Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84966 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dita Pranawengkapti Ramadhani
"Momentum simbolis rangkaian peristiwa sejarah Republik Indonesia dari era orde baru ke era reformasi d awali dengan Gerakan Mahasiswa Indonesia tahun 1998. Pengunduran diri Presiden Soeharti menjadi kausalitas Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 sekaligus menjadi faktor determinan yang mengawali era reformasi. Kebijakan yang didasari berdasarkan kolusi, korupsi dan nepotisme oleh Presiden Soeharto memberikan dampak buruk yang berkepanjangan bagi Pemerintahan Indonesia sehingga Pemerintahan Indonesia saat itu berada diatas pondasi yang rapuh. Krisis Finansial Asia tahun 1997 berdampak dalam segala aspek kehidupan masyarakat di Asia, khususnya di Indonesia. Penelitian ini membahas bagaiamana foto jurnalistik dapat memberikan gambaran informasi yang utuh serta dapat membangkitkan memori mengenai Gerakan Mahasiswa di Jakarta tahun 1998. Penulis mengangkat permasalahan bagaimana foto jurnalistik dapat memberikan suatu gambaran informasi kesejarahan yang mampu membangkitkan memori masa lalu. Metode penelitian historiografi akan didampingi dengan teori collective behavior oleh Smelser untuk merekonstruksi foto agar menjadi cerita yang kronologis. Dengan bantuan kaijan ilmu sosial yang relevan, foto dapat digunakan sebagai sumber sejarah dalam menggambarkan Gerakan Mahasiswa tahun 1998 sebagai peristiwa sejarah yang kronologis dan komprehensif.

The symbolic momentum of the historical events of the Republic of Indonesia from the new order era to the reform era began with the 1998 Indonesian Student Movement. President Soeharto's resignation became the casuality of the 1998 Indonesian Student Movement as well as the determinant factor that started the reform era. The policy based on collusion, corruption, and nepotism by President Soeharto had a prolonged adverse impact on the Indonesian Government so that the current Indonesian Government was on a fragile foundation. The 1997 Asian Financial Crisis impacted all aspects of people's lives in Asia, especially in Indonesia. This study discusses how photojournalism can provide a complete picture of information and can evoke memories of the Student Movement in Jakarta in 1998. The author raises the issue of how photojournalism can provide a picture of historical information can evoke memories of the past. The historiography research method will be accompanied by the theory of collective behavior by Smelser to reconstruct the photo into a chronological story. With the help of relevant social science studies, photographs can be used as historical sources in describing the 1998 Student Movement as a chronological and comprehensive historical event. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fatkhur Rozaq Rosyidi
"Penelitian yang berjudul Foto Jurnalistik Gerakan Mahasiswa Dalam Peristiwa 15 Januari 1974, membahas mengenai gerakan mahasiswa tahun 1970-an hingga meletusnya peristiwa pada 15 Januari 1974 dengan cara merekonstruksi melalui foto jurnalistik. Alasan pemilihan foto jurnalistik sebagai media historiografi gerakan mahasiswa 15 Januari 1974 adalah karena foto merupakan bentuk dokumentasi sekaligus media visual yang dapat mengkomunikasikan dan menarasikan sebuah peristiwa.
Tujuan dari penelitian ini adalah menarasikan gerakan mahasiswa peristiwa 15 Januari 1974 melalui rekonstruksi dan interpretasi dari visual foto jurnalistik.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu Heuristik, Kritik, Interpretasi, Historiografi dengan dipertautkan kajian ilmu lain seperti klasifikasi gerakan sosial guna mempermudah dalam mengklasifikasikan foto serta analisis dan interpretasi foto yang didapat.
Hasil dari penelitian dengan narasi dan interpretasi melalui foto jurnalistik gerakan mahasiswa Peristiwa 15 Januari 1974 adalah bagaimana foto dapat memaknai dan memaparkan gerakan mahasiswa yang berawal dari kekecewaan mareka terkait kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah, yang berujung pada tragedi pengrusakan, dan pembakaran barang-barang Jepang.

This undergraduate thesis titled Journalistic Photos of Student Movement in January 15th 1974 Riot examines the student movement in the 1970s that built up to the 15th January 1974 riot by reconstructing journalistic photos. The reason of choosing journalistic photos as the historiography medium of the movement is because photographic images serve as a documentation as well as visual media that can communicate and narrate an event.
The purpose of this research is to narrate the student movement of the January 15th 1974 riot through reconstruction and interpretation of visual journalistic photos.
The research methodology applied is historical method that consists of four steps which are Heuristic, Criticism, Interpretation and Historiography. The method was conjoined with other studies which are social movement classification to strengthen the analysis and interpretation of the photos.
The result shows how photos are able to assign meaning and depict the student movement of 1974 riot which originated from their disappointment regarding the government's economic policy, and resulted in the sabotage and burning of Japanese goods.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosidi Rizkiandi
"Skripsi ini membahas tentang peranan gerakan mahasiswa Universitas Indonesia dalam Reformasi Indonesia 1997-1999. Menjelaskan perkembangan gerakan mahasiswa Indonesia mulai dari tahun 1978 hingga masuk masa Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi tahun 1990 yang ditandai dengan lahirnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hassan, No. 0457/1990. Perubahan pola gerakan mahasiswa untuk beradaptasi menghadapi represi dari pemerintah. Serta kembali berkembangnya gerakan mahasiswa seiring mengendurnya tekanan pemerintah. Skripsi ini juga menguraikan aksi- aksi demonstrasi dan pergerakan mahasiswa UI dalam memperjuangkan reformasi Indonesia, termasuk dinamika internal mahasiswa UI yang terbagi menjadi dua, yaitu Senat Mahasiswa Universitas Indonesia dan Kesatuan Aksi Keluarga Besar Universitas Indonesia.

This thesis discusses the role of Universitas Indonesia student movement for Indonesia Reformation 1997-1999. It describes the development of Indonesia student movement from 1978 until the period of Student Senate in 1990, which marked by the Decree of Minister of Education and Culture, Fuad Hassan, No. 0457/1990; the adaptation of student movement to face the repression from the government by changing its pattern; as well as re-development of the student movement as the loosening of government pressure. This thesis also describes the demonstrations and UI student movement in fight for Indonesia Reformation, including the internal dynamics, which divided UI student to Student Senate and Family Action Unit (KB UI)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Yanuar H.
"Dalam perkembangannya, Gerakan Mahasiswa angkatan 1998 pasca jatuhnya rezim Orde Baru, sangat sulit dilihat sebagai suatu unsur monolitik dari bagian civil society karena meliputi berbagai varian dan mempunyai banyak perbedaan afiliasi dari masing-masing kelompok Gerakan Mahasiswa tersebut. Fenomena-fenomena ini seringkali menyebablcan terjadinya perselisihan bahkan perpecahan di antara kelompok-kelompok Gerakan Mahasiswa itu sendiri.
Penelitian ini difokuskan pada Gerakan Mahasiswa 1998 khususnya di Jakarta, pada tiga kelompok aksi mahasiswa yang muncul di permukaan menggerakan berbagai aksi, pasca jatuhnya rezim orde baru. Permasalahan yang diajukan mengenai Iatar belakang kelompok gerakan, basis massa, strategi gerakan, dan eksistensi masing-masing kelompok dalam mengusung agenda reformasi dan salah satunya yang marak dibawakan dalam setiap aksi mahasiswa adalah pemutusan hubungan total dengan rezim lama (cleansing regime) pada masa sesudah kejatuhan Soeharto. Untuk menjawab permasalahan tersebut dipinjam teori teori hegemoni dari Antonio Gramsci, teori demokratisasi dan kebangkitan kekuatan civil society dari Samuel P Huntington dan Richard Robinson, serta teori gerakan sosial baru dari Sylvia Bashevkin dan Jeff Haynes untuk menjelaskan munculnya gerakan mahasiswa 1993, dan pemetaan kelompok- kelompok aksi gerakan mahasiswa di Indonesia yang diajukan oleh Anders Uhlin untuk menganalisa tipologi dan perbedaan dari kelompok-kelompok gerakan mahasiswa 1998.
Dengan menggunakan teknik wawancara dan Studi pustaka, dikumpulkan data-data yang kemudian di analisa dengan menggunakan analisa kualitatitf Dari analisa tersebut penulis menemukan bahwa : gerakan mahasiswa 1998 sebenarnya memiliki kesamaan visi dalam melihat suatu masalah, perbedaan justru terlihat pada alat yang digunakan, seperti metode aksi dan strategi pergerakan, yang seringkali justru menimbulkan perpecahan pada gerakan mahasiswa 1998 itu sendiri. Hal ini diperburuk dengan masuknya kooptasi elit dan problem eksistensi, sehingga gerakan-gerakan yang dilakukan hanya bersifat aktualisasi egoisme dan heroisme semata, dan cenderung masuk kedalam kooptasi elit kekuasaan sehingga hanya menjadi alat permainan para elit politik.

During the movement of the New Order regime, the rise of class of 1998 , its hard to be recognized as the monolhitic element from the part of civil society, because its covering very complicated to see that movement as a monolithic element divide of civil society, because its covering many variant and having a lot of diversites of affiliation from each of the student movement, this phenomena always make the student movement groups fall apart.
This research is Focus from the movement of class of 98 especially in Jakarta, with three group of the student action, which active to move a student campaign, after the fall of the new order regime. Set of problem from this research concerning the student movements background mass bases, movement strategy dan the existence each of student movement group, to champaign the reformation agenda. The mast interesting agenda is make severance relations with old regime (cleansing regime) after the fall of Soeharto. To answer that questions, this research borrowed the Hegemony theories from Antonio Grantsci, the democratization and civil society theories from Samuel P. Huntington and Richard Robinson, which connected with the social movement theory from Slyvia Bashevkin and Jeff Haynes to explained the emerge the student movement in 1998, and mapping of student movement in lndonesia from Anders Uhlin to analysed the difference and tipology the student movement of class of 98 groups.
Collecting the data process with reviewing the literature and in-depth interview technigne, then analysed with the qualitatif approach. From that analysis, the writer result: In fact, the movement of class of 98 has a same perspective to see the problem, but had different opinion to see how the instruments worked like movement strategy and action methods, that difference always make a friction between the movement action groups. This fact also influenced by elite interest and exsistence problem, which cause characteristic of the movement onLy base on egoism actualitzation and heroism, and inclined begin come into elite circle interest.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Puspadewi
"Penelitian tentang oposisi di Indonesia masih sedikit jumlahnya. Penelitian ini penting karena sebenarnya berbagai oposisi telah ada sejak awal Orde Baru, tetapi kebanyakan masih gagal membentuk oposisi yang kuat. Ada dua kelompok yang tetap bertahan untuk melakukan oposisi yaitu mahasiswa dan buruh. Sementara peristiwa pendudukan gedung MPR/DPR RI pada bulan Mei 1998 oleh para mahasiswa yang ikut serta menyebabkan Soeharto mundur merupakan peristiwa penting yang menarik untuk diamati. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai gerakan mahasiswa 1998 yang berperan sebagai oposisi di Indonesia.
Penelitian ini difokuskan pada gerakan mahasiswa Indonesia khususnya di Jakarta pada tahun 1998 yang melontarkan tuntutan reformasi menyeluruh atau reformasi total. Permasalahan yang diajukan mengenai tipe oposisi yang diperankan oleh gerakan mahasiswa 1998 dan faktor-faktor signifikan yang mendorong munculnya tipe oposisi tersebut. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dipinjam teori oposisi yang dikemukakan oleh Robert A. Dahl dan definisi oposisi yang dikemukakan oleh Karel van het Reve untuk melihat gerakan mahasiswa 1998 melakukan oposisi, dan tipe oposisi yang diajukan oleh H. Gordon Skilling digunakan unluk menganalisa tipe oposisi yang dilakukan gerakan mahasiswa 1998.
Dengan menggunakan teknik wawancara dan studi pustaka, dikumpulkan data-data yang kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa kualitatif. Dari analisa tersebut penulis menemukan bahwa: tipe oposisi yang dilakukan gerakan mahasiswa 1998 adalah oposisi integral dan dua faktor signifikan yang mendorong gerakan mahasiswa 1998 melakukan oposisi integral adalah (1) kegagalan pemerintah Orde Baru untuk mengatasi krisis ekonomi dan (2) kepastian terlaksananya agenda SU MPR Maret 1998."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T5681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahman Gani
"Dalam novel Norwegian Wood, Haruki Murakami menjadikan Jepang pada tahun 1968 sampai 1970 sebagai latar waktu utama dalam cerita. Di dalam novel ia menggambarkankan beberapa aktivitas dan kegiatan politik serta aksi pemogokkan yang terjadi pada saat itu. Namun dari sekian banyak kelompok di kalangan mahasiswa yang ada dan terlibat pada tahun tersebut Murakami tidak menyebutkan secara langsung kelompok mana yang ia maksudkan dalam novel. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi siapa atau kelompok mana yang direpresentasikan Murakami didalam novel Norwegian Wood. Penulis menggunakan teori sosiologi sastra Swingewood (1972) untuk menganalisa novel tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Zenkyoto dan salah satu faksi dalam Zengakuren yaitu Kakumaru-ha adalah kelompok yang digambarkan Murakami dalam beberapa situasi seperti pemogokkan, serta kelompok Nichigakudou dari golongan Minzoku-ha yang digambarkan sebagai beberapa orang penghuni asrama tokoh utama.

In the novel Norwegian Wood, Haruki Murakami makes Japan from 1968 to 1970 the main time setting in the story. In the novel, he describes several political activities as well as strikes that happened at that time. There were many groups among students that existed and were involved in the activities that year. However, Murakami did not mention directly which group he was referring to in the novel. This study aims to identify who or which group is represented by Murakami in the novel Norwegian Wood. The researcher uses Swingewood's (1972) sociology of literature theory to analyze the novel. The results of this study indicate that Zenkyoto and one of the factions in Zengakuren, namely Kakumaru-ha, are the group described by Murakami in several situations such as strikes, and the Nichigakudou group from the Minzoku-ha which was described as several residents of the main character's dormitory."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Lukita Sari
"ABSTRAK
Krisis moneter yang ditandai dengan meiemahnya mata uang rupiah pada pertengahan
tahun 1997 membawa Indonesia pada krisis ekonomi. Sejumlah masatah yakni
monopoli, kolusi, korupsi dan nepotisme, yang merasuk dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, semakin membuat Indonesia terpuruk pada krisis
kepercayaan, mengkristal menjadi krisis di bidang politik dan hukum. Hasii Sidang
Umum (SU) DPR / MPR, terutama pemilihan Presiden dan pembentukan Kabinet VII
diyakini oleh kalangan masyarakat luas sebagai indikasi kurangnya kemampuan
Pemerintah melakukan reformasi yang memadai untuk memperbaiki situasi yang kian
memburuk.
Di tengah kondisi semacam "rtu, pada pertengahan tahun 1997, gerakan protes
mahasiswa mulai marak di beberapa kampus di puiau Jawa. Dalam waktu yang relatif
pendek, gerakan protes mahasiswa "rtu meiuas ke luar pulau Jawa dan merata ke
kampus-kampus di seluruh Indonesia. Dari segi kuantitas, aksi-aksi protes mahasiswa
ini merupakan yang terbesar selama dua dasawarsa terakhir. Isu-isu reformasi ekonomi
dan politik yang diangkat pun bersifat nasional tidak seperti aksi-aksi protes yang terjadi
sebelumnya yang isunya bersifat iokal dan isu ini merata pada hampir semua aksi
protes mahasiswa.
Adanya dukungan pada gerakan protes mahasiswa tahun 1998 yang sedemikian besar
membuat mahasiswa salah tingkah dan kehilangan arah. Gerakan protes mahasiswa
mulai dipertanyakan orang mulai dari kemumian gerakan sampai kepada intelektual
gerakan. Apresiasi rakyat kian menurun menyusul aksi-aksi protes yang dipandang
cenderung anarkis, emosional dan terkesan kurang inteiek (Republika, 15 Januari
1998). Selain itu gerakan protes mahasiswa pasca pemerintahan Soeharto mulai
terpecah-belah dan memiliki penylkapan politik yang berbeda-beda.
Agar individu atau masyarakat dapat memahami gerakan protes mahasiswa, maka
diperlukan suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana mahasiswa mengorganisasikan
pengalaman masa lalu dan tingkah-takunya ke dalam satu pola atau bentuk tertentu. Hal
ini oleh Barlett (dalam Deaux, Dane dan Wrightsman, 1993) didefinisikan sebagai
Skema Sosiat {Social Schemata). Skema sosial merupakan pola dari tingkah-laku dan
juga pola untuk bertingkah-taku (Neisser, dalam Aldrin, 1995). Oleh karena itu. peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai skema sosia! mengenai gerakan protes mahasiswa tahun 1998. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran teori
mahasiswa mengenai gerakan protes mahasiswa.
Penetitian in! menggunakan kriteria responden yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sariito W. Sarwono (1978). Kriteria responden tersebut adalah Aktivis
Pemimpin dan Aktivis Pengikut.
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner, yaitu berupa item-item pertanyaan yang
terdiri dari beberapa aftematif jawaban. Tiap-tiap kelompok responden boleh memilih
lebih dari satu alternatif jawaban. Banyaknya respon dari tiap-tiap responden
dijumfahkan dan direlaslkan dengan jumlah respon yang tidak dijawab. Prosedur statistik
yang digunakan adalah prosedur aggregate (grouping) dan crosstabs. Setelah itu
dilakukan perhitungan dengan menggunakan teknik analisa chi square.
Ternyata dari 11 hipotesa yang dibangun, hanya ada 3 hipotesa yang diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan skema antara kelompok aktivis pemimpin dan
pengikut.
Daiam diskusi dibahas mengapa tidak ada perbedaan skema antara kedua kelompok
aktivis. Selain itu juga diberikan saran-saran baik kepada responden, yaitu mengenai
perbaikan beberapa skema mengenai konsep tertentu seperti pengertian mahasiswa,
peran sebagai kekuatan politik dan pengertian inteiektual. Selain itu, saran-saran bagi
perbaikan penelitian ini juga diberikan."
1999
S2746
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nesia Qurrota A`Yuni
"Skripsi ini membahas lahirnya kultur baru keislaman mahasiswa Universitas Indonesia sebagai akibat dari pengaruh gerakan tarbiyah pada periode 1989 ndash;1998. Di Universitas Indonesia, gerakan Tarbiyah yang pada awalnya dikenal sebagai gerakan dakwah kampus, kemudian telah bergerak lebih jauh ke dalam politik kampus. Dengan menggunakan metode sejarah, data yang dikumpulkan dari berbagai sumber menyimpulkan bahwa gerakan Tarbiyah berkontribusi besar dalam menanamkan nilai-nilai Islam di dalam gerakan mahasiswa Universitas Indonesia. Penanaman nilai-nilai Islam tersebut dipermudah setelah kursi-kursi senat mahasiswa dikuasai oleh para aktivis Tarbiyah. Adapun nilai-nilai yang ditanamkan gerakan Tarbiyah terimplementasi dari menjamurnya aktivitas mentoring atau halaqah di musala atau masjid kampus, aktifnya kegiatan mentoring keagaamaan untuk mahasiswa baru, dan mulai banyaknya mahasiswa yang berpenampilan syar rsquo;i. Adanya skripsi ini akan menambah ragam baru kajian mengenai Gerakan Tarbiyah. Sebelumnya, kajian mengenai Tarbiyah hanya seputar masuknya gerakan tersebut ke Indonesia hingga transformasinya menjadi partai politik. Namun, skripsi ini secara spesifik mengungkap pengaruh dan dampak yang disebabkan oleh perkembangan gerakan Tarbiyah di dalam Universitas Indonesia.

This thesis discusses about the emergence of new Islamic culture of Universitas Indonesia students as the effect of Tarbiyah movement influence in 1989 ndash 1998. In Universitas Indonesia, Tarbiyah movement which was known as campuss preaching movement in the beginning, then has moved farther in the political campuss. By using history method, the collected data from many ressources conclude that Tarbiyah movement has big contribution in implementing Islamic values in student movement of Universitas Indonesia. The implementation is eased after the senate positions were occupied by Tarbiyah activist. The values which is implemented by Tarbiyah movement is mentoring activity or halaqah in musala or campuss masjid, mentoring activity to the new student, and many of muslimah student began to wear syar rsquo i clothes. This thesis will contribute a new variant of Tarbiyah movement study. Previously, study about Tarbiyah is only about the emergence in Indonesia and its transformation to political party. However, this thesis specifically discusses the influence and the effect of Tarbiyah movement ini Universitas Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lelita Yunia
"Gerakan mahasiswa 1998 telah menjadi sebuah sejarah yang merubah suatu pemerintahan otoriter di bawah kekuasaan rezim Orde Baru melalui suatu gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia atas nama reformasi. Studi terhadap gerakan mahasiswa 1998 ini menjadi menarik karena sebagaimana pepatah selalu mengatakan bahwa sejarah selalu berulang, yang berarti mahasiswa pada akhirnya menjadi faktor penggerak suatu perubahan dalam suatu sistem politik di banyak negara, di mana mahasiswa selalu menjadi pelopor penggeraknya, demikian pula halnya di Indonesia.
Tesis ini meneliti keterlibatan mahasiswa dalam gerakan 1998. Adanya agen-agen atau sarana-sarana dalam sebuah proses sosialisasi politik dianggap dapat mempengaruhi partisipasi politik mahasiswa dalam gerakan 1998 itu. Banyaknya kelompok-kelompok mahasiswa yang melibatkan diri dalam gerakan tersebut amat mewamai berjalannya gerakan itu sendiri. Diantara banyaknya kelompok-kelompok mahasiswa yang terlibat, kelompok mahasiswa yang menamakan dirinya Forum Kota (Forkot) terlihat intens dalam melancarkan aktivitas aksi-aksinya, oleh karena itu kelompok mahasiswa Forum Kota (Forkot) menjadi fokus dalam penelitian tesis ini.
Sikap dan pola gerakan radikal dan militan yang menjadi ciri dari setiap aksi Forum Kota (Forkot) merupakan alasan utama untuk memilih kelompok ini menjadi fokus dalam penelitian ini. Artinya akan timbul suatu pertanyaan apakah keterlibatan mereka dalam gerakan 1998 dengan ciri pola gerakan yang radikal dan militan dari setiap aksi Forum Kota (Forkot) merupakan pengaruh dari adanya agen-agen atau sarana sebuah proses sosialisasi politik.
Ada tiga agen/sarana sosialisasi politik yang menyerapkan nilai-nilai politik kepada mahasiswa Forum Kota (Forkot) yang dianggap mempengaruhi mereka hingga terlibat dalam gerakan 1998, yaitu Sekolah, Media massa dan Kontak-Kontak politik Langsung. Ketiga agen sosialisasi politik ini dianggap berperan dalam mempengaruhi partisipasi politik mahasiswa Forum Kota (Forkot).
Sepanjang keterlibatan dan aktivitas mahasiswa Forum Kota (Forkot) dalam gerakan 1998 terlihat bahwa mereka dilandasi oleh nilai-nilai Demokrasi, nilai Etika Pembebasan dan nilai Sosial Demokrat. Nilai-nilai ini dijadikan dasar pemikiran dalam gerakan untuk mencapai tujuan reformasi, meskipun nilai-nilai tersebut bukanlah mempakan sebuah ideologi bagi kelompok Forum Kota.
Agen Sekolah, agen Media massa dan agen Kontak-Kontak politik langsung temyata mempunyai peran yang berbeda dalam menyerapkan nilai-nilai politik terhadap mahasiswa Forum Kota (Forkot). Ketiga agen sosialisasi politik ini tidak berada dalam posisi yang setara untuk membuat mahasiswa Forum Kota berpartisipasi politik. Artinya agen Media Massa merupakan sarana dari sebuah proses sosialisasi politik yang paling berperan menyerapkan nilai-nilai politik, sehingga mempengaruhi mahasiswa Forum Kota (Forkot) terlibat secara intens dalam gerakan 1998."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Aulia
"Media yang memiliki narasi percintaan sesama laki-laki boy rsquo;s love digemari khalayak luas tak terkecuali di Indonesia. Hal ini terbukti dari jumlah konsumsi yang tinggi terhadap media tersebut, terutama kaum perempuan. Pada awalnya konsumsi terhadap boy rsquo;s love ini dilakukan secara pasif oleh para perempuan Indonesia. Seiring perkembangan teknologi, para konsumen perempuan tersebut mempunyai fasilitas untuk lebih aktif dalam memproduksi media-media yang memiliki narasi boy rsquo;s love. Selain itu, di Indonesia belakangan ini semakin marak acara comic market dan content creator yang mewadahi perempuan untuk mereproduksi media yang memiliki narasi boys rsquo; love. Seperti diungkapkan Jenkins 1992 , para konsumen perempuan, yang disebut juga dengan fan, telah lebih dari dua dekade memproduksi kembali narasi boy rsquo;s love menjadi fan merchandise, fan art, fan fiction, dan lain-lain. Namun, reproduksi narasi yang dilakukan konsumen perempuan tersebut masih membawa nilai-nilai maskulin dan feminin, atau nilai-nilai heteronormatif. Berangkat dari hal tersebut, penulis akan mengkaji salah satu karya fan fiction, yang berjudul ldquo;Card Vanguard rdquo; dengan pengarang Hisuri Rii. Menggunakan pisau analisis semiotika Roland Barthes 1972 dengan konsep denotasi dan konotasi sebagai kunci analisis semiotika, penelitian ini akan mengkaji nilai-nilai patriarki dan heteronormatif yang dibawa oleh sang pengarang dalam pembuatan media berkonten boys rsquo; love.
Media that has a narrative of love of fellow men boy 39 s love popular a wide audience is no exception in Indonesia. This is evident from the amount of high consumption of these media, especially women. At first the consumption of boy 39 s love was done passively by the women of Indonesia. Along with technological developments, these female consumers have the facility to be more active in producing media that has a narrative boy 39 s love. In addition, in Indonesia lately increasingly rampant comic market event and content creator that accommodate women to reproduce the media that has a narrative boys 39 love. As Jenkins 1992 points out, female consumers, also called fans, have more than two decades of re producing boy 39 s love narratives into fan merchandise, fan art, fan fiction, and so on. However, the production of narratives by women consumers still carries both masculine and feminine values or heteronormative values. Departing from that, the author will review one of the fan fiction works, entitled Card Vanguard with the author of Hisuri Rii. Using Roland Barthes 39 s 1972 semiotical analysis knife with the concept of denotation and connotation as the key to semiotic analysis, this study will examine the patriarchal and heteronormative values brought by the author in the manufacture of boys 39 love media"
2017
T48563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>