Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deasy Listiyani
"Akses terhadap air minum yang layak merupakan hak asasi manusia. Air minum yang layak adalah air minum yang berasal dari air leding, sumur bor, sumur terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan. Di daerah perkotaan, sumber air minum layak lebih mudah didapatkan jika dibandingkan dengan di daerah pedesaan. Namun, sumber air minum di daerah perkotaan sudah banyak yang tercemar oleh limbah dan terkontaminasi bakteri.
Salah satu kota yang mengalami hal tersebut adalah Kota Bekasi. Sumber air minum baku Kota Bekasi hampir seluruhnya telah tercemar, akibatnya masyarakat menggunakan air minum dalam kemasan dan air isi ulang sebagai sumber utama air minum rumah tangga. Padahal menurut WHO/UNICEF dan juga pemerintah, air minum kemasan dan air isi ulang belum termasuk ke dalam kategori sumber air minum layak dikarenakan minimnya kontrol atas kualitas. Sumber air minum lainnya seperti sumur bor rentan terhadap kontaminasi mineral dan bakteri sementara air perpipaan PDAM belum mencakup seluruh wilayah Kota Bekasi.
Atas dasar permasalahan tersebut, penelitian ini akan melakukan identifikasi terhadap karakteristik rumah tangga yang menggunakan sumber air minum layak dan juga mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pilihan sumber air minum layak rumah tangga. Data penelitian diambil dari SUSENAS KOR tahun 2016 yang terdiri dari 925 rumah tangga dan dianalisa dengan model regresi logistik.
Hasil penelitian membuktikan bahwa faktor tingkat pendidikan, status kepemilikan rumah, status perkawinan, jumlah pengeluaran dan kepemilikan mobil signifikan mempengaruhi keputusan pemilihan sumber air minum layak bagi rumah tangga di Kota Bekasi.

Access to adequate drinking water is a basic human right. Decent drinking water is drinking water from tap water, drilled wells, protected wells, protected springs and rainwater. In urban areas, decent drinking water sources are easier to obtain than in rural areas. However, drinking water sources in urban areas have been contaminated with waste and contaminated with bacteria.
One city that experienced it is the city of Bekasi. The source of drinking water in Bekasi City is almost entirely contaminated; consequently, the community uses bottled drinking water and refill water as the main source of household drinking water. Yet according to WHO / UNICEF and also the government, bottled water and refill water is not included in the category of drinking water source is feasible due to lack of control over quality. Other sources of drinking water such as drill wells are vulnerable to mineral and bacterial contamination while PDAM piped water does not yet cover all areas of Kota Bekasi.
On the basis of these problems, this study will identify household characteristics using appropriate drinking water sources as well as identify what factors influence the choice of a household's proper source of drinking water. The research data was taken from SUSENAS KOR 2016 consisting of 925 households and analyzed by logistic regression model.
The results of the study prove that the factor of education level, home ownership status, marital status, amount of expenditure and car ownership significantly influence the decision of election of drinking water source suitable for household in Bekasi City.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Novita
"Air minum telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, karena merupakan sarana utama meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kesulitan pengadaan air bersih diperkirakan berakibat rendahnya mutu air minum dikonsumsi masyarakat. Hal ini berakibat terjadinya peningkatan pertumbuhan dunia usaha untuk menyediakan air minum kemasan yang harganya relatif mahal, sehingga masyarakat mencari alternatif mendapatkan air minum terjangkau dengan mengkonsumsi air minum isi ulang. Studi ini bertujuan untuk melakukan analisis kualitas air minum isi ulang di Palembang. Studi Penelitian ini menggunakan Cross Sectional, sebanyak 33 dari 74 depot air minum di Palembang diteliti.
Kualitas air sebelum peugolahan mempunyai hubungan bermakna dengau kualitas air minum setelah diadakan pengolahan menurut parameter fisik, parameter kimia terbatas serta parameter bakteriologi. Proses desinfeksi ultraviolet, higiene sanitasi personal, higiene sanitasi depot, higiene ruang pengisian air minum mempunyai hubungan bermakna dengan kualitas air minum isi ulang, tetapi faktor paling berpengaruh adalah proses desinfeksi. Proses desinfeksi ultraviolet memenuhi syarat mempunyai peluang 8,3 kali mendapatkan kualitas air minum memenuhi syarat dibanding proses desinfeksi tidak memenuhi syarat. Higiene sanitasi personal memenuhi syarat mempunyai peluang 1,7 kali untuk mendapatkan kualitas air minum memenuhi syarat dibanding higine sanitasi personal tidak memenuhi syarat. Higiene sanitasi depot memenuhi syarat mempunyai peluang 9,6 kali mendapat kualitas air minum memenuhi syarat dibanding higiene sanitasi depot tidak memenuhi syarat. Higiene ruang pengisian air minum memenuhi syarat mempunyai peluang 16 kali mendapat kualitas air minum memenuhi syarat dibanding ruang pengisian air minum tidak memenuhi syarat.
Disimpulkan bahwa kualitas air sebelum dilakukan pengolahan berhubungan secara bermakna dengan kualitas air sesudah dilakukan pengolahan, dimana kandungan zat mineral (Fe, Mangan, Flour, CaC03) sangat minimal. Titik kendali kritis pada proses desinfeksi, higiene sanitasi personal, higiene sanitasi depot, higiene mang pengisian air minum dimana proses desinfeksi mempakan faktor paling berpengaruh terhadap kualitas air minum isi ulang. Perlu dibentuk kerjasama terprogram antara lembaga swadaya masyarakat depot air minum isi ulang dengan Dinas Kesehatan Palembang sehingga dapat dibuat komitmen bersama dalam rangka menjamin kualitas air minum yang aman, sehat untuk dikonsumsi masyarakat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Harvita
"Penelitian dalam tesis ini ingin melihat faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk air minum dalam kemasan Ades dengan menggunakan teori perilaku yaitu Theory of Planned Behavior dari Ajzen dan Fishben. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan dilakukan kepada 200 responden yang sudah membeli Ades. Berdasarkan data dari 200 responden yang diolah menggunakan metode Structural Equations Modelling (SEM) dapat diketahui bahwa environmental knowledge tidak berpengaruh terhadap attitude responden yang nantinya akan memicu purchase intention terhadap produk ramah lingkungan Ades. Awareness to the product dan customer value berpengaruh terhadap attitude responden yang nantinya akan memicu purchase intention terhadap produk ramah lingkungan Ades. Akan tetapi attitude responden tidak berpengaruh terhadap purchase intention untuk membeli produk Ades. Sementara itu sosial pressure to act green dan individual environment impact mepunyai pengaruh terhadap norma subjektif yang di terima di masyarakat. Dan Norma subjektif juga mempunyai pengaruh terhadap purchase intention produk Ades. Availibility of product dan perceived consumer mempunyai pengaruh terhadap purchase intention produk Ades.

The research in this thesis would like to see factors that influence consumer purchasing decisions on bottled water products Ades using behavioral theory is the Theory of Planned Behavior of Ajzen and Fishben. This research is a quantitative study and performed the 200 respondents who had bought Ades. Based on data from 200 respondents were processed using Structural Equations Modeling (SEM) can be seen that the Environmental Knowledge does not affect the attitude of respondents that would trigger a purchase intention towards environmentally friendly products Ades. Awareness to the product and customer value affect the attitude of respondents that would trigger a purchase intention towards environmentally friendly products Ades. But the attitude of the respondents had no effect on purchase intention to buy the product Ades. Meanwhile social pressure to act green and environment impact individual mepunyai influence on subjective norm is accepted in the community. And subjective norms also have an influence on purchase intention of products Ades. Availibility of product and perceived consumer has an influence on purchase intention of products Ades.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inas Imtiyaz
"ABSTRAK
Kota Bekasi dengan sebagian besar penduduknya merupakan pengguna air tanah memiliki risiko dalam menghadapi kontaminasi E. coli. Penggunaan sumur bor dan sumur gali untuk mendapatkan sumber air bersih berpotensi menjadi jalan masuknya kontaminasi melalui infrastruktur yang tidak tepat. Selain itu, kontaminan dapat masuk bahkan setelah adanya pengolahan air dan dapat melalui wadah penyimpanan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur sumur terhadap kontaminasi E. coli di sumber air, dan pengaruh pengolahan air tanah sebagai air minum serta wadah penyimpanan air terhadap kontaminasi E. coli di air minum. Pengujian E. coli dilakukan dengan IDEXX Colilert-18. Berdasarkan rumah tangga yang disurvei secara acak pada Kelurahan Jatiluhur, Sumur Batu dan Jatirangga, umumnya sumur bor dan sumur
gali menunjukkan kondisi tidak rentan terhadap kontaminasi (n=204). Tetapi pada variabel jenis sumur, genangan air sumur dan umur pompa berhubungan secara signifikan dengan kontaminasi E. coli di sumber air (korelasi Spearman dengan tingkat kepercayaan 95%). Jika dilihat secara lebih detail pada sumur gali, kondisi yang sebaliknya terjadi yaitu cukup rentan terhadap kontaminasi E. coli atau tidak memenuhi standar SNI 03-2916-1992. Hasil regresi logistik biner menunjukkan
bahwa sumur gali berpeluang terkontaminasi E. coli sekitar 4,0 kali lebih besar dibandingkan dengan sumur bor. Begitu juga adanya genangan air dan umur pompa lebih dari 10 tahun berpeluang terkontaminasi E. coli masing-masing sebanyak 2,25 kali dan 1,86 kali. Selain infrastruktur sumur, pengolahan dan wadah penyimpanan air pun diteliti hubungannya dengan kontaminasi E. coli di air minum (n=51). Pengolahan air minum dengan cara memasak dilakukan rumah tangga responden sebanyak 98,1%. Memasak air dapat menurunkan E. coli pada 67% sampel. Namun, air yang telah dimasak tidak bebas sepenuhnya dari E. coli, melainkan masih terdeteksi sebanyak 64,8% dengan kategori risiko rendah dan 25,9% terdeteksi E. coli dengan
kategori risiko sedang. Wadah penyimpanan menunjukkan bahwa penduduk paling banyak menyimpan air setelah dimasak pada wadah kendi yaitu sebesar 51%, dan diikuti oleh ceret/teko sebanyak 35,3%. Wadah yang digunakan pun telah dilengkapi oleh tutup sebanyak 94,1%. Namun, wadah penyimpanan tidak menunjukkan adanya nilai korelasi yang signifikan dengan kontaminasi E. coli di air minum. Faktor lain seperti, praktik memasak dan kebersihan wadah penyimpanan yang mungkin memiliki korelasi, perlu untuk diamati.

ABSTRACT
Bekasi City with a large portion of the population as groundwater users have risk in E. coli contamination. Borehole and dug wells to obtain clean water sources has the potential to become an entry point for contamination through improper infrastructure. In addition, E. coli can contaminate the water even after treatment and through the water storage practices. This research aims to analyze the effect of well infrastructure used to E. coli contamination in the sources water and effect groundwater treatment as drinking water and water storage containers to E. coli contamination in drinking water. E. coli testing was carried out with IDEXX Colilert-18. Based on randomly households surveyed in Jatiluhur, Sumur Batu and Jatirangga village, generally showed borehole and dug wells not susceptible to contamination (n = 204). But on variabel types of wells, inundation around wells and pump age were significantly associated with E. coli contamination in the sources water (Spearman's correlation of 95% confidence level). If seen in more detail in dug wells, the opposite condition occurs that is quite susceptible to E. coli contamination or does not eligibel to SNI 03-2916-1992 standards. Binary logistic regression results show that dug wells have the possibility to be contaminated with E. coli about 4.0 times more than the borehole. Likewise, the presence of inundation around wells and pump age of more than 10 years have the possibility of E. coli contamination of 2.25 times and 1.86 times respectively. In addition to well infrastructure, water treatment and storage containers were also investigated in relation to E. coli contamination in drinking water (n = 51). Drinking water treatment by boiling water is done by respondents' households as much as 98.1%. Results show E. coli decreased in 67% samples after boiling. However, boiled water is not completely free from E. coli, but 64.8% is still detected in a low risk
category and 25.9% detected by E. coli with a moderate risk category. Observation of water storage practices shows that 51% households save water after being treated in jug, and followed by kettle/pot as much as 35.3%. The container used by residents has also been equipped with a lid of 94.1%. However, storage containers did not show a significant correlation with E. coli contamination in drinking water. Other factors such as boiling water practices and cleanliness of storage containers that may have a correlation need to be observed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Wahyudi
"Penggunaan water dispenser, konsumsi air minum kemasan dan depot meningkat. Dalam survey 10 rumah tangga terdapat 20% menuangkan galon tanpa sterilisasi alkohol. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan sumber, perlakuan galon dan water dispenser dengan kontaminasi bakteri E. coli. Desainnya adalah cross sectional, besar sampel 106 dan diambil berdasarkan administrasi RW serta analisis data uji chi square. Variabel berpengaruh terhadap kontaminasi bakteri E. coli dalam air minum adalah sumber (p =0,009, OR=3,5, 95% CI =1,38-8,88); membersihkan galon pakai lap kering bersih atau tissue (p=0,000, OR=9,241, 95%CI=3,290-25,953); sterilisasi galon (p=0,000, OR=24,182, 95%CI=2,821- 207,255); membersihkan outlet (p=0,034, OR=tak terhingga). Hasil penelitian menyarankan gunakanlah sumber air minum kemasan, bersihkan galon memakai lap kering bersih/tissue, sterilisasi galon dengan tissue alkohol, membersihkan outlet paling lama satu bulan sekali.

Use water dispenser, bottled water consumption and increased depot. In the survey 10% of households are pouring 20 gallons of alcohol without sterilization. The study aims to find out the source of the relationship, and the treatment gallon water dispenser with E. coli bacteria contamination. The design was crosssectional, a large sample of 106 taken by the administration and RW as well as data analysis chi square test. Variable effect on E. coli bacteria contamination in drinking water is the source (p = 0.009, OR = 3.5, 95% CI = 1.38 to 8.88); gallon disposable cleaning cloth or a clean dry tissue (p = 0.000, OR = 9.241, 95% CI = 3.290 to 25.953); sterilization gallons (p = 0.000, OR = 24.182, 95% CI = 2.821 to 207.255); clean the water dispenser outlet (p = 0.034, OR = infinity). The results of the study suggest the source of bottled water use, clean gallon wearing clean dry cloth / tissue, tissue sterilization gallon with alcohol, clean the outlet once a month at the latest."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inas Afifah Zahra
"ABSTRAK
Di Indonesia, transportasi berbasis aplikasi berkembang dengan pesat pada tahun 2015. Salah satunya adalah PT.GO-JEK Indonesia yang merupakan perusahaan teknologi penyedia jasa tranportasi berbasis aplikasi dengan menawarkan kemitraan dalam pelayanan transportasi ojek kepada masyarakat Indonesia. Sampai tahun 2016 aplikasi GO-JEK telah diunduh sebanyak 5.000.000 unduhan oleh pengguna smartphone di Indonesia. Hal ini menjadi sebuah tolak ukur bahwa keberadaan jasa transportasi ojek berbasis aplikasi cukup diminati oleh masyarakat. Dengan tingginya minat dan respon masyarakat terhadap aplikasi G0-JEK, tidak sedikit masyarakat yang ingin bergabung sebagai mitra atau pengemudi dari PT. GO-JEK Indonesia. Namun, tingginya minat masyarakat untuk bergabung menjadi pengemudi GO-JEK tidak diimbangi dengan pengetahuan yaitu faktor utama minat mereka menjadi pengemudi GO-JEK.
Hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 20 telah memberikan bukti bahwa variabel-variabel Bagi Hasil 1, Pendapatan 2, Pendapatan 4, Surge Pricing 2, Surge Pricing 3, Surge Pricing 4, dan Aksesibilitas 4 adalah variabel-variabel yang penting untuk mendapatkan perhatian dalam mempengaruhi minat masyarakat untuk menjadi pengemudi GO-JEK. Sementara itu, variabel-variabel: Pendapatan 1, Pendapatan 3, Aksesibilitas 1, Aksesibilitas 2, Aksesibilitas 3, Bagi Hasil 2, Bagi Hasil 3, Bagi Hasil 4, dan Surge Pricing 1 yaitu variabel-variabel yang tidak termasuk dalam faktor penjelas utama, bersifat sebagai faktor pembantu bagi faktor utama.

ABSTRACT
In Indonesia , transportation based on applications grew rapidly in 2015. PT.GO - JEK Indonesia as one of the technology -based transportation services provider applications appear to offer a partnership in motorcycle transportation services to the people of Indonesia. Until 2016 GO- JEK application has been downloaded 5 million downloads by users of smartphones in Indonesia . This has become a benchmark that the existence of transportation services -based applications motorcycle is needed by the public . With the high interest and the public response to the GO ? JEK application , not a few people who want to join as a partner or the driver of the PT . GO - JEK Indonesia . However , the high interest of the community to join the GO - JEK driver is not offset by the knowledge that their interests become a major factor of GO- JEK driver .
The results of analysis using SPSS 20 has provided evidence that the variables Sharing 1 Revenue 2 Revenue 4 , Surge Pricing 2 , Surge Pricing 3 , Surge Pricing 4 , and Accessibility 4 are variables that are important to gain attention in influencing the public interest to be GO - JEK driver . Meanwhile , the variables : Income 1 Income 3 Accessibility 1 Accessibility 2 Accessibility 3 , For Outcome 2 , Share Results 3 Sharing 4 , and Surge Pricing 1 ie variables that are not included in the explanatory factor main act as auxiliary factor for major factor"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fastabiqul Khairat
"Permasalahan terkait kependudukan masih terjadi di Indonesia, salah satu diantaranya peningkatan jumlah penduduk yang tinggi tetapi tidak disertai dengan peningkatan kualitas hidup. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2025 berjumlah sekitar 273,65 juta jiwa. Menurut hasil SDKI (2017) pengguna kontrasepsi terbanyak yaitu pengguna metode kontrasepsi non-MKJP yaitu kontrasepsi suntik (29%), pil (12%) dibandingkan dengan pengguna MKJP yaitu implant/AKBK (5%), IUD (5%), serta MOW (4%). Sedangkan angka putus pakai kontrasepsi yaitu mencapai 34% dan yang tertinggi merupakan pengguna pil (46%), suntik (28%), dan kondom (27%). Puskesmas Pekayon Jaya, didapatkan masih banyak pengguna KB menggunakan non-MKJP, yang didominasi oleh penggunaan suntik dengan 564 Wanita Usia Subur (WUS) dan penggunaan pil dengan 196 WUS. Untuk MKJP yakni IUD dengan 149 WUS, dan implant 49 WUS. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pekayon Jaya Kota Bekasi. Desain penelitian menggunakan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara acak atau simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 akseptor KB. Uji statistic menggunakan chi square test. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan (p value = 0,003 dan 1,176) dan aksesbilitas pelayanan KB (p value = 0,012 dan PR 1,785) dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Pekayon Jaya.

The issue related to population persists in Indonesia, one of which is the high population growth without a corresponding increase in the quality of life. The Central Statistics Agency (BPS) estimates Indonesia's population in 2025 to be around 273.65 million people. According to the results of the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (SDKI), the most widely used contraceptive method is non-permanent methods (MKJP), specifically injectables (29%) and pills (12%), compared to permanent methods (MKJP), such as implants/IUDs (5%) and female sterilization (MOW - 4%). Meanwhile, the discontinuation rate of contraception reaches 34%, with the highest being among pill users (46%), injectables (28%), and condoms (27%). At Pekayon Jaya Community Health Center, it was found that there are still many family planning (KB) users utilizing non-permanent methods, predominantly injectables with 564 Women of Reproductive Age (WRA) and pills with 196 WRA. For the permanent methods, there are 149 WRA using IUDs and 49 WRA using implants. The general objective of this research is to understand the factors influencing acceptors in choosing Long-Acting Reversible Contraceptive Methods (MKJP) in the working area of Pekayon Jaya Community Health Center in Bekasi City. The research design used a cross-sectional approach. Sampling was done randomly or using simple random sampling. The total sample size in this study was 90 family planning acceptors. Statistical tests employed the chi-square test. The research results showed a relationship between knowledge (p-value = 0.003 and PR 1.176) and accessibility of family planning services (p-value = 0.012 and PR 1.785) with the usage of long-acting contraceptive methods in the working area of Pekayon Jaya Community Health Center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fastabiqul Khairat
"Permasalahan terkait kependudukan masih terjadi di Indonesia, salah satu diantaranya peningkatan jumlah penduduk yang tinggi tetapi tidak disertai dengan peningkatan kualitas hidup. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2025 berjumlah sekitar 273,65 juta jiwa. Menurut hasil SDKI (2017) pengguna kontrasepsi terbanyak yaitu pengguna metode kontrasepsi non-MKJP yaitu kontrasepsi suntik (29%), pil (12%) dibandingkan dengan pengguna MKJP yaitu implant/AKBK (5%), IUD (5%), serta MOW (4%). Sedangkan angka putus pakai kontrasepsi yaitu mencapai 34% dan yang tertinggi merupakan pengguna pil (46%), suntik (28%), dan kondom (27%). Puskesmas Pekayon Jaya, didapatkan masih banyak pengguna KB menggunakan non-MKJP, yang didominasi oleh penggunaan suntik dengan 564 Wanita Usia Subur (WUS) dan penggunaan pil dengan 196 WUS. Untuk MKJP yakni IUD dengan 149 WUS, dan implant 49 WUS. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pekayon Jaya Kota Bekasi. Desain penelitian menggunakan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara acak atau simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 akseptor KB. Uji statistic menggunakan chi square test. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara pengetahuan (p value = 0,003 dan 1,176) dan aksesbilitas pelayanan KB (p value = 0,012 dan PR 1,785) dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Pekayon Jaya.

The issue related to population persists in Indonesia, one of which is the high population growth without a corresponding increase in the quality of life. The Central Statistics Agency (BPS) estimates Indonesia's population in 2025 to be around 273.65 million people. According to the results of the 2017 Indonesia Demographic and Health Survey (SDKI), the most widely used contraceptive method is non-permanent methods (MKJP), specifically injectables (29%) and pills (12%), compared to permanent methods (MKJP), such as implants/IUDs (5%) and female sterilization (MOW - 4%). Meanwhile, the discontinuation rate of contraception reaches 34%, with the highest being among pill users (46%), injectables (28%), and condoms (27%). At Pekayon Jaya Community Health Center, it was found that there are still many family planning (KB) users utilizing non-permanent methods, predominantly injectables with 564 Women of Reproductive Age (WRA) and pills with 196 WRA. For the permanent methods, there are 149 WRA using IUDs and 49 WRA using implants. The general objective of this research is to understand the factors influencing acceptors in choosing Long-Acting Reversible Contraceptive Methods (MKJP) in the working area of Pekayon Jaya Community Health Center in Bekasi City. The research design used a cross-sectional approach. Sampling was done randomly or using simple random sampling. The total sample size in this study was 90 family planning acceptors. Statistical tests employed the chi-square test. The research results showed a relationship between knowledge (p-value = 0.003 and PR 1.176) and accessibility of family planning services (p-value = 0.012 and PR 1.785) with the usage of long-acting contraceptive methods in the working area of Pekayon Jaya Community Health Center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seina Rizky Priambodo
"Perkembangan‌ ‌jumlah‌ ‌masyarakat/penduduk‌ ‌yang‌ ‌tidak‌ ‌diikuti‌ ‌dengan‌ ‌perkembangan‌ ‌fasilitas‌ ‌serta‌ ‌utilitas‌ ‌yang‌ ‌memadai‌ ‌tentu‌ ‌akan‌ ‌mengakibatkan‌ ‌defisit‌ ‌dalam‌ ‌pemenuhan‌ ‌kebutuhan‌ ‌masyarakat‌ ‌tersebut.‌ ‌Terdapat‌ ‌isu‌ ‌terkait‌ ‌ terbatasnya‌ ‌penawaran‌ ‌(supply)‌ ‌air‌ ‌yang‌ ‌ada‌ ‌di‌ ‌wilayah‌ ‌DKI‌ ‌Jakarta‌ ‌yang‌ ‌disebabkan‌ ‌oleh‌ ‌bertambahnya‌ ‌jumlah‌ ‌penduduk,‌ ‌terbatasnya‌ ‌supply‌ ‌air‌ ‌baku,‌ ‌tingginya‌ ‌tingkat‌ ‌pencemaran‌ ‌sebagai‌ ‌sumber‌ ‌air‌ ‌permukaan,‌ ‌eksploitasi‌ ‌air‌ ‌secara‌ ‌besar-besaran,‌ ‌dan‌ ‌berkurangnya‌ ‌daerah‌ ‌tangkapan‌ ‌air‌ ‌akibat‌ ‌menurunnya‌ ‌jumlah‌ ‌wilayah‌ ‌serapan.‌ ‌Tujuan‌ ‌ untuk‌ ‌menganalisa‌ ‌bagaimana‌ ‌kualitas‌ ‌air‌ ‌minum‌ ‌yang‌ ‌ada‌ ‌di‌ ‌Jabodetabek‌ ‌berdasarkan‌ ‌data‌ ‌sekunder‌ ‌Susenas‌ ‌(Survei‌ ‌ Sosial‌ ‌Ekonomi‌ ‌Nasional)‌ ‌dan‌ ‌keterkaitannya‌ ‌dengan‌ ‌kondisi‌ ‌sosial,‌ ‌ekonomi,‌ ‌dan‌ ‌demografi‌ ‌rumah‌ ‌tangga‌ ‌dengan‌ ‌ menggunakan‌ ‌metode‌ ‌penelitian‌ ‌kuantitatif‌ ‌analisis‌ ‌menggunakan‌ ‌regresi logistik binary. Hasil menunjukkan pada Provinsi DKI Jakarta sudah memiliki akses sumber air minum layak 90.62% dan Bodetabek sebesar 80.03%. Namun masih terdapat 9.38% rumah tangga di Provinsi DKI Jakarta dan 19.97% wilayah Bodetabek rumah tangga yang tidak mendapatkan akses tersebut. Analisis regresi pada Provinsi DKI Jakarta menunjukkan faktor seperti status migrasi, pendidikan kepala rumah tangga, pengeluaran kapita, daerah lokasi rumah tinggal, keluhan terhadap penyakit, dan kepemilikan asuransi berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan air minum layak. Sedangkan pada wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menunjukkan faktor jumlah ART, status menikah, jenis kelamin KRT, pendidikan terakhir, pengeluaran kapita, status kepemilikan rumah, dan daerah rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan fisik air minum yang layak.

The development of the number of communities / residents who are not followed by the development of facilities and adequate utilities will certainly result in a deficit in the fulfillment of the needs of the community. There are issues related to the limited supply (supply) of water in the DKI Jakarta area caused by increasing population , The limited supply of raw water, the high level of pollution as a surface source, massive water exploitation, and reduced water catchment areas due to the decline in the amount of absorption area. The purpose of analyzing how the quality of drinking water in Jabodetabek is based on Secondary Susenas data (National Socio-Economic Survey) and its relevance to household social, economic, and demographic conditions using the research method AND quantitative analysis using binary logistic regression. The results showed that in DKI Jakarta Province already had access to drinking water sources worth 90.62% and Bodetabek was 80.03%. But there are still 9.38% of households in DKI Jakarta Province and 19.97% of household bodetabek areas that do not get these access. Regression analysis in DKI Jakarta Province showed factors such as migration status, household head education, capita expenditure, residential location area, complaints against disease, and insurance ownership significantly influence the availability of decent drinking water. Whereas the Bogor, Depok, Tangerang and Bekasi regions show factor number of ART, married status, KRT gender, last education, capita expenditure, home ownership status, and household regions have a significant effect on the physical availability of decent drinking water."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Widyaningrum
"Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran rokok rumah tangga perokok di Indonesia menggunakan data SUSENAS 2005-2008. Hasil estimasi model OLS dengan bentuk log-linier menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga, yang diproksi dengan total pengeluaran, merupakan faktor yang paling kuat mempengaruhi pengeluaran rokok. Selain pendapatan, faktor yang secara signifikan mempengaruhi pengeluaran rokok rumah tangga antara lain adalah rasio jenis kelamin, rata-rata pendidikan, rata-rata usia, dan lokasi tempat tinggal seperti perkotaan dan perdesaan, daerah penghasil tembakau dan persebaran pulau di Indonesia. Hasil regresi untuk tiap kuintil pendapatan menunjukkan bahwa semakin rendah kuintil pendapatan, elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran rokok menjadi semakin elastis.

This research examines the determinants of cigarette expenditure on smoking households in Indonesia using 2005-2008 National Socio-Economic Survey. Using OLS with log-linear model, it is found that income, proxied by household total expenditure, has the strongest effect on household cigarette expenditure. Other factors that significantly affect household cigarette expenditure are sex ratio, mean years of schooling, and mean age. Location by urban-rural areas, tobacco production areas, and areas grouped by island also affect household cigarette expenditure. Regression by income quintile shows that the lower the income quintile, the more elastic income elasticity of cigarette expenditure."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>