Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herry Irawan
"Urbanisasi merupakan suatu fenomena negara berkembang yang perlu dikaji mendalam karena mempunyai dampak yang bervariasi antara lain peningkatan konsumsi energi. Konsumsi energi perlu dikendalikan agar terdapat keseimbangan antara penyediaan dan permintaan energi disetiap provinsi. Dalam penelitian ini, Intensitas energi akan digunakan sebagai alat ukur dari konsumsi energi serta unsur kewilayahan digunakan untuk menangkap keanekaragaman kondisi setiap provinsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) Apakah terdapat korelasi spasial dalam intensitas energi di Indonesia; dan 2) Bagaimanakah dampak spasial (langsung, tidak langsung dan total) urbanisasi terhadap intensitas energi pada wilayah Indonesia, Kawasan Indonesia Timur (KTI), dan Kawasan Indonesia Barat (KBI). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis spasial menggunakan Moran Test, Spatial Durbin Model dan analisis dekomposisi lanjut pada spatial spillover effect. Hasilnya adalah adanya korelasi spasial terhadap intensitas energi yang terjadi di masing-masing provinsi. Urbanisasi menunjukkan dampak signifikan negatif terhadap intensitas energi pada efek langsung di KTI dan KBI dan juga pada efek tidak langsung dan efek total di wilayah Indonesia dan KBI.

Urbanization is a phenomenon on developing countries that needs to be studied in depth because it has various impacts, including an increase in energy consumption. Energy consumption needs to be controlled in order to balancing energy supply and demand in each province. In this study, energy intensity will be used as a measurement of energy consumption and regional elements are used to capture the diversity of characteristics in each provinces. The purpose of this study is to 1) Is there a spatial correlation in energy intensity in Indonesia; and 2) What is the spatial (direct, indirect and total) impact of urbanization on energy intensity in the Indonesian region, Eastern Indonesia Region (KTI), and Western Indonesia Region (KBI). The research method used is spatial analysis using Moran Test, Spatial Durbin Model and advanced decomposition analysis on the spatial spillover effect. The result is a spatial correlation to the energy intensity that occurs in each province. Urbanization shows a significant negative impact on energy intensity on the direct effect on KTI and KBI and also on the indirect effect and the total effect in the territory of Indonesia and KBI."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Widya Kristiani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dan menganalisis dampak urbanisasi terhadap konsumsi energi dan emisi CO2 dengan mengakomodir heterogenitas wilayah yang ada di Indonesia. Selain itu, perbedaan kawasan peruntukan di Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) akan berpotensi menimbulkan dampak yang berbeda karena perbedaan karakteristik wilayah. Untuk menangkap heterogenitas regional yang ada di Indonesia, maka diaplikasikan metode estimasi data panel pada level provinsi selama periode 2011-2015. Hasil estimasi menunjukkan bahwa urbanisasi berdampak positif terhadap emisi CO2 namun tidak signifikan secara statistik dalam meningkatkan konsumsi energi per kapita. Terdapat pula perbedaan dampak urbanisasi KBI dan KTI terhadap konsumsi energi per kapita dimana dampak urbanisasi di KTI adalah negatif dan lebih rendah dibandingkan KBI.

This study aims to estimate and analyze the impact of urbanization on energy consumption and CO2 emissions by accommodating the heterogeneity of regions in Indonesia. In addition, differences in designation areas in western Indonesia (KBI) and eastern Indonesia (KTI) will have the potential to cause different impacts due to differences in regional characteristics. To capture regional heterogeneity in Indonesia, the method of estimating panel data at the provincial level was applied during the 2011-2015 period. The estimation results show that urbanization has a positive impact on CO2 emissions but is not statistically significant increasing per capita energy consumption. There are also differences in the impact of the KBI and KTI urbanization on per capita energy consumption where the impact of urbanization in the KTI is negative and lower than the KBI."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Agung Prasetyawan Suharko
"Indonesia sedang mengalami fenomena urbanisasi yang pesat pembangunan pada sektor industri pemicu terbesar dalam peningkatan urbanisasi Bertumbuhnya populasi urban sektor industri dan sektor rumah tangga akan meningkatkan konsumsi energi Selain itu dampak dari meningkatnya konsumsi energi akan menghasilkan emisi CO2 yang tinggi dimana akan berdampak pada lingkungan Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana pengaruh antara urbanisasi terhadap konsumsi energi dan CO2 Penelitian ini menggunakan data periode 2008 sampai dengan 2012 dengan metode estimasi adalah data panel Hasil estimasi menunjukkan bahwa urbanisasi memiliki hubungan signifikan terhadap konsumsi BBM dan total konsumsi energi namun urbanisasi tidak signifikan terhadap konsumsi listrik dan emisi CO2 Populasi memiliki hubungan signifikan terhadap konsumsi BBM konsumsi listrik dan total konsumsi energi serta emisi CO2 Sedangkan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan signifikan terhadap konsumsi BBM konsumsi listrik emisi CO2.

Indonesia is experiencing the phenomenon of rapid urbanization development of the industrial sector is the biggest triggers in the increase of urbanization The growth of urban population the industrial sector and the household sector will increase energy consumption In addition the impact of rising energy consumption will produce high CO2 emissions which would have an impact on the environment The purpose of this research is to investigate the impact of urbanization on energy consumption and CO2 This study uses data from 2008 to 2012 with the estimation method is a data panel The estimation results showed that the urbanization has a significant relation to fuel consumption and total energy consumption however urbanization no significant effect on electricity consumption and CO2 emissions The population has a significant relation to fuel consumption electricity consumption and total energy consumption and CO2 emissions While the economic growth has a significant relation to fuel consumption electricity consumption CO2 emissions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atina Saraswati
"Upaya pengurangan intensitas energi merupakan masalah energi yang sangat penting Indonesia. Pembangunan ekonomi regional Indonesia yang tidak merata mengarah ke kesenjangan yang terkait dengan intensitas energi regional. Namun, berbagai penelitian sebelumnya sangat sedikit yang mempertimbangkan intensitas energi Indonesia kesenjangan intensitas energi regional di Indonesia dan efek spasialnya. Penyerapan investasi asing langsung yang membawa teknologi maju ke Indonesia berdampak penting pada intensitas energi Indonesia. Analisis penelitian ini apakah investasi asing langsung dapat mengurangi intensitas energi regional, menggunakan data panel dari 33 provinsi pada periode 2008-2015. Sehubungan dengan penelitian sebelumnya yang belum dipertimbangkan Ketergantungan spasial, penelitian ini menitikberatkan pada metode statistik spasial. Berdasarkan Uji Moran menemukan bahwa provinsi dengan intensitas energi tinggi cenderung demikian cluster dengan provinsi yang juga memiliki intensitas energi tinggi
jika tidak. Hasil empiris dengan menggunakan model spasial Durbin menunjukkan bahwa dampak limpahan investasi asing langsung pada provinsi itu sendiri dan dampaknya limpasan spasial dari provinsi tetangga memiliki hubungan yang positif signifikan terhadap intensitas energi. Hasil ini bisa disebabkan oleh salah satunya
penanaman modal asing langsung di Indonesia yang masih didominasi oleh kegiatan ekonomi di sektor padat energi. Berdasarkan analisis, tingkatkan aliran masuk Investasi asing langsung belum menjadi cara yang efektif untuk mengurangi
Intensitas energi regional Indonesia. Demikian penelitian ini menunjukkan
bahwa jika kebijakan tersebut untuk meningkatkan arus masuk investasi langsung asing negara-negara di Indonesia dalam rangka mendongkrak perekonomian memang diperlukan disertai dengan pemilihan arus masuk dan pelaksanaan investasi asing langsung peraturan tentang penggunaan energi

Efforts to reduce energy intensity are a very important energy problem for Indonesia. Indonesia's uneven regional economic development leads to gaps related to regional energy intensity. However, very few previous studies have considered Indonesia's energy intensity, regional energy intensity gaps in Indonesia and their spatial effects. The absorption of foreign direct investment that brings advanced technology to Indonesia has an important impact on Indonesia's energy intensity. This research analyzes whether foreign direct investment can reduce regional energy intensity, using panel data from 33 provinces in the 2008-2015 period. In connection with previous studies that have not considered spatial dependence, this study focuses on spatial statistical methods. Based on Moran's test, it is found that provinces with high energy intensity tend to be in a cluster with provinces that also have high energy intensity if not. The empirical results using the Durbin spatial model show that the impact of foreign direct investment spillover on the province itself and its impact on spatial runoff from neighboring provinces has a positive relationship.
significant to energy intensity. This result could be caused by one of them
foreign direct investment in Indonesia which is still dominated by economic activities in the energy-intensive sector. Based on the analysis, increasing the inflow of foreign direct investment is not yet an effective way to reduce it
Indonesia's regional energy intensity. Thus this research shows that if the policy is to increase the inflow of foreign direct investment of countries in Indonesia in order to boost the economy, it is indeed necessary, accompanied by the selection of inflows and the implementation of foreign direct investment, regulations on energy use
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhisa Azaliah
"Konvergensi intensitas energi merupakan suatu alat bantu dalam menilai efektifitas kebijakan dalam mengurangi intensitas energi. Studi ini menganalisis konvergensi intensitas energi di Indonesia berdasarkan data panel 33 provinsi untuk periode 2008-2015 dengan mengukur konvergensi sigma, konvergensi beta absolut dan kondisional. Untuk mengukur kebergantungan spasial dari intensitas energi maka dalam pengukuran konvergensi beta digunakan metode ekonometrika spasial. Hasil empiris menunjukkan bahwa terdapat bukti dari kedua konvergensi beta absolut dan kondisional tetapi tidak dengan konvergensi sigma. Variabel-variabel yang mendorong terjadinya konvergensi intensitas energi seperti pendapatan provinsi, peran industri menufaktur, peran perdagangan internasional, FDI dan kepadatan penduduk. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa menggunakan teknologi industri yang lebih efisien, menarik investasi asing kepada sektor non-industri, mengembangkan ekspor dari sektor yang sedikit menggunakan energi merupakan kebijakan yang dapat dikembangkan. Selain itu dorongan dari dampak limpahan spasial mengindikasikan bahwa intensitas energi dari suatu provinsi turut berkontribusi pada intensitas energi provinsi tetangganya. Oleh karena itu, koordinasi antar daerah berperan besar dalam mendorong penggunaan energi lebih bijaksana.

Energy intensity convergence is a tool to assess the effectiveness of policies in reducing energy intensity. This study analyzes the convergence of energy intensity in Indonesia based on panel data of 33 provinces for the period 2008-2015 by measuring sigma convergence, absolute and conditional beta convergence. To measure the spatial dependence of energy intensity, spatial econometric are used in the measurement of beta convergence. Empirical results show that there is evidence of both absolute and conditional beta convergence but not with sigma convergence. Variables that encourage the convergence of energy intensity such as provincial income, the role of manufacturing industries, the role of international trade, FDI and population density. From the analysis, it found that using more efficient industrial technology, attracting foreign investment to non-industrial sectors, developing exports from sectors that use less energy are policies that can be developed. In addition, the encouragement of the effects of spatial spillover effect indicates that the energy intensity of a province contributes to the energy intensity of neighboring provinces. Therefore, coordination between regions plays a major role in encouraging wiser use of energy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riky Maulana Ikhwan
"Penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh mengekspor terhadap intensitas energi masih terbatas. Studi ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh mengekspor terhadap intensitas energi perusahaan manufaktur di Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penelitian ini mengunakan data panel perusahaan manufaktur Indonesia dari tahun 2010 hingga 2014. Melakukan estimasi fixed effect dengan sampel utuh, penelitian ini menemukan bahwa koefisien status ekspor bertanda negatif pada level signifikansi 20%. Namun, mayoritas subsektor juga menunjukkan bahwa mengekspor tidak signifikan mempengaruhi intensitas energi, bahkan pada level signifikansi 20% kecuali pada lima industri. Sebagai tambahan, studi ini juga menemukan bahwa kepemilikan asing berdampak negatif terhadap intensitas energi perusahaan.

Previous study on the impact of exporting on energy intensity is limited. This study aims to investigate the impact of exporting on energy intensity in Indonesia. To answer the research question, this study uses panel data of Indonesian manufacturing firms from 2010 to 2014. Estimating using fixed effect for full sample, this study finds that the coefficient of export status shows negative sign at 20% significance level. However, majority of the subsectors show that exporting does not have significant effect on energy intensity, even at 20% significance level except for five industries. In addition, this study also finds that foreign ownership has negative effect on firms energy intensity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Hafidaty Rahma Kautsar
"ABSTRAK
Urbanisasi di perkotaan dicurigai sebagai faktor penyebab perubahan iklim. Penelitian ini ingin menganalisis dampak urbanisasi terhadap iklim perkotaan di Jabodetabek selama tahun 1980-2015. Tujuannya ialah untuk mengetahui pola urbanisasi, pola iklim dan dampak pola urbanisasi terhadap iklim perkotaan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan sites and situation, uji statistik Mann Kendall, Regresi Data Linear, Regresi Data Time Series dan Regresi Data Panel. Hasil menunjukkan terjadi peningkatan dari kepadatan penduduk, lahan terbangun, dan sub-urbanisasi urban sprawl dari Jakarta ke Bodetabek, dan membentuk konurbasi. Pola iklim menunjukkan faktor geografis, seperti ketinggian dan kedekatan dengan laut maupun pegunungan, serta dominasi penutup lahan rural/urban mempengaruhi trend suhu, tetapi kepadatan penduduk tidak mempengaruhi suhu. Dampak urbanisasi terhadap iklim perkotaan yaitu pada dataran rendah Jakarta, sebelum dominasi urbanisasi terjadi memiliki suhu yang cukup tinggi. Namun keberadaan urbanisasi dengan semakin dominasi lahan terbangun semakin mempertinggi suhu udara. Semakin ke arah selatan dari Jakarta, perubahan suhu tidak terlalu signifikan, dikarenakan merupakan dataran tinggi yang pada awalnya memiliki suhu lebih rendah. Sebagai rekomendasi, perlu penegasan pengendalian iklim melalui kontrol perubahan penutup lahan, diantaranya menciptakan green-building, membatasi pembangunan, merevitalisasi sabuk-sabuk hijau di Jabodetabek, sehingga konurbasi lanjutan dapat dicegah.

ABSTRACT
Urbanization in urban areas is suspected as the cause of climate change. This study wanted to analyze the impact of urbanization on urban climate in Jabodetabek during 1980 2015. The goal is to know the pattern of urbanization, climatic patterns and the impact of urbanization patterns on urban climate. The study was conducted by sites and situational approaches, statistical tests Mann Kendall, Linear Data Regression, Time Data Series Regression and Data Panel Regression. The results show an increase of population density, land builds, and sub urbanization urban sprawl from Jakarta to Bodetabek, and forming conurbations. Climatic patterns show geographical factors, such as altitude and proximity to the sea and mountains, and the dominance of land cover rural urban affect the temperature trend, but the population density does not affect the temperature. The impact of urbanization on urban climate is on the lowlands of Jakarta, before the dominance of urbanization occurs has a high enough temperature. But the existence of urbanization with the increasingly dominance of land awakened increasingly the air temperature. The further south from Jakarta, the temperature change is not very significant, because it is a plateau that initially has lower temperatures. As a recommendation, it is necessary to affirm climate control through the control of land cover changes, such as creating green building, limiting development, revitalizing green belts in Jabodetabek, so that further conurbation can be prevented."
2018
T51423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karlina Khairunnisa
"Fenomena urbanisasi menjadi tren di dunia saat ini. Eksternalitas dari aglomerasi ekonomi di kawasan urban dianggap mampu menciptakan penurunan kemiskinan. Di samping itu, paradigma pertumbuhan kota saat ini mengarahkan pada pertumbuhan suatu kota memiliki hubungan dengan kota lainnya. Sejauh ini, studi yang mengukur hubungan antara urbanisasi dan kemiskinan, khususnya spillover effect ke wilayah sekitar, masih terbatas dengan hasil yang masih beragam. Studi ini bertujuan untuk menganalisa peran dari urbanisasi terhadap penurunan kemiskinan di wilayah kabupaten/kota di Pulau Jawa. Studi ini menggunakan pendekatan remote sensing dalam mengukur urbanisasi serta menangkap spillover effect dari urbanisasi terhadap kemiskinan di wilayah sekitar dengan menggunakan model ekonometrika Spatial Durbin. Hasil empiris dari studi ini adalah peningkatan urbanisasi di suatu wilayah memungkinkan terjadinya penurunan kemiskinan di wilayah tersebut. Namun peningkatan urbanisasi di wilayah tetangga berasosiasi dengan peningkatan kemiskinan di suatu wilayah. Faktor lain yang berasosiasi dengan penurunan kemiskinan adalah porsi dari sektor industri dan tersier di suatu wilayah dan wilayah sekitarnya. Tingkat pengangguran terbuka di wilayah sekitar memungkinkan terjadinya peningkatan kemiskinan di suatu wilayah.

The phenomenon of urbanization is a trend in the world today. Externalities from economic agglomeration in urban areas are considered capable of creating poverty reduction. In addition, the current urban growth paradigm leads to the growth of a city having a relationship with other cities. So far, studies that measure the relationship between urbanization and poverty, especially the spillover effect to surrounding areas, are still limited with mixed results. This study aims to analyze the role of urbanization on poverty reduction in districts/cities in Java. This study uses a remote sensing approach in measuring urbanization and captures the spillover effect of urbanization on poverty in surrounding areas using a Spatial Durbin econometric model. The empirical result of this study is that an increase in urbanization in a region allows a decrease in poverty in that region. However, an increase in urbanization in neighboring regions is associated with an increase in poverty in the region. Other factors associated with poverty reduction is the share of industrial and tertiary sectors in a region and its neighboring regions. The open unemployment rate in the neighboring region allows for an increase in poverty in a region."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yales Vivadinar
"Penelitian ini bermaksud untuk melihat pengaruh faktor efisiensi dan faktor pembentuk utama determinan lainnya, serta pengaruh pola pemanfaatan energi pada proses produksi manufaktur dalam membentuk tingkat konsumsi energi dan intensitas energi sektor ini pada periode 2005-2013. Pendekatan Top-down dengan metode penguraian dekomposisi telah diterapkan pada kedua data agregat di atas, dan menjelaskan bahwa determinan di balik perubahan kedua data agregat tersebut pada periode 2005-2009 adalah perubahan faktor efisiensi energi, sedangkan pada periode 2009-2013 adalah perubahan faktor struktural. Metode dekomposisi berhasil mengidentifikasi industri yang dapat memperbaiki efisiensi energi, tetapi tidak dapat menjelaskan sumber dari perubahan efisiensi energi pada tingkatan operasional yang lebih rendah. Untuk itu, pendekatan Bottom-up dilakukan agar melengkapi analisa Top-down serta memberikan penjelasan terkait sumber perubahan efisiensi di atas.
Pendekatan bottom-up dilakukan dengan mengumpulkan data dari industri sampel untuk menghasilkan peta aliran energi pada peralatan pengguna energi untuk proses produksi. Peta aliran energi yang dihasilkan menjelaskan bahwa sistem pemanas mengkonsumsi 75 dari pasokan energi dan merupakan penghasil 67 dari kerugian energi sektor manufaktur. Pendekatan ini juga menjelaskan kelompok industri gula, semen serta pulp paper adalah pengguna terbesar sistem pemanas, dimana jumlah kerugian energi terbesar terjadi pada sektor industri semen yang mencapai 51 dari energi masuk. Sementara itu, industri kimia adalah pengguna listrik dan BBM terbesar namun jumlah pemanfaatan sisa panas dibawah 1 . Hasil analisa Specific Energy Consumption SEC yang dilakukan pada beberapa sektor industri menunjukkan angka SEC dari industri tersebut lebih tinggi antara 18 -42 dari angka acuan. Kombinasi pendekatan diatas telah menunjukkan fokus area untuk perbaikan efisiensi energi.

This study intends to access the effect of the key determinants and the impact of the energy utilization behavior along the production process toward the energy consumption and energy intensity of the manufacturing sector during the period 2005 2013. The top down approach by using the decomposition method has applied on both energy consumption and energy intensity data which successfully explained the determinants of the changes in both data above during the period 2005 2009 are the energy efficiency factor, while during 2009 2013 are the change of structural factor. Decomposition method has successfully identified the industry with energy efficiency issue, but this technique cannot spots the roots of the problem at the operational levels that could only be detected by the bottom up approach.
This approach has been started by collecting the data from the industry samples to produce the map of energy flow within the energy equipment. The map of energy flow shows the heating system is the largest energy users who consume up to 75 of energy supply and accountable for 67 of the energy losses from this sector. This system mainly used by sugar industry, pulp and paper, and cement industry. Meanwhile, the chemical industry is the biggest users of electricity and fuel, but they only use less than 1 of the waste heat. This study also delivers the SEC comparison analysis compared to the SEC reference. The combination of the top down and bottom up approach has helped us to identify the focus areas for energy efficiency improvement effort.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
D1723
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Rosa Purwanti
"Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya emisi karbon dioksida yaitu semakin cepatnya pertumbuhan urbanisasi dan industrialisasi, dimana saat ini seluruh dunia sedang fokus pada masalah ini karena dapat menyebabkan emisi global. Group of 20 atau G20 yang berisi 2/3 populasi dunia, berkontribusi sebesar 85% dari perekonomian dunia termasuk didalamnya perdagangan dan investasi, mengakibatkan grup ini menjadi contributor utama terhadap semakin meningkatnya emisi karbon dioksida di dunia. Tesis ini bertujuan untuk menguji hubungan antara urbanisasi dan industrialisasi terhadap emisi karbon dioksida dengan menggunakan metode panel regresi pada periode 1992 – 2014.
Hasil utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Dampak dari industrialisasi pada emisi karbon dioksida menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan, sedangkan  urbanisasi hubungannya positif namun tidak signifikan terhadap tingginya tingkat emisi karbon; (2) Dari hasil analisa, pengembangan sumber energi terbarukan (renewable energy) dapat berkontribusi dalam menurunkan kadar emisi karbon di udara, selain itu, semakin padatnya jumlah penduduk dalam 1 km2 wilayah juga dapat mengurangi emisi karbon di wilayah tersebut. Untuk mengatasi hal ini, mendorong pengembangan sumber energi terbarukan dan mengaplikasikan penggunaan energi terbarukan dalam kegiatan industry di negara-negara G20 merupakan pendekatan yang paling tepat untuk menurunkan kadar emisi karbon di atmosphere tanpa harus menghambat pertumbuhan perekonomian negara tersebut.

A rapid growth of urbanization and industrialization contribute to the increase of CO2 emissions level, in which the world pays a big concern because it has led to global warming. The G20 represents about two-thirds of the world’s population, 85% of global economic output, and over 75% of global trade and investment, which make it, be partly responsible for the increase of carbon emissions in the world. This paper wants to observe the relationship of both urbanization and industrialization on CO2 emission by using panel regression approach covering the period 1992 – 2014.
These are the main results that can be exposed. First, the impact of industrialization on CO2 emissions is positive and significant, while urban population is positive but not significantly affects CO2 emissions. Second, the analysis also presents a clear result that developing renewable energy decreases emissions level. Interestingly, more densely populated area is turning to decrease CO2 emissions. To address these matters, promoting the development of renewable energy and then implementing it on every industrial and service sector might become the most appropriate way to reduce the CO2 emissions within the G20 countries without hindering the economic growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T51910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>