat dengan suhu 45, 50, 55, dan 60 oC setelah inkubasi 7 hari. 'Crude enzyme' dari tiga isolat potensial dan 'type strain' NBRC 105837T menunjukkan aktivitas selulolitik pada medium Mm padat yang ditambahkan CMC 1% atau MCC 1% pada suhu 45, 50, 55, dan 60 oC. Analisis filogenetik tiga isolat terpilih berdasarkan gen 16S rRNA menggunakan metode 'Neighbor-Joining' (NJ), 'Minimum Evolution' (ME), dan 'Maximum Likelihood' (ML) menunjukkan bahwa tiga isolat terpilih berada pada satu 'clade' monofiletik dengan 'Actinomadura' 'keratinilytica' WCC-2665T. Analisis filogenetik juga menunjukkan dua kelompok yang terpisah berdasarkan kemampuan menghasilkan selulase pada anggota famili 'Thermomonosporaceae'.

The aims of this study were to obtained thermophilic 'Actinobacteria' isolates from soil around Cisolok geyser, West Java with the ability to degrade cellulose at high temperatures and to analyze the phylogenetic position based on 16S rRNA gene of the selected isolates compared to closely related species. Cellulose degradation screening was performed on Minimal (Mm) medium with the addition of 1% (w/v) carboxymethyl cellulose (CMC) or 1% (w/v) microcrystalline cellulose (MCC) as substrate then incubated for 7 days. Cellulose degradations were observed by staining the plates with  0,2% (w/v) Congo red and clear zone formation around the bacterial colony would indicate the cellulose degradation. The results showed that 15 isolates were able to degrade 1% CMC and 12 isolates were able to degrade 1% MCC at 45 oC, 14 isolates were able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 50 oC, 4 isolates were able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 55 oC, and 3 isolates were able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 60 oC. Three isolates (SL1-2-R-2, SL1-2-R-3, and SL1-2-R-4) were selected due to their CMC and MCC degrading ability at 60 oC. Molecular identification based on 16S rRNA gene and characterization in previous study showed that the three selected isolates are closely related to 'Actinomadura keratinilytica' WCC-2665T(=NBRC 105837T). The assay showed that type strain NBRC 105837T was able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 45, 50, 55, and 60 oC after 7 days of incubation. Cellulolytic activity show that the crude enzymes of the three selected isolates and type strain were able to degrade 1% CMC and 1% MCC at 45, 50, 55, and 60 oC. Phylogenetic analysis using Neighbour-Joining (NJ), Minimum Evolution (ME), and Maximum Likelihood (ML) methods showed that the  three selected isolates  were  clustered  together in monophyletic clade with 'Actinomadura keratinilytica' WCC-2265T with 100% bootstrap value. Phylogenetic analysis also showed that cellulase  producers  and  non-cellulase  producers  in 'Thermomonosporaceae' were grouped into different clades.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Sela Veronica
"Sistem panas bumi Gunung Tampomas merupakan sistem panas bumi relief tinggi dengan intermediate enthalpy. Data manifestasi air, geologi, dan geofisika didapatkan untuk mengetahui kondisi sebuah sistem panas bumi. Integrasi data dilakukan untuk menghasilkan persebaran litologi, analisis struktur, tipe air manifestasi, asal air manifestasi, zona upflow, outflow, suhu reservoir, fluid path way, dan lokasi sumber panas, reservoir, dan batuan penudung. Daerah Manifestasi Gunung Tampomas memiliki 2 litologi yaitu breksi gunungapi dan andesit, tipe air bikarbonat dengan asal air berupa air meteorik. Zona upflow pada Gunung Tampomas berada pada titik sampel CS dan CC, dengan zona outflow menuju arah utara manifestasi. Suhu reservoir sistem panas bumi ini berkisar 170±10°C. Hasil akhir dari studi ini berupa sebuah model konseptual sistem panas bumi Gunung Tampomas.

The Mount Tampomas geothermal system is a high relief geothermal system with intermediate enthalpy. Water manifestation data, geology, and geophysics are obtained to determine the condition of a geothermal system. Data integration is carried out to produce lithology distribution, structural analysis, type of manifestation water, origin of manifestation water, upflow and outflow zones, reservoir temperature, fluid path way, and location of heat sources, reservoirs and caprock. The Manifestation Area of Mount Tampomas has 2 lithologies, namely volcanic breccia and andesite, has bicarbonate water type with meteoric water as its origin. The upflow zone on Mount Tampomas is at the CS and CC sample points, with the outflow zone towards the north of the manifestation. The reservoir temperature for this geothermal system ranges from 170±10°C. The final result of this study is a conceptual model of the Mount Tampomas geothermal system."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mazytha Kinanti Rachmania
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat Actinobacteria termofilik potensial dari tanah di sekitar geiser Cisolok yang dapat mendegradasi xylan dan mengetahui hubungan kekerabatannya dengan taksa terdekat dari Actinobacteria penghasil xylanase. Tujuh belas isolat Actinobacteria termofilik diisolasi dari tanah di sekitar geiser Cisolok, Jawa Barat. Penapisan kemampuan 17 isolat Actinobacteria dan type strain Actinomadura keratinilytica NBRC 105837T mendegradasi xylan dilakukan menggunakan medium Minimal (Mm) padat dengan penambahan substrat xylan 0,5, inkubasi selama 7 hari. Pewarnaan dengan Congo red 0,2 (b/v) menunjukkan terbentuknya zona bening di sekitar koloni isolat Actinobacteria yang dapat mendegradasi xylan 0,5 pada suhu 45 C (15 isolat), 50 C (14 isolat), 55 C (4 isolat), dan 60 C (3 isolat). Type strain NBRC 105837T dapat mendegradasi xylan 0,5 pada suhu 45 C hingga 60 C. Tiga isolat (SL1- 2-R-2, SL1-2-R-3, dan SL1-2-R-4) yang mendegradasi xylan 0,5 hingga suhu 60 C dipilih sebagai isolat potensial. Tiga isolat potensial dan type strain NBRC 105837 dapat mendegradasi substrat Remazol Brilliant Blue R-xylan (RBB-xylan) 0,1 pada medium Mm padat setelah 3 hari inkubasi pada suhu 45 hingga 60 C. Tiga isolat potensial telah diidentifikasi pada penelitian sebelumnya sebagai Actinomadura keratinilytica berdasarkan karakter genotip dan fenotip. Crude enzyme dari tiga isolat potensial dan type strain NBRC 105837 dapat mendegradasi xylan 0,5 dan RBB-xylan 0,1 pada medium Mm padat setelah 24 jam inkubasi pada suhu 45 hingga 60 C. Berdasarkan analisis filogenetik sequence gen 16S rRNA menggunakan metode neighbor-joining, minimum evolution, dan maximum likelihood, 3 isolat potensial membentuk clade yang monofiletik dengan dua spesies Actinomadura termofilik yang dapat mendegradasi xylan (A. keratinilytica dan A. miaoliensis). Tiga isolat potensial membentuk clade yang monofiletik dengan empat spesies Actinomadura termofilik (A. keratinilytica, A. miaoliensis, A. rubrobrunea, dan A. viridilutea). Tiga isolat potensial menghasilkan miselium substrat yang bercabang dan tidak berfragmen, serta miselium aerial yang menghasilkan spora pada medium modified Bennetts padat setelah 14 hari inkubasi pada suhu 45 C. Penelitian ini memberikan informasi tambahan mengenai kemampuan typestrain A. keratinilytica NBRC 105837 mendegradasi xylan.

The aims of this study were to obtain the potential xylan-degrading thermophilic Actinobacteria isolates from soil of Cisolok geysers and to understand their relationship with the closely related taxa of xylanase-producing Actinobacteria. Seventeen thermophilic Actinobacteria isolates were isolated from soil collected around Cisolok geysers, West Java. Xylan-degrading ability of 17 Actinobacteria isolates and type strain Actinomadura keratinilytica NBRC 105837T were screened by using Minimal (Mm) agar medium with the addition of 0.5 xylan substrate, incubated for 7 days. Clear zone was formed around the colony of Actinobacteria isolates which showed xylan-degrading ability at 45 C (15 isolates), 50 C (14 isolates), 55 C (4 isolates), and 60 C (3 isolates) after staining by 0.2 (w/v) Congo red. Type strain NBRC 105837T was able to degrade 0,5 xylan at 45 to 60 C. Three isolates (SL1-2-R-2, SL1-2-R-3, dan SL1-2-R-4) that showed xylan-degrading ability at 45 to 60 C were choosen as potential isolates. Three potential isolates and type strain NBRC 105837T were able to degrade 0,1 Remazol Brilliant Blue R-xylan (RBB-xylan) substrate on Mm agar after 3 days incubation at 45 to 60 C. In the previous study, these potential isolates were identified as Actinomadura keratinilytica based on genotypic and phenotypic characters. Crude enzyme of 3 potential isolates and type strain NBRC 105837T were able to degrade both 0.5 xylan and 0.1 RBB-xylan on Mm agar after 24 hours at 45 to 60 C. Phylogenetic analyses based on 16S rRNA gene using neighbor-joining, minimum evolution, and maximum likelihood methods showed the 3 potential isolates formed monophyletic clade with two thermophilic xylan-degrading Actinobacteria species (A. keratinilytica and A. miaoliensis). Three potential isolates formed monophyletic clade with four thermophilic Actinobacteria species (A. keratinilytica, A. miaoliensis, A. rubrobrunea, and A. viridilutea). These isolates produced non-fragmented branched substrate mycelia and spores produced from aerial mycelia after 14 days incubation at 45 C. This study reports a new information regarding the xylan-degrading ability of A. keratinilytica NBRC 105837."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T54921
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathul Nugroho
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S28815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triwening Larasati
"Pemanfaatan potensi panas bumi di Gunung Galunggung yang merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia belum dilakukan hingga saat ini. Studi mengenai sistem panas bumi daerah terkait belum banyak dilakukan. Studi pada penelitian ini dilakukan untuk memperjelas pendefinisian sistem pada model konseptual sebelumnya. Studi dilakukan untuk mengetahui keadaan sistem panas bumi daerah penelitian menggunakan data utama geologi dan geokimia. Metode yang digunakan antara lain metode penginderaan jauh, pemetaan geologi lapangan, petrografi, serta analisis geokimia dan isotop air yang diintegrasi dengan data gaya berat dan magnetotelluric literatur. Hasil studi menunjukkan keberadaan sumber panas yang berkaitan dengan vulkanisme aktif Gunung Galunggung. Batuan penudung terduga berada di utara hingga selatan daerah penelitian dengan reservoir yang terbentang di bawahnya. Pendugaan suhu reservoir memiliki kisaran antara 143-152°C menggunakan geotermometer Na-K-Ca. Fluida berasal dari air meteorik dan reservoir yang sama. Fluida panas bumi akan masuk melaui daerah imbuhan di utara, lalu terpanaskan oleh sumber panas, mengalir ke atas sehingga air kondensat termanifestasi, dan mengalir ke selatan hingga air klorida terencerkan termanifestasi. Permeabilitas dikontrol oleh struktur depresi di utara dan sesar normal dari komplek deformasi kuat di selatan. Sistem panas bumi daerah penelitian dikategorikan menjadi dinamis konvektif high-enthalphy liquid-dominated high-relief yang berasosiasi dengan vulkanisme Kuarter Gunung Galunggung.

The utilization of geothermal potential on Mount Galunggung, one of the active volcanoes in Indonesia, has not been carried out yet. There have not been many studies on the geothermal system in the related areas. The study in this research was conducted to further clarify the how the system works in the previous conceptual model. The study was conducted to determine the state of the geothermal system in the research area mainly using the geological and geochemical data. The methods used include remote sensing methods, field geological mapping, petrography, and geochemical and water isotope analysis integrated with gravity and magnetotelluric literature data. The results of the study indicate the presence of a heat source related to the active volcanism of Mount Galunggung. The expected cap rocks are in the north to south of the study area with the reservoir extending beneath it. The reservoir temperature estimation has a range between 143-152°C using Na-K-Ca geothermometer. The fluids originated from meteoric water and the same reservoir. Geothermal fluid will enter through the recharge area in the north, heated by a heat source, flow upwards so the steam-condensate water is manifested, and flows south until dilute chloride water is manifested. Permeability is controlled by the depression structure in the north and the normal fault of the strong deformation complex in the south. The geothermal system in the study area is categorized as a high-enthalphy liquid-dominated high-relief convective dynamic associated with the Galunggung Quaternary volcanism."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irhamni Rahman
"Skripsi ini membahas tentang Pondok Pesantren secar holistik; pengertian, tujuan, fungsi, dan kategori sebuah Pondok Pesantren. Adapun konsentrasi pembahasan penilitian dalam bagian kategorisasi sebuah Pondok Pesantren. Kategorisasi yang dibahas adalah kategori pondok pesantren tradisional dan pondok pesantren modern dilihat dari lima aspek, yaitu aspek kepemimpinan, institusi pendidikan dan bentuk, kurukulum yang digunakan, metode pendidikan yang diterapkan, serta fsilitas penunjang yang disediakan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13370
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Octaviyani
"Prospek hidrokarbon di Cekungan Jawa Barat Selatan masih dipertanyakan dan perlu identifikasi lebih detail. Lokasi penelitian ini tepatnya berada di Anggota Konglomerat Formasi Bayah (Teb). Formasi ini di dominasi oleh konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung, tuf, dan batu bara. Di Formasi Bayah, salah satunya, sungai cidahu dan cipanadogan ditemukan batuan serpih dengan indikasi rembesan minyak yang sudah mengering di sela-sela batuan. Rembesan minyak yang berada di batuan ini belum diketahui karakteristik lingkungan pengendapan dan kematangannya. Selain memiliki struktur yang kompleks, Formasi Bayah memiliki pemaparan litologi yang luas, salah satunya adalah batu bara. Batu bara yang berada di daerah penelitian memiliki luas ± 100 m yang tersebar di Sungai Cidahu, Cipanadogan, Cimandiri, dan Pantai Cibobos. Karakteristik batu bara Formasi Bayah pada daerah penelitian masih belum diketahui. Oleh karena itu, hal ini perlu diidentifikasi lebih lanjut dengan melakukan analisis pada penelitian ini agar dapat mengetahui kualitas batuan induk dan karakterisasi batu bara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas batuan induk dan karakterisasi batu bara di Cekungan Jawa Barat Selatan di wilayah Formasi Bayah menggunakan analisis kromatografi gas, analisis kromatografi gas-spektropi massa, dan petrografi maseral. Empat sampel batuan serpih dan lima sampel batu bara dari daerah penelitian telah dikumpulkan dan dianalisis. Analisis kromatografi gas dan kromatografi gas-spektropi massa menunjukkan CDH 05, SHALE 01, dan SHALE 04 berada pada lingkungan pengendapan delta (terrigeneous) sedangkan, CP 04 berada pada lingkungan pengendapan transisi antara laut dan darat. Berdasarkan kematangan termalnya conto CDH 05, CP 04, SHALE 01, dan SHALE 04 berada pada tingkat kematangan awal (early mature), sehingga menunjukkan kualitas batuan induk yang cukup baik. Analisis petrografi maseral menunjukkan CDH 09, dan CMN 01 berada di lingkungan pengendapan hutan rawa basah, sedangkan CP 04, CP 07, PCBB berada pada hutan rawa yang sedikit dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga kualitas batu bara buruk. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas batuan induk memiliki kualitas yang cukup baik dan batu bara memiliki kualitas yang buruk.

The prospect of hydrocarbons in the South West Java Basin is still questionable and needs more detailed identification. The exact location of this research in the Members of the Bayah (Teb) Formation Conglomerate. This formation is dominated by conglomerates, quartz sandstone, claystone, tuff, and coal. In the Bayah Formation, one of which, the Cidahu and Cipanadogan rivers are found with shale rocks with an indication of oil seepage that has dried up between the rocks. Oil seeps in these rocks are not yet known characteristics of the depositional environment and its maturity. Besides having a complex structure, the Bayah Formation has extensive lithological exposure, one of which is coal. Coal in the study area has an area of ± 100 m spread over the Cidahu River, Cipanadogan, Cimandiri, and Cibobos Beach. The characteristics of the Bayah Formation coal in the study area are still unknown. Therefore, this needs to be further identified by analyzing this study in order to find out the quality of source rock and coal characterization. This study aims to determine the quality of the source rock and the characterization of coal in the South West Java Basin in the Bayah Formation region using gas chromatography analysis, gas chromatography-mass spectrophy analysis, and mass petrography. Four shale rock samples and five coal samples from the study area were collected and analyzed. Analysis of gas chromatography and gas chromatography-mass spectrophy show that CDH 05, SHALE 01, and SHALE 04 are in the terrigeneous deltaic environment whereas, CP 04 in the transitional depositional environment between marine and land. Based on the thermal maturity, the samples of CDH 05, CP 04, SHALE 01, and SHALE 04 are early mature level, show that the quality of the source rock has quite good. Mass petrographic analysis shows CDH 09, and CMN 01 are in the sedimentation environment of wet forest swamp, while CP 04, CP 07, PCBB are in forest swamp which is slightly affected by tidal water, so that of coal has a poor quality. From these results, it can be concluded that the quality of source rock has a fairly good quality and coal has a poor quality."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>