Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayesha Putrika Setianto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi atas permasalahan yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Pertumbuhan ekonomi tidak berhubungan langsung dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Melainkan, peningkatan jumlah penduduk akan mengarah pada gaya hidup yang lebih tinggi. Namun, permasalahan pertumbuhan ekonomi pada negara-negara berkembang adalah ketidakmampuan untuk mengelola pembangunan di daerah tersebut yang berimbas pada penumpukan lahan dan jumlah lahan kosong yang terus menerus berkurang karena adanya perbedaan kelas-kelas sosial.
Berdasarkan permasalahan tersebut, saya berfokus untuk memahami preferensi seseorang untuk menerapkan konsep rumah tumbuh di Jakarta. untuk ketersediaan lahan dan juga masalah sosio-ekonomi dari berbagai kelas sosial di Jakarta. Salah satu solusi yang dapat diterapkan di Jakarta untuk mengatasi masalah tersebut adalah konsep rumah tumbuh. Dikenal dengan prosesnya, yang dibangun dalam beberapa tahap bergantung pada kebutuhan dan keadaan ekonomi pemiliknya, dapat menyelesaikan permasalahan terkait penumpukan lahan. Namun, yang terpenting ialah kesadaran atas ide untuk menerapkan rumah tumbuh. Latar belakang pemilihan tempat tinggal oleh warga Jakarta saat ini berdasar pada preferensi tempat tinggal dan pilihan-pilihan yang akan dibuat di masa depan terkait peraturan tinggal mereka dan bagaimana cara mengaplikasikan preferensi serta peraturan tersebut ke dalam konsep rumah tumbuh.

ABSTRACT
This writing aimed to find a way to solve one of the problems caused by economic growth in developing countries such as Indonesia. Economic growth not directly related to population growth. The increasing amount of population growth will lead to a higher standard of life itself. But the problem of economic growth in developing countries is the inability to manage the development in the area that causes the waste of land, and the amount of empty land keeps on decreasing time by time because of the diversity of social classes.
Based on that problem, I wanted to focus on solving the problems between the availability of land and also social and economical from all social classes in the capital city of Jakarta. One of the sustainable development applications that could be implied in Jakarta to improve those problems is incremental houses. Known with its process, which is built in stages according to the owner's needs and costs, could solve the problem regarding the waste of land. Still, before then, it has to begin with creating awareness about the ideas of applying the incremental house itself. The importance background of dwelling types chosen by Jakarta's citizens right now is based on their housing preferences and choices in the future and how to apply housing norms and preferences into the concept of incremental houses using a correct and suitable method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sondang, Irene Erisandy
"ABSTRAK
Efisiensi penggunaan lahan yang serba terbatas di perkotaan mendorong
timbulnya kebijakan membangun sistem hunian ke atas. Pembangunan rumah susun
dianggap sebagai pemecahan masalah perumahan yang tepat untuk Jakarta.
Banyak yang pro dan kontra sehubungan dengan pembangunan rumah susun.
Ada pendapat bahwa sehubungan dengan karakteristik fisik bangunan, pembangunan
tempat tinggal secara vertikal kurang mendukung hubungan sosial penghuninya maupun
aktivitas keluarga yang biasa dilakukan, menciptakan suasana tidak akrab, individualistis
dan sebagainya.
Di Indonesia, kehadiran rumah susun sebagai pemukiman baru menuntut adanya
sejumlah perubahan sosial budaya dari penghuninya. Perubahan pola hidup tidak begitu
saja tercipta, jadi mereka harus melakukan adaptasi dengan lingkungan baru mereka.
Masalah-masalah yang muncul sehubungan dengan tinggal di rumah susun bila
tidak segera diatasi akan menimbulkan keadaaan yang tidak menyenangkan atau
ketidaknyamanan bagi penghuninya, yang selanjutnya menyebabkan ketidakpuasan
terhadap tempat tinggalnya. Keadaan ini dapat membuat orang menjadi enggan tinggal di
rumah susun. Oleh sebab itu, dalam pembangunan rumah susun perlu diperhatikan
kepuasan warga penghuni rumah susun, agar orang senang tinggal di rumah susun dan
rumah susun menjadi lebih memasyarakat.
Kepuasan terhadap tempat tinggal dipengaruhi oleh adanya defisit normatif yang
muncul akibat adanya kesenjangan/perbedaan antara kondisi aktual (kenyataan) dari
tempat tinggal dengan norma yang berlaku mengenai tempat tinggal (kondisi yang
dianggap ideal). Sehubungan dengan faktor demografis dan sosial ekonomi keluarga
sebagai penghuni rumah susun, ada dugaan terdapat variasi psikologis dalam atau persepsi terhadap adanya defisit yang akan menghasilkan variasi pada kepuasan
terhadap tempat tinggal. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
masalah dari penelitian ini adalah bagaimana gambaran kepuasan terhadap tempat tinggal
pada penghuni rumah susun Kebon Kacang? Aspek manakah yang paling berpengaruh
terhadap kepuasan? Bagaimanakah pandangan penghuni rumah susun Kebon Kacang
mengenai suatu tempat tinggal yang ideal? Bagaimanakah persepsi penghuni rumah
susun Kebon Kacang mengenai kondisi aktual tempat tinggalnya? Bagaimanakah
pandangan penghuni rumah susun Kebon Kacang mengenai hal-hal yang dianggap
penting di rumah susun?
Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan yang Iebih
mendalam mengenai kepuasan terhadap tempat tinggal, khususnya rumah susun sebagai
tempat tinggal dan memberikan gambaran mengenai kepuasan terhadap tempat tinggal
dari para penghuni rumah susun.
Penelitian ini menggunakan disain penelitian survai deskriptif dengan ibu rumah
tangga sebagai unit analisanya. Penelitian ini mengambil Iokasi di rumah susun Kebon
Kacang Jakarta Pusat, dengan 80 orang responden yang diambil dengan teknik purposive
sampling.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa secara umum penghuni rumah susun
Kebon Kacang puas dengan tempat tinggalnya dengan golongan kepuasan sedang yang
mempunyai persentase terbesar di dalam sampel penelitian ini. Aspek lingkungan, aspek
space/ruang, dan aspek kualitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
penghuni rumah susun. Sedangkan aspek status kepemilikan dan aspek lain-lain bukan
merupakan penentu yang balk dalam pengaruhnya pda kepuasan terhadap tempat tinggal
di rumah susun. Secara umum dapat dikatakan bahwa perbedaan karakteristik demografi
dan sosial ekonomi tidak diikuti oleh perbedaan tingkat kepuasan.
Dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa aspek lingkungan adalah aspek
yang cukup dominan dalam menggambarkan rumah susun yang ideal, berikutnya aspek
space/ruang adalah aspek kedua yang cukup dominan mempunyai pengaruh terhadap
tingkat kepuasan. Sedangkan berdasarkan persepsi warga terhadap kondisi aktual tempat
tinggalnya secara umum sudah memenuhi pandangan normatif mengenai rumah susun
yang ideal meskipun dapat dikatakan kesesuaian itu tidak terlalu besar.
"
1998
S2522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Elnatan Suparmo
"Near Zero Energy House nZEH merupakan sebuah bangunan yang menghasilkan energi terbarukan yang cukup untuk memenuhi konsumsi energi tahunannya sendiri dengan berbagai persyaratan yang ada. Near Zero Energy House nZEH dapat mengurangi penggunaan energi tidak terbarukan listrik PLN pada sebuah bangunan. Rumah merupakan salah satu penyumbang penggunaan energi listrik nasional sebesar 29 Pengkajian Energi Universitas Indonesia, 2006. Konsep rumah hemat energi adalah rumah yang hanya menggunakan tenaga listrik saat benar-benar dibutuhkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel berbasis nZEH yang digunakan pada rumah klaster mewah di Jakarta dan analisis biaya hasil dari proses optimasi. Metode expert judgement diaplikasikan untuk mendaptkan opsi terbaik untuk dilanjutkan pada proses optimasi. Selanjutnya metode sequential search diaplikasikan pada saat proses optimasi melalui software BEopt.
Hasil optimasi setiap komponen pada bangunan rumah, meningkatkan penghematan energi listrik pada rumah tersebut. Hasil optimasi didapatkan dengan penerapan variabel nZEH pada suatu bangunan akan megakibatkan kenaikan biaya konstruksi sebesar 12,96. Namun penggunaan energi listrik pada rumah tersebut akan berkurang hingga 67,68 setiap tahun dan NPV dari life cycle cost pada rumah akan berkurang dari Rp.1.038.592.556,00 menjadi Rp.906.419.039,00 atau berkurang hingga 12,37.

Near Zero Energy House nZEH is a building that produces enough renewable energy to meet its own annual energy consumption with various requirements. Near Zero Energy House nZEH can reduce the use of non renewable energy PLN in a building. The house is one contributor to the use of national electrical energy by 29 Energy Assessment University of Indonesia, 2006. The concept of energy efficient home is a house that only uses electricity when absolutely necessary.
The purpose of this study was to find out the nZEH based variables used in luxury cluster homes in Jakarta and cost analysis of the results of the optimization process. The expert judgment method is applied to obtain the best option to proceed on the optimization process. Furthermore, sequential search method is applied during optimization process through BEopt software.
The optimization results of each component in the house building, increase the electrical energy savings in the house. Optimization results obtained by applying the nZEH variable in a building will result in a 12.96 increase in construction cost. However, the use of electrical energy in the house will decrease up to 67,68 every year and NPV from life cycle cost at home will decrease from Rp.1.038.592.556,00 to Rp.906.419.039,00 or decrease until 12,37.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Purbarini Soepardi
"Penelitian ini berfokus pada pola mobilitas yang dialami penghuni Rusunawa, seperti: tinggal dimana sebelum tinggal di rumah susun sewa, apakah memiliki rencana pindah dari rumah susun sewa atau cenderung menetap, kemana rencana tujuan pindahnya, faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan penghuni rumah susun sewa untuk melakukan mobilitas tempat tinggal ditinjau dari aspek demografi, sosial ekonomi, lokasi, fisik bangunan, pengelolaan serta perbedaan karakteristik antara penghuni yang memiliki rencana pindah dengan yang cenderung menetap. Metode penelitian menggunakan analisis kuantitatif dengan bantuan software statistik SPSS (Statistical Program for Social Science) dengan analisis statistik deskriptif tabulasi silang (crosstabs). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dilengkapi dengan analisis kualitatif atas dasar pengamatan lapangan dan hasil wawancara. Analisis dilakukan dengan merujuk pada pendapat para peneliti tentang mobilitas tempat tinggal dan pendapat beberapa peneliti tentang ekonomi perkotaan, serta pengelolaan aset. Dari analisis terhadap data yang terkumpul dan hasil wawancara disimpulkan bahwa: 1) Secara umum, mobilitas penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa tidak memiliki pola baik ditinjau dari lokasi daerah asal maupun kecenderungan lokasi tujuan pindah; 2) faktor yang berhubungan dengan keputusan penghuni untuk melakukan mobilitas tempat tinggal, meliputi: status perkawinan, persepsi penghuni tentang hunian sebagai komoditi, ketersediaan fasilitas jalan, harga sewa, keamanan dari tindakan kriminalitas, penanganan terhadap gangguan atau kerusakan unit hunian, dan penanganan terhadap gangguan atau kerusakan benda bersama; 3) perbedaan karakteristik antara penghuni yang cenderung memutuskan pindah dengan yang menetap relatif tidak ada. Perbedaan karakteristik yang menonjol hanya pada persepsi tentang hunian sebagai komoditi. Kendala-kendala yang saya dihadapi adalah: 1) penelitian ini dilakukan di Rusunawa yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan biaya operasional yang masih disubsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Secara tidak langsung kondisi ini berpengaruh pada psikologis penghuni dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian, sehingga informasi yang diperoleh tidak optimal; 2) mengingat nilai-nilai budaya umumnya masih melekat erat dalam masyarakat Indonesia, maka jika penelitian ini dilengkapi dengan variabel faktor budaya, maka hasilnya akan lebih tajam dalam memberikan komplimasi pada kebijakan pembangunan rusunawa di masa mendatang. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka saya menyarankan bahwa sudah saatnya Pemerintah Provinsi Provinsi DKI Jakarta menyediakan perumahan yang bersifat ?transisi? bagi kelompok masyarakat yang berbeda sesuai keterjangkauan, didukung dengan kontrol pengelolaan sesuai aturan yang berlaku. Pengelolaan rumah susun memerlukan mekanisme anggaran yang sesuai dengan kebutuhan misalnya Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan untuk memenuhi kebutuhan operasional, sehingga diharapkan tidak ada lagi stagnasi pembiayaan yang dapat berdampak pada penurunan nilai fisik Rumah Susun Sederhana Sewa sebagai aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

This study is focused on mobility pattern of tenant, such as: their prior resident before living in rental low-income housing, their plans to move or to stay permanently, their destination to move, factors affected their mobility from the point of view of demographical aspect, socio-economy, location, building, management and different characteristics between tenants who have plan to move and who tend to stay permanently. This research use quantitative analysis methods and supported by SPSS (Statistical Program for Social Science) statistical software with crosstabs descriptive statistical analysis. The data is obtained by questionnaire and equipped by qualitative analysis based on field observation and interview result. The analysis is applied by referring to the researchers? opinion about the residential mobility and the researchers? opinion about the urban economy and asset management. Based the analysis to the obtained data and interview result it is concluded that: 1) generally, no have pattern tenants? mobility, based on their original location and their movement tendency location; 2) factors affected to tenants? mobility decisions are marital status, tenant perception about the resident as commodity, road facility, rental price, security toward criminality, handling toward disturbance or damage of flat units, and handling toward disturbance or damage of the public facilities; 3) the different characteristics between tenants who tend to move and the ones who stay permanently on each research location is relatively none. The prominent different characteristic is only on perception about the resident as commodity. The obstacles I have are: 1) this study is observed in rental low-income housing that is managed by Province Government of DKI Jakarta where the operational cost is subsided by Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). This condition eventually affects to tenant phsycologically in giving information needed for the study, hence the obtained information is not optimum; 2) Considering that their cultural values are generally strictly stuck in Indonesian society, so if this study is complemented by variable of cultural factor, then the result would be accurate in giving the complement to the development policy of rental low-income housing in the future. Based on the study I have, I suggest that it is time for the Province Government of DKI Jakarta to provide resident with ?transitional? characteristic for different society according to their affordable, supported by management control according to the regulation prevailed. Furthermore, rental low-income housing management needs budget mecanism appropriate to necessity, for example Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) give flexibility budget managemet to fulfill their operational needs, so the expectation is no more expense stagnation that can impact to the decrease of rental low-income housing?s physical value as asset of the Government Province of DKI Jakarta."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Dwi Wahyu Wulandari
"Sejak awal tahun 2020, Virus Corona atau yang lebih dikenal dengan Virus Covid-19 menyebar di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Pembatasan kontak dan interaksi antara masyarakat menjadi salah satu strategi yang dilakukan untuk melindungi diri dan lingkungan dari ancaman virus. Perwujudan batas dalam skala perumahan, lingkungan antar rumah dan antar ruangan sebagai strategi untuk melindungi diri dari ancaman pandemi covid-19 berbeda-beda. Dalam melindungi diri dan mencegah penularan virus, masyarakat memperkuat dan memperjelas batas (melalui gerbang dan pagar serta melalui proses seleksi hal-hal yang dapat masuk dan keluar area rumah dan/atau perumahan), menggeser batas (melalui perluasan jarak antar individu dalam berinteraksi) serta menciptakan zona fungsi baru (melalui hadirnya zonasi saat bekerja dari rumah).

Since the beginning of 2020, the Corona Virus or better known as the Covid-19 Virus has spread throughout the world, including in Indonesia. Limiting contacts and interactions between communities is one of the strategies implemented to protect oneself and the environment from the threat of viruses. The embodiment of boundaries on the housing scale, the neighborhood and between rooms as a strategy to protect ourselves from the threat of the Covid-19 pandemic varies. In protecting themselves and preventing transmission of the virus, the community strengthens and clarifies boundaries (through gates and fences and through a process of selecting things that can enter housing area), shifting boundaries (through expanding the distance between individuals in interacting) and creating a new zone of function (through the presence of zoning when working from home)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumanto
"Penelitian ini tentang estimasi penghitungan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dan Incremental Labour Output Ratio (ILOR) di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui besarnya nilai ICOR dan ILOR di Kabupaten Sragen; (2) mengetahui derajad hubungan investasi tcrhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Periodc waktu pengamatan adalah tahun 2001-2007. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio) dan ILOR (Incremental Labour Output Ratio) serta analisis Korelasi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Nilai rata-rata ICOR di Kabupaten Sragcn pada periode tahun 2001 - 2007 adalah sebesar 6,56. Investasi berhubungan positip terhadap pertumbuhan ckonomi di kabupaten Sragen. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis korelasi antara pertumbuhan Investasi dengan pcrtumbuhan PDRB didapatkan nilai sebesar 0,771, nilai korelasi ini signitikan secara statistik. Kenaikan nilai rcalisasi invcstasi di Kabupaten Sragen akan diikuti dengan tetjadinya kenaikan penumbuhan PDRB di Kabupaten Sragen (ceteris paribus); (2) Nilai lI.OR Kabupaten Sragen 2001-2007 adalah sebesar 0,1384. Investasi juga berhubungan positip terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Sragen. Hal tersebut ditunjukkan hasil korelasi antara pertumbuhan investasi dengan penycrapan tcnaga kerja cliperoleh nilai sebesar 0,940 yang signitikan secara statistik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa di Kabupaten Sragen belum tetjadi pergeseran penyerapan tenaga kerja daii sektor yang padat karya yang cenderung membutuhkan tcnaga ketja yang banyak kepada sektor-sektor yang lebih padat modal yang cenderung membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit.
Proyeksi kebutuhan investasi target I dengan pertumbuhan PDRB tahun 2008-2011 masing-masing sebesar 5,6%, 5,9%, 6,2% dan 6,5 maka dibutuhkan investasi sebesar Rp 1.003.042 juta, Rp 1.12I.239juta, Rp l.253.659juta, dan Rp 1.399.751juta. Pada proyeksi kebutuhan investasi target II dengan pertumbuhan PDRB masing-masing sebesar 5,8%, 6,l%, 6,4% dan 6,7% maka dibutuhkan investasi sebesar Rp 1.040.942 juta, Rp 1.161.566 juta, Rp 1.296.688 juta dan Rp 1.445.706 juia. Proyeksi kcbutuhan tenaga ketja target I dengan penumbuhan PDRB tahun 2008-2011 masing-masing scbcsar 5,6%, 5,9%, 6,2% dan 6,5 maka dibutuhkan tenaga kcrja tambahan masing-masing sebanyak 21.183, 23.679, 26.475 dan 29.560 orang. Proyeksi kebutuhan tenaga ketja target II dengan pcnumbuhan PDRB tahun 2008-2011 masin-masing sebcsar 5,8%, 6,1%, 6,4% dan 6,7% maka dibuluhkan tambahan tenaga kerja masing-masing sebanyak 21.983, 24.530, 27.384 dan 30.531 orang.

This research about Estimation of Incremental Capital Output Ratio (ICOR) and Incremental Labor Output Ratio (ILOR) in Sragen Regency, Central Java Province. The research objective in this research are (1) knowing value of ICOR and ILOR in Sragen Regency; (2) knowing correlation of investment to growth of economic and absorbtion of labour in Sragen Regency.
Research conducted in Sragen Regency, Central Java Province. The research period is year 2001-2007. The tools to analyze the data used in this research are ICOR (Incremental Capital Output Ratio) and ILOR (Incremental Labor Output Ratio) analysis and also correlation analysis.
The conclusions of this research are (1) Average of ICOR in Sragen Regency at period 2001 - 2007 is equal to 6.56. The positive correlation of investment to economic growth in Sragen Regency. This matter is shonm from result of the correlation analysis between investment growths with the growth of PDRB by equal to 0.771; this correlation value is statistically significant. Increase assess the investment realization in Sragen Regency will be followed with the happening of increase of growth PDRB in Sragen Regency (oeteris paribus); (2) Value of ILOR of Sragen Regency 2001-2007 is equal to 0.1384. Investment also the positive correlation to labour absorption in Sragen Regency. The mentioned shown by result of correlation between growth of investment and growth PDRB obtained by equal to 0.940 which statistically signilicant. The result indicate that in Sragen Regency not yet been happened by the friction of labour absorption from labor intensive sector which tend to require the labor which is a lot of to more capital intensive sector which tend to require the slimmer labour.
Projection of requirement of investment of PDRB growth year 2008-2011 each of 5.6%, 5.9%, 6.2% and 6.5 are hence required by investment of equal to Rp 1.003.042 million, Rp 1.121.239 million, Rp 1.253.659 million, and Rp 1.399.751 million. Investment requirement projection by using high PDRB growth assumption each of 5.8%, 6.1%, 6.4% and 6.7% are hence required investment equal to Rp 1.040.942 million, Rp 1.161.566 million, Rp 1.296.688 million and Rp 1.445.706 million. Labor requirement projection in 2008-2011 by using PDRB growth assumption of Sragen Regency is equal to 5.6%, 5.9%, 6.2% and 6.5 are hence required by additional labor each as much 21.183, 23.679, 26.475 and 29.560 people. Labor requirement projection in 2008-2011 by using PDRB growth assumption of Sragen Regency is equal to 5.8%, 6.1%, 6.4% and 6.7% are hence required by additional labor each as much 21.983, 24.530, 27.384 and 30.531 peoples.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T33799
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inda Cahyani
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kahfi Ramadhan
"ABSTRACT
Rumah sebagai salah satu objek untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam bernaung. Bernaung adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi untuk bisa bertahan hidup. Selama manusia menghuni, terjadi perubahan kondisi dan kebutuhannya. Sebagai respon dari hal itu manusia melakukan renovasi pada tempat tinggalnya sehingga timbul bermacam-macam variasi rumah.Untuk memberi gambaran seperti apa variasi rumah yang ada di Jakarta, tipologi sebagai metode pengelompokan digunakan untuk mencari tipe-tipe rumah yang ada di perumahan di Jakarta khususnya perumahan formal. Rumah diamati berdasarkan aspek luas lahan, luas bangunan, pola perletakan ruang, dan bentuk atap. Pada akhirnya, penulisan ini bertujuan untuk bisa dijadikan salah satu pertimbangan penyedia rumah dalam melihat kebutuhan masyarakat yang tercermin dalam tipe-tipe tersebut.

ABSTRACT
House is an object that provide a space for human to live. Living means that they have their own daily activities and needs fulfilled in their house. Since their activities and needs is very personal and specific to their life, these factors will affect he space they lived. In response to that condition, eventually human made a renovation to their living space and therefore resulting a new house variation.In order to give an idea about the house variation in Jakarta, typology method was used to find types of formal house that existed in Jakarta. Those houses was analyzed based on several aspects land area building area room placing pattern and roof shape. In conclusion, this dissertation aims to provide information about people rsquo s needs in their houses based on those type methods. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jose Febrian
"Sebagai ibukota dan kota terbesar di Indonesia, Jakarta mengalami masalah dalam pemenuhan kebutuhan tempat tinggal penduduknya. Kepemilikan tempat tinggal di Jakarta terendah se-Indonesia. Selain itu, harga tempat tinggal di Jakarta relatif tinggi. Oleh karena itu, skripsi ini ingin membahas bagaimana keterjangkauan tempat tinggal di Jakarta untuk dimiliki selama ini. Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal menjadi penting karena tempat tinggal merupakan tempat berlangsungnya berbagai aktivitas, khususnya aktivitas privat. Kepemilikan tempat tinggal memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan sewa, yaitu berfokus pada keamanan kepemilikan serta pemenuhan kebutuhan jangka panjang. Kota Jakarta sendiri sudah menjadi daya tarik bagi pendatang sejak zaman Hindia Belanda. Tren tersebut berlanjut hingga tahun 1990-an di mana perpindahan penduduk Jakarta lebih banyak keluar daripada datang. Karena skripsi ini berfokus pada kepemilikan tempat tinggal, metode yang akan dipakai adalah perbandingan antara harga tempat tinggal dengan pendapatan masyarakat. Pendapatan masyarakat menggunakan UMP DKI Jakarta karena UMP ditetapkan berdasarkan angka kebutuhan hidup layak (KHL). Selain itu, perbandingan kenaikan harga tempat tinggal dengan pendapatan juga akan dilakukan untuk mengetahui perbandingan keterjangkauan kepemilikan tempat tinggal di Jakarta. Berdasarkan analisis, tempat tinggal di Jakarta masih jauh dari terjangkau. Kenaikan UMP DKI Jakarta belum berhasil mencapai kepemilikan tempat tinggal yang terjangkau.

As the capital and the largest city, Jakarta faces problems in fulfilling housing ownership needs. Jakarta’s housing ownership rate is the lowest in Indonesia. Besides that, housing costs in Jakarta are relatively high. So, this thesis is written to discuss housing ownership affordability trends in Jakarta. Housing ownership needs fulfillment is important because living place is a place where some activities occur, especially private activities. Housing ownership has different goals compared to rent, to secure housing needs and to fulfill long term needs. Jakarta has become attractive to newcomers since Dutch East Indies era. The trend continued until 1990s, where more people left Jakarta than came to the city. Because this thesis focuses at housing ownership, the method that will be used is ratio between housing prices and income. The income will refer to Jakarta’s minimum wage because Jakarta’s minimum wage is based on decent living rate. Then, the income growth and housing price growth will be compared to find out how is Jakarta’s housing ownership affordability changed during years. According to this thesis, Jakarta’s housing is still far from affordable to be owned. Jakarta’s minimum wage growth hasn’t reached affordable housing ownership."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Dwi Aryani
"Town house akhir-akhir ini marak berkembang dan menjadi tren baru perumahan di Jakarta. Awalnya, town house muncul di Eropa dan Amerika sebagai rumah deret dan terdapat satu atau dua sisi dinding rumah yang digunakan bersama. Saat ini masih belum jelas bagaimana pengertian, karakteristik, dan sistem yang dimiliki oleh town house di Jakarta. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan terhadap perumahan town house di wilayah Kebagusan untuk mengetahui gambaran umum town house di Jakarta dan perkembangannya dari segi investasi. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu pengamatan langsung dan wawancara dengan studi kasus town house di wilayah Kebagusan Jakarta Selatan.
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa town house merupakan rumah deret yang dibangun di atas tanah seluas < 5000 m2 dengan sebuah pagar utama sebagai gerbang keluar masuk perumahan dan pos serta aparat keamanan 24 jam yang terletak di dekat pagar utama. Nama 'town house' pada perumahan di wilayah Kebagusan hanya digunakan untuk keperluan promosi. Namun, town house diperkirakan dapat menjadi salah satu solusi alternatif atas pemenuhan kebutuhan akan hunian di Jakarta yang lahan kosongnya semakin berkurang. Berdasarkan perkembangan pembangunannya, setidaknya hingga tahun 2030 akan terus terjadi pembangunan town house di wilayah Kebagusan sehingga investasi town house dapat dikatakan menguntungkan.

Lately, town house grow rapidly and soon become a new trend of housing in Jakarta. Town house appeared initially in Europe and America as row house located side by side with one or two sides sharing common walls. It is not clear yet about the meaning, characteristic, and system of town house in Jakarta. Therefore, an observation of town houses in Kebagusan was hold to find out about the overview of town house in Jakarta dan its development in terms of investment. The methods which used to collect data are direct observation and interview by taking town houses in Kebagusan, South Jakarta as case study.
Based on observation, it is known that town house is row of houses built on less than 5000 m2 land area with main gate as one way entrance-exit to the residential, completed with 24/7 security post and personnel located near by the main gate. Label 'town house' on name of housing in Kebagusan is being used for promotional purpose only. However, town house can be predicted as one of alternative solutions to fullfill housing needs in Jakarta where wasteland is getting lesser. Based on town house's build development, town house in Kebagusan will be build continually at least until 2030, therefore town house investment can be taken as profitable investment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1200
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>