Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19839 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alya Ummi Zaina
"Artikel ini membahas klenteng sebagai ekspresi pemujaan dewa tukang kayu. Salah satu klenteng yang pada awalnya hanya diperuntukkan untuk orang yang berprofesi sebagai tukang kayu, pemahat, pembuat kapal, ataupun pertukangan adalah Klenteng Lu Pan Bio di Jakarta. Dalam penelitian arkeologi, umumnya klenteng dikaji berdasarkan bentuk atau arsitektur bangunan dan ornamen-ornamennya. Sementara hal lain yang menarik untuk dikaji adalah kaitan antara arca dewa yang berada di altar utama dengan peruntukkan klenteng itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tampilan langgam bangunan yang ada pada klenteng dan bentuk-bentuk ragam hias yang berhubungan dengan Dewa Lu Ban pada kelenteng Lu Pan Bio. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bangunan klenteng Lu Pan Bio mengikuti gaya bangunan Tionghoa, dan ada keterkaitan antara ornamen khusus dewa Lu Ban dengan peruntukkan klenteng itu sendiri yakni sebagai tempat pemujaan dewa tukang kayu.

This article discusses the pagoda as an expression of carpenter god worship. One of the temples that was originally only intended for people who worked as carpenters, carvers, shipbuilders, or carpenters is the Lu Pan Bio Temple in Jakarta. In archaeological research, generally, the pagoda is studied based on the shape or architecture of the building and its ornaments. Meanwhile, another thing that is interesting to study is the relationship between the god statue on the main altar and the designation of the temple itself. The purpose of this research is to describe the appearance of the existing building styles in the pagoda and the decorative forms associated with Dewa Lu Ban at the Lu Pan Bio temple. The method used in this research is descriptive analysis. The results of this study indicate that the building of the Lu Pan Bio temple follows the Chinese building style, and there is a relationship between the special ornament of the god Lu Ban and the designation of the temple itself, namely as a place of worship of the carpenter god.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dewandaru
"Kajian ini membahas mengenai penggambaran dewa lokal Klenteng Boen San Bio dan Tjoe Soe Kong di Tangerang Menggunakan kajian Agensi. Kajian ini menggunakan sumber data petilasan dewa lokal di Klenteng Boen San Bio dan Tjoe Soe Kong di Tangerang. Dewa pada klenteng biasanya diadopsi dari tokoh Cina atau dewa dewa cina berdasarkan Agama Tri Dharma. Akan tetapi ada Dewa Lokal yang di sembah dan dihormati sampai memiliki petilasan atau ruang ibadah sendiri. Oleh karena itu, Kajian ini berfokus pada penggambaran dewa lokal. Metode yang digunakan adalah kerangka penelitian Sharer dan Ashmore yang terdiri atas enam tahap yaitu tahap formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Hasil kajian analisis adalah agensi agensi dewa lokal dan alasan bisa menjadi dewa berdasarkan Petilasan dewa lokal dan Data lainnya.

This study discusses the depiction of local gods in the Boen San Bio and Tjoe Soe Kong temples in Tangerang using the Agency study. This study uses data sources of local deities in the Boen San Bio and Tjoe Soe Kong temples in Tangerang. The gods in pagodas are usually adopted from Chinese figures or Chinese gods based on the Tri Dharma religion. However, there are local gods who are worshiped and respected to the point where they have their own shrine or prayer room. Therefore, this study focuses on the depiction of local gods. The method used is the Sharer and Ashmore research framework which consists of six stages, namely the formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, and interpretation stages. The results of the analysis study are the agencies of local gods and the reasons they can become gods based on the Recitation of local gods and other data."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tang, Tee
Taibei: Da Di Chu ban She, 1996
SIN 895.13 TAN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Uci Lestari
"ABSTRAK
Tradisi pemujaan roh dan dewa pada masyarakat Cina terwujud dalam beberapa jenis pemujaan, seperti pemujaan terhadap roh orang yang telah meninggal, roh yang menguasai benda-benda, dan roh yang menguasai alam. Kepercayaan masyarakat Cina terhadap pemujaan roh dan dewa dipertegas dengan ajaran Kong Zi (孔子), yaitu Jing Tian Zun Zu (惊天尊祖) yang berarti mengagungkan langit dan menghormati leluhur. Salah satu wujud pemujaan roh dan dewa pada masyarakat Cina di Indonesia dapat dilihat pada aktivitas pemujaan terhadap Delapan Dewa (Ba Xian 八仙) di Klenteng Boen San Bio, Tangerang, Banten yang telah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Delapan Dewa terdiri dari tujuh laki-laki dan satu perempuan. Pemujaan Delapan Dewa yang dilakukan di dalam kelenteng Boen San Bio merupakan pemujaan sebagai tanda penghormatan terhadap shen dan sebagai jembatan untuk mengantarkan doa-doa yang diajukan kepada Tian. Keberadaan Delapan Dewa di Klenteng Boen San Bio, tidak terlepas dari adanya kepercayaan terhadap legenda dan kisah kuno serta ajaran-ajaran yang berkembang dalam kebudayaan Cina itu sendiri. Akan tetapi, meskipun Delapan Dewa telah dipuja oleh masyarakat Cina di Indonesia, kisah Delapan Dewa tidak banyak diketahui secara mendalam oleh masyarakat luas. Oleh karenanya, jurnal ini akan membahas secara mendalam mengenai sosok Delapan Dewa, bentuk pemujaan terhadap Delapan Dewa, legenda dan kisah yang melatarbelakangi terwujudnya pemujaan tersebut, serta ajaran-ajaran yang berpengaruh terhadap pemujaan Delapan Dewa, khususnya yang berlaku di Klenteng Boen San Bio, Tangerang, Banten.

ABSTRACT
The tradition of worshiping spirits and deities in Chinese society is manifested in several types of worship, such as worshiping spirits who have died, spirits that control objects, and spirits that control nature. The Chinese belief in the worship of spirits and wise men is emphasized by the teachings of Kong Zi (孔子Kongzi), namely Jing Tian Zun Zu 惊天尊祖 which means glorifying the heavens and honoring ancestors. One form of worshiping spirits and deities in Chinese people in Indonesia can be seen in the activities of worshiping the Eight Immortals (Ba Xian 八仙) in Boen San Bio Temple, Tangerang, Banten which has been going on for quite a long time. The Eight Immortals contains of seven mans and one woman. The existence of the Eight Immortals in the Boen San Bio Temple, can not be separated from the belief in legends and ancient stories and teachings that has developed in Chinese culture itself. However, even though the Eight Immortals have been worshiped by Chinese people in Indonesia, the story of the Eight Immortals is not widely known to the public at large. Therefore, this journal will discuss about the each figure of the Eight Immortals, a form of worship to the Eight Immortals, legends and stories underlying the realization of the worship, as well as teachings that influence the worship of the Eight Immortals, especially that has been applied in Boen San Bio Temple, Tangerang , Banten."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Derion Yesaya
"Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kemajemukannya. Salah satu unsur dari kemajemukan tersebut adalah keberagaman etnis dan suku bangsanya. Salah satu dari sekian banyak etnis dan suku bangsa yang ada di Indonesia adalah etnis Tionghoa yang merupakan keturunan nenek moyang rakyat Cina asli yang menetap di Indonesia. Menetapnya nenek moyang etnis Tionghoa menyebabkan terjadinya proses akulturasi. Salah satu produk akulturasi tersebut adalah kelenteng yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia. Banyaknya suku dari etnis Tionghoa yang ada di Indonesia, seperti suku Hokkian, Hakka, Kanton, dan suku-suku lainnya, serta daerah penetapan yang tersebar dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, menyebabkan terjadinya keberagaman proses akulturasi yang menghasilkan produk akulturasi yang berbeda-beda juga. Dalam konteks Tugas Akhir ini, produk akulturasinya adalah kelenteng, yang selain jumlahnya sangat banyak di Indonesia, ragam atau variasinya juga sangat banyak. Pada Tugas Akhir ini, yang penulis teliti adalah kelenteng Bio Kanti Sara Tangerang Selatan, yang merupakan kelenteng tertua di Tangerang Selatan dan memiliki tuan rumah dewa Kwan Kong. Masalah yang diteliti adalah bagaimana penempatan altar dewa-dewi dibuat dengan metode tertentu demi mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh pembuat ataupun pengurus kelenteng. Metode penelitiannya kualitatif dan pengumpulan sumber informasi dilakukan melalui wawancara, studi pustaka, dan juga online browsing. Hasil yang ingin didapatkan adalah makna penempatan altar dewa-dewi pada kelenteng Bio Kanti Sara, Tangerang Selatan.

Indonesia is a country that is well known for its diversity. One of the elements of this pluralism is the diversity of ethnic groups. One of the many ethnic groups in Indonesia is the Chinese who are descended from the ancestors of the original Chinese people who had settled in Indonesia. The settling of the Chinese ancestors led to the process of acculturation. One of the acculturation products is temple, in which there are so many of them built in Indonesia. The large number of Chinese ethnic groups in Indonesia, such as the Hokkien, Hakka, Cantonese, and other tribes, as well as settling areas that are spread from the western tip to the eastern tip of Indonesia, have resulted in a diversity of acculturation processes that produce different acculturation products. Also, in the context of this Final Project, the product of acculturation is temple, which apart from being very numerous in Indonesia, have a great variety or variations. In this Final Project, what the writer researches is the Bio Kanti Sara temple, South Tangerang, which is the oldest temple in South Tangerang and has the god Kwan Kong as its host. The problem under study is how the placement of the altar of the gods is made with certain methods in order to achieve the goals that the maker or caretaker of the temple wants to achieve. The research method is qualitative and information sources are collected through interviews, literature studies, and online browsing. The result to be obtained is the meaning of the placement of the altar of the gods in the Bio Kanti Sara temple, South Tangerang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1996
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Toro, Guillermo Del, Author
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2023
863 TOR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Hansel Suryatenggara
"Skripsi ini memfokuskan pembahasan mengenai Kelenteng Boen Tek Bio dari segi arsitektural termasuk komponen pendukung yang ada menurut aturan Feng Shui dan komponen hias, Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendeskripsian dari mulai halaman depan, bangunan utama, bangunan pendukung di sebelah samping dan belakang, berikut peranan kelenteng ini dalam festival dan kegiatan masyarakat Cina di Tangerang.
Hasil deskripsi kemudian dilanjutkan dengan perbandingan dengan analisis singkat yang terdiri dari analisis umum menurut aturan arsitektural dan analisis khusus yang meliputi pengunaan metode feng shui. Hasil analisis menyatakan keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio sebagai kelenteng yang mengikuti gaya asli pencitraan di Cina Selatan dengan perbedaan yang signifikan dan mendasar.
The study focuses Boen Tek Bio Chinese Temple on its architectural orientation. The methods used description of the building, starts from the front courtyard, main hall, and the supportive structure on the rear and aft sides and its account in maintaning several festivities and social affairs on Chinese society in Tangerang.
The results of the descriptive phase proceeds to analythic phase consists of general and specific analysis which includes basic Chinese Architectural Designs and the usage of feng shui methods. The overall results of this study remarks Boen Tek Bio Chinese Temple to maintain its architectural styles to the original Southern Style with significant differences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S212
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Hansel Suryatenggara
"Skripsi ini memfokuskan pembahasan mengenai Kelenteng Boen Tek Bio dari segi arsitektural termasuk komponen pendukung yang ada menurut aturan Feng Shui dan komponen hias, Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendeskripsian dari mulai halaman depan, bangunan utama, bangunan pendukung di sebelah samping dan belakang, berikut peranan kelenteng ini dalam festival dan kegiatan masyarakat Cina di Tangerang.
Hasil deskripsi kemudian dilanjutkan dengan perbandingan dengan analisis singkat yang terdiri dari analisis umum menurut aturan arsitektural dan analisis khusus yang meliputi pengunaan metode feng shui. Hasil analisis menyatakan keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio sebagai kelenteng yang mengikuti gaya asli pencitraan di Cina Selatan dengan perbedaan yang signifikan dan mendasar.
The study focuses Boen Tek Bio Chinese Temple on its architectural orientation. The methods used description of the building, starts from the front courtyard, main hall, and the supportive structure on the rear and aft sides and its account in maintaning several festivities and social affairs on Chinese society in Tangerang.
The results of the descriptive phase proceeds to analythic phase consists of general and specific analysis which includes basic Chinese Architectural Designs and the usage of feng shui methods. The overall results of this study remarks Boen Tek Bio Chinese Temple to maintain its architectural styles to the original Southern Style with significant differences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1544
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Bramantya Wijaya
"Preservasi cagar budaya merupakan salah satu poin penting dalam proyek rancangan ulang Kawasan Pasar Baru. Proyek perancangan ulang Kawasan Ulang Pasar Baru harus dilakukan tanpa mengurangi nilai – nilai historis dari setiap cagar budaya nya, dan diharapkan untuk meningkatkan nilai – nilai yang ada melalui proyek – proyek pribadi.
Bangunan Sin Tek Bio Temple Complex merupakan revitalisasi dan juga ekstensi terhadap bangunan vihara eksisting, yang terletak pada lokasi yang terpencil di belakang Pasar Baru. Bangunan ini ditujukan sebagai ruang publik dan juga masyarakat agama Buddha, Konghucu, ataupun Taoisme. Bagian yang menghadap langsung Pasar baru ditujukan sebagai ruang publik dalam bentuk retail. Fungsi keagamaan bangunan terletak di seberang Bangunan Eksisting Sin Tek Bio, dengan ruang diantara retail dan fungsi keagamaan berupa ruang pamer sebagai buffer antara public dan privat.

Preservation of cultural heritage is one of the important points in the redesign project of Pasar Baru Area. The of Pasar Baru area must be carried out without reducing the historical values of each cultural heritage and is expected to increase the existing values through individual projects.
The Sin Tek Bio Temple Complex building is a revitalization and an extension of the existing temple building, which is in a remote location behind Pasar Baru. This building is intended as a public space as well as a Buddhist, Confucian, or Taoist community. The part that faces directly towards Pasar Baru is intended as a public space in the form of retail. The religious function of the building is located opposite the Sin Tek Bio Existing Building, with space between retail and religious complex functions in the form of an exhibition space as a buffer between public and private.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>