Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114941 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariza Fathia Rizal
"Peralihan penggunaan serat sintetis menjadi serat alam sebagai penguat pada material komposit sudah banyak dilakukan. Serat alam sebagai penguat pada komposit dapat mengurangi polusi lingkungan dan ketergantungan penggunaan serat sintetis sehingga material komposit memiliki sifat yang ramah lingkungan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh nilai sifat mekanik berupa regangan, kuat tarik dan modulus elastisitas menggunakan Rule of Mixture dan teori specially orthotropic lamina dari model komposit polipropilena diperkuat serat daun nanas Subang unidirectional. Serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah serat kenaf, serat tebu, serat alfa, dan serat rami dengan fraksi volume serat 22 %. Hasil perhitungan memperlihatkan nilai regangan longitudinal terkecil didapat model komposit polipropilena/ serat rami sebesar 0,89 %. Untuk regangan transversal dan geser terkecil dimilliki oleh model komposit polipropilena berpenguat serat alfa sebesar 1,2 % dan 1,3 %. Kelima komposit polipropilena berpenguat 22 vol% serat alam digolongkan sebagai papan serat kerapatan tinggi berdasarkan SNI 01-4449-2006 mengenai papan serat.

The replacement of synthetic fibers into natural fibers as reinforcements in composite materials has been carried out. Natural fiber as a reinforcement in composites can reduce environmental pollution and the dependence on the use of synthetic fibers, so that composite materials can be environmentally friendly materials. The purpose of this study is to predict the value of mechanical properties in the form of strain, tensile strength and modulus of elasticity using the Rule of Mixture and the specially orthotropic lamina theory of the polypropylene composite model reinforced by unidirectional Subang pineapple leaf fiber. The fiber used in this research is kenaf fiber, sugar cane fiber, alfa fiber, and ramie fiber with 22% fiber volume fraction. The calculation results show the smallest longitudinal strain value obtained by polypropylene/hemp fiber composite models of 0.89%. For the smallest transversal and shear strain have an alfa fiber reinforced polypropylene composite model of 1.2% and 1.3%. The five polypropylene composites containing 22 vol% natural fibers are classified as high density fiberboard based on SNI 01-4449-2006 concerning fiberboard."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toho Dustin Sutomo
"Komposit ramah lingkungan merupakan komposit dengan salah satu atau semua unsur penyusunnya merupakan bahan alam. Indonesia dengan keragaman hayati menghasilkan berbagai jenis serat alam sebagai penguat, salah satunya serat daun nanas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kandungan serat daun nanas Subang pada ketahanan impak dan kekerasan dari komposit polipropilena/serat daun nanas Subang. Perlakuan alkali dilakukan pada serat daun nanas Subang dan komposit difabrikasi dengan metode hot press.
Hasil pengukuran densitas, papan komposit dikelompokkan dalam kategori Papan Serat Kerapatan Tinggi (PSKT) berdasarkan SNI 01-4449-2006. Hasil uji bakar, impak, dan kekerasan menunjukkan komposit dengan fraksi berat serat daun nanas Subang 40 wt.% adalah komposit terbaik dengan nilai masing masing 14 mm/menit, (31,6 ± 4,5) J/cm2, dan (60,5 ± 2,01) HD. Hasil pengamatan menunjukkan adanya hasil bakar dan fiber pull out."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Gumilar
"ABSTRAK
Bambu sebagai salah satu serat alam yang ada di Indonesia berpotensi menjadi penguat pada komposit yang ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jenis komposit dan kuat lengkung dari komposit polipropilena/serat Bambu Tali (PP/SBT) sesuai dengan SNI 01-4449-2006 untuk papan serat dan kekeraannya. Serat Bambu Tali diberi perlakuan alkali sebelum dijadikan penguat komposit. Single Fiber Test dan analisa FTIR dilakukan pada serat Bambu Tali sebelum dan sesudah proses alkalisasi. Fabrikasi komposit menggunakan mesin ekstruder dengan variasi fraksi berat serat Bambu Tali 10wt%, 20wt%, dan 30wt%, dengan ukuran serat 0.5 mm. Uji lengkung dan kekerasan dilakukan pada komposit dan polipropilena murni, dan pengamatan Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan pada permukaan patahan uji lengkung. Hasil uji lengkung dan densitas menunjukkan bahwa komposit PP/SBT merupakan tipe Papan Serat Kerapatan Tinggi (PSKT) T1, dengan modulus lengkung dan kuat lengkung terbaik pada PP/SBT 30wt% masing-masing yaitu (79,01±4,47) GPa dan (36,97±3,03) MPa. Nilai ini meningkat 15,5% dan 25,6% dari polipropilena murni. Nilai uji kekerasan terbaik pada komposit PP/SBT 30wt% yaitu (61,86±0,67) HD yang meningkat 26% dari nilai kekerasan polipropilena murni. Hasil pengamatan SEM terlihat patahan serat terjadi pada permukaan patahan uji lengkung.

ABSTRACT
Bamboo as one of the natural fibers in Indonesia has the potential to become an environmental friendly composite reinforcement. This study was conducted to determine the density of composite and bending properties of polypropylene/Tali Bamboo fiber (PP/TBF) composites in accordance with SNI 01-4449-2006 for fiberboard and their hardness. Tali Bamboo Fiber was treated with alkali before being fabricated. Single Fiber Test and FTIR analysis were conducted on Tali Bamboo fibers before and after the alkalization process. Composites were fabricated using an extruder machine with variations in the weight fraction of Tali Bamboo fiber i.e 10wt%, 20wt%, and 30wt%, with a fiber size of 0.5 mm. Bending and hardness tests were carried for composites and pristine polypropylene ; fracture surfaces after bending test were ensured using Scanning Electron Microscope (SEM). The density and bending test results showed that all PP/TBF composites were categorized as Papan Serat Kerapatan Tinggi (PSKT) T1 type. PP/TBF30 composites had the highest bending modulus and strength of (79.01±4.47) GPa and (36.97±3.03) MPa respectively. These values increased 15.5% and 25.6% compared to the pristine polypropylene. The highest hardness value belong to PP/TBF30 i.e (61,86±0.67) HD, in which increased 26% from the value of pristine polypropylene hardness. SEM observations showed that fiber failure occurred on the fracture surfaces after bending test.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Lara Ollivia
"ABSTRAK
Penggunaan serat sintetis sebagai penguat pada komposit memiliki kekurangan yaitu tidak ramah lingkungan. Serat alam dapat digunakan sebagai alternatif penguat pada komposit. Polipropilena dan serat kenaf masing-masing digunakan sebagai matriks dan penguat pada komposit. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh sifat tarik dan suhu defleksi optimum dengan memvariasikan fraksi berat serat. Komposit polipropilena/serat kenaf difabrikasi dengan metode hot press. Serat kenaf diberi perlakuan alkali dalam larutan NaOH sebelum dijadikan penguat dan polipropilena diekstrusi sebelum digunakan sebagai matriks. Fraksi berat serat yang digunakan adalah 20 wt%, 30 wt%, 40 wt%, 60 wt% dan polipropilena murni sebagai pembanding. Pengujian yang dilakukan adalah uji tarik dan uji Heat Deflection Temperature (HDT) untuk mengetahui sifat mekanik dan sifat termal komposit. Nilai kuat tarik optimum berada pada komposit dengan komposisi serat 40 wt% dan mengalami kenaikan 80% dibandingkan dengan polipropilena murni yaitu sebesar (60,3 ± 4,3) MPa. Suhu defleksi optimum berada pada komposit dengan komposisi serat 40 wt% dan mengalami kenaikan hingga 170% dibandingkan dengan polipropilena murni yaitu sebesar (159,1 ± 1,8) ºC. Hasil pengamatan Scanning Electron Microscope pada komposit dengan fraksi berat 40 wt% menunjukkan ikatan antarmuka antara serat dan matriks yang relatif baik dan moda kegagalan berupa serat patah dan kegagalan matriks.

ABSTRACT
The use of synthetic fibers as reinforcement in composites has disadvantage which are not environmentally friendly. An alternative reinforcement for composites is natural fiber. Polypropylene and Sumberejo kenaf fibers are used respectively as the matrix and reinforcement. The aim of this research was to obtain the optimum tensile properties and deflection temperature with the variation of fiber fractions. Polypropylene/kenaf fiber composites fabricated by hot press method. The kenaf fiber was soaked in NaOH solution before being used as the reinforcement and polypropylene was extruded before being used as the matrix. The weight fractions of the fiber used were 20 wt%, 30 wt%, 40 wt% and 60 wt% to produce composites and pure polypropylene samples were also prepared for comparison. The optimum tensile strength and deflection temperature were found in the composites with the 40 wt% fiber fraction each with an increase up to 80% and 170% compared to the pure polypropylene with the result (60.3 ± 4,3) MPa and (159.1 ± 1,8) °C respectively. The result of Scanning Electron Microscope observation in a composite with the 40 wt% fiber fraction showed relatively good bonding interface between fibers and the matrix and the failure modes were fiber breakage and matrix failures.
"
2016
S62966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentius Calvin
"Plastik merupakan material yang mengalami perkembangan pesat 30 tahun terakhir ini. Namun sifatnya yang kurang kuat untuk aplikasi tertentu mengharuskan plastik dibuat menjadi komposit. Berbagai penguat sintetis tersedia seperti serat kaca namun harga serat kaca yang mahal dan sifatnya yang tidak ramah lingkungan membuat penggunaan material yang lebih murah dan ramah lingkungan sangat digencarkan. Komposit matriks polimer dengan penguat serat alam atau natural fiber reinforced polymer composites (NFRPC), sering hanya disebut natural fiber composites (NFC) menjadi solusinya.
Dalam penelitian ini digunakan serat alam sorgum yang berasal dari dalam negeri dan bagian yang digunakan merupakan produk sampingan dari tanaman sorgum. Proses preparasi serat sorgum diperlukan untuk meningkatkan kompatibilitasnya dengan matriks polipropilen (PP). Alkalinisasi-termal menjadi metode yang dipakai dalam melakukan preparasi serat dan hasilnya setelah dilakukan proses ini serat memiliki mekanisme mechanical bonding (interlocking) dengan PP. Kemudian pengaruh temperatur pencampuran PP dan sorgum dengan variasi 160°C, 170°C, 180°C, serta komposisi serat dengan variasi 5%, 10%, dan 15% dipelajari perilaku mekanis dan morfologinya. Hasil yang didapatkan variasi yang optimum yaitu pada temperatur pencampuran 170°C dan komposisi serat 15% memiliki kekuatan tarik mencapai 20,2 MPa dan modulus elastis 547 MPa serta temperatur pencampuran 170°C dan komposisi serat 5% memiliki elongasi 36,4 MPa.

Plastic is a material that has experienced rapid development in the last 30 years. But its nature is less strong for certain applications, requiring plastic to be made into composites. Various synthetic reinforcements are available such as glass fiber but the expensive price of glass fiber and its environmentally unfriendly nature making the usage of cheaper and environmentally friendly materials highly intensified. Polymer matrix composites with natural fiber reinforced polymer composites (NFRPC), often just called natural fiber composites (NFC), are the solution.
In this study, natural sorghum fibers originating from within the country were used and the used parts were by-products of sorghum plants. The preparation process of sorghum fibers is needed to improve its compatibility with the polypropylene (PP) matrix. Thermal-alkalinization is the method used in conducting fiber preparation and the results after this process the fibers have mechanical bonding (interlocking) mechanism with PP. Then the effect of PP and sorghum mixing temperature with variations of 160°C, 170°C, 180°C, and fiber composition with variations of 5%, 10%, and 15% on mechanical and morphological behavior were studied. The optimum result is obtained at mixing temperature of 170°C and 15% fiber composition that have tensile strength reaching 20,2 MPa and elastic modulus of 547 MPa also at mixing temperature of 170°C and 5% fiber composition have elongation of 36,4%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Azis Novovic
"ABSTRAK
Dengan perkembangan yang pesat dalam dunia industri, penggunaan komposit yang berbasis polipropilen semakin banyak digunakan. Namun, penggunaan komposit berbasis polimer menyebabkan peningkatan jumlah polusi dikarenakan waktu penguraian polipropilen yang lama. Serat alam, salah satunya serat sorgum mulai dilirik untuk dijadikan penguat dalam komposit berbasis polipropilen untuk menciptakan suatu komposit yang ramah lingkungan. Masalah utama dalam proses ini adalah, perbedaan sifat kelarutan yang tinggi antara serat sorgum dan Polipropilen. Metode alkalinasi-termal dipilih dalam proses preparasi serat untuk menciptakan serat yang aman bagi lingkungan dan memiliki kompatibilitas tinggi dengan polipropilen. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh dari waktu pencampuran dan temperatur dalam proses pencampuran Polipropilen dengan serat sorgum. Pada penelitian ini akan dikaji sifat mekanik dan morfologi dari komposit yang terbentuk dan mencari waktu dan temperatur pencampuran yang optimum. Variasi waktu pencampuran dalam penilitian ini adalah 5 menit, 7,5 menit dan 10 menit. Sedangkan variasi temperatur proses adalah 160°C, 170°C dan 180°C. Pada penelitian didapatkan Waktu dan temperatur pencampuran yang optimum adalah 170°C selama 10 menit dengan nilai kekuatan tarik 22,77 MPa. Dimana bentuk morfologi pada produk komposit tersebut juga lebih bagus dibandingkan variabel lainnya karena sedikitnya fenomena fiber pull-out dan void yang terjadi pada produk komposit tersebut dibandingkan variabel lainnya.

ABSTRACT
With the rapid development in the industrial world, the use of polypropylene-based composites is increasingly being used. However, the use of polymer-based composites causes an increase in the amount of pollution due to the long decomposition time of polypropylene. Natural fibers, one of which is sorghum fiber, is starting to be used as an amplifier in polypropylene-based composites to create an environmentally friendly composite. The main problem in this process is the difference in the high solubility between sorghum and polypropylene fibers. The thermal-alkalination method was chosen in the fiber preparation process to create fibers that are environmentally safe and have high compatibility with polypropylene. In this study, the effect of mixing time and temperature on the mixing process of Polypropylene with sorghum fiber will be seen. In this study the mechanical and morphological properties of the composites will be examined and find the optimum mixing time and temperature. The variation of mixing time in this study is 5 minutes, 7.5 minutes and 10 minutes. While the process temperature variations are 160°C, 170°C and 180°C. In this study, the optimum mixing time and temperature was 170°C for 10 minutes with a tensile strength of 22.77 MPa. Where the morphology of composite products is also better than other variables due to the small number of fiber pull-out phenomena and voids that occur in these composite products compared to other variables."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Maya Rosa
"Peningkatan perhatian global mengenai masalah lingkungan dan sustainability terkait dengan pelestarian sumber daya alam tak terbarukan telah mendorong upaya untuk mengembangkan bahan dan produk ramah lingkungan baru berdasarkan sumber daya alam yang terbarukan. Serat sorgum memiliki potensi untuk dijadikan penguat komposit karena memiliki sifat mekanis yang baik, ramah lingkungan, murah. Pada studi ini komposit polipropilen-sorgum dibuat dengan rheomix pada temperatur 160Oc, kecepatan 50 rpm dengan variasi komposisi serat 5%, 10%, 15% serta variasi waktu pencampuran 5 menit, 7.5 menit, dan 10 menit. Sifat mekanis komposit polipropilen-sorgum dipengaruhi mechanical interlockpada interfaceserat dengan matriks polipropilen. Modifikasi alkalinasi-termal dengan NaOH 5% dan waktu kukus bertekanan selama 3 menit dilakukan untuk mengubah hidrofobisitas serat sorgum dan memperbaiki ikatan antara matriks polipropilen dengan serat sorgum.
Diperoleh bahwa modulus young komposit polipropilen-sorgum menaik dengan penambahan serat dan penambahan waktu pencampuran, Ultimate Tensile Strength komposit polipropilen-sorgum menurun setelah melewati batas optimum komposisi serat dan menaik dengan penambahan waktu pencampuran. Sifat elastisitas komposit polipropilen-sorgum berkurang seiring penambahan komposisi serat dan penambahan waktu pencampuran. Hubungan antara variasi komposisi serat dan waktu pencampuran dianalisa untuk mengevaluasi pengaruhnya pada performa penguatan komposit polipropilen oleh serat sorgum. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan variabel komposisiserat dan waktu pencampuran yang optimum untuk memperoleh sifat mekanis terbaik.

Increasing global concern to environmental issues and sustainability related to preservation of non-renewable natural resources has encouraged research to development environmentally friendly materials and products based on renewable natural resources. Sorghum fiber has the potential to be a composite reinforcement because it has good mechanical properties, is environmentally friendly, inexpensive. In this study polypropylene-sorghum composites were made with Rheomix at a temperature of 160Oc, speed of 50 rpm with variations in fiber fraction of 5%, 10%, 15% and variations in mixing time of 5 minutes, 7.5 minutes, and 10 minutes. The mechanical properties of polypropylene-sorghum composites are determined by mechanical interlocks on fiber interfaces with the polypropylene matrix. Alkalination-thermal modification with 5% NaOH and pressurized steam for 3 minutes was carried out to change the hydrophobicity of sorghum fibers and improve the bond between the polypropylene matrix and sorghum fiber.
It was found that the young modulus of polypropylene-sorghum composite increased with the addition of fiber and the addition of mixing time, the Ultimate Tensile Strength polypropylene-sorghum composite decreased after crossing the optimum fiber fraction boundary and increasing with the addition of mixing time. The elasticity of polypropylene-sorghum composites decreases with the addition of fiber fraction and the addition of mixing time. The relationship between variations in fiber fraction and mixing time was analyzed to evaluate their effect on the performance of composite reinforcement of polypropylene by sorghum fibers. The aim of the study was to obtain the optimal fiber fraction and mixing time to obtain the best mechanical properties.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ihsan Budi R
"Polipropilen merupakan polimer hidrokarbon linier yang dibuat dengan cara melakukan polimerisasi adisi pada gas propilen. PP terdiri atas rantai-rantai molekul dari sejumlah propilen. Polipropilen merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari pengujian ini akan dipelajari kondisi proses pembuatan plastic film polipropilen dan sifat mekanis PP yang penting terkait dengan aplikasinya sebagai kemasan. Pengujian sifat mekanis terhadap PP, yaitu kekuatan tarik, sobek dan impak terhadap PP A, B dan C dilakukan untuk membandingkan karakteristik mekanis ketiga PP ini. Penelitian yang dilakukan akan memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanis polipropilen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain viskositas, kristalinitas, berat molekul PP. Kondisi operasi permesinan plastic film yang diterapkan adalah kondisi standar operasi permesinan PP A. Kondisi operasi yang diterapkan pada PP sangat berpengaruh terhadap kinerja PP. MFR yang terendah adalah PP C sebesar 6.7 + 0.38 gram/10 menit. PP C her ada pada kondisi operasi yang tidak tepat karena saat permesinan plastic filmnya menggunakan kondisi operasi standar PP A yang mempunyai MFR 9.97+0.05 gram/10 menit.
Dari pengujian mekanis, PP B memiliki kuat tarik 240+20 kg/cm_ saat yield dan 544+45kg/cm_ saatputus dan kuat sobek 53.50 _ 5.12 gram/mil yang tertinggi dibandingkan PP A dan C. Kekuatan impak yang tinggi tidak selalu berkaitan dengan kristalinitasnya yang rendah tapi juga elongasi. PP B mempunyai kristalinitas yang tinggi tapi juga mempunyai kuat impak tinggi karena ketangguhannya yang disebabkan oleh elongasinya lebih dari 600 %. Nilai impak yang tinggi dari PP C dengan impact failure weight 35 gram disebabkan karena kristalinitas yang rendah. Aditifantiblocking danfriksi hanya mempengaruhi sifat lekatan lapisan film pada PP A, B dan C dan tidak berpengaruh terhadap sifat mekanis PP."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adhi R.
"Polipropilen (PP) merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam aplikasi plastik kemasan. Ini karena sifat-sifat polipropilen memiliki banyak keunggulan yaitu dalam hal sifat optis dan mekanisnya. Perkembangan plastik kemasan yang pesat juga akan membutuhkan kualitas yang sesuai dengan aplikasinya. Oleh karena itu perlu diketahui sifat-sifat yang ada pada salah satu polipropilen (PP) yang ada di Indonesia. Penetitian ini bertujuan untuk mempelajari sifat optis berupa keburaman (haze) dan sifat mekanis pada polipropilen (PP) A dan polipropilen (PP) B sehingga dapat dilihat hubungan yang didapatkan antara kedua sifat tersebut. Penelitian ini menggunakan PP dengan jenis dan komposisi aditif sama yaitu stabilator panas (AE) 4 %; stabilator panas (AJ) 4 %; pelumas (AH) 5 %; syntetic hydrotalcite (HD) 3 %; slip agent (SB) 14 %; antiblocking (SC) 8 %. Pembuatan plastik film juga dilakukan dengan kondisi operasi yang sama dengan menggunakan alat blown tubular film. Perbedaan antara PP A dan PP B hanyalah pada operasi pembuatan yang berbeda pada saat proses polimerisasi dan pencampuran dengan aditif hingga menjadi pellet. Dari hal tersebut, trnmyata didapatkan hasil pengujian yang berbeda-beda untuk PP A dan PP B.
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa PP B memiliki keburaman yang lebih tinggi '(8%) dari PP A (2,7%) pada plastik film. Ini berarti PP B memiliki derajat kristalinitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan PP A dan membuat kekuatan tank (MD) PP B (199,14 kg/cm2) lebih tinggi dari PP A (173,5 kg/cm_) tetapi pertambahan panjang dan ketahanan impak PP B (456% dan 21,5 gr) lebih rendah dari PP A (539% dan 21,91 gr). Pada pengujian SEM, kondisi operasi mempengaruhi kelarutan aditif dalam matriks polimer. Kelarutan aditif yang rendah pada matriks atau tidak larut sempuma pada PP B membuat nilai kekuatan tank PP B lebih tinggi dibandingkan dengan PP A. Aditif yang tidak larut sempuma membentuk gumpalan yang menyebabkan sinar berhamburan ketika melewafi plastik film sehingga keburaman pada PP B lebih tinggi dari PP A. Aditif yang tidak larut sempuma menyebabkan plastik film pada PP B mempunyai nilai pengujian blocking dan koefisien friksi (TD : 0,01500 gr; MD: 0,01900 gr dan us: 0,4141; _k: 0,2618) yang lebih rendah dibandingkan dengan PP A (TD : 0,05030 gr; MD: 0,04900 gr dan _s: 0.6243; uk: 0,4212)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epson Ray Kinko
"Konsumsi polimer dalam jumlah besar, menekan industri polimer untuk menghemat bahan baku material dan mempercepat laju produksi. MFC berbasis serat alam telah dipelajari mampu memperbaiki sifat dan kecepatan laju proses dari polimer. Indonesia sebagai negara agraris memiliki banyak sumber serat alam, salah satunya serat ijuk. Melalui proses perlakuan, serat alam diproses hingga didapatkan MFC yang akan dipelajari sifatnya sebagai agen penukleasi didalam polimer polipropilena jenis kopolimer impak. Dengan penambahan MFC, dapat meningkatkan 2% kristalinitas dan kecepatan kristalinitas hingga 12 detik. Penelitian ini menitik beratkan pada kemampuan kristalinitas dari PP setelah ditambahakan MFC.

Polymer comsumption in large scale, pushing polymer industry to reduce consumption of base material and increasing production time. ?Ijuk? based MFC has been studied can improve quality and accelerate process on PP. Indonesia as a maritime nation had many kind land riches, the one is ?ijuk? fiber. By conditioning process, ?ijuk? fiber made into MFC than have good bonding and will be studied his properties as nucleating agent on polymer polypropylene copolymer impact. With addiction of
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S36319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>