Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
"Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar.

Dynamics of coastal areas can be observed by observing the parameters in the form of shoreline changes both due to abrasion and accretion. Karawang Regency, which is located in West Java Province, is a regency that borders the Java Sea directly, so that along the northern coast of Karawang Regency it becomes vulnerable to the phenomenon of coastline changes. Abrasion that occurred has resulted in the loss of land area such as settlements and resident pond which harm local residents. Just like abrasion, accretion can also be detrimental to the surrounding community because of the consequence that it causes siltation of river estuaries which hampers ship and boat traffic. Three important oceanographic factors that influence changes in shoreline are currents, waves, and tides. In addition, coastal topography and land use factors are also considered. An analysis of the presence or absence of coastal topographical effects on abrasion and accretion is carried out, as well as how the influence of land use on shoreline changes. By modeling predictions of shoreline changes that will occur in the future, preventive steps can be taken to prevent negative impacts that can harm local residents of this phenomenon. The prediction model for shoreline change is obtained from information on the rate of change in each line of transects that are scattered along the coastline of Karawang Regency. The rate of change was obtained from the shoreline change data processed by extracting Landsat 8 OLI/TIRS satellite images year 2018, Landsat 7 ETM + year 2008, and Landsat 5 TM year 1998. The shoreline change analysis was assessed in a per segment approach. In perceiving the relationship between coastal topography and abrasion and accretion, simple linear regression analysis was used. The results show that the sloping topography of the beach tends to accretion. Conversely, abrasion is occur easier in regions with steeper coastal topography. For land use, the conversion of land into settlements and ponds will accelerate the abrasion process. While the mangrove ecosystem supports the occurrence of accretion phenomena. The abrasion model is predicted to occur most in the central part of Karawang Regency. While for accretion, the easternmost part of Karawang Regency is predicted to be the region with the largest accretion area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danu Dwi Reinaldi
"Pesisir Utara Kabupaten Brebes merupakan daerah yang rawan terhadap terjadinya tinggi gelombang dan pasang surut air laut. Eksosistem mangrove yang merupakan bagian dari ekosistem pesisir memiliki peranan penting dalam mengurangi kerusakan akibat gelombang air laut. Di samping dapat mengurangi terjadinya abrasi, sistem perakaran mangrove dapat menahan laju sedimentasi sehingga akan memperluas garis pantai atau akresi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekosistem mangrove terhadap perubahan garis pantai yang berupa abrasi dan akresi dalam kurun waktu dari tahun 2003 hingga 2023. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan Remote Sensing dan teknologi GIS. Pengumpulan data menggunakan citra satelit Landsat 7 ETM+ Tahun 2003 dan 2013, Landsat 8 OLI/TRS 2023. Pengolahan data spasial menggunakan google earth engine, software ArcGIS 10.3. Data perubahan ekosistem mangrove diperoleh dengan menggunakan metode NDVI. Teknologi GIS digunakan untuk analisis data laju perubahan garis pantai secara spasial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tahun 2003 hingga 2023, ekosistem mangrove mengalami perubahan setiap periodenya. Ekosistem mangrove di sepanjang pesisir utara Kabupaten Brebes mengalami penurunan dari tahun 2003 hingga 2013 akibat gelombang besar tahun 2008, namun kembali mengalami kenaikan pada tahun 2023. Perubahan ini tentunya juga mempengaruhi terjadinya perubahan garis pantai. Secara spasial penelitian ini menunjukkan luas mangrove berbanding lurus dengan perubahan luas abrasi dan akresi.

The North Coast of Brebes Regency is an area that is prone to high waves and tides. Mangrove ecosystems, which are part of the coastal ecosystem, have an important role in reducing damage caused by seawater waves. In addition to reducing the occurrence of abrasion, the mangrove root system can withstand the rate of sedimentation. So that it will expand the coastline or accretion. The purpose of this study is to determine the influence of mangrove ecosystems on changes in coastlines in the form of abrasion and accretion in the period from 2003 to 2023. The method used in this study is by utilizing Remote Sensing and GIS technology. Data collection uses Landsat 7 ETM+ satellite imagery in 2003 and 2013, Landsat 8 OLI/TRS 2023. Spatial data processing using google earth engine, ArcGIS 10.3 software. Data on changes in mangrove ecosystems were obtained using the NDVI method. GIS technology is used to analyze data on the rate of change of coastline spatially. The results of this study show that from 2003 to 2023, the mangrove ecosystem has always undergone changes every period. The mangrove ecosystem along the northern coast of Brebes Regency declined from 2003 to 2013 due to the large wave in 2008, but increased again in 2023. This change of course also affects the change of coastline. Spatially, this study shows that the area of mangroves is directly proportional to the change in abrasion and accretion area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Nandaniko
"ABSTRAK
Kedinamisan wilayah pesisir dapat diamati dengan mengamati parameter berupa perubahan garis pantai baik akibat abrasi maupun akresi. Kabupaten Karawang yang terletak di Provinsi Jawa Barat merupakan kabupaten yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa sehingga menyebabkan di sepanjang pesisir utara Kabupaten Karawang menjadi rentan akan fenomena perubahan garis pantai. Abrasi yang terjadi telah mengakibatkan hilangnya wilayah daratan seperti permukiman serta tambak penduduk yang merugikan warga setempat. Sama seperti abrasi, akresi juga dapat merugikan masyarakat sekitar karena akibatnya yang menimbulkan pendangkalan muara sungai sehingga menghambat lalu lintas kapal dan perahu. Tiga faktor oseanografis penting yang mempengaruhi perubahan garis pantai adalah arus, gelombang, dan pasang surut. Selain itu, faktor topografi pantai dan penggunaan lahan juga turut dipertimbangkan. Dilakukan analisis mengenai ada atau tidak terdapatnya pengaruh topografi pantai terhadap abrasi dan akresi yang terjadi, serta bagaimana pengaruh penggunaan lahan terhadap perubahan garis pantai. Dengan memodelkan prediksi perubahan garis pantai yang akan terjadi di masa depan, langkah preventif dapat dilakukan guna mencegah dampak negatif yang merugikan warga setempat dari fenomena ini. Model prediksi perubahan garis pantai didapatkan dari informasi laju perubahan di setiap garis transek yang tersebar di sepanjang garis pantai Kabupaten Karawang. Laju perubahan didapatkan dari data perubahan garis pantai yang diolah dengan mengekstraksi citra satelit Landsat 8 OLI/TIRS tahun 2018, Landsat 7 ETM+ tahun 2008, dan Landsat 5 TM tahun 1998. Analisis perubahan garis pantai dikaji dalam pendekatan per segmen. Dalam melihat hubungan antara topografi pantai dengan abrasi dan akresi, digunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil menunjukkan bahwa topografi pantai yang landai cenderung terjadi akresi. Sebaliknya, abrasi lebih mudah terjadi di wilayah dengan topografi pantai yang lebih curam. Untuk penggunaan lahan, adanya alih fungsi lahan menjadi permukiman dan tambak akan mempercepat proses abrasi. Sedangkan ekosistem mangrove mendukung terjadinya fenomena akresi. Model prediksi abrasi diprediksi terjadi paling besar di bagian tengah Kabupaten Karawang. Sedangkan untuk akresi, bagian paling Timur Kabupaten Karawang diprediksi menjadi wilayah dengan luasan akresi terbesar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"After completion of the shore protection works, the structural and the sand fill components are susceptible to damage. Therefore, continuing monitoring needs to be programmed comprehensively. Operational monitoring consists of periodic inspection and measurement performed to obtain information necessary to make an updated assessment of the project state on a periodic basis. Periodic inspection includes visual survey, terrestrial photograph, and walking inspection, while measurement includes shoreline and cross-section of structures. Based on the result of the data analysis of Sanur beach year 2004-2006, the shoreline suffers deterioration and loss of beach fill from the condition before the handing over of the project compared to the monitoring result on September 2006. The average loss of beach fill is 15.52% (49.747 m3) compared to year 2004 (before handing over the project). The greatest shoreline recession happened at area L84-G32 with the rate of 8.65 m from shoreline when the project was finished (2004). The recession is estimated due to an offshore transport of material beach fill because of the presence of a trough in front of the coastal structure. Entirely, the rate of shoreline recession at Sanur beach reaches 1.28 m per year."
551 BKMIKPK 1:1 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuartri Puspita Arum
"ABSTRAK
Kabupaten Karawang merupakan salah satu kabupaten di Indonesa yang memiliki wilayah pesisir terpanjang, dengan panjang sebesar 76,42 Km dan luas wilayah pesisir sekitar 1.168,85 km2. Proses dominan yang terjadi di pesisir Kabupaten Karawang adalah abrasi dan garis pantai  mundur antara 50-300 meter ke arah.  Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besar perubahan garis pantai yang terjadi di Kabupaten Karawang menggunakan citra Landsat  multi-waktu dengan pendekatan pasang-surut. Hasilnya Perubahan garis pantai lebih dinamis ketika periode 1999-2009 dengan luas abrasi sebesar 8611954m2 dan akresi sebesar 5471645m2. Hal ini dikarenakan pada periode tersebut berada pada dua jenis pasang surut yang berbeda, dimana pada tahun 1999 terjadi mixed-semidiurnal (Condong Ganda),  sedangkan untuk tahun 2009 pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal). Kemudian untuk periode 2009-2019 berada pada jenis pasut yang sama yaitu pasut jenis mixed-diurnal (Condong Tunggal) yang menyebabkan garis pantai terdeteksi mengalami sedikit perubahan.  Masing-masing segmen mengalami perubahan garis yang berbeda-beda pada tiap periode penelitian karena adanya variasi kemiringan, tutupan lahan dan morfologi muara sungai.

ABSTRACT
Karawang Regency is one of the districts in Indonesia which has the longest coastal area, with a length of 76.42 km and an area of around 1,168.85 km2 of coast. The dominant process that occurs on the coast of Karawang Regency is abrasion and the coastline retreating between 50-300 meters in a direction. The purpose of this study was to determine the extent of shoreline changes that occurred in Karawang Regency using multi-time Landsat imagery with a tidal approach. The result Changes in the shoreline were more dynamic during the period 1999-2009 with an abrasion area of 8611954m2 and an accretion of 5471645m2. This is because during that period there were two different types of tides, where in 1999 there was a mixed-semidiurnal (Double Leaning), while in 2009 the tide was mixed-diurnal (Leaning Tunggal). Then for the period 2009-2019 there was the same type of tide, namely the mixed-diurnal type tide (Leaning Tunggal) which caused the detected coastline to experience slight changes. Each segment experienced different line changes in each study period due to variations in slope, land cover and river estuary morphology."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Fikri Ihsan
"Wilayah Pesisir di Kabupaten Karawang memiliki garis pantai yang panjang dari barat hingga ke timur. Panjang garis pantai karawang yang membentang dari barat hingga timur berhadapan langsung dengan laut jawa. Hal ini menjadikan garis pantai di Kabupaten Karawang rentan terhadap perubahan garis pantai baik karena proses abrasi atau karena proses akresi. Abrasi dan akresi merupakan fenomena alam yang pasti terjadi pada pantai, tetapi kejadian dapat dipercepat dengan faktor aktifitas manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan garis pantai yang terjadi akibat proses abrasi dan proses akresi terhadap perubahan luas penutup lahan di wilayah pesisir Kabupaten Karawang. Penelitian ini menggunakan dua jenis citra, yaitu citra Landsat 7 ETM+ dan citra Landsat 8 OLI/TIRS dengan periode tahun 1998-2008 dan 2008-2018. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu Spatial Temporal dengan membandingkan luas perubahan garis pantai abrasi, akresi dan luas penutup lahan yang terjadi dalam dua periode tahun berbeda yaitu tahun 1998-2008 dan 2008-2018.

The coastline area in the Karawang district has a long shoreline that stretches from west to east. The length of the Karawang shoreline directly faces the java sea. This makes the shoreline in Karawang district susceptible to the shoreline changes either in the abrasion process or accretion process. Abrasion and accretion are natural phenomena that will occur from the shore, but this can be accelerated by human activities. The purpose of this research was to analyze the effect of shoreline changes that occur due to abrasion and accretion processes on changes in land cover in the coastline area of Karawang district. This research used two types of images, Landsat 7 ETM+ and Landsat 8 OLI/TIRS. The method of this research was using Spatial-Temporal by comparing the area of shoreline changes in abrasion, accretion, and land cover area which occurred in two different periods of time which was in 1998-2008 and 2008-2018."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Wheni Setijawati
"
Abstrak
Indonesias sea territory is particularly important in uniting the country, as the sea is a medium for interconnectivity; a medium for national integrity; a medium for resources; a medium for diplomacy; and a medium for national defense and security. This paper will focus on the seas significance to Indonesias national unity in its role as a medium for interconnecting the countrys many islands, and the implications thereof to Indonesias national security and defense. This paper will within this context discuss in particular the reclamation of Jakartas north coast. This research applies a normative empirical methodology, and intends to provide a scientific basis for the argument that as Jakartas coastline is crucial in terms of national defense and security matters, the coastline should therefore be managed by a state agency and remain publicly accessible."
Depok: Badan Penerbit FHUI, 2017
340 JHP 47:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fenita Indrasari
"Sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang, Indonesia juga memiliki penduduk yang mayoritas tinggal di wilayah pesisir. Secara tradisional, komunitas yang tinggal di wilayah pesisir mengandalkan sumber daya laut sebagai mata pencaharian. Beberapa bahkan memiliki kearifan budaya yang menentukan bagian pesisir mana yang boleh ataupun terlarang untuk dibangun. Batasan tersebut menjaga komunitas dari bencana yang mungkin terjadi. Sayangnya, banyak masyarakat pesisir tidak memiliki kearifan tersebut. Padahal dengan beragamnya ancaman yang ada, mulai dari banjir rob, abrasi, tsunami, land subsidence, sea level rise, sampai dengan gempa bumi, setiap ancaman memerlukan perhatian khusus pada fase perencanaan dan perancangan yang mungkin berimplikasi pada respon yang kontradiktif antara ancaman satu dengan lainnya. Untuk menciptakan perumahan pesisir yang aman dan komunitas yang tangguh, artikel ini mencoba untuk memaparkan kompleksitas dari perencanaan dan perancangan untuk perumahan pesisir dari dua kasus di Indonesia. Artikel ini mencakup desk study dan kajian umum dari ancaman pesisir, upaya mitigasi dan adaptasi yang perlu dilakukan oleh komunitas, dan bagaimana intervensi tersebut mempengaruhi budaya dan mata pencaharian. Hasilnya, perlu diketahui bahwa ancaman multi-bahaya mengancam wilayah pesisir sehingga perencanaan dan perancangan perlu merespon dengan kehati-hatian, mulai dari pemilihan site, analisis site sampai dengan detail desain."
Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pekerjaan Umum , 2022
690 MBA 57:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
David Rio Christiawan
"Lahan adalah sumber daya yang sangat penting dan utama pada sektor pertanian bagi petani dan bagi pembangunan pertanian. Kecamatan Jatisari berstatus sebagai kawasan pertanian tanaman pangan menurut Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karawang Tahun 2011-2031. Tingginya pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan akan lahan permukiman semakin tinggi ditambah terdapat jalur arteri yang melintasi wilayah Kecamatan Jatisari yang menyebabkan semakin tinggi potensi perubahan penggunaan dan/atau tutupan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan tutupan lahan sawah pada tahun 1999, 2011, dan 2023 serta memprediksi perubahan tutupan lahan sawah pada tahun 2031 yang kemudian akan dianalisis dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karawang yang berakhir pada tahun 2031 dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Wilayah Kecamatan Jatisari. Model spasial dihasilkan dengan metode Celullar Automata-Markov Chain yang dibangun berdasarkan perubahan tutupan lahan tahun 1999, 2011, dan 2023 serta faktor pendorong (driving factors) berupa jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari permukiman, jarak dari POI (Point of Interest). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spasial terjadi perubahan tutupan lahan pertanian sawah yang sebagian besar menjadi tutupan lahan permukiman dan terjadi di bagian tengah yang disebabkan oleh adanya jalan arteri, jalan kolektor, maupun jalan lokal. Hasil  prediksi tutupan lahan  pertanian sawah tahun 2031 juga menunjukkan bahwa tutupan lahan sawah mengalami perubahan yang sebagian besar menjadi tutupan lahan permukiman dan terdapat di bagian tengah wilayah Kecamatan Jatisari dimana permukiman berkembang oleh karena jalan arteri, jalan kolektor, maupun jalan lokal. Peta RTRW memiliki tutupan lahan permukiman yang lebih luas dibanding peta prediksi tutupan lahan tahun 2031. Luasan LP2B lebih kecil dibanding lahan sawah keseluruhan ada peta prediksi tutupan lahan tahun 2031. Secara keseluruhan, peta prediksi tutupan lahan sawah pada tahun 2031 dapat menjadi saran bagi Pemerintah Kabupaten Karawang dimana lahan sawah yang ada dan lahan sawah berkelanjutan harus tetap dipertahankan.

Land is a very important and main resource in the agricultural sector for farmers and for agricultural development. Jatisari Sub-district has the status of a food crop agricultural area according to the Karawang Regency Spatial Plan (RTRW) 2011-2031. The high population growth makes the need for residential land higher plus there is an arterial route that crosses the Jatisari District area which causes a higher potential for changes in land use and/or cover. This research aims to analyze the changes of paddy field land cover in 1999, 2011, and 2023 and predict the changes of paddy field land cover in 2031 which will then be analyzed with the Karawang Regency Spatial Plan which ends in 2031 and the Sustainable Food Agricultural Land of Jatisari District. The spatial model was generated using the Celullar Automata-Markov Chain method which was built based on land cover changes in 1999, 2011, and 2023 and driving factors such as distance from roads, distance from rivers, distance from settlements, distance from POI (Point of Interest). The results showed that spatially there was a change in the land cover of paddy fields, most of which became residential land cover and occurred in the central part caused by the presence of arterial roads, collector roads, and local roads. The results of the prediction of rice field agricultural land cover in 2031 also show that rice field land cover has changed mostly to residential land cover and is found in the central part of the Jatisari Sub-district area where settlements are developing due to arterial roads, collector roads, and local roads. The RTRW map has a wider settlement land cover than the 2031 land cover prediction map. The LP2B area is smaller than the total paddy fields in the 2031 land cover prediction map. Overall, the prediction map of paddy field land use in 2031 can be a suggestion for the Karawang Regency Government where existing paddy fields and sustainable paddy fields must be maintained."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Motota, Naufal Ammar
"Formasi Subang merupakan salah satu formasi dalam Cekungan Bogor (martodjojo, 1983). Menurut Assa (1980) Formasi Subang tersingkap di 3 daerah, yaitu Karawang, Purwakarta, dan Subang ketebelan dari Formasi Subang akan semakin menebal dengan arah pengendapan ke timur. Provenance menjadi fokus utama dalam penelitian kali ini, pengukuran ketebalan lapisan dan pengambilan sampe dengan ukuran hand specimen dilakukan untuk membantu penelitian. Analisis granulometri turut dilakukan untuk menentukan lingkungan pengendapan dan melakukan analisis butir. Namun, metode analisis utama yang digunakan adalah petrografi dengan komponen Q-F-L, Qp-Lv-Ls,dan Qm-F-L dipublikasikan oleh Dickinson & Suzcek (1979) dan Ingersoll & Suzcek (1979). Berdasarkan hasil analisis provenance utama daerah penelitian masuk ke dalam tipe magmatic arc menggunakan komponen Qp-Lv-Ls (Ingersoll & Suzcek, 1979), untuk sub-provenance masuk ke dalam undissected arc menggunakan komponen Q-F-L (Dickinson & Suzcek, 1979), dan dalam analisis provenance menggunakan komponen Qm-F-L (Dickinson & Suzcek, 1979) Qp-Lv-Ls (Ingersoll & Suzcek, 1979) didapatkan daerah penelitian masuk ke dalam tipe lithic recycled dan arc orogen. Tatanan tektonik yang sesuai dengan umur dan karakteristik batupasir daerah penelitian, yaitu Sunda arc (Jawa & Sumatera), Banda arc, Sulawesi, dan Halmahera. Namun, menggunakan analisis kualitatif arus purba merujuk Alam (2012) provenance daerah penelitian berasal dari Sunda arc (Jawa).

The Subang Formation is one of the formations within the Bogor Basin (Martodjojo, 1983). According to Assa (1980), the Subang Formation is exposed in three areas, namely Karawang, Purwakarta, and Subang. The thickness of the Subang Formation increases towards the east during deposition. Provenance is the main focus of this research, where thickness measurements of layers and collection of hand specimen-sized samples were conducted to aid the study. Granulometric analysis was also performed to determine the depositional environment and conduct grain analysis. However, the primary analytical method used was petrography with Q-F-L, Qp-Lv-Ls, and Qm-F-L components, as published by Dickinson & Suzcek (1979) and Ingersoll & Suzcek (1979). Based on the analysis results, the main provenance of the research area falls into the magmatic arc type using Qp-Lv-Ls components (Ingersoll & Suzcek, 1979), while the sub-provenance falls into the undissected arc type using Q-F-L components (Dickinson & Suzcek, 1979). In provenance analysis, the Qm-F-L (Dickinson & Suzcek, 1979) and Qp-Lv-Ls (Ingersoll & Suzcek, 1979) components indicate that the research area falls into lithic recycled and arc orogen types. The tectonic setting corresponds to the age and characteristics of the sandstone in the research area, which are the Sunda arc (Java & Sumatra), Banda arc, Sulawesi, and Halmahera. However, using qualitative analysis of ancient currents referring to Alam (2012), the provenance of the research area is believed to originate from the Sunda arc (Java)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>