Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28281 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Rizky Bayuputra
"

Pluralisme hukum di Indonesia, di mana hukum perdata Barat, Islam, dan Adat berlaku secara bersamaan, tidak dapat dipisahkan dari pembahasan dan perkembangan Hukum Antar Tata Hukum Intern (HATAH Intern), suatu cabang ilmu hukum yang terkadang dicap sebagai hukum yang kuno karena asal-usul kolonialnya. Perkembangan HATAH Intern dapat kita lihat dalam kasus Sultan Banten, di mana majelis hakim pada ketiga tingkat peradilan agama mempertanyakan apakah hukum Islam atau hukum Adat yang berlaku terhadap suatu klaim historis atas tahta Kesultanan Banten. Dengan mengkonsiderasi berbagai faktor, termasuk sosial, kultural, politik, dan sejarah untuk menentukan hukum yang berlaku, pertimbangan-pertimbangan ketiga majelis hakim dalam Sultan Banten menunjukkan bahwa HATAH Intern masih relevan. Tulisan ini akan menganalisis Sultan Banten dari beberapa aspek, mengeksplorasi klaim pewarisan tahta berdasarkan hukum adat, pluralisme yurisdiksi, pluralisme hukum, beserta pengaturan-pengaturan tidak tertulis yang terdapat dalam HATAH Intern mengenai pewarisan. Selain menggunakan sumber hukum konvensional seperti peraturan perundang-undangan, putusan-putusan pengadilan, dan literatur hukum, tulisan ini juga membahas beberapa karya studi sejarah dan antropologi yang relevan agar mencapai pendekatan yang lebih holistik dalam menganalisis Sultan Banten.


Legal pluralism in Indonesia, where European, Islamic, and Adat private law stand side-by-side as three distinct systems of private law, has set continual discussion and development of Indonesian internal conflict of laws, a field of law thought by some to be defunct due to its colonial roots. The continous development of internal conflict of laws could be witnessed in Sultan Banten, where judges at all three levels of the religious courts throw their heads back and forth to answer the question of whether Islamic or Adat law applies over a man’s historic claim over the throne of the Sultanate of Banten. Having considered a plethora of factors including social, cultural, political, and historical to determine which law is applied, the considerations brought by the judges in Sultan Banten shows that Indonesian internal conflict of laws is alive and well. This work will analyse Sultan Banten through several aspects, exploring the claimant’s historic claims based on an adat rule of succession, Indonesian jurisdictional pluralism, legal pluralism, as well as the many rules ascribed by the Indonesian conflict of laws, specifically those pertaining to inheritance and the doctrine of characterisation. Aside from conventional sources of law such as statutes, treatises, and case law, this work will also take into account historical and anthropological studies relevant to the substance of the case in order to achieve a more holistic approach in analysing Sultan Banten.

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriyanti Ongkodharma
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
959.82 HER k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Halwany Michrob
Serang: Kamar Dagang dan Industri Daerah, 1993
380.1 HAL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Minal Aidin A. Rahiem
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ghilman Assilmi
"Penelitian ini membahas mengenai makam dan masjid pada masa Kesultanan Banten Abad XVI –XIX Masehi, sumber data terdiri dari kompleks makam di Masjid Agung Banten Lama, Masjid Kasunyatan, dan Masjid Kanari. Penelitian terfokus kepada kajian keletakkan makam pada masjid untuk mengungkapkan cultural code masyarakat masa Kesultanan Banten yang membedakan antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Selain itu, dilakukan kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan-nisan Sultan Banten untuk mengetahui identitas serta keistimewaan Sultan berhubungan dengan makamnya. Hasil kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan menunjukkan bahwa tidak ada keistimewaan yang dimiliki sultan berdasarkan nisannya. Sedangkan hasil kajian keletakkan menunjukkan bahwa culutral code masyarakat Kesultanan Banten tidak memperlihatkan pemisahan ruang antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, akan tetapi masjid dianggap sebagai tempat yang paling sakral karena menjadi acuan yang hidup dan yang mati tersebut.

This research discuss about the relation between tomb and mosque in the Sultanate of Banten XIX-XVI century AD. The source data consists of the tomb in the Great Mosque of Banten Lama, Kasunyatan Mosque and Kanari Mosque. The research focused on spatial study about tomb in the mosque to express the cultural code of Banten Sultante’s society that distinguishes between the living and the dead, the sacred and the profane, living space and refuse space. In addition, researcher conducted a study of shapes and ornamen gravestones Sultan of Banten to determine the identity and privileges associated based on their gravestone. Results of the study indicate that no privilege Sultan based on their gravestone. While the spatial study results that culutral code of Banten Sultante’s society showed no separation space between the living and the dead, the profane and the sacred, living space and refuse space, but the mosque is regarded as the most sacred places as a reference the living and the dead."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T45142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghilman Assilmi
"Penelitian ini membahas mengenai makam dan masjid pada masa Kesultanan Banten Abad XVI-XIX Masehi, sumber data terdiri dari kompleks makam di Masjid Agung Banten Lama, Masjid Kasunyatan, dan Masjid Kanari. Penelitian terfokus kepada kajian keletakkan makam pada masjid untuk mengungkapkan
cultural code masyarakat masa Kesultanan Banten yang membedakan antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal. Selain itu, dilakukan kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan-nisan Sultan Banten untuk mengetahui identitas serta keistimewaan Sultan berhubungan dengan makamnya. Hasil kajian terhadap bentuk dan ragam hias nisan menunjukkan bahwa tidak ada keistimewaan yang dimiliki sultan berdasarkan nisannya. Sedangkan hasil kajian keletakkan menunjukkan bahwa culutral code masyarakat Kesultanan Banten tidak memperlihatkan pemisahan ruang antara yang hidup dan yang mati, profan dan sakral, tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, akan tetapi masjid dianggap sebagai tempat yang paling sakral karena
menjadi acuan yang hidup dan yang mati tersebut.

This research discuss about the relation between tomb and mosque in the Sultanate of Banten XIX-XVI century AD. The source data consists of the tomb in the Great Mosque of Banten Lama, Kasunyatan Mosque and Kanari Mosque.
The research focused on spatial study about tomb in the mosque to express the cultural code of Banten Sultante's society that distinguishes between the living and the dead, the sacred and the profane, living space and refuse space. In addition, researcher conducted a study of shapes and ornamen gravestones Sultan of Banten to determine the identity and privileges associated based on their gravestone. Results of the study indicate that no privilege Sultan based on their gravestone. While the spatial study results that culutral code of Banten Sultante's society showed no separation space between the living and the dead, the profane and the sacred, living space and refuse space, but the mosque is regarded as the most sacred places as a reference the living and the dead.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasaruddin
"Kesultanan Buton memiliki banyak peninggalan naskah yang umumnya berada dalam wilayah kraton. Naskah-naskah tersebut ditulis oleh para pembesar kerajaan. Para sultan umumnya memiliki peranan yang cukup besar dalam proses tradisi tulis dalam lingkungan Kesultanan Buton. Hasil karya para sultan tidak hanya berupa naskah yang berbahasa Wolio tetapi juga berbahasa Melayu dan Arab."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2012
090 JMN 3:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>