Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108057 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Gina Yunita Joice
"
Latar Belakang: Madu telah digunakan sebagai makanan dan obat-obatan di banyak negara sejak dahulu kala. Untuk tujuan pengobatan, madu juga digunakan dalam perawatan luka kronis dan kompleks. Telah banyak studi yang menyatakan fungsi madu dan efek yang menguntungkan selama perawatan. Luka kronis adalah luka yang gagal untuk melalui fase penyembuhan normal secara tepat. Studi ini merupakan studi dengan hewan percobaan yang membandingkan dua madu lokal dan madu Manuka untuk menemukan madu lokal yang memiliki efek yang lebih baik dalam perawatan luka kronis
Metode: menggunakan 36 hewan percobaan tikus dengan strain Sprague Dawley yang dibuat perlukaan pada bagian kulit punggung dan diberi bakteri Pseudomonas Sp. hingga luka memiliki gambaran sebagai luka kronis dan luka dirawat dengan Manuka Honey, Madu Murni Nusantara dan Java Honey. Evaluasi makroskopis dilakukan pada hari 0, 3, 5, 7, 10 dan 13 pasca perawatan dan pada hari 5 dan 13 pasca perawatan, hewan dinekropsi. Parameter yang diamati, luas luka, presentasi jaringan nekrotik, slough dan granulasi dievaluasi dengan aplikasi Image J dan dibandingkan diantara tiga kelompok perawatan madu.
Hasil: secara statistik, didapatkan perbedaan yang signifikan antara tiga kelompok perawatan madu pada parameter luas luka pada hari 3 – hari 0 (p=0.021) dengan analisa post-hoc didapatkan perbedaan signifikan antara Manuka Honey dan Java Honey (p=0.009) serta Madu Murni Nusantara dan Java Honey (p=0.03) dan presentasi slough pada hari 3 – hari 0 (p=0.025) dengan analisa post-hoc didapatkan perbedaan signifikan antara Manuka Honey dan Java Honey (p=0.059) serta Madu Murni Nusantara dan Java Honey (p=0.008). Hari perawatan selanjutnya tidak didapatkan perbedaan signifikan pada semua parameter evaluasi makroskopis.

Kesimpulan: madu lokal dapat digunakan sebagai modalitas alternative pada perawatan luka kronis, seperti halnya Manuka Honey, namun dengan biaya rendah dan kemudahan mendapatkannya di pasaran.


Background: Honey has been used for food and medicine in many centuries and countries. For medicinal purposes, honey is used to treat chronic and complex wounds. There have been many reports stating its function and beneficial effect during treatment. A chronic wound is a wound that fails to progress through the normal phases of healing in an orderly and timely manner. This research is an experimental animal study comparing two local honey and Manuka Honey to find which has a better effect in chronic wound treatment

Methods: 36 rats, Sprague Dawley strain were had wounded at muscle based on the dorsum side and were given bacteria Pseudomonas Sp. until the wound has a chronic wound appearance and then treated with Manuka Honey, Madu Murni Nusantara, and Java Honey. A Macroscopic evaluation was observed on day 0, 3, 5, 7, 10, and 13 post wound treatment and on day 5 dan day 13 post wound treatment, the rats were euthanized. The observed parameters, wound area, presentation of necrotic tissue, slough and granulation were evaluated by Image J application and compared between the three honey treatment groups.
Result: Statistically, there was a significant difference between the three honey treatment groups on the wound area parameters on day 3 - day 0 (p = 0.021) with post-hoc analysis found a significant difference between Manuka Honey and Java Honey (p = 0.009) and Madu Murni Nusantara and Java Honey (p = 0.03) and slough presentation on day 3 - day 0 (p = 0.025) with post-hoc analysis found significant differences between Manuka Honey and Java Honey (p = 0.059) and Madu Murni Nusantara and Java Honey (p = 0.008). The next day of treatment there was no significant difference in all macroscopic evaluation parameters.

Conclusion: Local honey can be used as an alternative modality for wound chronic treatment the same as Manuka Honey, but with low cost and easily available in the market.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afriyanti Sandhi
"[ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Erythropoetin (EPO) sebagai hematopoietic growth factor, menarik perhatian para peneliti akibat efeknya dalam melindungi jaringan. EPO berinteraksi dengan vascular endothelial growth factor (VEGF) dan menstimulasi mitosis dan motilitas sel endotel dalam proses neo-angiogenesis; dan hal ini penting dalam fenomena kompleks penyembuhan luka, Tujuan penelitian ini adalah menyelidiki efek pemberian EPO pada penyembuhan luka bakar eksperimental di hewan coba.
METODE: Lima belas ekor tikus Sprague-Dawley, strain dari Rattus Novergicus dengan berat antara 300-350 gram yang merupakan subjek hewan coba pada penelitian ini dibuat perlakuan eksperimental luka bakar grade 2B (dermis dalam). Lalu hewan coba akan dibagi ke dalam tiga grup secara acak dan mendapatkan terapi injeksi EPO dosis rendah (600 IU/mL), injeksi EPO dosis tinggi (3000 IU/mL) dan tidak mendapatkan perlakuan terapi apapun (grup kontrol). Setelah 14 hari observasi, dilakukan penilaian secara kuantitatif dari proses penyembuhan luka dengan menghitung persentasi epitelialisasi menggunakan perangkat lunak Analyzing Digital Images®. Dilakukan pula penilaian secara kualitatif dengan menghitung skor perubahan histopatologis pada penyembuhan luka.
HASIL: Ukuran luka dan percepatan epitelialisasi dihitung pada hari ke-0, hari ke-5, hari ke-10 dan hari ke-14. Didapatkan bahwa hasil rerata ukuran raw surface (p value: 0.012 pada hari ke-5; 0.009 pada hari ke-10 and 0.000 pada hari ke-14) dan persentase penyembuhan luka (p value: 0.011 pada hari ke-5; 0.016 pada hari ke-10 and 0.010 pada hari ke-14), nilai terbaik dicapai oleh grup injeksi EPO dosis rendah. Evaluasi histopatologis menunjukkan bahwa skor tertinggi untuk re-epitelialisasi, jaringan granulasi dan neo-angiogenesis juga didapatkan pada grup injeksi EPO dosis rendah.
SIMPULAN: Pada studi hewan coba menggunakan tikus Sprague-Dawley ini, didapatkan bahwa injeksi Recombinant Human EPO (rHuEPO) dapat mempercepat proses re-epitelialisasi dan penyembuhan luka yang disebabkan oleh luka bakar grade 2B (dermis dalam). Temuan ini diharapkan akan membuka pengetahuan baru dalam peningkatan kualitas terapi pada penyembuhan luka bakar.

ABSTRACT
BACKGROUNDS: The hematopoietic growth factor erythropoietin (EPO) attracts attention due to its all-tissue-protective pleiotropic properties. EPO interacts with vascular endothelial growth factor (VEGF) and stimulates endothelial cell mitosis and motility in neo-angiogenesis; thus it may of importance in the complex phenomenon of wound healing. The purpose of this study is to investigate the effect of EPO in experimental burn wounds healing.
METHODS: Fifteen healthy Sprague-Dawley, strain of Rattus Novergicus weighing 300-350 grams, were prepared to achieve deep dermal burns. Animals were randomized to receive either low-dose EPO injection (600 IU/mL), high-dose EPO injection (3000 IU/mL) or nothing (control group). After 14 days of observations, a quantitative assessment of wound healing was determined by percentage of wound closure and epithelialization using Analyzing Digital Images® Software. And qualitative assessment was done to evaluate the score of histopathological changes in wound healing.
RESULTS: The size of the wound area and re-epithelialization rate percentage was determined on Day-0, Day-5, Day-10 and Day-14. The average of raw surface areas measurement (p value: 0.012 in day-5; 0.009 in day-10 and 0.000 in day-14) and healing percentage of the lesions (p value: 0.011 in day-5; 0.016 in day-10 and 0.010 in day-14) were significantly best in the low- dose EPO group compared to the control group and high-dose EPO group. The histopathology evaluation revealed that the highest score for re-epithelialization, granulation tissue and neo- angiogenesis were achieved by the low-dose EPO injection group than in both control and high- dose EPO injection groups.
CONCLUSIONS: In this animal study using Sprague-Dawley rats, Recombinant Human EPO (rHuEPO) injection administration prompted the evidences of improved re-epithelialization and wound healing process of the skin caused by deep dermal burns. These findings may lead to a new therapeutic approach to improve the clinical outcomes for the management of burns wound healing., BACKGROUNDS: The hematopoietic growth factor erythropoietin (EPO) attracts attention due to its all-tissue-protective pleiotropic properties. EPO interacts with vascular endothelial growth factor (VEGF) and stimulates endothelial cell mitosis and motility in neo-angiogenesis; thus it may of importance in the complex phenomenon of wound healing. The purpose of this study is to investigate the effect of EPO in experimental burn wounds healing.
METHODS: Fifteen healthy Sprague-Dawley, strain of Rattus Novergicus weighing 300-350 grams, were prepared to achieve deep dermal burns. Animals were randomized to receive either low-dose EPO injection (600 IU/mL), high-dose EPO injection (3000 IU/mL) or nothing (control group). After 14 days of observations, a quantitative assessment of wound healing was determined by percentage of wound closure and epithelialization using Analyzing Digital Images® Software. And qualitative assessment was done to evaluate the score of histopathological changes in wound healing.
RESULTS: The size of the wound area and re-epithelialization rate percentage was determined on Day-0, Day-5, Day-10 and Day-14. The average of raw surface areas measurement (p value: 0.012 in day-5; 0.009 in day-10 and 0.000 in day-14) and healing percentage of the lesions (p value: 0.011 in day-5; 0.016 in day-10 and 0.010 in day-14) were significantly best in the low- dose EPO group compared to the control group and high-dose EPO group. The histopathology evaluation revealed that the highest score for re-epithelialization, granulation tissue and neo- angiogenesis were achieved by the low-dose EPO injection group than in both control and high- dose EPO injection groups.
CONCLUSIONS: In this animal study using Sprague-Dawley rats, Recombinant Human EPO (rHuEPO) injection administration prompted the evidences of improved re-epithelialization and wound healing process of the skin caused by deep dermal burns. These findings may lead to a new therapeutic approach to improve the clinical outcomes for the management of burns wound healing.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Reni Yuslianti
"Proses penyembuhan luka melibatkan radikal bebas. Senyawa antioksidan diperlukan untuk menghasilkan penyembuhan luka yang optimal. Penelitian ini bertujuan mendapatkan madu rambutan sediaan topikal untuk penyembuhan luka. Penelitian adalah eksperimental laboratorik in vitro dan in vivo yang mencakup pengambilan sampel murni, uji parameter madu dan penetapan standar farmasitikal, uji kandungan antioksidan, uji toksisitas akut, uji sitotoksisitas, dan uji khasiat preklinik. Penelitian ini merupakan penelitian analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu rambutan memenuhi persyaratan standar simplisia, dapat dibuat standar farmasitikal, mengandung flavonoid rutin dan asam askorbat, tidak toksik secara sistemik, tidak bersifat sitotoksik, mempunyai khasiat aktivitas antioksidan in vitro dan in vivo dengan mempercepat penyembuhan luka, menurunkan kadar MDA, meningkatkan kadar TGF-?1, meningkatkan jumlah sel fibroblas, dan menurunkan jumlah sel-sel inflamasi. Dengan demikian madu rambutan mempunyai potensi sebagai antioksidan dalam bentuk sediaan topikal untuk penyembuhan luka mukosa mulut bermutu standar farmasitikal, aman, dan berkhasiat menuju obat herbal terstandar.

Wound healing process involves free radical. Antioxidant compound is needed to obtain optimal wound healing. This research objective was to obtain topical rambutan honey for wound healing. The research was laboratory experiment in vitro and in vivo which covered pure isolate sampling, honey parameter test and pharmaceutical standard establishment, antioxidant content test, acute toxicity test, cytotoxicity test, and pre-clinic efficacy test. This research was analytic research. The result of the research showed that rambutan honey complied to the requirement of simplisia standard, can be made for pharmaceutical standard, contain rutin flavonoid and ascorbic acid, systemically nontoxic, was not naturally cytotoxic, had in vitro and in vivo antioxidant activity by accelerate wound healing, decreased MDA level, increased TGF-?1 level, increased fibroblast cell amount, and decreased inflammation cell amount. Therefor rambutan honey has potential as topical antioxidant pharmaceutical standard oral wound healing towards standardized herbal medicine."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbuun, Ruth Fitri Margareta
"Pendahuluan: Ulkus dekubitus adalah suatu kerusakan jaringan lunak akibat penekanan yang berkepanjangan di atas tonjolan tulang. Sebagian besar studi menggunakan madu Manuka sebagai perawatan luka (dressing), di mana madu tersebut mahal. Atas landasan tersebut, studi ini menggunakan madu lokal, yaitu madu Nusantara, dengan tujuan untuk membuktikan penggunaan madu lokal pada pasien pressure injury memiliki luaran yang lebih baik, diobservasi dari penyembuhan luka, profil bakteri, dan harga, dibandingkan dengan dressing standar, yaitu hydrogel.
Metode: Studi eksperimental ini dilakukan kepada pasien pressure injury yang dikonsultasikan ke divisi kami. Observasi dilakukan selama satu bulan. Parameter profil bakteri diambil melalui kultur jaringan. Proses penyembuhan luka dinilai berdasarkan Pressure Ulcer Scale for Healing (PUSH) Tool. Biaya diakumulasikan dari awal sampai akhir tata laksana. Analisis data menggunakan T-test atau Mann-Whitney (jika distribusi tidak normal), dengan signifikansi didefinisikan sebagai p<0,05.
Hasil: Dari 26 luka, terdapat 12 luka ditata laksana dengan hydrogel dan 14 madu. Karakteristik pasien dinilai berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, tingkat kesadaran, status mobilisasi, penyebab imobilisasi, komorbiditas, derajat dan luas luka, kadar hemoglobin, leukosit, dan albumin. Terdapat reduksi luas luka yang signifikan secara klinis berdasarkan PUSH Tool (p=0,118). Profil bakteri dan reduksi bakteri serupa di antara kedua grup. Madu lebih efisien dalam hal biaya, terkait dengan harga dressing (p<0,001) dengan total biaya lebih rendah.
Kesimpulan: Dressing madu lokal memiliki kemampuan penyembuhan luka yang lebih baik, walaupun tidak signifikan secara statistik. Kemampuan penurunan bakteri sama dengan dressing standar, dengan biaya yang lebih murah, terutama harga dressing. Madu lokal dapat dipakai untuk perawatan luka di area di mana tidak tersedia dressing modern.

Background: Pressure injury is a localized soft tissue injury caused by prolonged pressure over bony prominence. Most published papers used Manuka honey as dressing, while this product is expensive. As this reason, this study will use local product honey called Nusantara honey, to prove the use of local honey has better healing process, bacterial profile, and cost effectiveness, compared to the standard dressing, hydrogel.
Methods: This is a one-month experimental study conducted in patients with pressure injury that referred to our division. Parameter of the bacterial profile was taken from deep-tissue specimen. The healing process was examined with Pressure Ulcer Scale for Healing (PUSH) Tool. Cost was accumulated after all the treatment. Data was analyzed with T-Test or Mann Whitney (if the distribution is not normal), with statistical significance was define as p<0.05.
Results: Of 26 wounds, 12 were randomized to hydrogel and 14 to honey dressing. Characteristics were determined by sex, age, body mass index, level of consciousness, mobilization status, immobilization etiology, comorbidities, grade and location of ulcer, hemoglobin, leukocytes, and albumin level. There was clinically significant wound size reduction in honey dressing according to PUSH Tool (p=0.118). The bacterial profile and reduction were similar. Honey dressing appeared to be more cost effective in terms of dressing cost (p<0.001) and lower total cost.
Conclusion: The local honey dressing has better wound healing outcome, although it is not statistically significant. Its capability of decreasing pathogens is similar with hydrogel, with lower cost, particularly the dressing cost. This local honey dressing could be a good choice as wound dressing in areas where the modern dressings are not available.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Dudut
"Luka maligna dengan tingkat malodor dan jumlah eksudat yang berlebihan dapat menyebabkan masalah ketidaknyamanan dan isolasi sosial sehingga berdampak negatif bagi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektifitas antara perawatan Iuka menggunakan madu dengan metronidazole dalam menurunkan tingkat malodor dan mengurangi jumlah eksudat Iuka maligna. Penelitian dilaksanakan di RS. Kanker Dharmais Jakarta selama bulan Juni 2007.
Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan non equivalent pretest-posttest controlled group design dan non equivalent posttest only controlled group design. Berdasarkan consecutive sampling diambil sampel sebanyak 12 responden, terdiri dari enam responden kelompok kontrol dan enam responden kelompok intervensi, dengan kriteria: Iuka maligna stadium lanjut, laki-laki dan perempuan berusia 23-59 tahun, luas luka 24cm2. Perawatan Iuka dengan madu menurunkan tingkat malodor menurut pasien berdasarkan Numeric Rating Scale (NRS) dari 6,0 sebelum intervensi menjadi 2,1 sesudah intervensi hari ke-6. Sementara perawatan Iuka dengan metronidazole menurunkan tingkat malodor dari 5,6 menjadi 4,6.
Hasil uji t menunjukkan nilai p<0,05; alpha 0,05 pada perubahan tingkat malodor. Sebaliknya perawatan Iuka dengan madu menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 66,6gr sesudah intervensi hari ke-3 menjadi 80,8gr hari ke-6, sementara perawatan Iuka dengan metronidazole menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 44,5gr menjadi 51,1gr. Hasil uji t menunjukkan nilai p>0,05; aloha 0,05 pada perubahan jumlah eksudat.
Peneliti menyimpulkan perawatan Iuka dengan madu Iebih efektif dibandingkan dengan metronidazole menurunkan tingkat malodor. Sementara perawatan Iuka dengan madu dan metronidazole belurn efektif mengurangi jumlah eksudat Iuka maligna. Sehingga rekomendasi dari penelitian ini adalah agar para pengambil kebijakan di institusi pelayanan kesehatan mengeluarkan kebijakan yang dapat mengakomodasi penggunaan madu sebagai agen topikal perawatan Iuka maligna."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purbianto
"Saat ini banyak bahan alternatif perawatan Iuka yang sudah dilakukan penelitian dan diterima oleh pelayanan keperawatan, salah satunya adalah madu. Banyak penelilian tentang madu mengunggulkan madu sebagai antimikroba tetapi masih sedikit penelitian yang mengungkap keunggulan madu untuk mempercepat absorbsi eksudat, menghancurkan jaringan nekrotik dan stimulasi granulasi pada luka kronik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah madu mempunyai pengaruh yang bermakna dalam mempercepat proses penyembuhan ulkus diabetikum. Penelitian dilakukan pada 14 subyek penelitian dengan ulkus diabetikum yang terbagi dalam dua kelompok, 7 subyek dirawat menggunakan madu murni Kaliandra sebagai kelompok perlakuan dan 7 subyek dirawat sesuai standar rumah sakit sebagai kelompok kontrol.
Desain yang digunakan adalah desain kuasi eksperimen dengan pendekatan study longitudinal. Analisis yang dilakukan secara univariat dan bivariat, pada analisis bivariat digunakan uji T dependen dan uji wilcoxon.
Hasil penelitian analisis pengaruh madu mumi kaliandra dalam mempercepat proses penyembuhan ulkus diabetikum bermakna secam signifikan, hal ini dibuktikan oleh adanya perbedaan yang signifikan kecepatan proses penyembuhan antara ulkus yang dirawat menggunakan madu murni Kaliandra dengan ulkus yang dirawat sesuai standar rumah sakit dengan pvalue 0,022. Selain itu pengaruh madu murni kaliandra dalam mempercepat absorbsi eksudat dan timbulnya jaringan granulasi pada ulkus diabetikum terbukti berpengaruh dengan masing-masing nilai p value 0,026 dan 0,038.
Pengaruh madu murni kaliandra dalam mempercepat penghancuran jaringan nekrotik dan memperkecil penyempitan ukuran ulkus (luas dan kedalaman) pada ulkus diabetikum belum dapat dibuktikan. Disarankan pada institusi pelayanan perawatan untuk dapat memanfaatkan madu murni Kaliandra sebagai bahan alternatif perawatan ulkus diabetikum yang murah dan mudah didapat serta mengembangkan lebih lanjut penelitian dengan jumlah populasi yang lebih besar."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
T22878
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nissia Ananda
"Latar Belakang: Pembentukan jaringan parut terkait dengan fibroblast yang dihasilkan selama fase proliferasi dan salah satu strategi untuk menekan pembentukannya yang berlebihan adalah dengan menggunakan bahan perawatan luka. Penggunaan obat herbal saat ini diminati karena menghindari efek samping obat sintetik dan Hydnophytum formicarum berpotensi sebagai antioksidan dan anti inflamasi. Tujuan Penelitian: Menganalisis pengaruhekstrak Hydnophytum formicarum terhadap kerapatan kolagen, angiogenesis, panjang luka, dan reepitelisasi penyembuhan luka. Metode Penelitian: 24 ekor tikus Sprague Dawley dibagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Luka dibuat menggunakan biopsy punch. Empat ekor tikus dari tiap kelompok di nekropsi pada hari ke 4, 7 dan 14. Analisa kerapatan kolagen, angiogenesis, panjang luka, dan reepitelisasi dilakukan menggunakan pemeriksaan hematoksilin eosin dan masson’s trichrome. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada angiogenesis, panjang luka, reepiteliasasi antar kelompok. Angiogenesis pada kelompok perlakuan memiliki jumlah yang lebih sedikit namun lebih matur. Selain itu terdapat interaksi antara pengaplikasian ekstrak Hydnophytum formicarum dan hari nekropsi terhadap kerapatan kolagen dan tingkat reepitelisasi. Kesimpulan: Penggunaan ekstrak Hydnophytum formicarum mempengaruhi pembentukkan jaringan parut yang ditunjukkan kerapatan kolagen, angiogenesis, reepitelisasi, dan panjang luka pada fase granulasi. Tidak terdapat kelainan spesifik pada luka pada kelompok perlakuan. Inhibisi angiogenesis pada aplikasiHydnophytum formicarum berhubungan dengan pembentukan jaringan parut pada luka.

Background: Formation of scar tissue associated with fibroblast and wound care material is used to suppress the formation of excessive scar tissue. Herbal medicine is currently popular because it avoids the side effects of synthetic drugs and Hydnophytum formicarum has antioxidant and anti-inflammation potential. Purpose: Analyzing the effects of Hydnophytum formicarum extract on collagen density, angiogenesis, wound length, reepithelialization in wound healing. Material and Method: 24 mice are divided in the control and treated group. Wounds were made using biopsy punch. Four rats from each group were necropsed on day 4, 7 and 14. Collagen density, angiogenesis, wound length, reepithelialization were then analyzed using hematoxylin eosin and masson’s trichrome staining. Results: There were significant differences in the results of the angiogenesis analysis, wound length, reepitheliasation between the groups. Angiogenesis in the treatment group had smaller number but more mature. There was interaction between the application of Hydnophytum formicarum extract and necropsy day on collagen density and reepithelialization rate. Conclusion: Hydnophytum formicarum extracts affected the formation of scar tissue as indicated by collagen density, angiogenesis, reepithelialization, wound length in granulation phases. Inhibition of angiogenesis in the application of Hydnophytum formicarum is related to the formation of scar tissue in the wound."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Dewi
"Madu memiliki berbagai efek positif bagi tubuh manusia dan telah digunakan sebagai obat selama berabad-abad. Madu Manuka dan MedihoneyTM di Indonesia masih sulit dilakukan karena harganya yang mahal dan ketersediaannya. Penelitian sebelumnya telah mengevaluasi aktivitas fisika kimia antara madu Nusantara (madu lokal) dan Madu Manuka. Namun dalam penelitian ini kami menambahkan lebih banyak variasi madu lokal dan komponen kimiawi yang bermanfaat untuk aktivitas antimikroba, antara madu lokal dibandingkan dengan madu Manuka. Namun dalam penelitian ini kami menambahkan lebih banyak variasi madu lokal dan komponen pemeriksaan kimia yang bermanfaat sebagai indikator untuk melihat aktivitas antimikroba terhadap bakteri K. pneumonia ATCC 13883, P. aeruginosa ATCC 27853 dan S. aureus ATCC 25923, E. cloacae ATCC 23355, E. coli ATCC 25922 pada setiap sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu manuka memiliki pH lebih rendah, keasaman lebih tinggi, viskositas lebih tinggi dan kadar gula lebih tinggi dibandingkan madu lokal Indonesia, madu manuka memiliki kandungan MGO dan NPA lebih tinggi dibandingkan madu lokal Indonesia, tetapi madu nusantara memiliki tingkat MGO yang lebih tinggi dibandingkan dengan madu Jawa. Madu Manuka memiliki aktivitas antibakteri yang sebanding pada bakteri P. aeruginosa ATCC 27853, S. aureus ATCC 25923, K. pneumonia ATCC 13883, E. coli ATCC 25922, and E. cloacae ATCC 23355 dibandingkan dengan madu lokal Indonesia.

Honey has various positive effect human body, and has been used as medicine for centuries Manuka honey and Medihoney™ has been accepted widely used by medical honey. Research has been conducted for these honeys and shown to have in vivo activity and are suitable for the treatment of ulcers, infected wounds and burns. But using Manuka honey and MediHoney™ in Indonesia is still difficult due to its high cost and availability. The previous study had evaluated in physiochemical activity between Nusantara honey (local honey) and Manuka Honey. However, in this study we added more variety of local honey and chemical components that was beneficial for antimicrobial activity, between the local honey compared Manuka Honey. More extensive research was needed especially the physicochemical and antibacterial effect of Indonesian local honey, The purpose of this study is as a baseline data to produce our own medical grade honey that was equal compared to the international medical grade honey. This is a descriptive analytical study using samples of Indonesian local honey and Manuka honey, and check each samples for physical chemical characteristic, Unique Manuka Factor, and antimicrobial effect for K. pneumonia ATCC 13883, P. aeruginosa ATCC 27853, S. aureus ATCC 25923, E. cloacae ATCC 23355, E. coli ATCC 25922 in every honey samples. The results of the study shows that New Zealand manuka honey has lower pH, higher acidity, higher viscosity, and higher sugar content compared to Indonesian local honey, New Zealand manuka honey has higher MGO content and NPA compared to Indonesian local honey, but Nusantara honey shows has higher MGO level, compared to Java honey. New Zealand manuka honey has lower pH, higher acidity, higher viscosity, and higher sugar content compared to Indonesian local honey. New Zealand manuka honey showed comparable antibacterial effect for P. aeruginosa ATCC 27853, S. aureus ATCC 25923, K. pneumoniaATCC 13883, E. coli ATCC 25922, and E. cloacae ATCC 23355 compared with Indonesian local honey."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Suhartadi
"ABSTRAK
Latar Belakang
Surgicel (Oxidized Regenerated Celulose) telah digunakan secara luas di bidang
Bedah Plastik untuk mengatasi perdarahan saat operasi. Dalam penyembuhan
luka, madu mempunyai banyak sekali manfaat. Madu terbukti mempercepat
epitelisasi dan penyembuhan luka. Untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan
yang dimiliki madu sekaligus di saat mengatasi perdarahan, beberapa konsulen
senior merendam agen hemostasis local (ORC) dalam madu. Tetapi sampai saat
ini belum ada laporan mengenai pengaruh madu terhadap ORC. Penelitian ini
diharapkan mampu mengetahui interaksi antara madu dan ORC.
Metode
Dibuat penelitian pada hewan coba untuk menilai kemampuan hemostsasis ORC
setelah direndam dalam madu. Sebanyak 27 tikus dibagi dalam 3 kelompok dan
dibuat laserasi hepar pada setiap klompok, dan masing-masing laserasi pada tiap
kelompok dirawat dengan ORC saja, ORC yang direndam dalam madu dan
kontrol. Banyaknya perdarahan dari laserasi hepar dan waktu perdarahan dinilai.
Hasil
Kemampuan hemostasis ORC saat direndam dalam madu tidak berubah. Waktu
perdarahan pada kelompok ORC adalah 57,2 + 18,5 detik pada kelompok ORC
madu adalah 56 + 25,3 detik, nilai P 0,997 (> 0,05). Jumlah perdarahan pada
kelompok ORC madu adalah 126,9 + 87,5 miligram, 124 + 80,1 miligram pada
kelompok ORC saja dan 543,7 + 333,5 miligram pada kelompok control. Nilai P
adalah 1,000 (>0,05).
Kesimpulan
Efek hemostasis ORC tidak mengalami perubahan saat direndam dalam madu

ABSTRACT
Background
Surgicel (oxidized regenerated cellulose/ ORC) widely use as local hemostatic
agent to minimise surgical bleeding in plastic surgery. Honey has numerous
advantage in wound healing. It has been proven to accelerate epithelialisation and
promote wound healing. In order to adopt this numerous advantages of honey
while control surgical bleeding, some of our senior consultant soak local
hemostatic agent (ORC) with honey. But there isn?t any information regarding
interaction between honey and ORC. This research aimed to asses this
interaction.
Methods
An animal study design to asses hemostatic performance of ORC after been
soaked with honey. 27 rats were divided into 3 groups, where each group of
lacerated liver treated with ORC alone, honey soaked ORC and control. Amount
of blood exanguinated from liver laceration and the bleeding time were
recorded.
Result
Honey soaked ORC has no difference in term of haemostatic property compared
with ORC alone. Bleeding time ORC group was 57,2 + 18,5 second, and in
honey soaked ORC group was 56 + 25,3 second, P value 0,997 (> 0,05). Amount
bleeding in honey soaked ORC is 126,9 + 87,5 miligram, ORC alone 124,9 +
80,1 miligram and control 543,7 + 333,5 miligram. P value of Post Hoc test
1,000 (> 0,05),
Conclussion
Been soaked with honey, ORC doesn?t change it?s hemostatic properties.
"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Yulian Fitriani
"Pendahuluan: Celah orofasial (COF) memerlukan perawatan palatoplasti untuk menutup fistula yang terdapat di palatum. Akan tetapi, pembentukan jaringan parut di area operasi berkaitan erat dengan gangguan pertumbuhan. Modifikasi teknik bedah dan pendekatan farmakologi telah diteliti untuk mengetahui efeknya terhadap pembentukan jaringan parut dan keberhasilan palatoplasti. Ikan gabus, Channa striata, merupakan salah satu ikan endemik Asia Tenggara yang secara empiris dipercaya dapat membantu penyembuhan, terutama pascamelahirkan. Sejumlah penelitian telah menunjukan efek dari ekstrak Channa striata terhadap penyembuhan luka, namun belum ada penelitian pada penyembuhan luka di palatum tikus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek ekstrak Channa striata terhadap penyembuhan luka di palatum tikus secara histologis. Metode: Sebanyak 36 tikus Sprague dawley dibuatkan luka pada palatum dengan metode punch biopsy. Dari 36 tikus tersebut, dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dengan kombinasi topikal dan peroral ekstrak Channa striata, kelompok kontrol positif diberi gel gengigel dan suplemen vitamin C, dan kelompok kontrol negatif dirawat dengan gel tanpa bahan aktif. Kemudian dilakukan pengamatan pada hari ke-3, -7, dan - 14 setelah perlakuan secara klinis untuk mengamati luas luka mikroskopik. Sebanyak 4 tikus dari masing-masing perlakuan dinekropsi pada setiap hari pengamatan untuk dibuatkan preparat pengamatan histologis. Pewarnaan hematoksilin dan eosin dilakukan untuk mengamati panjang luka mikroskopik, reepitelisasi, dan angiogenesis, sedangkan pewarnaan Masson’s trichrome digunakan untuk mengamati kerapatan kolagen. Hasil dan Pembahasan: Pada hasil pengamatan ukuran luka, didapatkan bahwa terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05) ukuran luka makroskopik pada hari ke-3 dan -14, reepitelisasi pada hari ke -7 dan -14, dan kerapatan kolagen pada hari ke-14. Di sisi lain, tidak terdapat perbedaan bermakna antarperlakuan pada pengamatan panjang luka mikroskopik dan angiogenesis. Ekstrak Channa striata terbukti dapat berdampak pada penyembuhan luka di palatum tikus. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa pemberian ekstrak Channa striata topikal dan peroral dapat mengurangi ukuran luka tikus, meningkatkan tingkat reepitelisasi, meningkatkan kerapatan kolagen, dan meningkatkan angiogenesis secara signifikan pada beberapa titik waktu yang diukur, tetapi efektivitasnya lebih rendah daripada gel gengigel dan vitamin C.

Introduction: Orofacial clefts (OFC) require palatoplasty treatment to close the fistulae present in the palate. However, scar tissue formation at the surgical site is closely associated with growth disturbance. Modification of surgical techniques and pharmacological approaches have been investigated for their effects on scar tissue formation and palatoplasty success. Snakehead fish, Channa striata, is one of the fish endemic to Southeast Asia that is empirically believed to aid healing, especially postpartum. A number of studies have shown the effect of Channa striata extract on wound healing, but there has been no study on wound healing in the palate of rats. This study aims to look at the effect of Channa striata extract on wound healing in the rat palate histologically. Methods: A total of 36 Sprague Dawley rats were wounded on the palate by punch biopsy method. The 36 rats were divided into 3 groups, namely the treatment group with topical and peroral combination of Channa striata extract, the positive control group was given gengigel gel and vitamin C supplement, and the negative control group was treated with gel without active ingredients. Then observations were made on day-3, -7, and -14 after clinical treatment to observe the microscopic wound area. A total of 4 rats from each treatment were necropsied on each observation day to make histological observation preparations. Hematoxylin and eosin staining was performed to observe microscopic wound length, re-epithelialization, and angiogenesis, while Masson's trichrome staining was used to observe collagen density. Results and Discussion: In the observation of wound size, there was a statistically significant difference (p<0.05) in macroscopic wound size on days 3 and 14, re-epithelialization on day 7 and 14, and collagen density on day 14. On the other hand, there was no significant difference between treatments in the observation of microscopic wound length and angiogenesis. Channa striata extract was shown to have an impact on wound healing in the rat palate. Conclusion: Based on this study, it was shown that topical and peroral administration of Channa striata extract can reduce the size of rat wounds, increase the rate of re-epithelialization, increase collagen density, and enhance angiogenesis significantly at several time points measured, but its effectiveness is lower than gengigel gel and vitamin C."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>