Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pratiwi Dyah Kusumo
"

Latar Belakang. Konstipasi fungsional disebabkan oleh banyak faktor, faktor luminal (disbiosis mikrobiota) merupakan salah satu faktor tersebut. Mikrobiota saluran pencernaan memegang peranan penting sebagai dasar aspek kesehatan maupun terjadinya penyakit. 

Metode. Desain penelitian randomised, double-blind, placebo-controlled clinical trial   untuk mengevaluasi suplementasi  susu fermentasi yang mengandung probiotik Lactobacillus plantarum IS-10506 (1.2x1010 cfu/hari) dan plasebo pada saluran pencernaan dari 73 perempuan dengan konstipasi fungsional setelah 21 hari suplementasi. Profil fekal mikrobiota dan profil fekal SCFA (asetat, propionat dan butirat), dianalisa dengan menggunakan NGS dan GC-MS. Hasil analisa tersebut akan dikorelasikan dengan score PAC-Sym sebagai parameter  gejala konstipasi fungsional.

Hasil. Data baseline menunjukkan ketidakseimbangan (disbiosis) komposisi mikrobiota, rasio Firmicutes:Bacteroidetes; rasio lebih tinggi ditemukan pada subyek konstipasi. Selain itu  dua parameter konsentrasi SCFA secara bermakna lebih rendah pada subyek konstipasi, asetat (p=0.023) dan propionat (p=0.005). Setelah 21 hari suplementasi ditemukan korelasi negatif yang kuat antara asetat dengan skor PAC-Sym, secara bermakna meningkatkan taksa Lactobacillus sp., dan Lachnospiraceae.other meningkat setelah intervensi yang juga berkorelasi  memperbaiki  gejala konstipasi fungsional  (rho 0.5). Lachnospiraceae.other menekan Roseburia sp., Ruminococacceae.g., Bilophila sp. Penekanan dari Roseburia sp. secara signifikan berkorelasi dengan peningkatan SCFA dan signifikan berkorelasi dengan perbaikan gejala konstipasi fungsional (rho 0.4)

Simpulan. Suplementasi susu fermentasi yang mengandung probiotik  Lactobacillus plantarum IS-10506 dengan dosis 1.2x1010 cfu/hari selama 21 hari, terbukti menjaga keseimbangan profil mikrobiota mengarah pada eubiosis dan meningkatkan konsentrasi SCFA (asetat, propionat dan butirat) sebagai dasar mekanisme molekuler perbaikan  gejala perempuan dengan konstipasi fungsional.


Background. Functional constipation is caused by various factors, and a luminal factor (dysbiosis of microbiota) is one of those factors. The gut microbiome plays a fundamental role in several aspects of host health and diseases. 

Methods. A randomized, double-blind, placebo-controlled clinical trial was conducted to evaluate the effect of fermented milk containing probiotic Lactobacillus plantarum IS-10506 (1.2x1010 cfu/day) and placebo on gut microbiota profile and activity of 73 women with functional constipation after 21 days supplementation. Profile of fecal microbiota and fecal SCFA (acetate, propionate, and butyrate) was assessed by next generation sequencing (NGS) and GC-MS, respectively, and then correlated with the PAC-Sym score as a functional constipation symptom.  

Results. Baseline data showed that there was dysbiosis of microbiota composition in terms of Firmicutes:Bacteroidetes ratio: a higher ratio was found in constipated subjects. Also, two of the SCFA concentrations were significantly lower in constipated subjects, acetate (p=0.023) and propionate (p=0.005). After 21 days supplementation there was a strong negative correlation between acetate and PAC-Sym score, significantly increased taxa Lactobacillus sp. and Lanchospiraceae.other increase after intervention as ell as significantly improved the functional constipation symptom (rho 0.5). Lachnospiraceae.other seemed to suppress Roseburia sp,  Ruminococcaceae.g_, Bilophila sp. Suppresion of Roseburia sp,  significantly correlated with increased SCFA,  and significantly correlated with improvement of constipation symptom (PAC-Sym) (rh0 0.4).

Conclusion. Supplementation of fermented milk containing Lactobacillus plantarum IS-10506 at a dose of  1.2x1010 cfu/day for 21 days improved the balance of microbiota towards eubiosis, increased SCFA (acetate, propionate and butyrate) concentration as an underlying molecular mechanisms of the functional constipation symptom improvement in women.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farrah Nabilla Irfan
"Identifikasi komunitas mikrobiota menjadi salah satu pendekatan penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan gajah sumatra dalam konservasi exsitu. Penelitian ini memfokuskan pada analisis mikrobiota usus berdasarkan empat sampel feses (anak betina/jantan, induk betina/jantan) menggunakan Nextgeneration Sequencing dan analisis metagenomik. Analisis metagenomik yang mencangkup alpha dan beta diversity memberikan pengetahuan terkait komposisi mikrobiota dari kelimpahan, kemerataan dan perbedaan diantara keempat sampel. Analisis alpha diversity menunjukkan variasi mikrobiota yang signifikan, dengan gajah jantan dewasa memiliki keanekaragaman dan kelimpahan mikrobiota tertinggi, sementara gajah betina dewasa menunjukkan keanekaragaman yang paling rendah. Analisis beta diversity menunjukkan gajah anak jantan memiliki perbedaan signifikan dari kedua gajah dewasa karena perbedaan umur yang signifikan. Komunitas mikrobiota didominasi oleh filum Bacillota (40-70%) dan Bacteroidota (20-40%), dengan Clostridia (~90%) menjadi kelas paling melimpah dalam Bacillota, sementara Sphingobacteriia (~50%) dan Bacteroidia (~50%) kelas dominan dalam Bacteroidota. Temuan ini mengindikasikan adanya variasi yang signifikan dalam komposisi mikrobiota usus di antara sampel, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor seperti jenis makanan dan usia. Pemahaman lebih lanjut tentang hubungan ini penting untuk merancang strategi konservasi yang efektif guna meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan gajah sumatra di lingkungan konservasi.

Identification of the microbiota community is an important approach to improve the quality of life and health of Sumatran elephants in ex-situ conservation contexts. This research focuses on analyzing gut microbiota based on four fecal samples (female/male child, female/male adults) using Next-generation Sequencing and metagenomic analysis. Alpha diversity analysis shows significant microbiota variation, with adult males having the highest diversity and abundance, while adult females exhibit lower diversity. Beta diversity analysis indicates moderate differences between female and male juveniles, with male juveniles significantly differing from both adult elephants. The prokaryotic community is dominated by Bacillota (40-70%) and Bacteroidota (20-40%), with Clostridia (~90%) being the most abundant group within Bacillota, and Sphingobacteriia (~50%) and Bacteroidia (~50%) dominant within Bacteroidota. These findings indicate significant variations in gut microbiota composition among samples, likely influenced by factors such as diet and age. Further understanding of these relationships is crucial for designing effective conservation strategies to enhance the health and well-being of Sumatran elephants in conservation environments."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melya Puspitasari
"Tuberkulosis merupakan penyakit yang masih menjadi masalah utama kesehatan bagi masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Global TB Report 2021, Asia Tenggara merupakan wilayah dengan beban Tb paling tinggi dan Indonesia menyumbang sekitar 8% dari keseluruhan beban Tb didunia. Namun pasien Tb yang berhasil ditemukan, diobati dan dilaporkan kedalam sistem informasi nasional hanya sekitar 48%. Tb yang resisten terhadap obat terus menjadi ancaman kesehatan manusia. Resistensi terhadap obat anti tuberkulosis bisa terjadi akibat infeksi primer dengan bakteri Tb resisten atau bisa disebabkan oleh pengobatan yang tidak adekuat, sehingga muncul strain yang resisten akibat adanya perubahan atau mutasi pada gen-gen tertentu dalam genom Mycobacterium tuberculosis. Saat ini sudah banyak teknologi dan metode yang digunakan untuk mendeteksi resistensi terhadap obat anti tuberculosis. Salah satunya adalah Next Generation Sequencing. Next Generation Sequencing merupakan teknologi sekuensing akurat, hemat biaya dan throughput tinggi yang memungkinkan penyelidikan genom termasuk Whole Genome Sequencing untuk studi epidemiologi dan untuk mendeteksi penanda resistensi obat dan keragaman strain. Analisis Whole Genome Sequencing dapat digunakan untuk mendeteksi resistensi terhadap obat anti tuberkulosis lini pertama y a n g sangat menjanjikan sebagai pengganti uji kepekaan obat konvensional. Hasil dari analisis Whole Genome Sequencing pada Mycobacterium tuberculosis yang resisten rifampisin menunjukkan adanya mutasi-mutasi yang ada pada wilayah operon Rpo terutama pada gen RpoB dan RpoC. Mutasi yang paling dominan pada gen RpoB adalah perubahan S450L (36,45%) dan pada gen RpoC adalah G594E (30,95%). Dan analisis whole genome sequencing juga menunjukkan adanya mutasi baru yang berbeda dengan mutasi-mutasi yang ada berdasarkan penelitian sebelumnya.

Tuberculosis is a disease that is still a major health problem for people in Indonesia. Based on the Global TB Report 2021, Southeast Asia is the region with the highest burden of TB and Indonesia produces around 8% of the total burden of TB in the world. However, only about 48% of TB patients who have been found, treated and reported to the national information system. Drugresistant TB continues to be a threat to human health. Resistance to anti-tuberculosis drugs can occur as a result of primary infection with resistant TB bacteria or can be caused by inadequate treatment, resulting in the emergence of resistant strains due to the presence or mutations in certain genes in the genome of Mycobacterium tuberculosis. Currently there are many technologies and methods used to detect resistance to anti-tuberculosis drugs. One of them is Next Generation Sequencing. Next Generation Sequencing is an accurate, cost-effective and highthroughput sequencing technology that enables genomic investigations including Whole Genome Sequencing to study epidemiology and to detect markers of drug resistance and strain diversity. Whole Genome Sequencing analysis can be used to detect resistance to first-line anti-tuberculosis drugs which are very promising as a substitute for conventional drug sensitivity tests. The results of Whole Genome Sequencing analysis on rifampicin-resistant Mycobacterium tuberculosis showed that there were mutations in the Rpo operon region, especially in the RpoB and RpoC genes. The most dominant mutation in the RpoB gene was the change in S450L (36.45%) and in the RpoC gene was G594E (30.95%)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hoboken, New Jersey: Wiley, 2016
611.018 166 3 COM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Retnomawarti
"Kanker payudara masih menjadi jenis kanker yang paling umum terjadi di dunia. Kanker payudara merupakan penyakit kompleks yang disebabkan oleh berbagai faktor. Pemeriksaan histopatologi dapat memberikan informasi penting mengenai fenotipe, yaitu karakteristik fisik atau morfologi dari jaringan yang diperiksa. Pemeriksaan genotipe juga dapat dilakukan untuk mengidentifikasi varian gen pada mutasi gen tertentu, yang dapat memberikan informasi tentang faktor risiko genetik seseorang terhadap penyakit tertentu dan respons terhadap terapi target yang ditujukan pada mutasi gen tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mutasi gen penetrasi non-BRCA dan hubungan antara genotipe-fenotipe pada pasien kanker payudara. Pada penelitian ini, pemeriksaan genotipe dilakukan menggunakan metode targeted sequencing. Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 18 gen kerentanan dengan varian pathogenic dan likely-pathogenic (P/LP). Kelompok varian gen dibandingkan dengan fenotipe pasien yaitu diantaranya adalah usia, riwayat kanker payudara pada keluarga, status metastasis, subtipe molekuler, dan grade. Kesimpulannya, ditemukan mutasi gen penetrasi non-BRCA diantaranya SMAD4 H427Lfs*9, ATM H1951Pfs*39, PTEN Q219Rfs*2, dan MET K842Sfs*7, mutasi gen penetrasi SMAD4 H427Lfs*9 berhubungan dengan subtipe molekuler luminal B, mutasi gen penetrasi ATM H1951Pfs*39, PTEN Q219Rfs*2, dan MET K842Sfs*7 berhubungan dengan subtipe molekuler TNBC. Pada penelitian ini juga dilakukan homology modelling protein PTEN mutan terhadap protein PTEN wild type dan kaitannya dengan respons terapi target GSK2636771 dan AZD8186.

Breast cancer is still the most common type of cancer in the world. Breast cancer is a complex disease caused by various factors. Histopathological examination can provide important information regarding the phenotype, namely the physical or morphological characteristics of the tissue being examined. Genotyping tests can also be performed to identify gene variants in certain gene mutations, which can provide information about a person's risk of genetic factors for certain diseases and response to targeted therapy aimed at certain gene mutations. This study aims to identify non-BRCA penetrance gene mutations and the relationship between genotypes in breast cancer patients. In this study, genotype examination was carried out using the targeted sequencing method. In this study, 18 susceptibility genes with pathogenic and likely-pathogenic (P/LP) variants were found. Gene variant groups were compared with the patient's phenotype, including age, family history of breast cancer, metastatic status, molecular subtype, and grade. In conclusion, non-BRCA penetrance gene mutations were found, including SMAD4 H427Lfs*9, ATM H1951Pfs*39, PTEN Q219Rfs*2, and MET K842Sfs*7. SMAD4 H427Lfs*9 penetrance gene mutation is associated with luminal molecular subtype B, ATM H1951Pfs penetrance gene mutation *39, PTEN Q219Rfs*2, and MET K842Sfs*7 are associated with TNBC molecular subtypes. In this study, homology modeling was also performed on wild type PTEN protein with mutant PTEN protein and its relation to the response to targeted therapy of GSK2636771 and AZD8186."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Oktaviyani
"Mikrobiota saluran pencernaan neonatus merupakan modulator respon imun yang berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit bagi neonatus. Perkembangan mikrobiota saluran pencernaan neonatus dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor maternal maupun faktor neonatal yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kolonisasi mikrobiota usus neonatus pada masa awal kehidupannya. Masa awal kehidupan neonatus (≤ 1 bulan setelah lahir) merupakan periode kritis dalam menentukan kesehatan neonatus jangka panjang maupun jangka pendek. Kolonisasi mikrobiota saluran pencernaan yang menyimpang atau disbiosis pada awal kehidupannya dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit yang berkaitan dengan perkembangan sistem imunitasnya seperti alergi, obesitas, diabetes, dan lain-lain. Dengan demikian, ulasan ini membahas tentang peranan mikrobiota saluran pencernaan neonatus pada masa awal kehidupan dalam mendukung kesehatan neonatus dengan mengetahui kolonisasi mikrobiota saluran pencernaan yang simbiosis. Sekuensing amplikon gen target 16S rRNA menggunakan metode NGS merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mengkarakterisasi keragaman mikroba. Sampel mekonium atau feses sebagai representatif lingkungan saluran pencernaan neonatus dikumpulkan dan dilakukan ekstraksi DNA kemudian gen target diamplifikasi dengan PCR. Amplikon yang diperoleh disekuensing dan dikarakterisasi secara bioinformatik untuk menentukan mikroba yang ada dalam sampel serta kelimpahan relatifnya. Selain itu, analisis berbasis teknologi molekuler seperti sekuensing gen target 16S rRNA menggunakan metode NGS dan analisis bioinformatik berperan penting dalam memperluas pengetahuan tentang ekosistem saluran cerna yang kompleks dari sampel mekonium dan feses neonatus. Dalam rangka menciptakan mikrobiota saluran pencernaan yang baik dan mendukung kesehatan neonatus pada masa awal kehidupannya dapat dilakukan dengan melakukan intervensi pada faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Intervensi seperti merencanakan kelahiran normal, menjaga asupan nutrisi yang seimbang selama masa kehamilan dan juga menyusui, menghindari paparan antibiotik selama kehamilan dan pada neonatus, dan memberikan ASI kepada neonatus terbukti dapat memodulasi perkembangan mikrobiota saluran pencernaan neonatus yang sehat.

Neonatal gut microbiota is a modulator of the immune response that influences health and disease for neonates. The development of the neonatal gut microbiota is influenced by several factors, both maternal and neonatal factors that directly or indirectly affect the colonization of neonatal gut microbiota in early life. The early-life period of neonatal life (≤ 1 month after birth) is a critical period in determining the long-term and short-term health of neonates. Aberrant colonization of gut microbiota or dysbiosis in early life can increase the risk of diseases related to the development of the immune system such as allergies, obesity, diabetes, and others. Thus, this review discusses the role of the neonatal gut microbiota in early life in supporting neonatal health by knowing the symbiosis colonization of the gut microbiota. The sequencing of 16S rRNA target gene amplicons using the NGS method is the most widely used method to characterize microbial diversity. Meconium or faecal samples as a representative environment of the neonatal digestive tract are collected and DNA extracted then the target gene is amplified by PCR. The obtained amplicons are sequenced and bioinformaticly characterized to determine the microbes present in the sample and their relative abundance. In addition, analysis based on molecular technologies such as 16S rRNA target gene sequencing using the NGS method and bioinformatic analysis play an important role in expanding our knowledge about complex gastrointestinal ecosystems from meconium and neonatal faecal samples. In sum, creating a good gut microbiota and supporting neonatal health in their early-life period can be done by intervening on factors that influence its development. Interventions such as planning a normal birth, maintaining a balanced nutritional intake during pregnancy and lactating, avoiding antibiotic exposure during pregnancy and in neonates, and breastfeeding for neonates are proven to modulate the development of healthy neonatal gut microbiota."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Hackensack, New Jersey : World Scientific Publishing Co. , 2016
570.285 BIO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Pratiwi Setyaningsih
"Teknologi pengembangan produk probiotik sudah semakin dikembangkan seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan produk kesehatan. Lactobacillus plantarum Mar8 adalah salah satu isolat bakteri yang merupakan bakteri probiotik. Salah satu syarat probiotik adalah memiliki viabilitas yang cukup setelah penyimpanan. Mikroenkapsulasi dapat dilakukan untuk memproduksi probiotik yang dapat mempertahankan viabilitas. Spray drying merupakan salah satu teknik mikroenkapsulasi yang banyak digunakan. Penggunaan bahan penyalut berupa campuran dekstrin dengan jus buah dan biji markisa dilakukan untuk mengetahui tingkat viabilitas setelah proses spray drying dan setelah masa penyimpanan.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan Lactobacillus plantarum Mar8 memiliki ketahanan sebesar 95,9 % setelah melewati proses spray drying. Penyimpanan pada suhu 4˚ C memiliki viabilitas lebih tinggi dibandingkan penyimpanan pada suhu ruang dan 37˚ C. Setelah penyimpanan selama empat minggu pada suhu 4˚ C, jumlah bakteri hidup masih mencapai 3,885 x 109 CFU/g sehingga masih dapat dikategorikan sebagai probiotik.

The development of probiotic products has increased due the needs of health products. Lactobacillus plantarum Mar8 is one of the isolate that can be used as probiotic bacteria. In order to be categorized as probiotic, the number of living cells needs to be at least 106 CFU/g. Microencapsulation is common technique using in food industry to maintain the number of living cells during storage. Spray drying is one of microencapsulation technique that common used in industry. The mixture of dextrin and passion fruit juice and seeds as matrix is used to examine the viability of probiotic bacteria after spray drying and storage.
The result showed that Lactobacillus plantarum Mar8 survival rate after spray drying is 95,9 %. The viability of probiotic that stored at 4˚ C is higher that probiotic that stored at room temperature and 37˚ C. The remained number of probiotic after four weeks of storage at 4˚ C is 3,885 x 109 CFU/g. Therefore, it may be used as probiotic product.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52422
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Gede Anom Anjasmara
"Lactobacillus plantarum FNCC-0461 merupakan bakteri asam laktat yang diisolasi dari dadih, yang berpotensi sebagai probiotik. Probiotik menunjukkan manfaat jika memiliki viabilitas minimal 1 x 107 CFU di ileum distal atau kolon. Namun, sebagian besar probiotik tidak tahan terhadap kondisi ekstrim selama melalui saluran cerna. Enkapsulasi probiotik menjadi sediaan pelet tertarget kolon menjadi solusi yang baik untuk menjaga viabilitas dan memberikan pelepasan probiotik ke lokasi spesifik di kolon. Pelet diformulasikan menggunakan metode ekstrusi-sferonisasi dengan eksipien berupa Microcrytalline Cellulose (MCC), laktosa, pektin, Cellulose Acetate Phthalate (CAP) dan shellac. Sediaan pelet yang telah dibuat dievaluasi karakteristik fisik, viabilitasnya hingga dilakukan uji disolusi selama 24 jam pada pH 1,2; 6,8 dan 7,4. Pelet yang dilapisi CAP menunjukan hasil yang paling optimum dengan karakteristik pelet yang berbentuk bulat dengan distribusi ukuran partikel 913,57 ± 8,28 μm dan persen perolehan kembali 88,71 ± 1,04 % yang memiliki sifat alir yang sangat baik, kekuatan mekanik yang baik, viabilitas 4,76 x107 CFU/g dan hasil uji disolusinya menunjukan pelepasan sel tertinggi pada cairan simulasi kolon sebesar 1,38 x 107 CFU/g setelah 24 jam.

Lactobacillus plantarum FNCC-0461 is a lactic acid bacteria isolated from dadih which has potential as a probiotic. Probiotics show health benefits if they have viability at least 1 x 107 CFU in the distal ileum or colon. However, most probiotics are not resistant to extreme conditions while passing through the digestive tract. Encapsulation of probiotics into colon-targeted pellets was a good solution to maintain the viability and provide release of probiotics to specific site in the colon. Pellets were formulated using extrusion-spheronization method with excipient such as Microcrystalline Cellulose (MCC), lactose, pectin, Cellulose Acetate Phthalate (CAP) and shellac. The obtained pellets were evaluated for their physical properties, viability and dissolution study was carried out at pH 1.2; 6.8 and 7.4 for 24 hours. CAP-coated pelet provide the optimum formulation were spherical with particle size distribution was 913.57 ± 8.28 μm and yield was 88.71 ± 1.04 %, it’s have very good flow properties, good mechanical properties, viability was 4.76 x107 CFU/g and it’s dissolution study showed the highest cell release in simulated colonic fluid of 1.38 x 107 CFU/g for 24 hours."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Fauziah
"Sebanyak enam strain Lactobacillus plantarum diteliti untuk menguji kemampuan antifungi terhadap kapang yang tumbuh pada silase. Suspensi sel L. plantarum strain DSK3, DR162, dan DP142 yang diisolasi dari dadih, strain 1A2 diisolasi dari tapai, strain TSD10 diisolasi dari kotoran sapi dan strain 1BL2 diisolasi dari buah strawberi memiliki kemampuan antifungi terhadap Aspergillus fumigatus, Aspergillus sp., Penicillium sp.(1), dan Penicillium sp.(2), namun tidak memiliki kemampuan antifungi terhadap jamur merah dan jamur putih dengan metode double layer agar well diffusion. Supernatan L. plantarum yang diendapkan dengan amonium sulfat 60% pada pengujian paper disc assay menunjukkan kemampuan antifungi pada L. plantarum strain DSK3, 1A2, DR162, TSD10, dan 1BL2 terhadap A. fumigatus, namun tidak menunjukkan kemampuan antifungi terhadap Aspergillus sp., Penicillium sp.(1), dan Penicillium sp.(2). Suspensi sel semua strain L. plantarum menghasilkan zona hambat total terhadap A. fumigatus, Aspergillus sp., Penicillium sp.(2) dan zona hambat parsial terhadap Penicillium sp.(1). Ekstrak supernatan L. plantarum strain DSK3, 1A2, DR162, TSD10, dan 1BL2 menghasilkan zona hambat parsial terhadap A. fumigatus.

Six strains of Lactobacillus plantarum were assayed to detect anti-fungi against moulds in silage. Cell suspension of L. plantarum strains DSK3, DR162, and DP142 which were isolated from dadih, strain 1A2 isolated from tapai, strain TSD10 isolated from dung and strain 1BL2 isolated from strawberry showed anti-fungi against A. fumigatus, Aspergillus sp., Penicillium sp.(1), Penicillium sp.(2), but there was no anti-fungi against red and white moulds in double layer agar well diffusion method. Supernatant of L.plantarum was precipitated with 60% ammonium sulfate. Supernatant extract of L. plantarum strain DSK3, 1A2, DR162, TSD10, and 1BL2, assayed with paper disc method, showed anti-fungi against A. fumigatus. There was no anti-fungi against Aspergillus sp., Penicillium sp.(1) and Penicillium sp.(2). Cell suspension of L. plantarum produced a total inhibition zone of A. fumigatus, Aspergillus sp., Penicillium sp.(2) and a partial inhibition zone of Penicillium sp.(1), whereas the supernatant extract of L. plantarum produced partial inhibition zone of A. fumigatus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43376
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>