Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154713 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairani Fajrianisa
"Sangat merupakah salah satu adverbia kualitatif dalam bahasa Indonesia. Sangat biasanya digunakan sebagai alat pembeda adjektiva dengan verba. Pada kenyataannya, sangat juga bisa digunakan sebagai pewatas verba, tetapi tidak semua verba dapat menerima modifikasi dengan sangat. Penelitian ini membahas verba yang dapat dimodifikasi oleh sangat berdasarkan tipe semantis verba dan afiks pembentuknya serta gradasi kederajatan yang ditunjukkan oleh relasi antara sangat dan verba. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan menggunakan korpus Indonesian Web (IndonesianWaC) Sketch Engine untuk memperoleh data berupa verba turunan yang menjadi induk dari sangat dalam sebuah frasa. Untuk menjelaskan tipe verba, digunakan tipe semantis verba Chafe (1970) yang sudah dimodifikasi oleh Tampubolon (1983) dan afiks pembentuk verba Sneddon (2010). Selain itu, gradasi kederajatan diuraikan berdasarkan gradasi kederajatan Kennedy dan McNally (1999). Ditemukan bahwa verba yang dapat diwatasi oleh sangat adalah verba berafiks ber-, ter-, meN-,
meN-...-kan, meN-...-i, di-, di-...-kan, dan di-...-i dengan dasar berupa adjektiva, nomina, dan verba dan merupakan verba bertipe tipe semantis keadaan, keadaan pengalaman, keadaan benefaktif, proses pengalaman, aksi, dan aksi benefaktif. Adanya atribut INTENSITY dan QUANTITY membuat verba tersebut menerima modifikasi dengan sangat dan membentuk gradasi kederajatan berupa skala intensitas dan kuantitas.

Sangat is one of the qualitative adverbs in Indonesian. Sangat usually is used as a differentiator for adjectives and verbs. In fact, this kind of adverb also can be used as modifier of verbs, but not all verbas can accept modification by sangat. This study discusses verbs which are able to be modified by sangat based on their forming affixes and the semantic types of the verbs as well as the degree gradation shown by relation between sangat and verbs. This study uses qualitative method with Indonesian Web (IndonesianWaC) Sketch Engine corpora to obtain data in form of derived verbs which are the head of phrase with sangat as their modifier. To explain the type of verb, verb semantics type by Chafe (1970) which has been modified by Tampubolon (1983) and verb-forming affixes by Sneddon (2010) are used. The degree gradation is described based on degree gradation theory by Kennedy and McNally (1999). It is found that verbs which accept modification with sangat are verbs formed by affixes ber-, ter-, meN-, meN-...-kan, meN-...-i, di-, di-...-kan, and di-...-i with base in form of adjective, noun, and verb as well as verbs with semantic type state, experiential state, benefactive state, experiential process, action, and benefactive action. The presence of INTENSITY and QUANTITY attribute makes the verbs are able to be modified by sangat and form gradation with intensity and quantity scale."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jejen Alimudin
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian semantis yang mengkaji makna pada verba bahasa Jepang Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis komponen makna yang dimiliki oleh kumpulan verba yang memiliki makna lsquo melihat rsquo serta menjelaskan relasi makna yang terdapat dalam kumpulan verba tersebut Penulis mengumpulkan kata yang memiliki unsur kanji lsquo melihat rsquo dan lsquo mata rsquo dalam sumber data berupa buku ajar perkuliahan Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analisis dengan menggunakan teori komponen makna Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkup makna yang dimiliki oleh masing masing verba tersebut sangat kompleks serta hubungan yang ada merupakan hubungan hiponimi dengan verba miru sebagai hipernim dari kumpulan verba tersebut
ABSTRACT
This is a study on semantic that examines the meaning of Japanese verbs The study focus on analyzing the component that forms the meaning of a group of verbs that share the same meaning of lsquo to see rsquo and explicated the relation formed on the group Data were collected from the language learning textbooks and focused on verbs that contain kanji that has meaning lsquo to see rsquo and lsquo the eye rsquo This is a descriptive analytical study based on the theory of componential analysis of meaning The result of the study shows the complexity of the range of meaning in each verb in which the relation formed in it is a hyponymy and the verb miru is the hypernym of those group of verbs "
2014
S61414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gugun Gunardi
Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003
499.23 GUN v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Teodora Nirmala Fau
"Skripsi ini membahas derivasi nomina ke verba yang ditemukan pada surat kabar harian Kompas. Derivasi yang ada dalam surat kabar harian tersebut meliputi derivasi dari segi kelas kata dan makna. Derivasi dari segi kelas dapat dilihat dari pemberian afiks pembentuk verba, sedangkan derivasi dari segi makna dapat dilihat dari perubahan dan pergeseran makna kata turunan dengan kata asalnya. Perubahan dan pergeseran tersebut dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu idiom dan metafora. Karakteristik dari kata berderivasi nomina ke verba ini dapat dilihat dari kemampuan mereka untuk dipasifkan.

This thesis discuss derivation of nomines to verbs in Kompas the daily newspaper. That things include derivation of category and meaning. Derivation of category could be seen from nomine that adhered affix to verb-formation while derivation of meaning could be seen from change and shift of meaning about complex words to their bases. It been devided in two kinds. Those are idioms and metaphors. Characteristic of it could be seen from ability change into pasif verb."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rizky Fauziah
"Sebuah kata yang memiliki lebih dari satu makna dan memiliki pertautan antarmaknanya disebut polisemi. Dalam Bahasa Jepang terdapat kata bon’yari dari kelas kata adverbia yang memiliki lebih dari satu makna dan memiliki keterkaitan antarmaknanya. Hal ini dapat menjadi penghambat apabila penutur asing membaca bacaan Bahasa Jepang dan menemukan kata yang sama dengan makna yang berbeda. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memaparkan makna dan penggunaan adverbia bon’yari yang ditemukan dalam cerpen Bahasa Jepang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan identifikasi kata bon’yari secara morfologis, sintaksis dan semantik, yaitu menentukan kelas kata, unit sintaksis, serta relasi makna menggunakan teori analisis polisemi. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan 28 data kalimat yang mengandung kata bon’yari Data tersebut dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu, bon’yari yang mengungkapan keadaan tidak fokus, keadaan tidak bisa berpikir jernih, menjelaskan fenomena kasatmata yang samar, dan menjelaskan perihal yang tidak jelas. Selain itu diketahui bahwa bon’yari sebagai adverbia membuat kata tersebut tidak selalu berada tepat sebelum kata yang dijelaskan, dan bon’yari dapat diikuti partikel to maupun tidak, dapat diikuti kata shita saat berada tepat sebelum nomina, serta dapat diikuti kata shite saat berada tepat sebelum verba.

A word that has more than one meaning and has a link between its meanings is called polysemy. In Japanese there is a word bon'yari which has more than one meaning and has a relationship between its meanings. This can be an obstacle when foreign try to read Japanese texts and find the same word with different meanings. Therefore, this study aims to explain the meaning and usage of the adverb bon'yari in Japanese short story. The method used in this research is descriptive qualitative using syntax and morphology, as well as polysemy analysis theory in describing meaning. The results of this study were found 28 data containing the word bon'yari in it, from the data it can be grouped into four types, unfocused expressions, expressions of not being able to think clearly, explaining visible phenomena, and explaining things that are not clear. In addition, it is shown that the position of bon'yari as an adverb makes the word not always be right before the word that being explained, can also be followed by the particle to or not, can be followed by shita when it comes right before noun, and can be followed by shite after verb."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Buha
Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2000
499.25 ARI v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zahroh Nihayah
"Sufiks -eer merupakan sufiks pinjaman dari bahasa Perancis yang kemudian menjadi sufiks pembentuk verba yang produktif, bila bentuk dasarnya berasal dari bahasa asing. Karenanya verba bersufiks -eer memiliki karakteristik yang unik, misalnya saja bentuk dasarnya selain berupa kata juga berupa akar kata. Begitu pula kaidah operasionalnya yang bisa berupa afiksasi, substitusi afiks, ataupun peminjaman langsung. Sufiks ini memiliki nilai kategorial `perbuatan' dan `perubahan'. Hal menarik lainnya ialah bahwa verba-verba bersufiks -eer_ menunjukkan banyak gejala-gejala morfofonologis, yaitu keberagaman alomorf; perubahan, penyisipan, dan penghilangan bunyi; serta prilaku tekanan sufiks -eer yang selalu mendapat tekanan utama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S15739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1985
499.251 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>