Ditemukan 122807 dokumen yang sesuai dengan query
Vadio Putradeiv Noor
"Sebagai negara tropis, Indonesia mendapat sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun. Energi matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik menggunakan fotovoltaik. Namun, untuk menggunakan fotovoltaik sebagai sumber utama listrik untuk penggunaan bangunan Residential, perlu untuk merancang PV yang cocok untuk kebutuhan penggunaan Bangunan Residential dan disesuaikan dengan daya yang dikonsumsi oleh bangunan, serta penyinaran dalam daerah. Karena sinar matahari yang dapat dipanen hanya pada siang hari, baterai juga diperlukan sebagai sistem penyimpanan energi listrik. Penelitian ini menggunakan simulasi pada aplikasi PVsyst dan menggunakan data irrradiansi dari Meteonorm. Aplikasi PVsyst dapat mensimulasikan kinerja sistem PLTS yang telah ditentukan serta menghitung kemiringan dan arah peletakan PV dari data irradiansi yang telah didapatkan. Dengan metode ini, jumlah PV, baterai, dan inverter yang optimal akan diperoleh sebagai pembangkit utama energi listrik untuk penggunaan bangunan residential.
As a tropical country, Indonesia gets sunlight that shines throughout the year. The solar energy can be converted into electrical energy using photovoltaics. However, to use photovoltaic (PV) as the main source of electricity for Residential building usage, it is necessary to design a PV that is suitable for the needs of Residential Building usage and adjusted to the power consumed by the building, as well as the irradiance in the area. Due to the sunlight that can be harvested only during the daytime, batteries are also needed as an electrical energy storage system. This study uses simulations on the PVsyst application and uses irradiance data from Meteonorm. The PVsyst application can simulate and determine the number of series and parallel PV for certain power usage specifications and the irradiance data obtained. With this method an optimal amount of PV and batteries will be obtained as the main generator for residential building usage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Ibadurrahman Ramadhan
"
ABSTRAKPulau Tunda yang terletak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten yang terdiri dari 2000 penduduk saat ini tidak mendapat pasokan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Nasional). Kebutuhan listrik sehari-hari diperoleh dari generator diesel 100 kW yang dioperasikan selama 10 jam per hari dikarenakan biaya operasional yang tinggi pada bahan bakar, itupun dengan harga solar bersubsidi. melihat potensi dari energi matahari yang begitu besar dan kemajuan di bidang panel surya saat ini serta banyaknya lahan yang tersedia, Pulau Tunda memiliki potensi yang besar akan pemanfaatan pembangkit listrik energi baru dan terbarukan. Dengan menggunakan perangkat lunak Pvsyst terlihat bahwa penerapan sistem PLTS di Pulau Tunda sangat cocok untuk diterapkan. Dengan total beban sebesar 735 kWh perhari dibutuhkan sistem dengan total 240 kWp panel surya dengan luas total 1441 m2. Biaya yang dibutuhkan untuk penerapan sistem sejumlah Rp 4.858.915.000 yang jika dibandingkan dengan sistem sebelumnya, net present cost dengan jangka waktu proyek selama 10 tahun maka akan jauh lebih murah..
ABSTRACTTunda Island, which is located in Serang Regency, Banten Province, which consists of 2000 residents currently does not get electricity from the National Electric Company (PLN). Daily electricity needs are obtained from a 100 kW diesel generator that is operated for 10 hours per day due to high operational costs on fuel, and even then with the price of subsidized diesel. Seeing the enormous potential of solar energy and the progress in the field of solar panels today and the large amount of land available, Tunda Island has a large potential for the utilization of new and renewable energy power plants. By using Pvsyst software, it is seen that the application of the PV-VP system on Tunda Island is very suitable to be implemented. With a total load of 735 kWh per day a system with a total of 240 kWp of solar panels with a total area of 1441 m2 is needed. The cost needed to implement the system is Rp 4.858.915.000 which, compared to the previous system, the net present cost with a project period of 10 years, will be much cheaper."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Daffa Aryo Utomo Sudranto
"Secara letak geografis, Indonesia terletak tepat pada garis ekuatorial sehingga paparan sinar mataharinya memiliki intensitas yang optimal selama 12 jam sepanjang tahunnya. Dengan memiliki letak geografis yang cukup strategis untuk menangkap paparan sinar matahari, Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 207.898 MW. Besarnya potensi tersebut, energi surya dapat dimanfaatkan dalam pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menghasilkan energi listrik Pada skripsi ini akan dibahas perancangan PLTS atap on-grid pada bangunan apartemen Ariama Service Residence yang memiliki kapasitas listrik sebesar 81,6 kVA. Salah satu metode untuk mengurangi biaya energi listrik pada apartemen tersebut adalah dengan melakukan pemasangan PLTS atap yang dapat berkontribusi untuk menyuplai energi listrik sehingga biaya listrik apartemen dapat berkurang. Perancangan PLTS atap dilakukan dengan dua perancangan, yaitu perancangan PLTS atap on-grid tanpa baterai dan PLTS atap on-grid dengan battery back-up. Hasil dari kedua rancangan tersebut akan dianalisis secara teknis dan ekonomi untuk dilihat kelayakan dari perancangan yang telah dilakukan. Dari hasil perancangan yang dilakukan, PLTS atap on-grid tanpa baterai dikatakan layak untuk dilakukan pemasangan. PLTS atap on-grid tanpa baterai dapat melakukan pembangkitan energi sebesar 54 kWh per hari dan berkontribusi sebesar 27,8% dari total rata-rata kebutuhan energi apartemen 81,6 kVA sebesar 194,16 kWh. Dari aspek ekonomi, PLTS atap on-grid tanpa baterai memiliki nilai LCOE sebesar Rp.880,266/ kWh di mana nilai tersebut di bawah nilai LCOE dari PT. PLN (Persero) sebesar Rp.1.119/kWh dan modal investasi yang diperlukan adalah sebesar Rp.309.099.000 yang dapat dikembalikan dalam waktu 11 tahun. Penghematan biaya energi listrik dari hasil pembangkitan dalam jangka waktu 20 tahun adalah sebesar Rp.926.119.656 dengan rata-rata penghematan biaya energi listrik per tahun sebesar Rp.46.309.982,8.
Geographically, Indonesia is located right on the equatorial line so that the sun's exposure has an optimal intensity for 12 hours throughout the year. By having a strategic geographical location to capture sun exposure, Indonesia has a solar energy potential of 207,898 MW. Given the large potential, solar energy can be utilized in the installation of Solar Power Plants to generate electrical energy. This study will discuss on the design of on-grid rooftop solar power plants in the Ariama Service Residence apartment building which has an electrical capacity of 81.6 kVA. One method to reduce the cost of electrical energy in the apartment is to install rooftop solar power plants that can contribute to supplying electrical energy so that the apartment's electricity costs can be reduced. The design of the rooftop solar power is carried out with two designs, the on-grid rooftop solar power plants without a battery and the on-grid rooftop solar power plants with a battery back-up. The results of the two designs will be analyzed technically and economically to see the feasibility of the designs that have been carried out. From the results of the design, the on-grid rooftop solar power plants without batteries are said to be feasible for installation. The on-grid rooftop solar power plants without batteries can generate energy of 54 kWh per day and contribute 27.8% of the total average energy requirement of an 81.6 kVA apartment of 194.16 kWh. From the economic aspect, the on-grid rooftop solar power plants without batteries have a LCOE value of Rp.880,266/ kWh where the value is below the LCOE value from PT. PLN (Persero) of Rp.1,119/kWh and the required investment capital is Rp.309.099.000 which can be returned within 11 years. The savings in electrical energy costs from the generation of a 20-year period is Rp.926,119,656 with an average electricity cost savings of Rp.46,309,982.8 per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Gillfran Samual
"Energi surya semakin dikenal sebagai sumber energi masa depan yang penting karena ketersediaannya yang melimpah dan sifatnya yang terbarukan. Namun, sifat energi surya yang intermiten dapat menyebabkan fluktuasi listrik yang dihasilkan, sehingga sulit menjamin pasokan listrik yang stabil dan andal. Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan baterai pada sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) fotovoltaik dengan algoritma pengendalian Simple Moving Average, yang dapat membantu menghaluskan dan meredakan fluktuasi daya keluaran tenaga surya. Parameter yang dapat disesuaikan pada algoritma Simple Moving Average adalah window size atau lebar waktu rerata aritmetika daya keluaran PLTS fotovoltaik. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh perubahan parameter window size pada algoritma Simple Moving Average terhadap penghalusan daya keluaran PLTS fotovoltaik yang dihasilkan, dan efek teknis pada baterai yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, peningkatan parameter window size akan memperlambat respons PLTS fotovoltaik terhadap perubahan iradiasi, dan meningkatkan tingkat penghalusan dari daya keluaran PLTS fotovoltaik yang intermiten. Selain itu, meningkatnya window size akan mengurangi daya maksimum yang diterima di sisi beban, dan jumlah energi yang digunakan baterai selama proses penghalusan daya akan meningkat, sehingga kapasitas baterai yang dibutuhkan akan semakin besar.
Solar energy is increasingly recognized as an important future energy source due to its abundant availability and renewable nature. However, the intermittent nature of solar energy can cause fluctuations in the electricity produced, making it difficult to guarantee a stable and reliable electricity supply. One solution that can be implemented is to use batteries in a photovoltaic solar power plant system with a Simple Moving Average control algorithm, which can help smooth and reduce fluctuations in solar power output power. The parameter that can be adjusted in the Simple Moving Average algorithm is the window size or the arithmetic average width of the photovoltaic output power over time. This research evaluates the effect of change of window size parameter in the Simple Moving Average algorithm on the resulting smoothed photovoltaic output power, and the technical effects on batteries. Based on the results of evaluation, the increase of window size parameter will slow down the response of photovoltaic output power to changes in irradiation and increase the smoothing quality of the intermittent photovoltaic output power. In addition, increasing the window size will reduce the maximum power received on the load side, and the amount of energy used by the battery during the power smoothing process will increase, resulting in the increase of required battery capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Francesco Theodore Budiman
"Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan modern. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk di Indonesia cenderung meningkatkan konsumsi listrik. Sementara itu, ketersediaan energi fosil semakin terbatas. Meskipun potensi energi matahari di Indonesia mencapai 207,8 GWp, pemanfaatan energi surya hanya mencapai peringkat keempat dalam penggunaan energi terbarukan, yakni sebesar 322,6 MW pada tahun 2023. Oleh sebab itu, pengoptimalan penggunaan energi surya melalui sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sangat penting. Gedung Departemen Teknik Elektro Universitas Indonesia dengan konsumsi listrik yang relatif besar dijadikan sebagai lokasi studi. Penelitian mencakup simulasi konfigurasi PLTS Atap On-Grid dan Off-Grid dengan variasi penambahan generator set. PLTS Off-Grid juga disimulasikan dengan jenis Baterai Lead Acid dan Baterai Lithium Ion, dengan biaya komponen masing-masing $235,72/kWh dan $392,87/kWh, serta dengan spesifikasi teknis menurut standar HOMER Pro. Semua konfigurasi dan skema PLTS akan dibandingkan untuk mendapatkan yang paling optimal berdasarkan biaya Net Present Cost (NPC). Hasil simulasi HOMER Pro dan analisis menunjukkan bahwa Baterai Lithium Ion merupakan baterai yang paling optimal untuk PLTS Off-Grid. Penambahan generator set meningkatkan NPC pada sistem On-Grid optimal, tetapi menurunkan NPC pada sistem Off-Grid optimal. PLTS On-Grid akan optimal tanpa penambahan generator set. Sementara, PLTS Off-Grid akan optimal dengan penambahan generator set dan penggunaan Baterai Lithium Ion. Analisis ekonomi dengan parameter Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period menunjukkan bahwa PLTS On-Grid tanpa generator set optimal layak untuk diimplementasikan.
Electricity is one of the primary necessities in modern life. However, Indonesia’s population growth tends to increase electricity consumption. Meanwhile, fossil energy availability is becoming increasingly limited. Despite Indonesia’s solar energy potential reaching 207.8 GWp, solar energy utilization only ranked fourth in renewable energy usage, reaching 322.6 MW in 2023. Therefore, optimizing solar energy utilization through solar photovoltaics plants (PLTS) is crucial. The Department of Electrical Engineering Building at the University of Indonesia, with its relatively high electricity consumption, is chosen as the study site. The research includes simulating On-Grid and Off-Grid Rooftop PLTS configurations with variations in the addition of generator set. Off-Grid PLTS is also simulated with Lead Acid and Lithium Ion Batteries, with component costs $235.72/kWh and $392.87/kWh, respectively, and technical specifications according to HOMER Pro standards. All PLTS configurations and schemes will be compared to obtain the most optimal for one based on the Net Present Cost (NPC). The HOMER Pro simulation results and analysis show that adding generator sets increases the NPC in optimal On-Grid system but decreases it in optimal Off-Grid systems. On-Grid PLTS will be optimal without adding a generator set, while Off-Grid PLTS will be optimal with the addition of a generator set and the use of Lithium Ion Batteries. Economic analysis with Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Payback Period parameters indicates that optimal On-Grid PLTS without a generator set is feasible for implementation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Mahesa Sangga Bhuwana
"Sistem photovoltaic yang sering digunakan terdiri dari koneksi jaringan dikarenakan kehandalan dan efisiensinya. Permasalahan yang ada pada saat ini adalah, bagaimana cara mendapatkan sebuah sistem yang dapat menyediakan tenaga yang cukup dengan kondisi optimal dan menyediakan performa yang tinggi dalam jangka waktu tertentu. Pembelajaran dibawah ini merupakan sebuah sistem sejejeran photovoltaic terkoneksi dengan jaringan yang didesain menggunakan software PVsyst. Studi berikut fokus pada produksi sistem, rugi-rugi daya keluaran, rasio performa dan energi keluaran dari sistem, mengatur tipe lapangan, menyeketsa kurva distribusi daya dan distribusi temperatur. Hasilnya adalah PLTS sebesar 2162 kWp dapat dibangun di atas Bangunan. Energi yang terbangkitkan dari PLTS adalah sebesar 2782 MWh/tahun, dengan Performance Ratio (PR) sebesar 0.741. Memiliki Net Present Value (NPV) sebesar Rp 5,278,962,325.23, serta periode pengembalian investasi selama 18 tahun apabila implementasi dilakukan pada 2022.
Photovoltaic systems that are often used consist of network connections due to their reliability and efficiency. The problem nowadays is how to get a system that can provide sufficient power with optimal conditions and high performance in a short period of time. The study below is about a photovoltaic system that is connected to the network designed using PVsyst software. The following study focuses on the production of the system, power output losses, performance and energy output ratio of the system, field type setting, sketching power distribution curves, and temperature distribution. The result is that 2162 kWp can be built on the roof of the building. The power that is generated from the solar power plant is 2782 MWh/year with a Performance Ratio (PR) of 0,741. It has a Net Present Value (NPV) of Rp 5,278,962,325.23 and 18-year return on investment period if the implementation is carried out in 2022."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Mario Reinzini
"Sistem grid-connected inverter untuk penerapan pada pembangkit listrik tenaga surya, diharapkan dapat menjadi sumber energi alternatif selain mengandalkan layanan jaringan listrik. Dengan sistem ini maka akan dapat diperoleh dan kemudian dianalisa dari dinamika sistem yang muncul. Sistem grid-connected inverter yang dibangun merupakan sistem yang terdiri dari model sel surya - rangkaian boost converter - inverter - beban - jaringan listrik. Algoritma Maximum Power Point Tracker (MPPT), algoritma Phase Locked Loop (PLL) dan current control merupakan metode kendali yang digunakan dalam sistem ini. Melalui rancangan sistem grid-connected inverter ini kemudian dilakukan simulasi untuk memperlihatkan respon sistem ketika sel surya memberikan suplai ke beban; maupun ketika sel surya dalam keadaan grid-connected. Sistem gridconnected dengan metode kendali MPPT belum dapat memberikan arus suplai dan tegangan yang sefasa, namun algoritma MPPT yang diterapkan telah mampu mencari titik kerja optimal dari sel surya pada kondisi lingkungan yang bervariasi, namun demikian sistem grid-connected dengan metode kendali PLL dan current control telah dapat menghasilkan arus suplai dan tegangan yang sefasa.
Grid-connected inverter system for solar power application expected to become an alternative energy source in addition to relying on electricity network services. Through this system we will be able to obtain a detail model and then analyzed the dynamics of the system itself. Grid-connected inverter system consist of : solar cells - a series boost converter - inverter - load - the electricity grid. Maximum Power Point Tracker algorithm (MPPT) algorithm Phase Locked Loop (PLL) and the current control is a control method used in this system. This gridconnected inverter system then simulated to demonstrate the system's response when the solar cells supply the load; as well as solar cells in grid-connected. Gridconnected systems with MPPT control methods have not been able to provide supply current and voltage are in phase, but the MPPT algorithm has been able to find the optimal point of the solar cells on the various environmental conditions, however, grid-connected system with PLL and current control methods control has been able to produce current and voltage are in phase supply."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42454
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Shafa Tasya Aulia Putri
"Perkembangan teknologi yang terus-menerus membuat penggunaan energi listrik menjadi hal krusial dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Penggunaan energi listrik yang tiada hentinya membuat sumber energi fosil yang terbatas semakin sedikit. Oleh sebab itu, transisi energi berkelanjutan menjadi isu penting untuk menjaga ketersediaan energi di masa mendatang. Pemerintah Indonesia telah menetapkan taget pencapaian bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025 dengan tujuan dapat mempercepat transisi energi berkelanjutan. Bentuk upaya untuk mencapai target bauran nasional adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Penelitian ini membahas mengenai penerapan sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada gedung pabrik PT. CT untuk mengetahui sistem PLTS atap yang optimal dan potensi penggunaan listrik PLN yang lebih efisien. Sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°mampu memproduksi energi sebesar 1969890 kWh/tahun, sedangkan sudut kemiringan 15°hanya dapat memproduksi sebesar 1949709 kWh/tahun. Dalam 25 tahun, sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11° memiliki potensi penghematan sebesar 34,29%, sedangkan sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 15° memiliki potensi penghematan sebesar 33,94%. Dengan perbedaan modal awal sebesar Rp436.792.000,00 diperoleh payback period dari kedua sistem PLTS atap selama 9 tahun. Berdasarkan beberapa faktor tersebut, sistem PLTS atap on-grid tanpa baterai pada PT.CT yang lebih optimal untuk digunakan adalah sistem PLTS atap dengan sudut kemiringan 11°.
The continuous development of technology makes the use of electricity a crucial part of our daily life. The endless consumption of electricity leads to a decrease in limited fossil energy sources. Therefore, sustainable energy transition becomes an important issue to ensure energy availability in the future. The Indonesian government has set a national energy mix target of 23% by 2025 to accelerate the transition to sustainable energy. One effort to achieve this target is by building a Solar Power Plant. This research discusses the implementation of an on-grid rooftop solar power plant system without batteries in the factory building of PT. CT to determine the optimal rooftop solar power plant system and potential for more efficient use of PLN electricity. The rooftop rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle can produce energy of 1969890 kWh per year, while the 15° tilt angle can only produce 1949709 kWh per year. In 25 years, the rooftop solar power plant system with an 11° tilt angle has a potential cost savings of 34.29%, while the system with a 15° tilt angle has a potential cost savings of 33.94%. With a difference in initial capital of IDR436,792,000.00, the payback period for both rooftop solar power plant systems is 9 years. Based on these factors, the more optimal on-grid rooftop solar power plant system without batteries to be used in PT.CT is the system with an 11° tilt angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Olivia Sary
"Teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) semakin berkembang selain didorong oleh potensi energi surya yang melimpah juga didorong oleh harga modul surya yang semakin turun. PLTS Apung merupakan salah satu teknologi PLTS yang memiliki potensi besar di Indonesia, karena 2/3 luas Indonesia adalah perairan. Melihat perkembangan dan potensi PLTS Apung di Indonesia, perlu dibuat standar nasional karena masih banyak tantangan dalam penerapannya seperti ketidakpastian dampaknya terhadap lingkungan, kompleksitas dalam perancangan dan pengoperasian PLTS Apung di atas air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas kebutuhan Standar Nasional PLTS apung di Indonesia sehingga hasilnya akan dibuat rekomendasi kerangka standar nasional. Terdapat 3 kriteria tujuan standardisasi nasional yaitu Jaminan Mutu, efisiensi dan perlindungan konsumen, produsen dan lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode SWOT untuk mengetahui kelemahan dan tantangan PLTS Apung di Indonesia dan metode AHP untuk menentukan urutan prioritas kebutuhan Standar Nasional PLTS apung, sehingga hasilnya akan digunakan untuk menyusun rekomendasi standar. Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai referensi dalam mendukung program pengembangan PLTS Terapung di Indonesia sehingga memudahkan pemerintah dan pemangku kepentingan menentukan strategi dan arah kebijakan. Dari hasil analisis AHP diperoleh kesimpulan bahwa prioritas standar nasional PLTS apung yang dibutuhkan di Indonesia saat ini adalah standar kajian kelayakan, sistem design dan ketahanan dan keamanan komponen, sehingga rekomendasi kerangka standar nasional dibahas dalam penelitian ini.
Solar power plant technology is growing rapidly, apart from being driven by the abundant potential of solar energy, it is also driven by the decreasing price of solar modules. Floating PLTS is one of the solar power plant technologies that have great potential in Indonesia, because 2/3 of Indonesia's area is water. Seeing the development and potential of floating solar power plants in Indonesia, it is necessary to make a national standard because there are still many challenges in its implementation such as the uncertainty of its impact on the environment, complexity in the design and operation of floating solar power plants on water. This study aims to determine the priority needs of the National Standard for floating solar power plant in Indonesia so that the results will be made recommendations for the national standard framework. There are 3 criteria for national standardization, namely Quality Assurance, efficiency, and protection of consumers, producers, and the environment. Therefore, this study uses the SWOT method to determine the weaknesses and challenges of Solar power plants in Indonesia and the AHP method to determine the order of priority for the needs of the National Standard for PV mini-grid, so that the results will be used to develop standard recommendations. The results of this research will be used as a reference in supporting the Floating solar power plant program in Indonesia, making it easier for the government and stakeholders to determine strategies and policy directions. From the results of the AHP analysis, it was concluded that the priority national standards for floating solar power plants needed in Indonesia today are standards for feasibility studies, system design, and component resilience and safety, so that recommendations for the national standard framework are discussed in this study. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Irwan Paundra Sakti
"Konsep Island Charging adalah alternatif solusi untuk melistriki daerah kepulauan dan daerah Isolated System. Konsep ini mentransfer energi listrik ke konsumen dengan memanfaatkan moda transportasi darat dan laut dimana energi listrik tersimpan pada baterai kapasitas besar. Salah satu opsi pembangkit listrik untuk pengecasan baterai tersebut bisa menggunakan sistem interkoneksi dengan jaringan kelistrikan setempat (On-Grid). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dimana dan seberapa besar kapasitas PV Charging Station yang optimum di sistem kelistrikan Timor NTT. Berdasarkan hasil analisa aliran daya, rugi-rugi daya aktif maka didapat lokasi PV Charging Station yang optimum ialah di gardu induk Nonohonis. Sedangkan berdasarkan simulasi PV On-Grid dan analisa biaya energi (COE) menggunakan software HOMER, maka didapat kapasitas optimum ialah sebesar 1679 s.d 18.458 kW dengan energi bersih yang dihasilkan adalah sebesar 6978 s.d 87.220 kWh/hari dan COE sebesar 4,8 cents/kWh.
The Island Charging concept is an alternative solution for electrifying island areas and isolated systems. This concept transfers electrical energy to consumers by using public transportation modes where electrical energy is stored in large capacity batteries. One of the power plant options for charging the battery can use an interconnection system with the local electricity network (On-Grid). This study aims to determine where and how much of the PV Charging Station capacity can be connected to the Grid Timor NTT. Based on the results of power flow analysis, active power losses, the optimum location for the PV Charging Station is at the Nonohonis substation. Meanwhile, based on On-Grid PV simulation and energy cost analysis (COE) using HOMER software, the optimum capacity is 1679 to 18,458 kW with the net energy produced is 6978 to 87,220 kWh/day and COE is 4.8 cents/kWh. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library