Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166242 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alifah Nur Meiliana
"Topik kesejahteraan pada guru menjadi pembahasan yang terus bergulir dari tahun ke tahun. Hingga saat ini, guru masih dianggap sebagai salah satu profesi dengan tingkat stres yang cukup tinggi, tak terkecuali guru di sekolah dasar yang tugasnya lebih menantang dibandingkan guru di jenjang pendidikan lain. Padahal, stres pada guru dapat memengaruhi berbagai aspek, bukan hanya terhadap proses belajar siswa, melainkan juga pemenuhan kebutuhan personal guru itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memiliki teacher subjective well-being yang baik. Salah satu faktor yang diduga dapat memengaruhi teacher subjective well-being adalah self-compassion. Penelitian ini hadir untuk mengeksplorasi hubungan antara self-compassion dan teacher subjective well-being pada guru sekolah dasar dengan menggunakan Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) dan Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Melalui 224 partisipan yang mengikuti penelitian ini, ditemukan korelasi positif yang signifikan antara self-compassion dengan teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). Dalam hal ini, komponen-komponen positif dalam self-compassion mampu membantu guru sekolah dasar memaknai perannya lebih dalam sehingga teacher subjective well-being pada guru meningkat.

The topic of teacher well-being is commonly discussed over time. Up to this day, teacher is still mainly named as one of the most stressful job, not to mention elementary school teachers whose demands are more challenging than other secondary teachers. This topic is appealing since teacher’s stress influences some aspects, not only student’s learning process, but also teacher’s journey on personal growth. Therefore, it is important for teacher to maintain a good level of teacher subjective well-being. One of the factors expected to be affecting teacher subjective well-being is self-compassion. This study aimed to explore the correlation between self-compassion and teacher subjective well-being among elementary school teachers using Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ; Renshaw et al., 2015) and Self-Compassion Scale (SCS-LF; Neff, 2003a). Through the participation of 224 elementary school teachers, a positive, significant correlation is found between self-compassion and teacher subjective well-being (r = 0,389, p < 0,01). In this case, the positive components of self-compassion can help elementary school teachers grasp the meaning of their own role, thus increasing their teacher subjective well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Afiifah
"Penelitian sebelumnya menunjukkan growth mindset merupakan karakteristik yang esensial untuk dimiliki guru agar dapat membantunya menjadi seorang guru pembelajar seumur hidup, yang berorientasi kepada murid, dan mampu menumbuhkan budaya pembelajaran. Lebih lanjut, penelitian sebelumnya menunjukkan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dengan growth mindset juga ditemukan pada seseorang yang menerapkan self compassion. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji hubungan antara self compassion dan growth mindset pada guru sekolah dasar. Partisipan penelitian merupakan guru sekolah dasar (N = 236) yang berasal dari 13 provinsi di Indonesia. Alat ukur yang digunakan adalah Self Compassion Scale dan General Implicit Theories of Intelligence Scale. Analisis korelasi Spearman menunjukkan self compassion dan growth mindset berkorelasi positif. Hasil penelitian juga menunjukkan seluruh dimensi self compassion berkorelasi signifikan dengan growth mindset. Temuan penelitian mengindikasikan self compassion dan growth mindset merupakan karakteristik yang saling menunjang dan dapat bermanfaat bagi guru dalam menjalankan perannya. Limitasi penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya juga didiskusikan.

Past studies have shown that growth mindset is an essential characteristic for teachers in order to drive them to be a lifelong learner, who focuses on students, and be able to foster a learning culture. Furthermore, past studies suggest that characteristics possessed by someone with a growth mindset are also found in someone who applies self compassion. The purpose of this study was to examine the correlation of self compassion and growth mindset among elementary school teachers. The participants consisted of 236 elementary school teachers from 13 provinces in Indonesia. The instruments used in the current study were the Self Compassion Scale (SCS), and the General Implicit Theories of Intelligence Scale General ITIS. A Spearman correlation analysis revealed selfcompassion has a positive relationship with growth mindset. Results also revealed that all dimensions of selfcompassion and growth mindset were significantly correlated. Findings indicated that self compassion and growth mindset might mutually be beneficial for teachers in doing their roles. Limitations and recommendations for future research are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bewizta Maurilla Hasyyati
"Guru sekolah inklusif lebih rentan mengalami stres terkait pekerjaan, yang dapat menyebabkan kelelahan pada guru. Kelelahan tidak hanya berdampak negatif pada kinerja guru, tetapi juga prestasi akademik dan sosial siswa. Studi populasi lain menganjurkan welas asih untuk mencegah kelelahan. Studi ini menguji korelasi antara welas asih dan kelelahan pada guru sekolah dasar (SD) inklusif menggunakan Skala Welas Asih (SCS; Neff, 2003) dan Survei Maslach Burnout Inventory-Educators (MBI-ES; Maslach, Jackson, & Leiter, 1996). ). Pesertanya adalah guru kelas dan guru pendamping khusus (N = 170) di sekolah dasar inklusi di Jakarta Selatan, Bogor, Depok, dan Cimahi. Sesuai dengan hipotesis, skor belas kasihan diri memiliki hubungan yang signifikan dengan dimensi burnout yaitu hubungan negatif dengan kelelahan emosional dan depersonalisasi, serta hubungan positif dengan prestasi pribadi. Hasil penelitian ini didukung oleh hubungan antara dimensi welas asih dengan dimensi burnout. Temuan menunjukkan bahwa belas kasihan dapat melindungi diri dari kelelahan pada guru sekolah dasar inklusif. Batasan penelitian ini dan saran untuk penelitian selanjutnya dibahas lebih lanjut.

Inclusive school teachers are more prone to experience work-related stress, which can lead to teacher fatigue. Fatigue not only negatively impacts teacher performance, but also student academic and social performance. Another population study advocates compassion for preventing fatigue. This study examined the correlation between compassion and fatigue in inclusive primary (SD) teachers using the Compassion Scale (SCS; Neff, 2003) and the Maslach Burnout Inventory-Educators Survey (MBI-ES; Maslach, Jackson, & Leiter, 1996). ). The participants were classroom teachers and special companion teachers (N = 170) in inclusive elementary schools in South Jakarta, Bogor, Depok, and Cimahi. In accordance with the hypothesis, self-compassion scores have a significant relationship with the burnout dimension, namely a negative relationship with emotional exhaustion and depersonalization, and a positive relationship with personal achievement. The results of this study are supported by the relationship between the compassionate dimension and the burnout dimension. The findings suggest that compassion can protect against burnout in inclusive primary school teachers. The limitations of this study and suggestions for future research are discussed further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isyah Rodhiyah
"Guru di sekolah inklusif menghadapi berbagai tantangan. Tantangan tersebut antara lain adaptasi kurikulum, pembelajaran siswa berkebutuhan khusus dan siswa reguler di kelas yang sama, perilaku siswa berkebutuhan khusus yang kurang tepat, dan persepsi rendahnya kompetensi guru menangani siswa berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, diperlukan harapan agar guru dapat berperan penting dalam pendidikan inklusif meski menghadapi berbagai kendala. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara welas asih dan harapan pada guru sekolah inklusif. Partisipan penelitian adalah 162 guru sekolah dasar inklusif. Adult Hope Scale (AHS) dan Self-Compassion Scale (SCS) digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara cinta diri dengan harapan. Hubungan ini dapat terjadi karena dukungan batiniah, rasa percaya diri, sikap diri yang positif, dan meningkatnya persepsi kompetensi yang ditimbulkan oleh rasa welas asih memudahkan individu untuk memiliki harapan yang lebih baik.

Teachers in inclusive schools face various challenges. The challenges include curriculum adaptation, learning of students with special needs and regular students in the same class, behavior of students with special needs that are not suitable, and perceptions of the teacher's low competence to deal with students with special needs. Therefore, hope is needed by teachers to play an important role in inclusive education, despite their facing various obstacles. This research aimed to identify a relationship between self-compassion and hope among inclusive school teachers. Research participants were 162 elementary inclusive schools. Adult Hope Scale (AHS) and the Self-Compassion Scale (SCS) were used as an instrument in this research. The research showed that there was a significant positive relationship between self-compassion and hope. This relationship can occur because of inner support, self-confidence, positive self-attitude, and increased perceptions of competency generated by self-compassion someone has a better hope."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Utama Pramasta
"ABSTRAK
Terdapat pengaruh dari hubungan yang terjalin dari guru dengan siswanya terhadap bagaimana seorang guru mempersepsikan dirinya berkaitan dengan fungsi kesuksesan dan kesehatannya dalam pekerjaannya di sekolah atau biasa disebut dengan teacher well-being. Namun dalam pengaruh tersebut terdapat kaitan yang menarik dengan jenis kelamin guru pada jenjang sekolah menengah. Untuk itu peneliti ingin untuk melihat apakah jenis kelamin guru memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being pada guru sekolah menengah. Alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Teacher Subjective Well-being Questionnaire (TSWQ) dan Student-Teacher Relationship Scale (STRS). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 284 guru sekolah menengah yang terdiri dari guru laki laki dan perempuan. Hasil analisis statistik menggunakan macro PROCESS menyatakan hasil bahwa jenis kelamin memoderasi pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being (b3 = -0,272; t = -2,055; p = 0,041 [-0,533; -0,012]). Dengan demikian jenis kelamin pada guru memperkuat atau memperlemah pengaruh dari hubungan guru-siswa terhadap teacher well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Erlida
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara teacher autonomy dan teacher engagement pada guru sekolah dasar. Teacher autonomy yang diukur meliputi pemilihan aktivitas dan kelengkapan pengajaran, peraturan atau standar-standar dalam kelas, perencanaan (termasuk urutan/rangkaian) instruksional, dan pengambilan keputusan atau pembuatan kebijakan melalui 18 item Teaching Autonomy Scale (TAS). Teacher engagement yang diukur meliputi dimensi kognitif, dimensi emosional, dimensi sosial kepada siswa, dan dan dimensi sosial kepada rekan guru menggunakan 16 item Engaged Teacher Scale (ETS). Partisipan penelitian ini adalah 84 orang guru sekolah dasar negeri di Jakarta. Berdasarkan teknik analisis korelasi Pearson Product Moment, tidak ditemukan hubungan positif yang signifikan antara teacher autonomy dan teacher engagement

This study conducted to investigate the correlation between teacher autonomy and teacher engagement in elementary school teachers. Teacher autonomy consists of the selection of activities and teaching materials, regulations or standards in the classroom, instructional planning (including order/sequence), and decision-making or policy-making which measured by 18 items of Teaching Autonomy Scale (TAS). Teacher engagement was measured by 16 items Engaged Teacher Scale (ETS) which consist of four dimensions, that is cognitive engagement, emotional engagement, social engagement: students, and social engagement: colleagues. Participants of this study were 84 public elementary schools teachers in Jakarta. Based on Pearson Product Moment analysis, no significant positive correlation was found between teacher autonomy and teacher engagement"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64904
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aghnia Nur Hamidah
"Kreativitas menjadi salah satu kemampuan yang paling dibutuhkan di masa depan. Oleh karena itu, kreativitas harus dikembangkan sedini mungkin agar dapat memaksimalkan potensi individu. Guru merupakan salah satu tokoh penting dalam mengembangkan kreativitas anak. Sebagai salah satu tokoh penting, guru perlu didukung oleh sekolah dalam mendorong kreativitas anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perceived school support dan creativity fostering teacher behavior pada guru sekolah dasar inklusif. Sebanyak 143 guru sekolah dasar inklusif dari 6 provinsi di Jawa, Bali, dan Sumatera menjadi partisipan penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah CFTIndex oleh Soh (2000) dan PSSIE oleh Ahmmed (2013). Mayoritas partisipan adalah perempuan (N=126) dengan rentang usia 18-65 tahun (M = 38.71). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perceived school support dan creativity fostering teacher behavior pada guru sekolah dasar inklusif. Hal ini menunjukkan bahwa apabila persepsi dukungan sekolah yang dimiliki guru meningkat, maka perilaku guru dalam mendorong kreativitas siswa cenderung meningkat. Implikasi dari penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman dan kesadaran guru mengenai perceived school support dan creativity fostering teacher behavior.

Creativity is one of the skills most needed in the future. Therefore, creativity must be developed as early as possible to maximize individual potential. The teacher is one of the important figures in developing children's creativity. As one of the important figures, teachers need to be supported by schools in encouraging children's creativity. This study analyzed the relationship between perceived school support and creativity fostering teacher behavior in inclusive elementary school teachers. A total of 143 inclusive primary school teachers from 6 provinces in Java, Bali and Sumatra became research participants. The measuring instruments used in this study were CFTIndex by Soh (2000) and PSSIE by Ahmmed (2013). Most participants were women (N=126) with an age range of 18-65 years (M = 38.71). The results of the Spearman correlation analysis showed that there is a significant positive relationship between perceived school support and creativity fostering teacher behavior in inclusive elementary school teachers. This reflects a notion that if the teacher's perception of school support in inclusive education increases, the teacher's behavior in encouraging student creativity tends to increase. The implication of this research is to increase teacher understanding and awareness regarding perceived school support and creativity fostering teacher behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Irsyad Farhah
"Hubungan yang baik antara guru dengan siswanya dapat mempengaruhi well-being pada guru. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat peran moderasi dari pengalaman guru mengajar pada hubungan kedekatan guru dengan siswanya terhadap well-being guru. Hubungan kedekatan guru-siswadiukur dengan menggunakan Student-Teacher Relationship Scale (STRS) milik Aldrup (2018), sedangkan well-being guru diukur dengan alat ukur Teacher Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) milik (Renshaw et al., 2015). Responden dalam penelitian ini berjumlah 289 orang yang merupakan guru pada jenjang sekolah menengah (SMP,SMA/Sederajat). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat peran dari pengalaman guru mengajar dalam memperlemah atau memperkuat hubungan kedekatan guru-siswaterhadap well-being guru. Namun, hasil uji korelasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara hubungan kedekatan guru-siswa dan well-being guru.

A good relationship between teachers and students can influence the well-being of teachers. This study was conducted to determine whether there is a moderating role of the teaching experience of the teacher in the relationship between the teacher and his students towards the teacher's well-being. The teacher-student closeness relationship was measured using Aldrup's (2018) Student-Teacher Relationship Scale (STRS), while the teachers well-being was measured by the teacher's Subjective Well-Being Questionnaire (TSWQ) measuring instrument (Renshaw et al., 2015). Respondents in this study totaled 289 people who were teachers at the secondary school level (junior high school, high school / equivalent). The analysis technique used is simple regression analysis. The results of hypothesis testing in this study indicate that there is no role of the teaching experience of teachers in weakening or strengthening the close relationship between teacher-student and teacher well-being. However, the results of the correlation test in this study indicate that there is a positive relationship between the teacher-student closeness relationship and the teachers well-being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johana Retno Widiantari
"Kreativitas merupakan kemampuan penting yang dapat membantu individu dalam menjalani aktivitas sehari - hari. Dengan begitu, kemampuan ini perlu dikembangkan sedini mungkin. Pada setting pendidikan, guru merupakan individu yang memiliki peran dalam mengembangkan kemampuan kreativitas. Agar guru maksimal dalam menjalankan peran tersebut, diperlukan kesejahteraan dalam dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara teacher subjective well-being dan creativity fostering teacher behavior dengan guru sekolah dasar inklusif sebanyak 142 individu menjadi partisipan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi CFTIndex oleh Kurniawati dkk. (2022) dan adaptasi TSWQ oleh Saleh dkk. (nd). Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa ditemukan hubungan positif yang signifikan antara teacher subjective well-being dengan creativity fostering teacher behavior pada guru sekolah dasar inklusif (rs 0.363, p<0,01). Hal tersebut berarti jika teacher subjective well-being yang dialami guru meningkat, maka akan semakin baik creativity fostering teacher behavior yang dilakukan guru. Implikasi hasil penelitian ini adalah memberikan wawasan dan kesadaran bagi pihak guru, sekolah, dan pemerintah akan pentingnya teacher subjective well-being saat guru melakukan creativity fostering teacher behavior.

Creativity is an important ability that can help individuals in carrying out their daily activities. Thus, this ability needs to be developed as early as possible. In the education setting, teachers are individuals who have a role in developing creativity abilities. In order for the teacher to carry out this role, well-being is needed in them. This study aims to look at the relationship between teacher subjective well-being and creativity fostering teacher behavior with inclusive elementary school teachers as many as 142 individuals participating. The measuring tool used in this study is the adaptation of the CFTIndex by Kurniawati et al. (2022) and the TSWQ adaptation by Saleh et al. (n.d.). The results of the correlation analysis showed that there was a significant positive relationship between teacher subjective well-being with creativity fostering teacher behavior in inclusive primary school teachers (rs 0.363, p<0.01). It means if teacher subjective well-being experienced by the teacher increases, the better creativity fostering teacher behavior that the teacher does. The implication of the results of this research is to provide insight and awareness for teachers, schools, and the government of the importance of teacher subjective well-being when the teacher does creativity fostering teacher behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>