Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ricky Firmansyah
"Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan program SDGs (Sustainable Development Goals)menjadikan tidak ada kemiskinan sebagai program prioritas utama yang akan berakhir di tahun 2030. Selaras dengan PBB program pemerintah Indonesia dalam upaya pengentasan kemiskinan telah berhasil mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia. Umumnya strategi yang diberikan oleh pemerintah masih bersifat simplistik dan materialistik yaitu : pemberian bantuan langsung tunai, penyediaan pelayanan sosial, dan memberikan keterampilan kerja. Di sisi lain pendekatan ini menimbulkan ketergantungan kepada bantuan pemerintah. Oleh karenannya program pemerintah perlu dilengkapi dengan pendekatan lain yaitu pendekatan non income berupa pendampingan psikologi agar warga miskin dapat melepaskan diri dari mentalitas kemiskinannya menuju pada kesejahteraan psikologis. Hal ini terjadi pada AS seorang kepala keluarga berusia 37 tahun berprofesi sebagai pemulung yang hidup dibawah garis kemiskinan dan tinggal di permukiman kumuh. Berdasarkan itulah penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis warga miskin dengan mengaplikasikan model human excellence (keutamaan manusia)
Al-Ghazali melalui pendekatan coaching psychology. Penelitian ini adalah penelitian single case subject dengan desain A-B-A, dimana perubahan perilaku diukur dan dilakukan kepada satu subjek, desain kasus tunggal ditandai oleh kasus individu yang berfungsi sebagai kontrolnya sendiri dengan pengukuran berulang di seluruh fase penelitian. Subjek mengikuti enam sesi intervensi dengan satu sesi
berdurasi 60 menit di setiap minggunya. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara material value untuk mengetahui keadaan ekonomi partisipan, skala human excellence untuk melihat kekuatan dan kelemahan karakter partisipan dan skala kesejahteraan psikologis Ryff untuk menilai tingkat kesejahteraan partisipan. Berdasarkan intervensi dan hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa coaching psychology dengan model human excellence Al-Ghazali dapat
meningkatkan kesejahteraan psikologis partisipan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya skor tujuan hidup, otonomi dan pertumbuhan pribadi partisipan, serta partisipan dapat mencapai seluruh target yang ditetapkan di awal program.

The United Nations (UN) with the SDG (Sustainable Development Goals)
program does not make poverty a top priority program that will end in 2030. In line with the United Nations program, the Indonesian government in its efforts to reduce poverty has succeeded in reducing poverty levels in Indonesia. In general the strategies provided by the government are still simple and materialistic, namely: providing direct cash assistance, providing social services, and providing work skills. On the other hand this approach creates dependence on government
assistance. Therefore, government programs need to be complemented by other approaches, namely non-income approaches in the form of psychological assistance so that the poor can escape from their mental poverty towards psychological well-being. This happened to the AS, a 37-year-old family head who works as a scavenger who lives below the poverty line and lives in slums. Based on that, this research was conducted to improve the psychological wellbeing of the poor by applying the Al-Ghazali human excellence model through the
psychology of coaching approach. This study is a single case subject study with A-B-A design, where behavior change is measured and carried out on one subject, single case design is characterized by individual cases that function as their own control with repeated measurements throughout the research phase. Subjects attended six intervention sessions with one session lasting 60 minutes each week.
The research instrument used was the value of the interview material to determine the economic conditions of the participants, the scale of human excellence to see the strengths and weaknesses of the participants' character and Ryff's psychological well-being scale to assess the level of welfare of the participants. Based on the results of interventions and measurements it can be concluded that psychological training with the Al-Ghazali human excellence model can improve the psychological well-being of participants. This can be seen from the increasing score of life goals, autonomy and personal growth of participants, and participants can achieve all the targets set at the beginning of the program.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kaban, Abdul Manan Akbar
"Salah satu metode yang menjadi trend pegembangan Psikologi Islam selama satu dekade terakhir ialah dengan membuat sebuah kerangka kerja. Pandangan Islam (Islamic worldview) tentang jiwa manusia menjadi dasar dari kerangka kerja tersebut. Baik dengan pendekatan langsung kepada sumber-sumber otoritatif khazanah Islam seperti al-Quran dan hadist, atau dengan pendekatan kajian pemikiran tokoh Islam. Dalam penelitian ini, tokoh Islam yang akan dikaji pemikirannya ialah al-Ghazali. Karya-karya al-Ghazali tentang jiwa banyak digunakan sebagai sumber untuk pengembangan Psikologi Islam, penguasaan terhadap beragam disiplin ilmu keislaman al-Ghazali tidak diragukan lagi baik dari tokoh Muslim atau Barat. Dengan demikian, pemikiran al-Ghazali yang berkaitan dengan konsep-konsep yang dibahas dalam Psikologi sudah terisi dengan pandangan Islam (worldview). Fokus penelitian ini akan membahas tiga hal, pertama tentang aspek subjektif, kedua tentang klasifikasi individu, dan mekanismse yang sistematis untuk mencapai Human Excellence. Tiga hal tersebut merupakan konsep-konsep utama yang digunakan dalam kerangka kerja Psikologi Positif. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode kualitatif (library research). Hasilnya, al-Ghazali memiliki penjelasan yang dalam dan luas tentang tiga aspek yang menjadi fokus penelitian ini

One method that has become a trend in the development of Islamic Psychology over the past decade is to create a framework. The Islamic view (Islamic worldview) of the human soul forms the basis of this framework. Either by a direct approach to authoritative sources of Islamic treasures such as the Koran and hadith, or with an approach to the study of Islamic thought leaders. In this study, the Islamic figure whose thoughts will be examined are al-Ghazali. Al-Ghazali's works on the soul are widely used as a source for the development of Islamic Psychology, the mastery of various Islamic disciplines of al-Ghazali is undoubtedly from either Muslim or Western figures. Thus, al-Ghazali's thoughts relating to the concepts discussed in Psychology have been filled with the Islamic view (worldview). The focus of this research will discuss three things, first about subjective aspects, second about individual classification, and systematic mechanisms to achieve Human Excellence. These three main concepts are used in the Positive Psychology framework. The method used in this study is a qualitative method (library research). As a result, al-Ghazali has a deep and broad explanation about the three aspects which are the focus of this research."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Imelda
"Skripsi ini mencoba menjelaskan tentang keutamaan al-'ilmu khususnya bagi para Sufi dalam menjalankan tasawuf, agar dapat memperoleh hasil yang benar, yaitu mencapai tingkat makrifat.Pengertian aI-'ilmu memiliki makna khusus yaitu ilmu mengenai Allah, zat, dan af'al-Nya. Al'Ilmu ini disebut pules limo jalan ke akhirat, karena dengan al-'ilmu manusia beramal, dengan amal seorang hamba dapat mendekatkan diri kepada Allah, dan sampainya seorang hamba kepada Allah atau disebut makrifat adalah suatu kebahagiaan abadi yang merupakan akhir Bari suatu perjalanan. Menuntut al-'ilmu adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw. Al-'Ilmu dapat menaikkan derajat dan menambah kemuliaan seseorang di dunia terlebih di akhirat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mezza Limanda Sumarlim
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara modal psikologis dan persepsi akan dukungan organisasi dengan kesiapan perubahan pada karyawan non-akademik Universitas X dengan responden sebanyak 33 orang dari unit kerja Keuangan dan PAFM. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur Readiness for Change Hanpachern, 1997 , Psychological Capital Luthans dkk, 2007 , dan Survey of Perceived Organizational Support Eisenberger dkk, 1986 . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi akan dukungan organisasi berkorelasi positif dan berpengaruh secara signifikan tehadap kesiapan perubahan.

This study was conducted to examine the correlation between psychological capital and perceived organizational support to readiness for change of non academic staff at University X, with the respondents as many as 33 employees from Finance and PAFM divisions. Measuring tools used in this study are Readiness for Change Hanpachern, 1997 , Psychological Capital Luthans dkk, 2007 , and Survey of Perceived Organizational Support Eisenberger dkk, 1986 . The result of this study showed that perceived organizational support has a positive correlations and significant effect on readiness for change"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syazka Kirani Narindra
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 4 sesi dan dalam tiga sesi dengan 38 partisipan tersebut diminta untuk menuliskan surat terimakasih kepada individu yang dianggap penting. Surat terimakasih dituliskan secara ekspresif, reflektif, orientasi positif dan tidak basa-basi. Partisipan kemudian ditanyakan apakah mau untuk mengirim surat atau tidak dan kepada siapa surat tersebut dikirim. Subjective well being terdiri atas simptom depresi, rasa syukur, kebahagiaan dan kepuasan hidup. Gratitude Questionnaire 6 untuk mengukur rasa syukur, Beck Depression Inventory untuk mengukur simptom depresi, Subjective Happiness Scale untuk mengukur kebahagiaan dan Satisfaction With Life Scale untuk mengukur kepuasan hidup.
Berdasarkan hasil pengukuran repeated measured ANOVA diketahui bahwa skor simptom depresi memiliki hubungan dengan surat terimakasih (F=6.12, p<0.001) namun tidak signifikan pada kebahagiaan, rasa syukur dan kepuasan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara surat terimakasih dan subjective well being pada emerging adult. Ditemukan terdapat hubungan surat terimakasih dan simptom depresi pada emerging adult.

This research purposed to examine the description of relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. This research conducted in 4 sessions, during the first three session with the 38 participants, the participants were asked to write down a thank you letter to those who is matters to them. The letter should be written in an expressive, reflective, positive oriented and non-trivial. Participant then asked if they want to send the letter or not and were asked to whom the letter was sent. Subjective well being consists of depressive symptoms, gratitude, happiness and life satisfaction. Gratitude Questionnaire 6 to measure gratitude, Beck Depression Inventory to measure depressive symptoms, Subjective Happiness Scale to measure happiness and Satisfaction With Life Scale to measure life satisfaction.
The results showed that there are a significant relationship between depressive symptoms and thank you letter (F= 6.12, p<0.001) but there are no significant relationship between happiness, gratitude and life satisfaction with thank you letter. This shows that there are no relationship between thank you letter and subjective well being on emerging adult. There are relationship between thank you letter and depressive symptoms on emerging adult.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelson, Geoffrey
Macmillan: Palgrave, 2005
362.2 NEL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Bakar Abdurrazak
Jakarta: IIMAN, 2003
920.71 ABU m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fatchuri
"ABSTRAK
Modernisasi yang berlangsung di Jakarta memberikan dampak perubahan terhadap kehidupan masyarakat Betawi sebagai penduduk asli Jakarta. Arus urbanisasi yang kemudian berlangsung membuat populasi penduduk di Jakarta terus bertambah. Muncullah kemudian masalah-masalah sosial yang menimpa kota Jakarta seperti kepadatan penduduk, pemukiman, kesempatan kerja, dan masalah-masalah lain yang biasa terdapat di kota besar. Perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu- individu dalam masyarakat Betawi. Berkembangnya Jakarta menjadi kota metropolitan mengubah kehidupan kota Jakarta menjadi kota yang masyarakatnya saling tak mengenal, acuh tak acuh terhadap orang lain, individualis, dan berorientasi kepada materi. Hal ini dapat berdampak kepada kehidupan masyarakat Betawi yang biasa hidup dalam lingkungan sosial yangbaik, saling menolong, dan memiliki ikatan sosial yang kuat.
Untuk mengetahui Iebih jauh tentang bagaimana kondisi psikologis masyarakat Betawi saat ini, dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan konsep psychological well-being (PWB) yang dikemukakan Carol D. Ryff (1989). PWB mengukur bagairnana penilaian subjektif individu terhadap pencapaian- pencapaian potensi-potensi dirinya. Konsep ini mempunyai kelebihan dibandingkan teori-teori tentang well-being sebelumnya karena memperhatikan
faktor-faktor kesehatan mental positif yang digunakan dalam teori-teori humanistik seperti pertumbuhan dan perkembangan pribadi. PWB seseorang menurut Ryff (1989) dapat dilihat dari 6 dimensi yaitu dimensi penerimaan diri, otonomi, penguasaan lingkungan, hubungan positif dengan orang Iain, tujuan hidup, dan partumbuhan pribadi. Dalam konteks masyarakat Betawi, dapat diketahui dimensi mana yang dianggap penting oleh mereka saat ini.
Mengingat bahwa masyarakat Betawi merupakan masyarakat yang religius, maka penilaian subjektifnya terhadap pancapaian potensi-potensi dirinya dapat dipengaruhi oleh pandangan-pandangan mereka yang dibentuk oleh agama, dalam hal ini Islam. Maka, penelitian ini ingin melihat Iebih jauh hubungan antara PWB dengan keberagamaan. Penelitian-penelitian selama ini telah membuktikan adanya hubungan antara keberagamaan dengan well-being.
Dari beberapa konsep keberagamaan yang sering digunakan untuk mengukur religiusitas, peneliti menggunakan teori komitmen beragama yang dikemukakan oleh Charles Glock (1962). Dipilihnya teorl ini untuk mengetahui keberagamaan masyarakat Betawi adalah karena konsep ini dapat melihat keberagamaan dari berbagai dimensi sehingga dapat menghasilkan gambaran keberagamaan secara Iebih luas. Aspek-aspek keberagamaan yang penting dalam Islam seperti aqidah, pemahaman agama, ibadah dan penghayatannya, serta muammalah (kehidupan sosial) dapat lebih tergali dengan manggunakan konsep ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan. Dalam memproses data yang telah masuk, dilakukan analisa statistik dengan perhitungan mean, korelasi model Pearson product moment, dan analisa varians.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup merupakan 2 dimensi yang dianggap penting oleh masyarakat Betawi; sementara dimensi otonomi manempati urutan terakhir dalam pandangan mereka. Pentingnya dimensi pertumbuhan pribadi dalam pandangan masyarakat Betawi menggambarkan bahwa nilai-nilai budaya barat yang mengutamakan pertumbuhan pribadi warganya sudah terserap dalam kehidupan masyarakat Betawi. Meskipun demlkian, dalam hal tujuan hidup, masyarakat Betawi masih dapat mempertahankannya dibandingkan masyarakat Hindu di Denpasar Bali seperti yang ditemukan Mardhianto (1997). Rendahnya dimensi otonomi juga menunjukkan bahwa ikatan sosial di kalangan masyarakat Betawi masih kuat.
Dalam hal komitmen beragama, dimensi ideologis memiliki nilai tertinggi dan dimensi ritual berada pada urutan terakhir. Hal ini berarti bahwa masyarakat Betawi memiliki keyakinan yang kuat terhadap kebenaran ajaran-ajaran agama islam tetapi di sisi Iain keyakinan tersebut tidak selalu terefleksi dalam pelaksanaan ibadah sehari-hari. Hasil ini juga memperlihatkan adanya pergeseran dalam kehidupan beragama mengingat dalam budaya keagamaan masyarakat Betawi dahulu, langgar dan masjid tak bisa dilepaskan dalam kehidupan mereka. lndividu yang jarang ke langgar dan masjid untuk beribadah dapat dikucilkan oleh masyarakat (Junaidi dalam Melalatoa, 1997).
Perhitungan korelasi antara dimensi-dimensi PWB dengan dimensi-dimensi komitmen beragama menunjukkan bahwa di antara dimensi-dimensi kedua variabel terdapat korelasi yang signifikan. Dimensi penerimaan diri berhubungan dengan komitmen beragama pada dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Hubungan positif dengan orang Iain berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Otonomi berhubungan dengan dimensi konsekuensial dan ideologis. Penguasaan Iingkungan berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, dan konsekuensial. Tujuan hidup berhubungan dengan dimensi ritual, eksperiensial, konsekuensial, dan ideologis. Dimensi pertumbuhan pribadi berhubungan dengan dimensi ritual, konsekuensial, ideologis dan intelektual.
Karakteristik subjek juga mempunyai hubungan dengan beberapa dimensi PWB maupun komitmen beragama. Pria terbukti lebih otonom dibandingkan wanita. Tapi dalam komitmen beragama, wanita lebih baik pada dimensi ritual, eksperiensial. dan intelektual. Subjek yang sudah menikah lebih baik dalam dimensi ritual, eksperiensial, dan ideologis tetapi Iebih rendah pada dimensi tujuan hidup dan hubungan positif dengan orang Iain dibandingkan mereka yang belum menikah. Tingkat pendidikan subjek berhubungan dengan dimensi ideologis dan konsekuensial. Jenis pekerjaan juga berhubungan dengan penerimaan diri, otonomi, dan tujuan hidup. Penerimaan diri yang paling baik adalah kelompok wiraswasta; kelompok ini juga memiliki tujuan hidup yang paling jelas. Dimensi otonomi tertinggi ada pada kelompok pegawai negeri. Kelompok subjek yang masih menganggur memiliki nilai paling rendah pada hampir semua dimensi PWB dan juga pada hampir semua dimensi komitmen beragama.

"
2000
S2959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Maudisa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari coaching terhadap malingering. Penelitian ini didasari oleh penemuan sebelumnya bahwa coaching diketahui mampu menurunkan keakuratan diagnosa tes deteksi malingering. Penelitian ini berupa eksperimen dimana partisipan diberikan vignette, kemudian partisipan diminta mengisi Structured Inventory of Malingered Symptomatology (SIMS) milik Smith dan Burger (1997) yang digunakan untuk mengukur malingering. Tujuh puluh mahasiswa psikologi diminta mengisi SIMS dengan instruksi untuk meyakinkan penguji bahwa mereka memiliki gangguan mental agar mereka dapat lolos dari tes deteksi malingering. Sebelum mengisi SIMS, kelompok eksperimen (n = 38) diberikan coaching berupa pemberian informasi mengenai simtom gangguan psikosis dan cara menghindari deteksi malingering, sedangkan kelompok kontrol (n = 32) tidak diberikan coaching dan langsung diminta mengerjakan SIMS. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh dari coaching terhadap malingering, t(40.087) = 2.212, p = .033.

ABSTRACT
The objective of this study was to examine the effect of coaching on malingering. This study was based on findings that coaching can reduce the accuracy of a malingering detection assessment. This study was an experimental research that use vignette to the subjects, then the subjects were administered Smith and Burger?s (1997) the Structured Inventory of Malingered Symptomatology (SIMS) that used to detect malingering. Seventy pschology students were asked to fill out the questionnaire to assure the tester that they suffered mental disorder in order to pass the test. Before they completed the SIMS, the experiment group (n = 38) received coaching which gave them some information about psychosis? symptoms and strategies to avoid the detection of malingering, meanwhile the control group (n = 32) didn?t receive any coaching and directly instructed to complete the SIMS. The results in this study showed that the coaching affected malingering, t(40.087) = 2.212, p = .033.
"
2016
S63378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihya Addini Islami
"Pembentukan watak dan perilaku remaja ditentukan oleh peranan dan fungsi orang tua. Kendati demikian, dalam memainkan peranan dan fungsi tersebut, sering kali perselisihan orang tua tidak dapat terelakkan hingga berujung pada perceraian. Kondisi anak dari keluarga bercerai umumnya mengalami dampak negatif. Meski demikian, didapati banyak remaja dari orang tua yang berprestasi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran religiusitas dan psychological well-being atau kesehatan mental remaja dari orangtua bercerai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 5 orang remaja dari orang tua bercerai dan significant others mereka.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas dan psychological well-being memberikan kontribusi positif terhadap remaja dari orang tua bercerai dalam menghadapi kesulitan hidupnya. Selain itu, pada aspek religiusitas, empat partisipan dapat mencapai religiusitas yang tinggi dan seorang partisipan mencapai religiusitas yang rendah meskipun dengan dinamika yang berbeda tiap dimensinya satu sama lain. Pada aspek psychological well-being, seluruh partisipan dapat mencapai psychological well-being yang tinggi meskipun dengan dinamika yang berbeda tiap dimensinya satu sama lain.

The character formation and behavior of adolescents is determined by the role and function of parents. However, in playing these roles and functions, parents' disputes are often unavoidable leading to divorce. Psychology of children from divorced families generally has a negative impact. However, it was found that there were many teenagers from high achieving parents.
This study aims to see the picture of religiosity and psychological well-being or mental health of teenagers from divorced parents. This study uses qualitative methods with the type of case study research. The subjects in this study consisted of 5 teenage samples from divorced parents and their significant others.
The results of this study indicate that religiosity and psychological well-being made a positive contribution to adolescents from divorced parents in facing life's difficulties. In addition, on the aspect of religiosity, four participants achieved high religiosity and a participant achieves low religiosity even though the dynamics are different from each dimension to each other. In the aspect of psychological well-being, all participants achieved high psychological well-being despite the different dynamics of each dimension with each other.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T51745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>