Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131732 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanik Amaria
"ABSTRAK
Pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi pada remaja akan menimbulkan berbagai risiko kesehatan bagi remaja. Dalam pondok pesantren yang umumnya remaja pun kerap terjadi permasalahan karena kurangnya pengetahuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di Pondok Pesantren Luhur Al-Kautsar. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik cross sectional dengan teknik accidental sampling berjumlah 65 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan rendah 1,5%, pengetahuan cukup 44,6% dan pengetahuan baik 53,8%. Ada 2 faktor berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan remaja yakni jenis kelamin (p-value 0,025) dan pengalaman pernah mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi (p-value 0,001). Persentase pengetahuan baik dan cukup ini diharapkan pihak Pondok Pesantren dapat memberikan kebijakan yang tujuannya meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi agar pengetahuan responden baik.

ABSTRACT
Lack of knowledge about reproductive health in adolescents will pose various health risks for adolescents. In boarding schools which are generally teenagers, problems often occur due to lack of knowledge. The purpose of this study was to determine the factors that influense adolescent knowledge about reproductive health in the Luhur Al-Kautsar Islamic Boarding School. The design of this study was a cross sectional descriptive analytic study with an accidental sampling technique totaling 65 respondents. Data collection tool uses a questionnaire. The results showed low knowledge of 1.5%, sufficient knowledge 44.6% and good knowledge 53.8%. There are 2 significant factors influencing adolescents knowledge, namely gender (p-value 0,025) and experince of being informed about reproductive health (p-value 0,001). This precentage of good and sufficient knowledge is expected by the Islamic Boarding School to provide policies whose aim is to increase reproductive health knowledge so that respondents' knowledge is good.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timur Purbowati
"Keberagaman pemahaman santri putri mengenai kesehatan reproduksi khususnya pada pondok pesantren tradisional diakibatkan keterbatasan sarana penunjang serta kurangnya dukungan pihak luar pesantren terkait persoalan kesehatan reproduksi. Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran pengetahuan santri putri pondok pesantren tentang kesehatan reproduksi di Kabupaten Tangerang Tahun 2017 yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan yang diterapkan, metode pengajaran yang dilakukan oleh guru, minat para santri terhadap kegiatan ekstrakulikuler, media informasi dan pengalaman pribadi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian Rapid Accessment Procedure RAP dengan pengumpulan data dengan diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam pada santri putri dan guru.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pengetahuan pemahaman santri putri pondok pesantren sangat beragam mengenai kesehatan reproduksi, sehingga ada baiknya dilakukan kerjasama lintas sektoral antara Kemendiknas, Kemenkes dan Kemenag agar dibuatkan satu kurikulum di dalamnya mencakup unsur mengenai kesehatan reproduksi yang dapat diterapkan pada pondok pesantren tradisional dan juga modern sehingga diharapkan para santri dapat memiliki pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang lebih seragam.

Variety understanding of female santri on reproductive health especially at traditional boarding school caused by limited of supporting facilities and lack of support from outside party of boarding school related to reproductive health problem. Objective of this research is to knowing description about knowledge of female santris Islamic boarding school about reproductive health in Regency Tangerang Year 2017 which relate with curriculum education that applied, teaching metodhe which conducted by teacher, interest of the student against extraculiculler activity, information media and personal experience that related with adolescent reproductive health.
This research is using qualitative approach with Rapid Accessment Procedure RAP through Focus Group Disscussion FGD and indepth interview methode to female santris and using indepth interview to the teacher.
Result of this research is mention that Islamic boarding school santris have a variety of knowledge or understanding about reproductive health, so it is better to do cooperation cross sectoral between Kemendiknas,Kemenkes and Kemenag so can be created one particular curricullum which is include reproductive health that can be applied to the traditional and modern Islamic boarding school, so the santris can get more similar knowledge about reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69037
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Rahayu
"Pendahuluan: Keberadaan pondok pesantren yang ada di Indonesia maupun di Kota Depok khususnya di Kecamatan Sawangan masih belum diimbangi dengan tingkat sanitasi lingkungan yang memadai, tentunya hal ini akan menjadi risiko ancaman terhadap kesehatan anak-anak yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren. Rendahnya perilaku santri dalam pemeliharaan sanitasi lingkungan dapat menjadi penyebab terhadap pembentukan kondisi sanitasi lingkungan tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi santri dalam melakukan pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama khususnya di Pondok Pesantren X Sawangan Depok Tahun 2020. Metode: Desain studi yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 173 santri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified proportionate random sampling serta kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 84 santri (48,0%) memiliki perilaku sanitasi lingkungan yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariate perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan (p-value = 0,007), sikap (p-value = 0,000), persepsi (p-value = 0,000), keterpaparan informasi (p-value = 0,010), dan dukungan ustadz/ustadzah (p-value = 0,000). Hasil multivariate, factor yang paling dominan yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan adalah dukungan ustadz/ustadzah, didapatkan p-value = 0,000 dengan nilai OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara factor predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi), factor pemungkin (keterpaparan informasi) dan factor penguat (dukungan ustadz/ustadzah) dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama. Kemudian, factor yang paling dominan yang mempengaruhi terhadap perilaku pemeliharan sanitasi lingkungan santri adalah factor penguat yaitu dukungan ustadz/ustadzah. Saran: Upaya peningkatan sanitasi lingkungan asrama perlu dilakukan oleh pihak pondok pesantren melalui upaya peningkatan peran ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, edukasi, dan juga pengawasan terhadap penerapan perilaku santri dalam memelihara sanitasi lingkungan asrama.

Introduction: The existence of Islamic boarding schools in Indonesia and in Depok City, especially in Sawangan District, has not been matched by an adequate level of environmental sanitation, this will pose a threat to the health of children who receive education at the Islamic Boarding School. The low behavior of students in maintaining environmental sanitation can be the cause of the formation of these environmental sanitation conditions. Purpose: This study aims to determine the factors that influence the students in maintaining the sanitation of the dormitory environment, especially in X Boarding School in Sawangan Depok in 2020. Methods: The study design used was a cross-sectional study with a sample size of 173 students. Sampling was done using a stratified proportionate random sampling and a questionnaire used as a measuring tool for the study. Results: The results of this study indicate that 84 students (48.0%) have poor environmental sanitation behavior. Based on the results of the bivariate analysis, environmental sanitation maintenance behavior has a significant relationship with knowledge (p-value = 0.007), attitude (p-value = 0.000), perception (p-value = 0.000), information exposure (p-value = 0.010), and support from the religious teacher (p-value = 0,000). The multivariate result, the most dominant factor that has a significant relationship with environmental sanitation maintenance behavior is support from the religious teacher, obtained p-value = 0.000 with an OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Conclusion: There is a relationship between predisposing factors (knowledge, attitudes, perceptions), enabling factors (information exposure), and reinforcing factors (support from the religious teacher) with the behavior of maintaining sanitation in the dormitory environment. Then, the most dominant factor that influences the behavior of maintaining environmental sanitation of students is the reinforcing factor, namely support from the religious teacher. Suggestion: Efforts to improve dormitory environmental sanitation need to be carried out by the boarding schools through increasing the role of the religious teacher in providing guidance, education, and also monitoring the implementation of student's behavior in maintaining dormitory environmental sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Rahayu
"Pendahuluan: Keberadaan pondok pesantren yang ada di Indonesia maupun di Kota Depok khususnya di Kecamatan Sawangan masih belum diimbangi dengan tingkat sanitasi lingkungan yang memadai, tentunya hal ini akan menjadi risiko ancaman terhadap kesehatan anak-anak yang mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren. Rendahnya perilaku santri dalam pemeliharaan sanitasi lingkungan dapat menjadi penyebab terhadap pembentukan kondisi sanitasi lingkungan tersebut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi santri dalam melakukan pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama khususnya di Pondok Pesantren X Sawangan Depok Tahun 2020. Metode: Desain studi yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan jumlah sampel sebesar 173 santri. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified proportionate random sampling serta kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur penelitian. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 84 santri (48,0%) memiliki perilaku sanitasi lingkungan yang kurang baik. Berdasarkan hasil analisis bivariate perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan (p-value = 0,007), sikap (p-value = 0,000), persepsi (p-value = 0,000), keterpaparan informasi (p-value = 0,010), dan dukungan ustadz/ustadzah (p-value = 0,000). Hasil multivariate, factor yang paling dominan yang memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan adalah dukungan ustadz/ustadzah, didapatkan p-value = 0,000 dengan nilai OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara factor predisposisi (pengetahuan, sikap, persepsi), factor pemungkin (keterpaparan informasi) dan factor penguat (dukungan ustadz/ustadzah) dengan perilaku pemeliharaan sanitasi lingkungan asrama. Kemudian, factor yang paling dominan yang mempengaruhi terhadap perilaku pemeliharan sanitasi lingkungan santri adalah factor penguat yaitu dukungan ustadz/ustadzah. Saran: Upaya peningkatan sanitasi lingkungan asrama perlu dilakukan oleh pihak pondok pesantren melalui upaya peningkatan peran ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, edukasi, dan juga pengawasan terhadap penerapan perilaku santri dalam memelihara sanitasi lingkungan asrama.

Introduction: The existence of Islamic boarding schools in Indonesia and in Depok City, especially in Sawangan District, has not been matched by an adequate level of environmental sanitation, this will pose a threat to the health of children who receive education at the Islamic Boarding School. The low behavior of students in maintaining environmental sanitation can be the cause of the formation of these environmental sanitation conditions. Purpose: This study aims to determine the factors that influence the students in maintaining the sanitation of the dormitory environment, especially in X Boarding School in Sawangan Depok in 2020. Methods: The study design used was a cross-sectional study with a sample size of 173 students. Sampling was done using a stratified proportionate random sampling and a questionnaire used as a measuring tool for the study. Results: The results of this study indicate that 84 students (48.0%) have poor environmental sanitation behavior. Based on the results of the bivariate analysis, environmental sanitation maintenance behavior has a significant relationship with knowledge (p-value = 0.007), attitude (p-value = 0.000), perception (p-value = 0.000), information exposure (p-value = 0.010), and support from the religious teacher (p-value = 0,000). The multivariate result, the most dominant factor that has a significant relationship with environmental sanitation maintenance behavior is support from the religious teacher, obtained p-value = 0.000 with an OR = 71,442 (95% CI: 21,562-236,709). Conclusion: There is a relationship between predisposing factors (knowledge, attitudes, perceptions), enabling factors (information exposure), and reinforcing factors (support from the religious teacher) with the behavior of maintaining sanitation in the dormitory environment. Then, the most dominant factor that influences the behavior of maintaining environmental sanitation of students is the reinforcing factor, namely support from the religious teacher. Suggestion: Efforts to improve dormitory environmental sanitation need to be carried out by the boarding schools through increasing the role of the religious teacher in providing guidance, education, and also monitoring the implementation of student's behavior in maintaining dormitory environmental sanitation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Hanifatur Ruslana
"Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang tidak baik pada santri merupkan fenomena yang telah lama terjadi dan hampir dijumpai di seluruh pesantren di Indonesia. Pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang berbeda dengan sekolah umum dimana santri belajar 24 jam dan dituntut hidup mandiri. Pesantren memiliki kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat luar pesantren salah satunya dalam aspek kesehatan. Praktik PHBS yang buruk menyebabkan munculnya berbagai penyakit pada santri dan mengganggu aktivitas belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik PHBS santri. Metode: Desain penelitian menggunakan deskriptif analitik dengan teknik stratified random sampling. Partisipan sebanyak 100 orang santri. Pengukuran menggunakan instrumen penelitian yang disusun berdasar modifikasi penelitian sebelumnya, studi literatur, dan fenomena sosial. Uji statistik menggunakan uji korelasi. Hasil: Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, nilai-nilai kebudayaan, sikap, dan dukungan sosial dengan praktik PHBS santri. Sedangkan usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman mengikuti penyuluhan, tingkat kepadatan aktivitas, dan ketersediaan sarana prasarana tidak memiliki hubungan signifikan dengan praktik PHBS. Rekomendasi: Penelitian ini diharapkan menjadi dasar perawat sekolah memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan sosial budaya untuk mengatasi praktik PHBS yang buruk pada santri.

Poor Clean and Health Living Behavior (CHLB) practices among Islamic boarding school students (santri) are a phenomenon that has long happened and almost found in all Islamic boarding school (pesantren) in Indonesia. Pesantren is an Islamic educational institution different from public schools. Santri study 24 hours and are required to live independently. Pesantren has a different culture from the community outside the pesantren, one of which is in the health aspect. Poor CHLB practices among santri cause illness and disturb learning activities. This research aims to discuss the factors related to CHLB practices among santri. Method: The research design used descriptive-analytic with a stratified random sampling technique. Participants were 100 students. Research measurements used instruments that are prepared based on previous research modifications, study literature, and social phenomena. Statistical tests used correlation tests. Results: The results of the analysis showed a significant relationship between gender, cultural values, attitudes, and social support with the practice of CHLB practices. While age, level of education, knowledge, counseling experience, level of activity density, and availability of infrastructure has no significant relationship with CHLB practices. Recommendation: This research is expected to be the basis for school nurses to provide nursing care with a socio-cultural approach to overcome poor CHLB practices in students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Een Sukaedah
"Kesehatan reproduksi remaja bukan hanya masalah biomedis semata-mata, melainkan juga merupakan masalah sosial budaya. Salah satu masalah sosial budaya adalah sikap terhadap kesehatan reproduksi remaja yang berkaitan dengan masalah budaya berbeda-beda, khususnya menganggap tabu jika membicarakan masalah seksual oleh orang yang belum menikah.
Menurut survei yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LDFEUI) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 1999, terdapat 46,2% remaja masih percaya mereka tidak akan hamil setelah melakukan hubungan seks untuk yang pertama kali.
Sikap remaja terhadap kesehatan reproduksi di Kota Tangerang belum diketahui tetapi dapat digambarkan dari usia perkawinan remaja putri rata-rata 16 tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap terhadap kesehatan reproduksi remaja pada siswa kelas dua Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri di Kota Tangerang tahun 2001. Tujuan khususnya untuk mendapatkan informasi mengenai faktor karakteristik dan juga sumber informasi terhadap sikap kesehatan reproduksi remaja.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross- sectional. Populasinya adalah siswa kelas dua SMU Negeri di Kota Tangerang dengan sampel sebanyak 200 orang. Penelitian ini menggunakan analisis dengan uji univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 45,5% remaja bersikap positif terhadap kesehatan reproduksi remaja, sementara 54,5% bersikap negatif. Secara bivariat variabel-variabel yang mempunyai hubungan bermakna adalah jenis kelamin, pendidikan ayah, pengetahuan, peran media massa dan peran agama. Secara multivariat variabel yang paling dominan berhubungan bermakna dengan sikap terhadap kesehatan reproduksi adalah variabel atau faktor pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan nilai OR sebesar 3,24.
Dengan mempertimbangkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi pada remaja sedini mungkin. Hal ini dapat melibatkan lembaga pendidikan, orang tua, masyarakat untuk mencegah sikap negatif terhadap kesehatan reproduksi.

Factors Related to the Teenager's Attitude on Reproductive Health in Second Class Students of Government Senior High School in Tangerang Municipality, Year 2001Teenager's reproductive health is not only biomedical but also sociocultural problem. The teenager's attitude concerning sociocultural are different, especially taboo for sexual discussion.
According to the survey conducted by Demographic Institution of Economic Faculty, University of Indonesia (LDFEUI) and National Board on Family Planning (BKKBN), 46,2% of teenagers still believe that they will not getting pregnant after having sexual intercourse for the first time.
The teenager's attitudes on reproductive health especially in Tangerang Municipality haven?t been known. The purpose of this research is to know the factors related to the teenager's attitude on reproductive health in students of Senior High School in Tangerang Municipality especially getting information on characteristic factors as well as information source to the attitude of reproductive health.
The research used cross sectional design, the population was second class students of Government Senior High School in Tangerang with 200 samples. This research used univariate, bivariate and also multivariate analysis.
The result showed that 45, 5% of teenager's attitudes were positive while 54, 5% were negative. Those variables which have significant values are sex, father's education, knowledge as well as mass media and religion. The most dominant variable is knowledge on reproductive health with OR. = 3, 24.
Considering the result of this research, I suggest to give information of reproductive health to the teenagers as early as possible. This could involve education institutions, parents and community in order to prevent negative attitude on reproductive health."
2001
T8184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadia Shafa Angelika Hareni
"Remaja dan kaum muda di negara berkembang, khususnya di Asia dan Afrika, masih menghadapi hambatan dalam mengakses pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi remaja dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi dengan menggunakan scoping review. Pencarian literatur studi dilakukan dengan menggunakan Pubmed, EBSCOhost, Embase dan Scopus dan jumlah studi yang ditemukan sebanyak 22 studi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi di wilayah Asia dan Afrika masih menunjukkan persentase yang cukup rendah. Berbagai faktor memengaruhi remaja dalam memanfaatkan layanan kesehatan reproduksi diantaranya faktor demografi dan budaya yang terdiri dari usia, jenis kelamin dan norma gender, status perkawinan, status hidup remaja, dan etnis; faktor sosioekonomi yang meliputi tingkat pendidikan remaja, orang tua dan pasangan serta pendapatan; faktor individu yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi, komunikasi dan diskusi dengan orang tua, teman sebaya, pasangan dan petugas kesehatan, partisipasi dalam peer education, riwayat hubungan seksual, riwayat masalah kesehatan reproduksi, faktor sosiokultural dan psikobudaya; dan faktor sistem pelayanan kesehatan yang meliputi sistem kesehatan, jarak terhadap fasilitas kesehatan dan ketersediaan layanan.

Adolescents and young people in developing countries, especially in Asia and Africa, still face barriers to accessing sexual and reproductive health services. This study was conducted to identify factors that influence adolescents in the utilization of reproductive health services by using a scoping review. The literature search was performed using Pubmed, EBSCOhost, Embase and Scopus, and the number of studies found was 22 studies. The results showed that the utilization of reproductive health services in the Asian and African regions still showed a relatively low percentage. Various factors influence adolescents in utilizing reproductive health services, including demographic and cultural factors consisting of age, sex and gender norms, marital status, the living status of adolescents, and ethnicity; socioeconomic factors, including the education level of adolescents, parents and partners and income; individual factors consisting of knowledge, attitudes, perceptions, communication and discussion with parents, peers, partners and health workers, participation in peer education, history of sexual intercourse, history of reproductive health problems, socio-cultural and psycho-cultural factors; and health service system factors including health systems, distance to health facilities and service availability."
Depok: 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Anggela
"Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dan perempuan dewasa. Permasalahan yang paling sering terjadi pada masa remaja saat ini adalah masalah kesehatan reproduksi. Metode yang tepat diperlukan untuk menyampaikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada remaja salah satunya dengan menggunakan smartphone. Aplikasi android merupakan salah satu fitur pada smartphone. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas aplikasi kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Penelitian Quasi-eksperimental ini menggunakan pre-post dengan kelompok kontrol. Kelompok intervensi terdiri dari 42 responden sedangkan kelompok kontrol 59 responden. Sampel pada penelitian ini adalah siswa dari dua Sekolah Menengah Pertama di kota Depok. Teknik pengambilan sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji repeated anova,friedman, independent t test, Man whitney. Hasil uji statistic menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap remaja pada kelompok intervensi yang diberikan edukasi android dibandingkan kelompok kontrol (p<0,001). Edukasi kesehatan menggunakan aplikasi efektif dalam mempertahankan pengetahuan remaja setelah diberikan edukasi kesehatan tentang kesehatan reproduksi (p<0,001). 

Adolescence is a transition period between childhood and adulthood when physical, cognitive, social and emotional maturity grow rapidly to prepare for being adult men and women. The most common problem for existing adolescence is reproductive health problems. The effective method is needed to convey information about reproductive health to adolescents like using smartphone. Android application is one of the features on a smartphone. This study aims to determine the effectiveness of reproductive health applications on adolescent knowledge and attitudes about reproductive health. This quasi-experimental study uses pre-post with a control group. The intervention group consisted of 42 respondents while the control group 59 respondents. The sample in this study were students from two junior high schools in the city of Depok. The sampling technique used is simple random sampling. Data were analyzed using repeated anova test, Friedman test, independent t test, Man Whitney test. Statistical test results showed that there were significant differences between the knowledge and attitudes of adolescents in the intervention group given android education compared to the control group (p <0.001). Health education uses effective application in maintaining adolescent knowledge after being given health education about reproductive health (p <0.001)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasiah Jamil
"ABSTRAK
Kejadian eksploitasi seksual anak di Indonesia meningkat 30% pertahun. Korban ESA merupakan remaja yang memiliki risiko tinggi tertular penyakit yang diakibatkan oleh hubungan seksial bebas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada korban eksploitasi seksual anak (ESA) yang mendapatkan pendampingan dari Yayasan Bina Sejahtera (Bahtera) Kota Bandung tahun 2016. Metode penelitian ini kualitatif, desain studi kasus dengan metode wawancara mendalam terhadap 20 informan, 15 informan anak dan 5 informan pendamping anak. Hasil penelitian mendapatkan pengetahuan informan anak tentang fisiologi kesehatan reproduksi hanya mengetahui sebatas organ tubuh secara umum bukan organ reproduksi. Pengetahuan informan tentang hubungan seksual adalah hubungan kelamin laki-laki dan perempuan, pengetahuannya tentang perilaku seksual berisiko yaitu memberikan nafkah bagi pasangan. Pengetahuan informan tentang masa subur dan risiko kehamilan adalah masa yang berhubungan dengan terjadinya kehamilan namun kehamilan tidak dapat terjadi jika hanya melkukan sekali hubungan seks. Sedangkan pengetahuan tentang alat kontrasepsi meliputi ketidaktahuan adanya kontrasepsi laki-laki. Adapun pengetahuan tentang kehamilan tidak diinginkan dan aborsi adalah hal yang sering terjadi dilingkungannya. Pengetahuan tentang infeksi menular seksual hanya satu jenis IMS yang diketahui yaitu Raja Singa yang dijenal dengan nama “kapatil”. Sedangkan pengetahuannya tentang HIV/AIDS adalah penyakit menakutkan yang ditularkan lewat hidung, mulut dan pencegahannya harus menjauhi ODHA. Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi sebagian besar didapat dari teman sebaya.

ABSTRAK
The incidence of sexual exploitation of children in Indonesia increased by 30% per year. SEC victims are teenagers who have a high risk of transmited sexual diseases caused by free sexual relationship. The aim of this study is to describe about reproductive health knowledge of sexual exploitation of children victim that get assistance from Yayasan Bina Sejahtera Kota Bandung in 2016. This research method is qualitative, case study design with in-depth interviews with 20 informants, 15 informants are children and 5 informants are child companion. The results of the study informants children gain knowledge about the physiology of reproductive health only know the extent of organ generally not the reproductive organs. Informant knowledge about sexual relationships is the relationship of male and female, his knowledge of risky sexual behaviors that provide for the couple. Informant knowledge about fertility and pregnancy risk is associated with the period of pregnancy, but pregnancy can not occur if only happened once sex. While knowledge about contraceptives include ignorance of their male contraception. The knowledge of both unintended pregnancy and abortion is something that often happens in their environment. Knowledge of sexually transmitted infections is only one type of STI is known that the Lion King which known as "kapatil". While knowledge of HIV / AIDS is a terrible disease that is transmitted through the nose, mouth and prevention should stay away from people living with HIV. Sources of information about reproductive health mostly obtained from peers."
2016
S63278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Juliandari
"

Coronavirus Disease (COVID-19) merupakan penyakit pernafasan dengan tingkat penyebaran tinggi yang dapat menular dari orang ke orang. COVID-19 menginfeksi lebih dari 121.000 orang di dunia dan telah dinyatakan sebagai pandemi. Mesipun telah cukup lama dinyatakan sebagai pandemi namun pemahaman terkait COVID-19 di masyarakat masih belum menyeluruh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, persepsi, dan perilaku masyarakat pada pandemi COVID-19 di Kota Depok tahun 2020. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini diikuti oleh 226 responden, dengan proporsi responden perempuan 69,9% dan laki-laki 30,1%. Hasil penelitian menunjukan proporsi pengetahuan responden yang baik 89,4%, proporsi persepsi positif 89,4%, dan proporsi perilaku kebersihan diri yang baik 69%. Analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan (p=0,05, OR=4,797) dan dengan perilaku kebersihan diri (p=0,000, OR= 5,174). Terdapat hubungan usia dewasa dengan perilaku kebersihan diri (p=0,001, OR=3,750) dan jenis kelamin dengan perilaku kebersihan diri (p=0,015, OR=2,194).


Coronavirus Disease (COVID-19) is a respiratory disease with a high spread rate that can be transmitted from person to person. COVID-19 infected more than 121,000 people in the world and has been declared a pandemic. Even though it has long been declared a pandemic, knowledge and perception of COVID-19 in the community is still not comprehensive. This study aims to determine the factors associated with community knowledge, perceptions and personal hygiene behavior in the COVID-19 pandemic in Depok City in 2020. The design of this study is cross-sectional. Among 226 subjects recruited for the study, 69.9% were female and 30.1% were male. The results showed a good proportion of respondents knowledge 89.4%, a proportion of positive respondents perceptions 89.4%, and a proportion of good respondents personal hygiene behavior 69%. Bivariate analysis shows there is a relationship between education and knowledge (p= 0.05, OR =4.797) and with personal hygiene behavior (p =0,000, OR =5.174). Thereis was significant between adult group and personal hygiene behavior (p =0.001, OR = 3.750) and the gender with personal hygiene behavior (p =0.015, OR =2.194).

 

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>