Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172966 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agustin Agnes
"Latar Belakang: Ada sekitar 50 spesies Nontuberculous mycobacteria (NTM) berpotensi patogen di manusia, yang menyebabkan infeksi tersering di paru. Pemeriksaan mikrobiologi berbasis molekuler diperlukan dalam mendiagnosis infeksi NTM paru. Oleh karena itu perlu dilakukan uji awal untuk deteksi mycobacteria dari spesimen klinis secara langsung dengan metode molekuler yaitu real-time PCR dan sekuensing DNA untuk identifikasi spesies mycobacteria serta mengaplikasikan pada kit PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA. Tujuan: Melakukan optimasi berbasis molekuler untuk deteksi dan identifikasi Mycobacteria secara langsung pada sputum pasien terduga infeksi NTM paru. Metode: Studi dekskriptif dan eksperimental laboratorium dengan melakukan optimasi suhu penempelan, reaksi silang, ambang batas deteksi DNA, dan penerapan real-time PCR berbasis SYBR Green yang telah
dioptimasi dan PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA pada hasil sputum pasien terduga infeksi NTM paru. Hasil: Dua hasil positif dari 30 sampel sputum pada real-time PCR mycobacterium dan hasil sekuensing adalah Mycobacterium tuberculosis, menunjukkan adanya discordant hasil dengan real-time PCR MTB. Pada kit PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA didapatkan 16 hasil positif MTB dan tidak ditemukan NTM. Kesimpulan: Terdapat discordance pada dua sampel hasil penerapan uji awal real-time PCR mycobacterium dengan sekuensing DNA, yang diduga NTM tetapi hasilnya M. tuberculosis. Perlunya dilakukan evaluasi lebih lanjut real-time PCR berbasis SYBR Green.

Background: There are approximately fifty species of Nontuberculous mycobacteria (NTM) are potentially pathogenic in humans, the infection is most common in the lungs. Molecular-based microbiological examination is needed in diagnosing pulmonary NTM infection. Therefore, it is necessary to preliminary test the detection of mycobacteria from clinical specimens directly by molecular methods, namely real-time PCR and DNA sequencing to identify mycobacteria species and apply to the Pax-ULFA PaxView® TB/NTM kit. Aims: To perform Molecular-based optimization for the detection and identification of mycobacteria directly in sputum patient suspected of pulmonary NTM infection. Method: A descriptive and experimental laboratory study, to optimize the annealing temperature, determination of minimal detection of DNA, cross reaction of optimized real-time PCR based on SYBR- Green and applied sputum from patients suspected of NTM pulmonary infection to real-time PCR and PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA. Results: Two positive results from 30 sputum samples on real-time PCR mycobacterium and sequencing results were MTB, the results discordant with real-time PCR MTB. In the PaxView® TB/NTM MPCR-ULFA, 16 positive MTB results were obatined and no NTM was found. Conclusion: There was discordance in two sample of real-time PCR mycobacterium spp. with DNA sequencing, which is thought to be NTM but the result is M. tuberculosis. The need for further evaluation of real-time PCR based Mikrobiologi Klinik on SYBR Green.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Faradisa Hatta
"Mayoritas kasus tuberkulosis yang tidak terdiagnosis memiliki hasil sputum basil tahan asam negatif. Pembiakan Mycobacteria Growth Indicator Tube diperhitungkan sebagai penunjang pemeriksaan basil tahan asam dalam konfirmasi diagnosis tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas pewarnaan basil tahan asam terhadap BACTEC Mycobacteria Growth Indicator Tube 960. Penelitian ini menggunakan studi uji diagnosis pada 188 sampel yang memenuhi kriteria penelitian dari Laboratorium Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo FKUI-RSCM. Data dianalisis secara komparatif kategorik berpasangan dengan uji McNemar. Dari 188 sampel 107 laki-laki dan 31 perempuan dengan median usia 35[17-76 tahun , hasil positif basil tahan asam scanty, 1 , 2 , 3 dan BACTEC Mycobacteria Growth Indicator Tube 960 berturut-turut adalah 32,9 62 sampel dan 59,6 112 sampel. Sensitivitas pewarnaan basil tahan asam terhadap BACTEC Mycobacteria Growth Indicator Tube 960 berbeda signifikan p=0,000 [8,1371e-13] . Melalui tabel 2x2 diketahui sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, dan nilai duga negatif pewarnaan basil tahan asam terhadap BACTEC Mycobacteria Growth Indicator Tube 960 berturut-turut adalah 52,7 ; 96,1 ; 95,1 ; dan 57,9 . Pemeriksaan BACTEC Mycobacteria Growth Indicator Tube 960 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih unggul daripada pemeriksaan BTA dan dapat digunakan untuk menunjang pemeriksaan BTA sebagai uji diagnostik TB.

The majority of undiagnosed tuberculosis cases have negative acid fast bacilli result. Culture with Mycobacteria Growth Indicator Tube is considered as a support to acid fast bacilli smear in confirmation of tuberculosis diagnosis. This study aims to determine the sensitivity and spesificity of acid fast bacilli smear against BACTEC Mycobacteria Growth Indicator Tube 960. This study used a diagnostic test study in 188 samples that met the study criteria obtained from Clinical Microbiology Laboratory of Faculty of Medicine Universitas Indonesia Cipto Mangunkusumo Hospital FMUI RSCM . Data were analyzed with McNemar test. Out of 188 samples 107 males and 31 females with an average age of 35 17 76 years , positive results for acid fast bacilli scanty, 1 , 2 , 3 and BACTEC Mycobacteria Growth Indicator Tube 960 respectively were 32.9 62 samples and 59.6 112 samples. The sensitivity of acid fast bacilli smear against BACTEC Mycobacteria Growth Indicator Tube 960 is significantly different p 0,000 8,1371e 13 . Through the 2x2 table, the sensitivity, specificity, positive and negative predictive value respectively were 52.7 , 96.1 , 95.1 , and 57.9 . BACTEC Mycobacteria Growth Indicator Tube 960 has superior sensitivity than acid fast bacilli smear and can be used to support acid fast bacilli smear in diagnosing tuberculosis cases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila Nurhusna
"Penyakit paru-paru akibat bakteri Nontuberculous Mycobacteria (NTM) semakin banyak terdeteksi pada kelompok rentan. Ketahanan NTM terhadap klorin mencapai 1000 kali lipat dibandingkan E. Coli, memungkinkan NTM bertahan di sistem distribusi air. Penelitian ini bertujuan menganalisis konsentrasi dan spesies NTM pada air bersih di rumah tangga dan Rumah Sakit X, serta mengestimasi dosis paparan NTM pada kelompok rentan menggunakan metode quantitative microbial risk assessment (QMRA). Metode penelitian meliputi enumerasi bakteri dengan media Middlebrook M7H10, elektroforesis, PCR, dan sanger sequencing. Rata-rata konsentrasi total NTM di rumah tangga Kecamatan Beji dan Sukmajaya, dengan sumber PDAM dan air tanah, adalah 14,7 CFU/L dan 11,3 CFU/L. Di Rumah Sakit X, konsentrasi rata-rata adalah 5,3 CFU/L. Ditemukan 2 spesies NTM pada 10 isolat (20%), yaitu Gordonia sp., Mycobacterium wolinskyi, dan Mycolicibacterium mucogenicum di rumah tangga, serta Streptomyces sp. di Rumah Sakit X. Estimasi dosis risiko paparan NTM menggunakan QMRA menunjukkan dosis paparan di rumah tangga sebesar 0,00434 CFU dan di Rumah Sakit X sebesar 0,00197 CFU. Meskipun konsentrasi NTM tergolong rendah, diperlukan langkah-langkah pengurangan paparan NTM seperti penggunaan filter dan UV, mengganti jenis perbandingan, serta mengurangi stagnasi air bersih untuk mengurangi risiko kesehatan.

The incidence of lung Lung diseases caused by Nontuberculous Mycobacteria (NTM) are increasingly detected in vulnerable groups. NTM's resistance to chlorine is up to 1000 times greater than that of E. Coli, allowing NTM to persist in water distribution systems. This study aims to analyze the concentration and species of NTM in household and Hospital X clean water, and to estimate the NTM exposure dose to vulnerable groups using the quantitative microbial risk assessment (QMRA) method. The research methods included bacterial enumeration using Middlebrook M7H10 media, electrophoresis, PCR, and Sanger sequencing. The average total concentration of NTM in households in Beji and Sukmajaya Districts, with PDAM and groundwater sources, was 14.7 CFU/L and 11.3 CFU/L, respectively. At X Hospital, the average concentration was 5.3 CFU/L. Two NTM species were found in 10 isolates (20%), namely Gordonia sp., Mycobacterium wolinskyi, and Mycolicibacterium mucogenicum in households, as well as Streptomyces sp. in X Hospital. The NTM exposure risk dose estimation using QMRA indicated an exposure dose in households of 0.00434 CFU and 0.00197 CFU in Hospital X. Although the NTM concentration was relatively low, measures to reduce NTM exposure, such as using filters and UV, changing disinfectant types, and reducing clean water stagnation, are necessary to mitigate health risks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhira Nur Ramadhani
"Bakteri patogen,seperti NTM, dapat ditemukan di limgkungan seperti tanah dan perairan alami. Sumber air baku untuk air bersih dari perairan akan diolah di instalasi pengolahan air minum. Meskipun klorin digunakan untuk disinfeksi dalam pengolahan air minum, NTM yang resistem terhadap klorin tetap dapat tumbuh di sistem distribusi perpipaan. Air dari sistem distribusi ini akan mengalir menuju rumah tangga dan fasilitas umum, seperti rumah sakit, kemudian air digunakan melalui shower yang berpotensi melepaskan NTM dalam biofilm sebagai partikel aerosol. Partikel aerosol ini dapat terhirup oleh manusia dan berpotensi menyebabkan penyakit bagi individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Penelitian ini dilakukan di rumah tangga dan Rumah Sakit X di Kecamatan Beji dan Sukmajaya, Kota Depok. Shower di Rumah Sakit X menunjukkan pertumbuhan NTM dalam biofilm yang lebih tinggi dibandingkan rumah tangga. Rata-rata NTM dalam biofilm di rumah tangga adalah 7,00 × 102 CFU/swab pada sumber air tanah, (7,25 ± 5,30) × 102 CFU/swab pada sumber air PDAM, dan (0,85 ± 1,10) × 103 CFU/swab di Rumah Sakit X dengan sumber air PDAM. Sementara itu, perbedaan permukaan shower juga memengaruhi keberadaan NTM pada biofilm yang tumbuh di shower dengan gagang berbahan krom (25%) dan plastik (12,5%). Hasil penelitian pada isolat bakteri dari rumah tangga dan Rumah Sakit X berdasarkan PCR, elektroforesis, dan sanger sequencing, ditemukan dua spesies NTM, yaitu Mycobacterium intracellulare dan Mycobacterium senegalense.

Pathogenic bacteria, such as NTM, can be found in environments such as soil and natural waters. Raw water sources for clean water from waters will be treated in drinking water treatment plants. Although chlorine is used for disinfection in drinking water treatment, chlorine-resistant NTM can still grow in the piped distribution system. Water from these distribution systems will flow to households and public facilities, such as hospitals, where it is used in showers, potentially releasing NTM in biofilms as aerosol particles. These aerosol particles can be inhaled by humans and potentially cause illness for individuals with weakened immune systems. This study was conducted in households and Hospital X in Beji and Sukmajaya sub-districts, Depok City. Showers in Hospital X showed higher growth of NTM in biofilm than households. The average NTM in biofilm in households was 7.00 × 102 CFU/swab at groundwater source, (7.25 ± 5.30) × 102 CFU/swab at PDAM water source, and (0.85 ± 1.10) × 103 CFU/swab at Hospital X with PDAM water source. Meanwhile, differences in shower surfaces also affected the presence of NTM in biofilms grown in showers with chrome (25%) and plastic (12,5%) handles. The results of research on bacterial isolates from households and Hospital X based on PCR, electrophoresis, and sanger sequencing, found two NTM species, namely Mycobacterium intracellulare and Mycobacterium senegalense."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Faricy Yaddin
"ABSTRAK
Tuberkulosis Multidrug Resistant (TB MDR) merupakan suatu masalah dan menjadi tantangan yang paling besar terhadap program pencegahan dan pemberantasan TB dunia. Angka kesembuhan pada TB MDR relatif lebih rendah dengan terapi yang lebih sulit, mahal, dan lebih banyak efek samping. Konversi kultur sputum M. tuberculosis dalam 2 bulan pengobatan dapat digunakan sebagai indikator luaran terapi dan target pertama dalam terapi TB MDR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gabungan derajat positivita sputum basil tahan asam (BTA), adanya kavitas paru, malnutrisi, diabetes mellitus (DM), dan kebiasaan merokok dengan konversi kultur sputum M. tuberculosis dalam 2 bulan pengobatan. Metode penelitian ini adalah penelitian khusus-kontrol dengan mengambil data sekunder dari penderita yang didiagnosis TB MDR di Klinik TB MDR Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Hasan Sadikin pada periode April 2012 sampai dengan desember 2014. Kelompok kontrol adalah data pasien TB MDR yang mengalami konversi dalam 2 bulan pengobatan dan kelompok kasus adalah data pasien yang tidak mengalami konversi dalam 2 bulan pengobatan. Data analis dengan analisis univariat diikuti analisis multivariat regresi logistik. Hasilnya subjek penelitian berjumlah 190 orang, terbagi dalam kelompok kasus dan kontrol masing-masing 95 orang. Variabel bermakna pada analisis univariat adalah derajat positivitas sputum BTA, adanya kavitas paru, DM, dan malnutrisi. Analisis dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi logistik dasn diperoleh hasil bahwa variabel yang berhubungan paling kuat dengan konversi kultut sputum BTA dalam 2 bulan pengobatan adalah derajat positivitas sputum BTA (Sputum BTA +1 p = 0,000, OR = 5,46; IK 95%:2,510-11, sputum BTA +2 p = 0,045, OR = 2.253; IK 95%: 1,017 - 4,989) dan adanya kavitas (p = 0,000, OR = 3,22; IK 95%: 1,61 - 6,45). Kesimpulannya derajat positivitas sputum BTA dan adanya kavitas memiliki hubungan yang paling kuat dengan konversi kultur sputum M. tuberculosis dalam 2 bulan pengobatan pada pasien TB MDR. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Ari Fitriyani
"Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui paparan udara dan mayoritas menyerang paru-paru. Keluhan utama yang kadang muncul pada pasien dengan TB paru di antaranya adalah dispnea. Dispnea merupakan keluhan subjektif berupa kesulitan dalam bernapas yang seringkali diabaikan petugas kesehatan namun dapat berdampak pada morbiditas dan mortalitas. Standar penanganan dispnea di rumah sakit hingga saat ini belum ditetapkan. Manajemen dispnea yang tersedia dapat diterapkan pada pasien namun hasilnya bervariasi dan belum dapat dibuktikan bahwa manajemen standar merupakan langkah yang memberikan manfaat terbaik. ACBT dapat ditambahkan sebagai penanganan dispnea secara nonfarmakologis. Latihan ACBT diterapkan pada pasien TB paru selama 15 sampai dengan 20 menit selama lima hari berturut-turut dengan tujuan untuk menurunkan keluhan dispnea dan mengeluarkan sputum dari jalan napas. Kriteria keberhasilan intervensi dilihat dari adanya penurunan frekuensi napas dan keluaran sputum setelah intervensi. Hasil penerapan latihan ACBT pada pasien menunjukan adanya dampak positif terhadap penurunan keluhan dispnea namun belum memberikan efektifitas berarti pada pengeluaran sputum. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan terhadap ACBT dengan postural drainage untuk meningkatkan pengeluaran sputum.

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease that is transmitted through air exposure and the majority attacks the lungs. The main complaint that sometimes arises in patients with pulmonary TB including dyspnea. Dyspnea is a subjective complaint in the form of breathing difficulties that is often overlooked by health workers but can have an impact on morbidity and mortality. The standard for dyspnea intervention in hospitals has not yet been established. Available dyspnea management can be applied to patients but the results vary and it has not been proven that standard management is the step that provides the best benefits. ACBT can be added as a nonpharmacological treatment of dyspnea. ACBT exercise were applied to pulmonary TB patient for 15 to 20 minutes for five consecutive days with the aim of reducing dyspnea and removing sputum from the airway. The outcome criteria for the intervention are seen from a decrease in the frequency of breath and sputum output after intervention. The results showed a positive impact on decreasing dyspnea but did not provide significant effectiveness on sputum clearance. Further research can be done on ACBT with postural drainage to increase sputum clearance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adrina Vanyadhita
"ABSTRAK
Infeksi tuberkulosis merupakan permasalahan global terutama pada negara berkembang. Pada tahun 2013, setidaknya 9 juta populasi dunia menderita tuberkulosis dan 1,5 juta populasi meninggal karena tuberkulosis. Asosiasi antara tuberkulosis dan malnutrisi diantaranya adalah tuberkulosis dapat menyebabkan malnutrisi dan individu yang malnutisi rentan pada tuberkulosis. Oleh karena itu indeks massa tubuh (IMT) rutin diukur saat awal diagnosis dibuat.
"
Bandung : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, 2016
616 UI-IJCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, Gurmeet
"Cytomegalovirus (CMV) is a double-stranded DNA virus and a member of the Herpesviridae family. Cytomegalo- virus infection is one of the important causes of mortality and morbidity in immunocompromised patients. This is a case report of 72 year-old immunocompromised male patient with worsening cough needing an intubation despite previous adequate antibiotic administration. Further examination showed positive CMV infection. The patient showed improvement after administration of ganciclovir."
Bandung : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, [date of publication not identified]
CHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Uyainah ZN
"ABSTRAK
Tes bronkodilatasi adalah tes untukmelihat responsivitas saluran nafas terhadap bronkodilator.Spirometri merupakan pemeriksaan yang sangat penting dalam menilai derajat obstruksi saluran nafas pasien. Di samping data-data lain seperti riwayat penyakit, rekam medis sebelumnya, riwayat keluarga dan pekerjaan, pemeriksaan fisik, dan kesan klinis, data spirometri juga memiliki andil dalam menentukan diagnosis dan terapi pasien."
Bandung : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, 2016
616 CHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Telly Kamelia
"ABSTRAK
Obstructive sleep apnea (OSA) merupakan salah satu gangguan napas saat tidur yang paling sering terjadi. OSA terjadi akibat kolaps saluran napas atas baik secara total maupun parsial. Pemeriksaan polisombografi level 3 tetap sering dilakukan karena dianggap sebagai pemeriksaan yang mudah dan tidak mahal. Penelitian ini bertujuan menilai akurasi diagnosis obstructive sleep apnea dengan level 3 portable monitor sleep test. Metode yang digunakan yaitu pencarian literatur dengan dilakukan menggunakan database PubMed dan Cochrane, didapatkan 37 artikel. Dilakukan seleksi artikel dan telaah kritis sistematik review berdasarkan validity, importance, dan applicability yang terstandardisasi oleh Centre of Evidence Medicine University of Oxford British serta telaah kritis artikel diagnosis yang terstandardisasi oleh British Medical Journal (BMJ). Hasil dari sistematik review dan meta-analisis oleh Shayeb, dkk (2014) didapatkan bahwa pemeriksaan level 3 portable monitor sleep test memiliki heterogenitas sedang hingga tinggi (nilai I2 53%-85%), sensitivitas dan spesifisitas (0,79-0,97 dan 0,60-0,93). Garg dkk, (2014) dengan studi kohort mendapatkan hasil bahwa pemeriksaan level 3 dirumah memiliki sensitivitas 0,96, spesifisitas 0,43, PPV 0,79, dan NPV 0,82. Kesimpulannya pemeriksaan level 3 dengan portable monitor dirumah memiliki tingkat akurasi yang baik dan lebih direkomendasikan untuk pasien dengan risiko tinggi OSA tanpa komorbid. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>