"Latar belakang: Mahasiswa kedokteran gigi di Universitas Indonesia seringkali menghadapi stres tinggi akibat beban akademik yang berat, baik di jenjang sarjana maupun profesi. Stres yang berlebihan dapat memengaruhi fungsi fisiologis, termasuk perubahan karakteristik saliva seperti volume, laju alir, pH, dan viskositas. Saliva berperan sebagai biomarker non-invasif untuk mengukur stres melalui perubahan yang dipengaruhi oleh aktivitas sistem saraf simpatik. tetapi penelitian mengenai hubungan tingkat stres dengan perubahan karakteristik saliva pada mahasiswa kedokteran gigi masih terbatas, terutama dalam membandingkan jenjang sarjana dan profesi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi FKG UI. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Sebanyak 43 mahasiswa jenjang sarjana dan profesi yang dilibatkan sebagai subjek penelitian. Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner DASS-21 dan sampel saliva diambil melalui dua kondisi, yaitu tanpa stimulasi dan terstimulasi. Karakterisitik saliva yang diuji adalah volume, laju alir, pH, dan viskositas. Analisis data yang digunakan dalam menguji perbedaan rata rata yaitu Uji Independent T-Test dan Uji Mann Whitney U, sedangkan pada Uji Korelasi menggunakan Uji Korelasi Pearson dan Spearmen. Hasil: Berdasarkan analisis menggunakan kuesioner DASS-21,secara deskriptif tidak terdapat perbedaan signifikan pada tingkat stres antara mahasiswa sarjana dan profesi. Pada analisis perbedaan rata rata, terdapat perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, dan viskositas saliva tidak terstimulasi, sedangkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi pada mahasiswa jenjang sarjana dan profesi. Pada Uji Korelasi mahasiswa jenjang sarjana tidak memiliki hubungan yang signifikan antara volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva terstimulasi, serta pH dan viskositas saliva tidak terstimulasi, akan tetapi pada volume dan laju alir saliva tidak terstimulasi memiliki hubungan yang signifikan. Pada jenjang profesi, tidak memilik hubungan yang signifikan pada volume, laju alir, pH, dan viskositas saliva tidak terstimulasi maupun terstimulasi. Kesimpulan: Mahasiswa pada jenjang profesi cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada jenjang sarjana. Selain itu, tidak ditemukan hubungan antara tingkat stres dan karakteristik saliva pada mahasiswa jenjang sarjana maupun profesi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Background: Dental students at the University of Indonesia often face high stress due to a heavy academic load, both at the preclinical and clinical students. Excessive stress can affect physiological functions, including changes in salivary characteristics such as volume, flow rate, pH and viscosity. Saliva acts as a non-invasive biomarker to measure stress through changes influenced by sympathetic nervous system activity. However, research on the relationship between stress levels and changes in salivary characteristics in dental students is still limited, especially in comparing preclinical and clinical students. Objective: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in pre-clinic students and clinic student of FKG UI. Methods: To determine the relationship of stress level to salivary characteristics in preclinical and clinical students of FKG UI. Methods: This study used a cross-sectional design. A total of 43 preclinical and clinical students were involved as research subjects. Stress levels were measured using the DASS-21 questionnaire and saliva samples were taken through two conditions, namely without stimulation and stimulation. Salivary characteristics tested were volume, flow rate, pH, and viscosity. Data analysis used in testing the average difference is the Independent T-Test and Mann Whitney U Test, while in the Correlation Test using the Pearson and Spearmen Correlation Test. Results: Based on analysis using the DASS-21 questionnaire, descriptively there was no significant difference in stress levels between preclinical and clinical students. In the mean difference analysis, there were significant differences in the volume, flow rate, and viscosity of unstimulated saliva, while there were no significant differences in the volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva in preclinical and clinical students. In the Correlation Test, preclinical students did not have a significant relationship between volume, flow rate, pH, and viscosity of stimulated saliva, and pH and viscosity of unstimulated saliva, but the volume and flow rate of unstimulated saliva had a significant relationship. At the clinical student, there was no significant relationship in volume, flow rate, pH, and viscosity of unstimulated and stimulated saliva. Conclusion: there is no relationship between stress level and salivary characteristics in preclinical and professional students of the Faculty of Dentistry, University of Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024