Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74770 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifah Azzahra
"ABSTRAK
Literatur fiksi ergodik mengandung elemen yang sedikit berbeda dengan literatur fiksi nonergodik. Seiring dengan narasi, node, opsi, multi alur, hingga elemen periteks seperti tata letak dan jenis tulisan, menciptakan literatur fiksi ergodik secara keseluruhan. Keberadaan elemen-elemen ini menyebabkan terjadinya ragam gerakan pembaca ketika membaca. Gerakan-gerakan ini, baik disengaja maupun karena pilihan, menciptakan kebutuhan ruang bagi pembacanya. Tulisan ini akan mendiskusikan mengenai ruang membaca literatur fiksi ergodik House of Leaves (2000) karya Mark Z Danielewski. Pembaca memulai dengan gerakan membalik halaman secara periodis, dan semakin alur memuncak, usaha nontrivial diperlukan dalam membaca: meninjau kembali halaman-halaman, memutar orientasi, membawa buku lebih mendekat dan menjauh, dan pada titik tertentu memerlukan pembaca untuk membaca di depan cermin. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk membuktikan bahwa narasi tidak hanya menjadi media representasi maupun pelengkap bagi arsitektur, sebaliknya, narasi dapat mendorong terbentuknya ruang arsitektur itu sendiri."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rona Permata Hati
"Perilaku yang dilakukan manusia adalah suatu bentuk respon terhadap lingkungan yang dialaminya. Setting interior merupakan salah satu konteks lingkungan yang biasa dialami manusia. Setting interior terdiri dari objek-objek di dalamnya dan objek-objek tersebut memicu perceived affordance. Di sebuah setting interior, manusia memanfaatkan objek-objek yang ada sebagai respon keberadaan dirinya. Namun, terdapat perbedaan perilaku yang dilakukan tiap individu pada konteks dan situasi yang sama. Perceived affordance merupakan proses berpikir manusia yang menghasilkan perilaku. Perceived affordance dimulai dari pembacaan ruang dan dikonfirmasi oleh dua aspek yang akan dibahas pada tulisan ini. Aspek konfirmasi tersebut adalah familiaritas dan anthropometri. Tulisan ini akan membahas keterkaitan pembacaan ruang, familiaritas, dan anthropometri pada perceived affordance yang menyebabkan perbedaan perilaku di setting interior.

Human behavior is a form of responses to environment around them. Interior setting is one of the environmental contexts commonly experienced by humans. The interior setting consists of objects and these objects lead human rsquo s perception to perceived affordance. In interior setting, human utilizes existing objects as a respons of their existence. But, the differences in human behaviors are possible, even in the same context and situation. Perceived affordance is a process of human thinking that produces behavior. Perceived affordance begins with space reading and confirmed by two aspects that will be discussed in this paper. These confirmation aspects are familiarity and anthropometry. This paper will discuss about the relevance of space readings, familiarity, and anthropometry on perceived affordance that will leads to different form of behavior in interior setting."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malnar, Joy Monice
Newyork: John Wiley & Sons, 1992
729 MAL i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
McCarter, Robert, 1955
London: Reaktion Books Ltd, 2016
729 MCC s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Karlen, Mark
Jakarta: Erlangga, 2007
729 KAR dt (1);729 KAR dt (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Syifa Khairunissa
"Kegiatan makan bersama yang dilakukan berulang secara turun temurun akan menjadi sebuah tradisi. Tradisi memiliki nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satu tradisi makan dalam Adat Sunda yaitu ngariung memiliki performa kegiatan makan. Makanan menjadi medium dalam food performance pada ngariung. Dalam kegiatan makan terbentuk hubungan interaksi antar-individu karena adanya pengaruh dari pembentuk kegiatan makan tersebut. Food performance ngariung yang membentuk ruang yang mewadahi tampilnya karakter masing-masing pelaku sehingga food performance merupakan sebuah pendekatan dalam melihat bagaimana ruang yang terbentuk. Proses terbentuknya ruang saat terjadinya kegiatan makan menjadi sebuah interioritas. Interioritas tersebut menciptakan sebuah karakter spasial dalam tatanan Adat Sunda yang mempengaruhi ruang makan.

Eating tradition that people do repeatedly in collective from generation to generation will become a tradition. Ngariung is one of eating tradition of Sundanese that has an performance. Food become a medium in food performance of ngariung. Eating tradition establish an interaction relationship between individual because of their forming food activities. Space that formed from food performance become a space that accommodate a perform which can release a character of the user. Food performance as an approach to see how the space establish. The forming process of space as an interiority that formed. Interiority create a spatial character in order of Sundanese tradition that affects the eating space of ngariung.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilli Aurabillah
"Aksi menolak ruang adalah reaksi dari kegagalan ruang tempat manusia bertinggal untuk memenuhi kebutuhan penghuni ruang dan interiorisasi ruang adalah aksi menciptakan interior dari eksterior untuk mencari keamanan dan keselamatan di dalam ruang interior. Interiorisasi berhasil jika ruang dapat menghadirkan kualitas interior melalui atmosfer interior melalui kehadiran dari; Teritori, Keteraturan Objek, Pencahayaan dan Warna, dan Materialitas Material. Dari merasakan atmosfer dari ruang manusia dapat menolak ruang disaat kualitas ruang tidak dapat memastikan keamanan dan keselamatan dirinya. Dalam menolak ruang dapat ditemukan mekanisme menolak ruang berdasarkan kualitas yang ditemukan di dalam ruang. Dari mekanisme transformasi, manusia menolak ruang berdasarkan perubahan pada ruang. Dari mekanisme transisi, manusia menolak ruang karena tidak dapat melakukan aktivitas selain sirkulasi. Dari mekanisme kehadiran oposisi, manusia menolak ruang karena perbedaan ekspektasi manusia dari apa yang dirasakan dari ruang. Dari penelusuran ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemahaman terkait aksi menolak ruang.

The act of rejecting space is a reaction to the failure of the space in which humans live to meet the needs of the occupants of the space and interiorization of space is the act of creating interior from the exterior to seek security and safety in the interior space. Interiorization is successful if the space can present the interior quality through the interior atmosphere through the presence of; Territory, Object Order, Lighting and Color, and Material Materiality. From feeling the atmosphere of space, humans can reject space when the quality of space cannot ensure their safety and security. In rejecting space, a mechanism for rejecting space can be found based on the qualities found in the space. From the mechanism of transformation, humans reject space based on changes in space. From the transition mechanism, humans reject space because they cannot perform activities other than circulation. From the mechanism of the presence of opposition, humans reject space because of differences in human expectations from what is perceived from space. It is hoped that this search can contribute to an understanding of the action of rejecting space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Kristofani
"Skripsi ini membahas mengenai distopia dalam film dan kualitas distopia dalam ruang interior. Distopia merupakan konsep yang menggambarkan cacat pada suatu sistem berkehidupan yang menyebabkan tidak tercapainya kesejahteraan pada seorang individu. Konsep ini sering diangkat ke dalam film, yang lambat laun membentuk persepsi masyarakat mengenai konsep distopia. Film, sebagai produk sinematis yang dekat dengan gambaran kehidupan nyata dianggap mampu memberikan pengalaman ruang bagi penonton secara spasial. Interioritas yang dirasakan saat menonton film distopia memberikan pengalaman ruang yang negatif pada posisi seseorang dalam ruang interior. Melalui studi konsep distopia dalam interior film, didapatkan metode-metode yang menentukan kualitas distopia dalam suatu ruang interior pada kehidupan nyata.

This thesis discusses dystopia in film an the dystopian quality in interior space. Dystopia is a concept that portrays a defect in a society that affects the well being of an individual. This concept is often delivered in films, which slowly constructs the audiences rsquo perception about a dystopian society. Film, as a cinematic product that can deliver a depiction of reality is considered to be able to present an ambience and spatial experience to the viewer. The interiority that is felt during watching a dystopian movie provides a negative spatial experience to the viewer in an interior space. This study about dystopian concept found in interior space in films will obtain some methods that will later determine a dystopian quality in a real life interior space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jodidio, Philip
Mulgrave, Vic: Images Publishing,
747.883 1 JOD m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Muthi Meidiani
"Third place merupakan tempat seseorang melarikan diri dari rutinitasnya di first place dan second place, yang mana salah satu karakternya adalah kualitas homelike. Penulisan ini bertujuan untuk mencari aspek-aspek pembentuk kualitas home-like pada sebuah third place dengan metode studi literature berdasarkan teori at-homeness dan studi kasus. Studi kasus dilakukan di Hema Resto Kemang Pratama Kota Bekasi melalui defamiliarisasi dan wawancara.
Hasil penulisan memperlihatkan home-like terbentuk dari interaksi individu, pemilihan elemen interior dan penempatan objek yang mirip dengan tipikal rumah tinggal. Studi kasus ini berhasil menunjukan bahwa interioritas memiliki peran yang lebih besar dalam pembentukan kualitas home-like dibandingkan interaksi individu di third place itu sendiri. Hal tersebut terjadi karena kecenderungan seseorang terhadap places-for-things.

Third place is a spot for someone to runaway from his first place and second place?s routines, in which home-like is one of the characteristics of it. This essay aims to seek the composing aspects of home-like quality in third place based on at-homeness theory with literature and case study as methods. The case study was done in Hema Resto Kemang Pratama in Bekasi City through defamiliarization and interviews.
The result shows that home-like was composed from the interactions between individuals, the choosing of interior elements and object placements that resemble a typical housing. The case study shows that the interiority plays a bigger role in composing the home-like quality in a third place than an interaction. This may be led by people's preference of places-for-things.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>