Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104379 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwinda Listya Indirwan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan status gizi baduta usia 6-23 bulan berdasarkan composite index anthropometric failure (CIAF) di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Respponden yang berpartisipasi pada penelitian ini yaitu sejumlah 279 baduta dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada Mei-September 2019, meliputi pengukuran berat badan dan panjang badan, wawancara terstruktur menggunakan bantuan kuesioner, dan lembar 24-hour recall. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 43,4% baduta yang mengalami anthropomteric failure berdasarkan indikator CIAF. Berdasarkan hasil analisis multivariat, diketahui bahwa usia baduta menjadi faktor paling dominan pada terjadinya anthropomteric failure pada baduta usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019 setelah dikontrol variabel riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit diare (p=0,028, OR=1,775 95% CI=1,063-2,964). Perlu selalu diperhatikan pemberian asupan makanan anak yang aman, higienis, dan adekuat sesuai usianya.

ABSTRACT
The objective of the study is to determine the determinants of nutritional status of children aged 6-23 months based on the composite anthropometric failure index (CIAF) in Babakan Madang District in 2019. The study design used in this study was cross sectional. The sample used in this study were 279 children using the purposive sampling method. Data collection was conducted in May-September 2019. Data collection was carried out by measuring body weight and length, structured interviews using a questionnaire, and a 24-hour recall sheet. The results showed that 43.4% of the children had experienced anthropomteric failure based on CIAF indicators. Based on the results of the analysis, it is known that the age of the children is the most dominant factor in the occurrence of anthropomteric failure in children aged 6-23 months in Babakan Madang Subdistrict in 2019 after controlling for a history of exclusive breastfeeding and a history of diarrhea in the past 1 month. It is always necessary to pay attention to the intake of children who are safe, hygienic, and adequate according to their age."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuril Aiffa Dewantari
"Kekurangan gizi pada balita terutama pada dua tahun pertama kehidupan masih merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia. Selain kekurangan gizi berdasarkan indikator tunggal BB/U, TB/U, BB/TB, balita juga berisiko mengalami permasalahan kurang gizi kombinasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran status gizi balita umur 6-23 bulan berdasarkan indikator antropometri tunggal dan CIAF serta mengetahui hubungan antara status ASI eksklusif (inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif), status MP ASI (inisiasi MP ASI, keragaman konsumsi makanan, protein hewani), penyakit infeksi (diare, ISPA, TB paru), tinggi badan ibu, status BBLR dan faktor dominan terhadap status gizi balita umur 6-23 bulan berdasarkan CIAF. Penelitian ini merupakan studi cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel 12.366 balita umur 6-23 bulan di Indonesia. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square dan analisis multivariat dilakukan dengan uji regresi logistik dengan nilai signifikansi (p value< 0,05). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 42,4% balita yang mengalami kurang gizi berdasarkan indikator CIAF. ASI eksklusif, inisiasi MP ASI, tinggi badan ibu, dan status BBLR berhubungan signifikan dengan status gizi berdasarkan CIAF dan status BBLR merupakan faktor dominan. Balita yang dilahirkan dalam kondisi BBLR berisiko mengalami kurang gizi sebesar 2,17 kali (95%CI: 1,869-2,524) dibandingkan balita yang dilahirkan normal. Diperlukan peningkatan edukasi gizi melalui kolaborasi dengan kegiatan kemasyarakatan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran gizi pada masyarakat dan mencegah terjadinya permasalahan gizi.

Undernutrition in children under five especially the first two years of life was still one of public health problem in Indonesia. Besides undernutrition according to single indicator WAZ, HAZ, and WHZ, children might be risk of combination undernutrition problem. Until the first two years of life, children were in important periode of growing and developing. The aim of this study was to know nutrition status of children 6-23 months of age using a single indicator of anthropometry and CIAF, besides determining the relationship between exclusive breastfeeding status (initiation of early breastfeeding, exclusive breastfeeding), complementary feeding status (initiation of complementary feeding, dietary diversity, animal protein), infectious diseases (diarrhea, upper respiratory tract infection, pulmonary tuberculosis), maternal height, low birth weight status and the dominant factor of nutrition status in children 6-23 months of age using CIAF. This was crosssectional study using secondary datas on 12.366 children from Indonesia Basic Health Research 2018. Data analysis used chi square for bivariat and logistic regression for multivariate with significance value (p value < 0,05). The results of this study showed 42,4% children 6-23 months were undernutrition by using CIAF. Exclusive breastfeeding, initiation of complementary feeding, maternal height, and low birth weight status were significantly related to undernutrition based on CIAF with low birth weight status as the dominant factor. Children 6-23 months of age had 2.17 times risk (95% CI: 1.869-2.524) of undernutrition compared to children who were born normally. Increasing nutrition education was required by collaborating with public activities so that it would be able to increase nutrition knowledge and awareness moreover to prevent undernutrition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Farrasia Hafizhah
"Terjadinya masalah gizi di 1000 hari pertama kehidupan dapat memberikan dampak yang buruk bagi anak yaitu dapat menyebabkan gagal tumbuh seiring dengan bertambahnya usia. Masalah gizi merupakan refleksi dari konsumsi zat gizi yang belum mencukupi kebutuhan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan yang berhubungan dengan status gizi balita usia 6-59 bulan berdasarkan composite index of anthropometric failure (CIAF) di Indonesia (IFLS5 2014/2015). Penelitian ini menggunakan data sekunder Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2014. Total sampel sebanyak 4079 anak balita. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistic ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur balita dengan CIAF, dimana balita yang berusia 6-23 bulan lebih banyak mengalami gagal tumbuh sebanyak 1,1 kali. Hasil penelitian juga menunjukkan ada hubungan antara keragaman makanan dengan kejadian CIAF, dimana anak balita yang keragaman makanan tidak tercapai berisiko 1,2 kali mengalami gagal tumbuh dan pendidikan ibu menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan kejadian gagal tumbuh, ibu yang memiliki pendidikan rendah lebih banyak mengalami gagal tumbuh. Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian CIAF adalah pendidikan ibu (OR 1,565) setelah dikontrol dengan umur, keragaman makanan dan imunisasi. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor dominan yang berhubungan dengan CIAF adalah pendidikan ibu. Anak yang berasal dari ibu dengan pendidikan rendah berpeluang 1,6 kali lebih besar mengalami gagal tumbuh (CIAF).

The occurrence of nutritional problems in the first 1000 days of life can have a bad impact on children, which can cause failure to grow with age. Nutritional problems are a reflection of the consumption of nutrients that are not sufficient for the body's needs. This study aims to determine the determinants associated with the nutritional status of children aged 6-59 months based on the composite index of anthropometric failure (CIAF) in Indonesia (IFLS5 2014/2015). This study uses secondary data from the 2014 Indonesia Family Life Survey (IFLS). The total sample is 4079 children under five. Data analysis used chi square test and multiple logistic regression. The results showed that there was a relationship between the age of children and CIAF, where children aged 6-23 months experienced more anthropometric failure as much as 1.1 times. The results also show that there is a relationship between dietary diversity and the incidence of CIAF, where children under five whose dietary diversity is not reached have a 1.2 times risk of anthropometric failure and mother's education shows a significant relationship with the incidence of anthropometric failure, mothers who have low education experience more anthropometric failure. The dominant factor associated with the incidence of CIAF was maternal education (OR 1.565) after controlling for age, food diversity and immunization. The conclusion of this study is that the dominant factor associated with CIAF is maternal education. Children from mothers with low education are 1.6 times more likely to have anthropometric failure (CIAF)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurani Rahmadini
"Cakupan perilaku Kadarzi di Kota Depok masih rendah dan prevalensi gizi kurang, pendek, kurus tergolong masalah kesehatan masyarakat. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan terhadap status gizi balita 6-59 bulan berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Data yang digunakan adalah hasil survei PSG Kadarzi Tahun 2011 di Kota Depok.
Survei yang dilakukan menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional. Analisis univariat menunjukkan prevalensi gizi kurang (7,8%), pendek (22,3%), kurus (8,6%), dan gagal tumbuh (31%). Cakupan Kadarzi (29,8%), penimbangan balita (75,3%), konsumsi makanan beragam (54,5%), penggunaan garam beryodium (97,2%), dan suplementasi vitamin A (77,7%).
Analisis bivariat menunjukkan variabel yang memberikan perbedaan proporsi status gizi balita (BB/U) adalah umur balita, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pengetahuan Kadarzi ibu, dan jumlah balita dalam rumah tangga. Variabel yang memberikan perbedaan proporsi status gizi balita (TB/U) adalah konsumsi makanan beragam, status Kadarzi, pendidikan ayah, dan pendidikan ibu. Variabel yang memberikan perbedaan proporsi status gizi balita (BB/TB) adalah penimbangan balita, pengetahuan Kadarzi ibu, dan jumlah balita dalam rumah tangga. Variabel yang memberikan perbedaan proporsi status gizi balita (CIAF) adalah penimbangan balita, status Kadarzi, dan pendidikan ibu.
Analisis multivariat menunjukkan faktor dominan terhadap status gizi balita (BB/U) adalah jumlah balita dalam rumah tangga dan faktor dominan terhadap status gizi balita (BB/TB dan CIAF) adalah penimbangan balita. Disarankan agar dalam menginterpretasikan status gizi balita menggunakan indeks CIAF dan meningkatkan penyuluhan mengenai Kadarzi dan pentingnya pemanfaatan posyandu.

Proportion of Kadarzi in Depok is low and prevalence of underweight, stunting, wasting is classified as public health problem. This research aims to determine the dominant factor on nutritional status of children 6-59 months based on Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). The data used is survey “PSG Kadarzi” 2011 in Depok.
Survey were conducted using a cross sectional study. Univariate analysis showed the prevalence of underweight (7,8%), stunting (22,3%), wasting (8,6%), and failure to thrive (31%). Proportion of Kadarzi (29,8%), children weighing (75,3%), various foods consumption (54,5%), iodized salt (97,2%), and vitamin A supplementation (77,7%).
Bivariate analysis showed variables which provide differences of nutritonal status proportion (WA) are children age, father's education, mother's education, mother's knowledge of Kadarzi, and number of children in the household. Variables which provide differences of nutritonal status proportion (HA) are consumption of various food, Kadarzi status, father's education, and mother's education. Variables which provide differences of nutritonal status proportion (WH) are children weighing, mother's knowledge of Kadarzi, and number of children in the household. Variables which provide differences of nutritonal status proportion (CIAF) are children weighing, Kadarzi status, and mother's education.
Multivariate analysis showed that number of children in the household is a dominant factor to the children nutritional status (WA) and children weighing is a dominant factor to the children nutritional status (WH and CIAF). It is recommended that interpretation of children nutritional status should use CIAF and increase promotion about Kadarzi and the importance of using Posyandu.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiana Kusumasari Agustin
"Kurang gizi pada balita 0-23 bulan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat diProvinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2017 prevalensi underweight di Provinsi DKI Jakarta tergolong prevalensi medium 14,5, sementara wasting tergolong serius, sedangkanuntuk stunting termasuk rendah 18,1. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara asupan energi, asupan protein, asupan lemak, keragaman jenis makanan, frekuensi pemberian makanan, ASI eksklusif, inisiasi menyusu dini, penimbangaan berat badan, pemberian kapsul vitamin A, riwayat pendidikan formal ibu dan status ibubekerja dengan kurang gizi pada Balita 0-23 bulan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2017.Kurang gizi diukur menggunakan Compocite Index of Anthropometric Failure CIAF. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 658 balita 0-23 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi kurang gizi pada Balita 0-23 bulan dengan indikator CIAF jauh lebih tinggi 31,9 dibandingkan dengan indikator BB/U,PB/U, dan BB/PB. Asupan protein, keragaman jenis makanan, pemberian kapsulvitamin A dan status bekerja ibu berhubungan signifikan dengan kurang gizi. Faktor dominan adalah asupan protein. Balita yang mengkonsumsi protein kurang memiliki risiko sebesar 4,8 kali 95 CI: 0.599-38.746 untuk mengalami kurang gizi dibandingkan Balita yang mengkonsumsi protein cukup. Terdapat interaksi antaraasupan protein dan keragaman jenis makanan. Interaksi tersebut saling melemahkan terhadap kejadian kurang gizi.

Undernutrition in under five children 0 23 months is still a public health problem in DKI Jakarta Province. In 2017, the prevalence of underweight in DKI Jakarta is classified as medium prevalence 14.5, while wasting is considered serious, meanwhile stunting is low 18.1. The objectives of the study were to investigate the relationship between energy intake, protein intake, fat intake, food diversity, feeding frequency, exclusive breastfeeding, early breastfeeding initiation, weight monitoring,vitamin A capsule supplementation, maternal formal education and maternal working status with undernutrition in under five children 0 23 months. Undernutrition was measured using the Composite Index of Anthropometric Failure CIAF. This research use cross sectional design with number of sample 658.
The results showed prevalence of undernutrition using CIAF indicator is much higher 31.9 compared with BB U, PB U, and BB PB indicators. Protein intake, dietary diversity, vitamin A capsule supplementation and maternal working status were significantly associated with undernutrition. The dominant factor is protein intake. Toddlers who consumed less protein had 4.8 times higher risk 95 CI 0.599 38.746 to experience undernutrition compared to toddlers who consumed enough protein. There is an interaction between protein intake and food diversity. The interactions are mutually debilitating to theincidence of undernutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49879
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Anisadiyah
"Composite Index of Antropometric Failure (CIAF) merupakan indikator penilaian status gizi komposit (BB/U, PB/U, BB/PB) untuk menggambarkan seluruh masalah gizi yang dialami balita. Masalah gizi, tingkat pengangguran, dan kemiskinan Provinsi Banten cukup tinggi serta pendapatan penduduknya rendah. Desa Karangkamulyan adalah desa tertinggal dengan wilayah pertambangan. Penelitian bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita berdasarkan CIAF di Desa Karangkamulyan, Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak tahun 2020. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dengan menganalisis data primer penelitian “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecacingan pada Balita di Desa Karangkamulyan Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak Tahun 2020”. Sampel penelitian adalah 141 balita berusia 24-59 bulan. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi- square. Hasil penelitian menemukan balita dengan masalah gizi berdasarkan CIAF berjumlah 36,2%. Variabel yang berhubungan dengan status gizi balita berdasarkan CIAF, yaitu ASI Eksklusif (p-value 0,026), asupan energi (p-value 0,026), dan kebiasaan konsumsi protein nabati (p-value 0,003). Variabel pendidikan ibu, penghasilan keluarga, jenis kelamin, berat lahir, panjang lahir, asupan balita (protein, karbohidrat, lemak) kebiasaan konsumsi (protein hewani, sayur dan buah), dan riwayat penyakit (ISPA, diare) tidak berhubungan dengan status gizi balita. Dengan kondisi ini, pelaksanaan penanggulangan gizi dari orang tua, puskesmas, dan dinas kesehatan diharapkan dilakukan untuk menanggulangi masalah gizi balita

Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) is an indicator of composite nutritional status assessment (WAZ, HAZ, WHZ) to describe all nutritional problems experienced by toddlers. In 2020, malnutrition, unemployment, poverty in Banten Province is high, and the income of the population tends to be low. Karangkamulyan Village is an underdeveloped village with mining areas. This study aims to determine the factors related to Toddler nutritional status based on CIAF in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency in 2020. The study used a cross-sectional study design by analyzing primary data from the study "Factors Associated with the Incidence of Worms in Toddlers in Karangkamulyan Village, Cihara District, Lebak Regency in 2020". The research sample was 141 toddlers aged 24-59 months. Data were analyzed by univariate and bivariate using the chi-square test. The results found that toddlers experienced nutritional problems based on CIAF were 36.2%. Variables related to the nutritional status of toddlers, is exclusive breastfeeding (p-value 0.026), energy intake (p- value 0.026), and vegetable protein consumption habits (p-value 0.003). The variables of mother's education, family income, gender, birth weight, birth length, toddler's intake (protein, carbohydrates, fat), consumption habits (animal protein, vegetables, and fruit), and disease history (ARI, diarrhea) were not related to toddler nutritional status. With this condition, the implementation of nutrition control from parents, public health centers, and the health office hoped to be carried out to overcome the toddler nutritional problems."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meetry Rona Pangestika
"Masalah kurang gizi pada baduta yaitu stunting, wasting dan underweight baik di Sulawesi Barat maupun di tingkat nasional masih menjadi masalah serius. Ditambah lagi kenyataannya terdapat anak-anak yang memiliki dua atau lebih masalah kurang gizi secara bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan CIAF (composite index anthropometric failure) pada baduta di Sulawesi Barat. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang memanfaatkan data Riskesdas 2018 dengan jumlah sampel sebanyak 395 anak. Analisis dilakukan mengunakan uji chi kuadrat dan regresi logistic ganda. Hasil penelitian didapatkan prevalensi CIAF pada anak usia 0-23 bulan di Sulawesi Barat  tahun 2018 sebesar 47.3 %. ISPA dan berat badan lahir memiliki hubungan signifikan dengan CIAF, dimana ISPA merupakan faktor dominan (OR= 2.13). Namun tidak ada hubungan yang signifikan antara CIAF dengan keanekaragaman konsumsi makanan (MDD), diare, TB Paru, MPASI Dini, imunisasi, status pekerjaan ayah, status pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, wilayah tempat tinggal, inisiasi menyusu dini (IMD), cara pembuangan tinja baduta, sumber Air minum dan pemberian kapsul vitamin A. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu anak yang mengalami ISPA dalam berisiko 2.1 kali mengalami CIAF sehingga upaya pencegahan penyakit infeksi berulang perlu ditingkatkan agar tidak berdampak pada masalah kurang gizi.

Undernutrition in children under five especially aged 0-23 months like stunting, wasting, underweight either in West Sulawesi or nationally is still being a serious problem. In addition there are children who have two or more undernutrition problem simultaneously and none of the three conventional indicators are able to provide the overall prevalence burden of undernutrition. This research aims to determine the dominant factor of composite index anthropometric failure aged 0-23 months in West Sulawesi using Riskesdas Data 2018. This research used cross sectional design with a sample total of 395 children aged 0-23 months. Data were analyzed using chi square for bivariate analysis and multiple regression logistic for multiple analysis. The result showed that 47.3% children aged 0-23 months were undernourished by using CIAF. Acute respiratory infection and birth weight were significantly related to CIAF with acute respiratory infection is a dominant factor (OR 2.13). Meanwhile there were no significant relationship between minimum dietary diversity, diarrhea, lung tuberculosis, early complementary feeding, basic immunization, early initiation of breastfeeding, working status of mother, working status of father, education status of mother, area of residence, source of drinking water, feces children disposal, and supplementation of vitamin A. The conclusion of this research was children who have suffered ARI in the last month have a risk 2.3 times of experiencing CIAF. Therefore increasing efforts to prevent repeated ARI is needed. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Cinantya Ramadani
"Penelitian ini membahas tentang kekurangan gizi berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kekurangan gizi berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) dan indeks konvensional serta diketahuinya hubungan karakteristik anak, asupan energi dan protein, ASI eksklusif, inisiasi MP-ASI, karakteristik ibu serta karakteristik keluarga dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 yang analisisnya dilakukan selama bulan Februari ? Juni 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili Provinsi Nusa Tenggara Barat, sedangkan sampelnya adalah anggota rumah tangga yang berumur 0 ? 59 bulan yang berjumlah 445 anak.
Hasil penelitian mendapatkan prevalensi kekurangan gizi pada anak balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) sebesar 62,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan energi, ASI eksklusif, wilayah tempat tinggal dan status sosial ekonomi dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Namun, tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara kelompok umur balita, jenis kelamin, berat lahir, asupan protein, inisiasi MP-ASI, pendidikan ibu, serta status pekerjaan ibu dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
This study discusses malnutrition based Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) in West Nusa Tenggara Province in 2010. The purpose of this study is known picture of malnutrition based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) and conventional indices as well as knowing the characteristics of child relationships, energy and protein intake, exclusive breastfeeding, initiation of complementary feeding, maternal characteristics and family characteristics with nutritional deficiencies in toddlers based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
The study design used was cross sectional using a secondary data analysis Riskesdas 2010 during the month from February to June 2012. This study population is all households that represent the province of West Nusa Tenggara, while the sample was of household members aged 0-59 months, amounting to 445 children. The results of a study on the prevalence of malnutrition among children under five based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) of 62.7%.
The results of statistical tests showed no significant association between intake of energy, exclusive breastfeeding, residential areas and socio-economic status with nutritional deficiencies in infants based Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). However, do not get a significant association between toddler age group, gender, birth weight, protein intake, initiation of complementary feeding, maternal education, and employment status of mothers with malnourished children under five by Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitratur Rahmah Agustina
"Kekurangan gizi dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik, intelektual dan juga dianggap sebagai penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian underweight pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian payung Hibah PITTA B tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17,3% anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang mengalami underweight, dan 6,1% di antaranya mengalami severly underweight. Dari 214 anak, 63,6% anak berusia 12-23 bulan, 50,5% laki-laki, 7% mengalami BBLR, 75,7% lahir dari ibu berpendidikan rendah, 47,7% memiliki ibu dengan pengetahuan kurang, 68,7% tidak memperoleh ASI eksklusif, 25,2% mengalami diare, 46,7 % mengalami defisit energi, dan 46,7% defisit protein. Hasil analisis chi-square menunjukkan bahwa tidak satupun variabel berhubungan dengan kejadian underweight. Namun, hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa usia anak (p value = 0,014), pendidikan ibu (p value =0,029) berhubungan signifikan dengan kejadian underweight. Adapun pengetahuan ibu (p value = 0,004) berhubungan terbalik dengan kejadian underweight. Pendidikan ibu merupakan faktor dominan kejadian underweight pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019 (OR= 3,259, 95% CI ; 1,132-9,382). Peneliti menyarankan Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, khususnya ibu yang memiliki anak usia 6-23 bulan tentang gizi bayi dan balita, gejala dan dampak dari kekurangan gizi, pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, beserta faktor-faktor lainnya yang dapat menyebabkan kekurangan gizi pada anak.

Malnutrition can affect to physical and intellectual growth as well as considered a major cause of children morbidity and mortality. This study aims to determine the dominant factors associated with the underweight cases in children aged 6-23 months in Babakan Madang District, Bogor Regency. The research design was cross-sectional. This study used secondary data obtained from the PITTA B umbrella study in 2019. The results showed that 17.3% of children aged 6-23 months in Babakan Madang District were underweight and 6.1% of them were severelyly underweight. Among 214 children, there were 63.6% children aged 12-23 months, 50.5% were male, 7% experienced LBW, 75.7% raised by mothers with low education, 47.7% had mothers with poor knowledge, 68.7% did not receive exclusive breastfeeding, 25.2% had diarrhea, 46.7% had an energy deficit, and 46.7% had a protein deficit. The results of the chi-square analysis showed that none of the variables associated with the underweight problem. However, the logistic regression test results showed that the children age (p value = 0.014), mothers’ educational background (p value = 0.029) were significantly associated with underweight. Meanwhile, maternal knowledge (p value = 0.004) was inversely related to underweight. Maternal education is the dominant factor in children underweight problem aged 6-23 months in Babakan Madang District in 2019 (OR = 3.259,95% CI; 1,132-9,382). The researcher suggested the Bogor District Health Office to provide socialization and education to the community, especially mothers who have children aged 6-23 months in regard to nutrition for infants and toddlers, symptoms and impacts of malnutrition, the importance of clean and healthy living habits, and other factors which can cause malnutrition in children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Bunga Putriani
"ABSTRAK
Stunting atau pendek untuk anak seusianya, didefinisikan sebagai PB/U <-2 SD dari median standar pertumbuhan anak milik WHO. Stunting memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor dominan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Gizi dan Kesehatan Balita Babakan Madang dengan jumlah sampel 283 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, serta memiliki data yang lengkap. Variabel dependen yang digunakan yaitu stunting, sementara variabel independennya adalah pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, usia ibu saat hamil, tinggi badan ibu, pemberian kolostrum, usia mulai pemberian MPASI, dan kerutinan kunjungan ke posyandu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada anak usia 6-23 bulan mencapai 33,2 persen, yang termasuk dalam kategori tinggi menurut klasifikasi WHO pada tahun 1995. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kerutinan kunjungan ke posyandu dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa kerutinan kunjungan ke posyandu merupakan faktor dominan kejadian stunting (OR= 2,102; 95% CI 1,268-3,486). Berdasarkan hasil penelitian, saran bagi posyandu, yaitu menetapkan waktu teratur untuk pelaksanaan posyandu, rutin memberikan penyuluhan terkait gizi dan kesehatan ibu hamil, bayi, dan balita, serta melakukan kunjungan rumah pada ibu atau pengasuh bayi dan balita yang tidak rutin ke posyandu. Saran bagi masyarakat, yaitu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan posyandu. Kemudian, saran untuk peneliti lain, yaitu melakukan penelitian dengan cakupan yang lebih luas dan mendalam."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>