Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164401 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indira Octafiona Darussalam
"Ekstrak kunyit, kulit manggis, dan jahe mengandung senyawa fenolik yaitu kurkumin, α-mangostin, dan 6-gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan. Ketiga senyawa bioaktif tersebut dapat dijadikan suplemen antioksidan untuk kesehatan, namun senyawa-senyawa ini sangat rentan terhadap kondisi lingkungan pencernaan sehingga mudah terdegradasi sebelum diserap oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi mikropartikel kitosan-gum arab-ekstrak agar dapat lepas secara lambat pada daerah usus halus. Enkapsulasi senyawa bioaktif dilakukan dengan pembentukan kompleks polielektrolit kitosan-gum arab. Kitosan digunakan sebagai carrier karena bersifat biodegradabel, biokompatibel, non-toksik, dan mukoadhesif. Namun, kitosan mudah larut dalam asam sehingga diperlukan penambahan gum arab sebagai polimer aditif untuk melindungi kitosan dalam suasana asam. Metode pengeringan beku digunakan untuk preparasi mikropartikel kitosan-gum arab yang dimuati ketiga ekstrak karena dapat meminimalisir kehilangan senyawa bioaktif selama proses preparasi dan diharapkan memberikan yield dan pemuatan yang tinggi. Seluruh formulasi menghasilkan yield di atas 90% dan memiliki pemuatan sekitar 12% (ekstrak kunyit), 8% (ekstrak kulit manggis), dan 1% (ekstrak jahe). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gum arab memiliki dampak yang signifikan dalam menahan pelepasan senyawa bioaktif sehingga didapatkan profil extended release. Berdasarkan hasil uji pelepasan secara in-vitro, formulasi dengan komposisi 0,1 gram gum arab terbukti dapat dijadikan sediaan guna penghantaran bertarget usus halus.

Turmeric, mangosteen peel, and ginger extracts contain substances such as curcumin, α-mangostin, and 6-gingerol which can be used as an antioxidant supplements, but they are very susceptible to the digestive environment and easily degraded before being absorbed by the body. This research aims to obtain a formulation of chitosan-arabic gum microparticles loaded bioactive compounds so that it could be released in small intestine. Encapsulation of the bioactive compounds was carried out by chitosan-arabic gum polyelectrolyte complex. Chitosan is used as a carrier because it has biodegradable, biocompatible, non-toxic, and mucoadhesive properties. However, chitosan is easily dissolved in acidic conditions so arabic gum is needed to protect chitosan under acidic environment. The preparation used freeze-drying method because it can minimizes the loss of bioactive compounds during preparation and it is also expected to provide high yields and loading. All formulations resulted yields percentage above 90% and loading capacity around 12% (turmeric extract), 8% (mangosteen peel extract), and 1% (ginger extract). The results showed that arabic gum had an important significant in the release of bioactive compounds to obtain extended release profile. Based on the in-vitro release test, formulation with 0.1 gram arabic gum can be regarded as a promising candidate for intestinal targeted drug delivery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kumala Putri
"Telah diketahui bahwa Garcinia memiliki aktivitas antioksidan, pada penelitian sebelumnya ekstrak n-heksana kulit batang Garcinia bancana Miq. diketahui memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 17,78 g/mL. Pada penelitian ini, untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada bagian lain dari Garcinia bancana Miq. dilakukan. Fraksinasi dari ekstrak n-heksana daun Garcinia bancana Miq. dan didapatkan sebanyak 10 fraksi, dimana fraksi-fraksi tersebut diuji sevara in vitro menggunakan alat spektrofotometer UV Vis dengan menggunakan dua metode dengan menggunakan radikal bebas DPPH 1,1-Diphenil-2-picrilhydrazyl dan FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power untuk mendapatkan fraksi teraktif. Dari fraksi teraktif didapatkan nilai IC50 sebesar 36,24 g/mL dengan metode DPPH dan nilai EC50 sebesar 39,54 g/mL dengan metode FRAP. Fraksi teraktif kemudian diidentifikasi dan didapatkan bahwa fraksi teraktif memiliki kandungan terpenoid.

This study aimed to determine whether garcinia have been known to have antioxidant activity. A previous study of the n hexane of Garcinia bancana Miq. bark showed to have antioxidant activity with an IC50 value of 17.78 g mL. In this study, to know antioxidant activity from other part of G. bancana, fractionation was done. From the fractionation of the n hexane extract of G. bancana Miq. leaves were obtained 10 fractions, in which the fractions were tested in vitro using UV Vis spectrophotometer by two methods using free radical namely, DPPH 1,1 Diphenyl 2 picrilhydrazyl and the FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power to obtain the most active fraction. From the most active fraction, it was obtained an IC50 value of 36.24 g mL with the DPPH method and EC50 value of 39.54 g mL with the FRAP method. The most active fraction was then identified and was found that it had contaied terpenoid content."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Athaya Kindhi
"Kulit buah tanaman Garcinia mangostana atau manggis dapat dimanfaatkan menjadi produk farmasi, salah satunya sebagai sediaan kosmetik. Salah satu sediaan kosmetik yang disukai oleh pengguna adalah sediaan gel. Kulit buah manggis memiliki manfaat sebagai antioksidan yang dapat mempertahankan tubuh dari radikal bebas. Senyawa antioksidan dengan kandungan terbesar pada kulit buah manggis adalah senyawa xanton. Xanton diformulasikan dengan minyak canola, campuran Tween 80 dan Sugar Monoester (SME) sebagai surfaktan, serta etanol sebagai kosurfaktan. Setelah didapatkan formula yang optimum, SNEDDS ditambahkan ke dalam sediaan gel yang mengandung carbopol 940, trietanolamin, propilen glikol, gliserin, chamomile oil, nipagin, asam sitrat, dan aquademineralisata. Evaluasi secara fisik, pengujian stabilitas berupa cycling test, pengujian mekanik, dan penyimpanan selama 6 pekan, serta pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH dilakukan terhadap sediaan gel. Formula SNEDDS yang optimum memiliki komposisi yang terdiri dari 30,00% canola oil; 36,56% Tween 80; 12,19% SME; dan 21,25% etanol. Sedangkan, formula gel yang optimum mengandung 10% SNEDDS. Uji sentrifugasi dan cycling test sediaan memberikan hasil yang baik dan tidak terjadi pemisahan maupun sineresis setelah pengujian. Setelah dilakukan pengujian stabilitas selama 6 pekan, sediaan stabil dalam suhu ruang dan suhu rendah serta tidak memberikan perubahan secara fisik maupun pH. Uji aktivitas antioksidan pada pekan ke-0 diperoleh hasil nilai IC50 sebesar 4.374,717 μg/mL dan pada pekan ke-10 4.645,405 μg/mL. Nilai ini tidak terlalu jauh berbeda sehingga sediaan gel masih dinyatakan stabil dalam penyimpanan selama 10 pekan. Hasil evaluasi menyatakan bahwa sediaan gel dengan 10% SNEDDS merupakan formula sediaan gel berbahan SNEDDS xanton yang optimum.

The rind of the Garcinia mangostana or mangosteen is used as a cosmetic. One of the cosmetic preparations that are preferred by users is gel. Mangosteen rind can act as an antioxidant that protects the body from free radicals. The highest antioxidant in mangosteen rind is xanthone. The xanthone molecule was then created into a Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS). Canola oil, a combination of Tween 80 and Sugar Monoester (SME) as surfactants, and ethanol as cosurfactants are used in the formulation of SNEDDS. The chosen SNEDDS formula was then added to a gel preparation including carbopol 940, triethanolamine, propylene glycol, glycerin, chamomile oil, nipagin, citric acid, and aquademineralisata. Physical evaluation, stability testing in the form of a cycling test, mechanical testing, and storage for 6 weeks, as well as antioxidant activity measurement using the DPPH method was also performed. The optimal SNEDDS formula contain 30% canola oil, 36.56% Tweens 80, 12.19% SMEs, and 21.25% ethanol. Meanwhile, the best gel formula includes 10% SNEDDS. The centrifugation and cycling tests yielded positive results, with no separation or syneresis observed after testing. The gel was stable at room temperature and low temperature after 6 weeks of testing. The IC50 value for antioxidant activity was 4.374,717 μg/mL at week 0 and 4.645,405 μg/mL at week 10. This number has not significantly changed; hence the gel formulation will remain stable in storage for 10 weeks. According to the evaluation results, the gel preparation containing 10% SNEDDS was the best xanthone SNEDDS gel preparation formula."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nusaibah Zahratunnisa
"Penghambatan α-glukosidase dapat mengatasi kondisi hiperglikemia setelah makan yang terjadi pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penambahan antioksidan pada terapi diabetes melitus ditujukan untuk mengurangi komplikasi yang terjadi akibat stres oksidatif. Beberapa tanaman dari marga Garcinia telah terbukti dapat menghambat α-glukosidase dan memiliki aktivitas antioksidan, namun belum ada penelitian terhadap Garcinia fruticosa Lauterb. Pada penelitian ini, kulit batang Garcinia fruticosa Lauterb. diekstraksi dengan cara maserasi bertingkat. Uji penghambatan α-glukosidase dilakukan secara in vitro terhadap ekstrak kental pada suhu 39oC dan pH 6,8. Pengukuran produk dilakukan dengan microplate reader pada panjang gelombang 400 nm.
Pengujian antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH dan diukur menggunakan microplate reader pada panjang gelombang 519 nm. Ekstrak etil asetat merupakan ekstrak teraktif pada kedua uji tersebut. Nilai IC50 yang didapatkan pada uji penghambatan α-glukosidase adalah 20,18 μg/mL. Nilai ini lebih rendah dari standar (akarbose) yang memiliki nilai IC50 141,55 μg/mL. Sementara itu, nilai IC50 yang didapat pada uji antioksidan adalah 8,93 μg/mL. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan standar (kuersetin) yang memiliki nilai IC50 2,51 μg/mL. Hasil penapisan fitokimia pada ekstrak etil asetat kulit batang Garcinia fruticosa Lauterb. menunjukkan bahwa ekstrak ini mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin.

Inhibition of α-glucosidase can ameliorate postprandial hyperglycemia condition that occurs in patients with type 2 diabetes mellitus. Adding antioxidants in the therapy of diabetes mellitus is intended to reduce complications caused by oxidative stress. Some species of genus Garcinia have been proven to inhibit α-glucosidase and have antioxidant activity, but there is no research on Garcinia fruticosa Lauterb. In this research, Garcinia fruticosa Lauterb. stem bark was extracted by multistage maceration. Inhibition of α-glucosidase test has been done in vitro on concentrated extracts at temperature of 39oC and pH 6,8. Products was measured by microplate reader at wavelength 400 nm.
Antioxidant test has been done using DPPH scavenging method and absorbance was measured by microplate reader in wavelength 519 nm. Ethyl acetate extract is the most active extract for both test. IC50 values from inhibition of α-glucosidase is 20,18 μg/mL that is lower than standard (acarbose) which has IC50 value 141,55 μg/mL. Meanwhile, IC50 value from antioxidant test is 8,93 μg/mL that is higher than standard (quercetine) which has IC50 value 2,51 μg/mL. Phytochemical screening shows that ethyl acetate extract of Garcinia fruticosa Lauterb. stem bark contains alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, and tannins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Putri Anggraini
"Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) mengandung senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Kedua senyawa tersebut dapat diekstraksi dengan pelarut Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dengan metode UAE. Oksidasi yang terjadi secara alami ekstrak dapat mempengaruhi stabilitas ekstrak cair sehingga senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang dapat mengalami degradasi. Penelitian ini menganalisis pengaruh penambahan BHA dan suhu penyimpanan terhadap stabilitas ekstrak cair NADES temulawak. Ekstrak NADES rimpang temulawak ditambahkan BHA hingga mengandung BHA sebanyak 30 ppm, 40 ppm, dan 50 ppm kemudian disimpan di tiga suhu penyimpanan berbeda, yaitu 30°C ± 2°C, 5°C ± 3°C, dan -20°C ± 5°C selama 54 hari. uji stabilitas yang dilakukan adalah uji stabilitas fisik (organoleptik dan homogenitas) dan uji stabilitas kimia (pH, penetapan kadar kurkuminoid dan xantorizol). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak yang ditambahkan BHA memiliki stabilitas yang lebih baik daripada ekstrak tanpa penambahan BHA. Ekstrak cair NADES rimpang temulawak yang mengandung 50 ppm dengan suhu penyimpanan -20°C ± 5°C menunjukkan kestabilan fisik dan kimia yang lebih baik daripada ekstrak cair NADES rimpang temulawak tanpa BHA. Berdasarkan hasil uji One-way ANOVA terdapat pengaruh yang signifikan dari BHA dan suhu terhadap kadar kurkuminoid dan xantorizol dengan nilai p < 0,05.

Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) contain curcuminoid and xanthorrhizol which have many benefit for health. Both compounds can be exctracted with Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) by UAE method. Oxidation which occur naturally in liquid extract can effect the stability of compounds so that curcuminoid and xanthorrhizol can undergo degradation.  This study analyzed the effect of adding BHA and storage temperature on stability of liquid extract of javanese turmeric. Liquid extracts are added with BHA with different concentration (30 ppm, 40 ppm, and 50 ppm) and stored at three different temperature (30°C ± 2°C, 5°C ± 3°C, dan -20°C ± 5°C) for 54 days. Stability test carried on this study include physical stability test (organoleptic and homogeneity) and chemical stability test (pH, determination of curcuminoid and xanthorrhizol). The result showed that the addition of BHA can improve the stability of liquid extract. Liquid extract with 50 ppm BHA with a storage temperature at -20°C ± 5°C showed better physical and chemical stability. Based on One-way ANOVA test, there is a significant influence of BHA and storage temperature on curcuminoids and xanthorrhizol with p value is p<0,05. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Hasanah
"Senyawa bioaktif dari kulit manggis yaitu mangostin berpotensi pencegah kanker, mangostin mampu menghambat pembentukan senyawa pencetus kanker usus besar. Masyarakat Indonesia telah banyak mengolah kulit manggis ini secara langsung yaitu menjadi minuman segar dengan cara di jus atau diseduh. Namun untuk mendapatkan kandungan senyawa mangostin yang lebih tinggi perlu dilakukan ekstraksi. Fraksinasi menggunakan etil asetat telah diteliti merupakan fraksi yang mengandung mangostin tertinggi disbanding pelarut etanol dan butanol.
Fraksi etil-asetat ekstrak kulit manggis (F002) ini nantinya akan menjadi bahan aktif obat kanker kolon yang di enkapsulasi menggunakan biopolimer kitosan-alginat. Kegunaan ekstrak yang terjerap dalam sediaan mikropartikel biopolimer kitosan-alginat adalah untuk meningkatkan kerja senyawa bioaktif yaitu dengan sistem pelepasan obat yang terkendali. Pelepasan ekstrak bioaktif mangostin terjerap dalam sediaan mikropartikel dilakukan pada dalam media fluida sintetik yang meniru cairan dalam sistem pencernaan.
Hasil analisa kandungan senyawa mangostin menggunakan spektrofotometer UV dan analisa aktivitas sitotoksistas menggunakan uji Brine Shrimp Test (BST). Dari hasil berbagai olahan jus kulit manggis didapat metode terbaik pengolahan dimana menghasilkan kandungan senyawa mangostin tertinggi dan aktivitas sitotoksistas terbaik yaitu dengan cara direbus dan kemudian di blender. Untuk senyawa mangostin dari fraksi F002 dibandingkan antara sebelum dan setelah enkapsulasi dari hasil rilis dalam media fluida sintetik. Dari hasil rilis didapatkan bahwa enkapsulasi tidak berpengaruh terhadap kandungan dan sitotoksisitas senyawa mangostin sehingga sediaan dalam mikropartikel dapat dikembangkan menjadi sistem pelepasan obat yang terkendali.

Bioactive compound from mangosteen pericarp namely mangostin can be obtained from various kind of process such as juice or tea. The main purpose of this research is to observe antiproliferative (inhibition of cancer cell growth) of mangostin bioactive compound from mangosteen pericarp in chitosan-alginate preparation. Extract in chitosan-alginate preparation improve performance of bioactive compound by controlling the drug release in gastrointestinal tract, until reaching colon.
Mangostin bioactive compound in chitosan-alginate preparation will be observed and tested in synthetic fluid, which is made alike gastrointestinal tract fluid. In vitro cytotoxicity test of mangostin bioactive compound in synthetic gastrointestinal tract fluid is using Brine Shrimp Test (BST). The best method of processing fresh mangostin pericarp is by boiling and blend it.
It result the highest mangostin bioactive. Result of comparison between mangostin compound before and after in microparticle chitosan-alginate is there is no effect to cytotoxity activity. So Sequential in vitro release study demonstrated that controlled release of mangostin-loaded microparticles were achievable which lead to potential application in gastrointestinal delivery for anticancer therapy purpose.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60121
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Limbong, Athalia
"Bromelain merupakan campuran enzim proteolitik dan substansi non enzimatik lainnya yang dapat ditemukan di batang, buah, dan jaringan daun tanaman dari famili Bromeliaceae, yang termasuk spesies nanas, yang banyak digunakan sebagai obat yang diberikan secara oral untuk pengobatan sistemik dari inflamasi, hal terkait pembekuan darah, serta pengobatan terapeutik. Enkapsulasi akan menjaga stabilitas dan pelepasan bromelain sehingga dapat meningkatkan bioavabilitas dari bromelain sehingga dapat diserap pada usus halus. Objektif pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan formula mikroenkapsulasi untuk senyawa bromelain sehingga enzim tetap terjaga dan aktivitas enzimatiknya tidak menurun. Pada penelitian ini, polimer yang digunakan untuk mikroenkapsulasi adalah kitosan dan juga alginat. Kompleks polielektrolit yang terbentuk antara kitosan dengan alginat telah banyak digunakan untuk mengenkapsulasi senyawa bioaktif sehingga dapat rilis secara perlahan di saluran pencernaan. Pembentukan matriks kitosan-alginat untuk mengenkapsulasi bromelain dilakukan dengan metode gelasi ionotropik. Dengan metode enkapsulasi ini, hasilnya menunjukkan bahwa bromelain dapat dienkapsulasi dengan baik dalam matriks kitosan dan alginat dengan loading capacity tertinggi sebesar 12,23% dan efisiensi enkapsulasi tertinggi sebesar 59,05%. Matriks dikarakterisasi menggunakan Fourier-transform Infrared Spectroscopy (FTIR), yang menunjukkan adanya interaksi antara bromelain dengan kitosan dan alginat, dan Differential Scanning Calorimetry (DSC) yang menunjukkan adanya keberadaan bromelain dalam matriks kitosan-alginat dan ikatan ionik antara bromelain dengan kitosan dan alginat. Bromelain dilepaskan perlahan dalam saluran pencernaan, terutama pada usus halus dengan pelepasan kumulatif maksimal sebesar 92,70%.

Bromelain is a mixture of proteolytic enzymes and other non-enzymatic substances found in the stem, fruit, and leaf tissues of plants from the family Bromeliaceae, which belongs to the pineapple species, and is widely used as an orally administered drug for systemic treatment of inflammation, blood clotting, as well as a therapeutic treatment. Encapsulation will maintain the stability and release of bromelain to increase the bioavailability of bromelain so that it can be absorbed in the small intestine. This research aims to obtain a microencapsulated formula for bromelain compounds so that the enzyme is maintained and its enzymatic activity does not decrease. In this study, the polymers used for microencapsulation were chitosan and alginate. The polyelectrolyte complex formed between chitosan and alginate has been widely used to encapsulate bioactive compounds so that they can be released slowly in the digestive tract. Chitosan-alginate matrix formation to encapsulate bromelain was carried out by the ionotropic gelation method. With this encapsulation method, the results showed that bromelain could be well encapsulated in chitosan and alginate matrices with the highest loading capacity of 12.23% and the highest encapsulation efficiency of 59.05%. The matrix was characterized using Fourier-transform Infrared Spectroscopy (FTIR), which showed the interaction between bromelain and chitosan and alginate, and Differential Scanning Calorimetry (DSC), which showed the presence of bromelain in the chitosan-alginate matrix and ionic bonds between bromelain and chitosan and alginate. Bromelain is released slowly in the gastrointestinal tract, especially in the small intestine, with a maximum cumulative release of 92.70%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Dwi Noviyanti
"Kompleks polielektrolit (KPE) adalah kompleks yang terbentuk antara muatan partikel yang berlawanan. Dalam penelitian ini, kompleks polielektrolit yang digunakan adalah alginat (bersifat anionik) dan gelatin (bersifat kationik). Gugus karboksilat dari alginat dapat memberikan muatan negatif yang dapat berikatan secara ionik dengan gugus amin dari gelatin yang bermuatan positif. Larutan alginat dan gelatin 2% b/v dicampur dengan perbandingan 3:7 dan 4:7. Kondisi terbaik untuk menghasilkan KPE adalah perbandingan larutan alginat-gelatin 4:7. Perbedaan karakteristik KPE alginat-gelatin dengan polimer asalnya ditunjukkan dengan analisis gugus fungsi, analisis termal, daya mengembang dan kekuatan gel. Selanjutnya KPE digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet lepas lambat dengan verapamil HCl sebagai model obat. Formula I dan II masing-masing mengandung KPE 420 dan 478 mg, formula III dan IV masing-masing mengandung alginat dan gelatin 478 mg. Hasil uji disolusi terbaik yaitu formula II menunjukkan pelepasan kumulatif sebesar 65,38% selama 8 jam. Berdasarkan Banakar, nilai ini masuk dalam kisaran Q0,5 (45-75% terlarut) sehingga tablet dapat digunakan selama 16 jam untuk sekali pemakaian.

Polyelectrolyte complexes (PECs) are the complexes formed between oppositely charged particles. In this study, polyelectrolyte complexes used is alginate (anionic) and gelatin (cationic). Carboxylate groups of alginate may provide a negative charged which may be an ionic bond with the amine group of gelatin is positively charged. The solution of alginate and gelatin 2% w/v mixed in the ratio 3:7 and 4:7. The best conditions to produce the PEC is a solution of alginate-gelatin ratio of 4:7. The differences in the characteristics of PEC alginate-gelatin with origin polymer is indicated by functional group analysis, thermal analysis, swelling index and gel strength. The PEC subsequently used as a matrix in sustained release tablet dosage with verapamil hydrochloride as model drug. Formula I and II each containing PEC 420 and 478 mg, formula III and IV each containing alginate and gelatin 478 mg. The results of the best dissolution testing is formula II shows the cumulative release of 65,38% for 8 hours. Based Banakar, this value is entered in the range Q0, 5 (45-75% dissolved) so that the tablet can be used for 16 hours for a single use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42935
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Zulfia
"Pelat bipolar merupakan komponen utama dari polymer electrolyte membrane (PEM) fuel cell yang memiliki fungsi utama mengumpulkan dan memindahkan elektron dari anoda dan katoda. Oleh karena itu material untuk pelat bipolar harus memiliki konduktivitas listrik yang tinggi. Untuk mendapatkan pelat bipolar yang murah, ringan, dan memiliki konduktivitas listrik yang tinggi, maka dikembangkanlah pelat bipolar yang terbuat dari komposit PP/C-Cu. Proses pembuatan komposit PP/C-Cu ini menggunakan proses compounding, rheomix, hot blending, dan hot press. Pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi tembaga yaitu 0,1 wt%, 1 wt%, dan 2 wt %. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan serbuk tembaga secara umum meningkatkan nilai densitas, kekuatan tarik, kekuatan tekuk, modulus tekuk, modulus tarik, elongasi, konduktivitas, dan mengurangi porositas, tetapi nilai konduktivitas listrik masih di bawah standar yang dipersyaratkan untuk bipolar plate fuel cell.

Bipolar plate is a major component in PEM fuel cell which possess main function of collecting and removing electrons from anode to cathode. Therefore, materials for bipolar plates produced must have high electrical conductivity. To obtain bipolar plate materials which is cheap, lightweight and high conductivity, so it is developed bipolar plates material based on PP/C-Cu composite. PP/C-Cu composites has been made by mixing all materials then compounding, rheomix, hot blending and hot press. Cu (Copper) has been used various from 0.1 wt%, 1 wt% to 2 wt% to increase electrical conductivity of PP/C-Cu composite. It is found that the effect of Cu addition in PP/C-Cu composite has increased tensile strength, flexural strength, flexural modulus, tensile modulus, elongation, electrical conductivity and decreasde porosity, unfortunately the value of electrical conductivity was still lower than standard requirement for bipolar plate fuel cell."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaela Ramdhani
"Fabrikasi film polielektrolit terhadap permukaan padatan dengan menggunakan metode adsorpsi layer by layer adalah teknik yang menjanjikan untuk memodifikasi permukaan. Sifat penting Polyelectrolyte Bilayer Modified Zeolite (PEB-MZ) adalah bahwa PEB-MZ memiliki kelebihan muatan positif dan negatif. Kelebihan muatan ini memungkinkan adsorpsi berbagai macam senyawa dengan interaksi elektrostatik.
Penelitian ini memberikan usulan model untuk mengatasi masalah limbah surfaktan dengan metode adsorpsi surfaktan pada adsorben Polyelectrolyte Bilayer Modified Zeolite (PEB-MZ) PAH/PSS. Pembuatan PEB-MZ PAH/PSS dibuat dengan membuat Polymer Modified Zeolite (PMZ) PAH terlebih dahulu pada kondisi optimum hasil penelitian sebelumnya, kemudian melapisi PSS dengan memvariasikan konsentrasi PSS, pH dan kuat ion. Kondisi optimum PEB-MZ PAH/PSS didapat pada konsentrasi PSS 5,0x10-5 M, pH 3 dan konsentrasi kuat ion pada 0.06 M,% PSS yang diadsorpsi sebesar 45.45%. PEB-MZ PAH/PSS diaplikasikan untuk mengadsorpsi HDTMA-Br dan SDS.
Hasil HDTMA-Br 2,0x10-2 M yang diadsorpsi PEB-MZ PAH/PSS sebesar 93.5% dan SDS 3,5x10-2 M yang diadsorpsi pada PEB-MZ PAH/PSS sebesar 32%. Hasil karakterisasi spektrum FTIR PEB-MZ PAH/PSS terlihat adanya puncak serapan pada í = 714,3 cm-1 yang menunjukkan vibrasi regang S-O dari PSS. Hasil karakterisasi spektrum FTIR HDTMA-Br yang teradsorpsi pada PEB-MZ PAH/PSS terlihat adanya puncak serapan pada í = 2923,29 dan 2851,64 cm-1 yang menunjukkan vibrasi regang alifatik sp3 CH dari HDTMA-Br dan pada í = 1473,27 cm-1 yang menunjukkan vibrasi N-H bending dari HDTMA-Br."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
KIM.028/08 Ram s
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>