Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brian Wirawan Guslianto
"Resistansi antibiotik merupakan masalah besar di dunia kesehatan karena mikroba memiliki kemampuan menjadi kebal terhadap antibiotik. Racun lebah madu mengandung berbagai komponen penyusun yang terdiri dari peptida, enzim, dan molekul lainnya. Melittin sebagai komponen penyusun utama racun diketahui memiliki kemampuan membuat lubang pori-pori pada membran lipid. PLA2 yang terkandung dalam racun banyak hewan juga diketahui memiliki kemampuan menghidrolisis dinding fosfolipid. Kemampuan bioaktif ini diharapkan dapat menjadi alternatif pengobatan infeksi bakteri, sehingga pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas antibakteri dari bioaktif racun lebah madu Apis cerana. Proses pemanenan racun dilakukan menggunakan metode kejutan listrik sehingga lebah mensekresikan racunnya dan dilanjutkan dengan pemurnian menggunakan fast protein liquid chromatography. Ekstrak protein yang diperoleh dianalisis menggunakan metode SDS-PAGE; uji Lowry; dan uji aktivitas antibakteri menggunakan metode disk diffusion. Strain bakteri yang digunakan yaitu Salmonella typhii, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli yang mewakili masing-masing bakteri gram positif dan gram negatif. Pada penelitian ini didapatkan nilai rata-rata inhibisi sebesar 7.76 mm pada bioaktif PLA2 dengan konsentrasi 45 µg/ml terhadap bakteri E.coli. Hasil ini menunjukkan bahwa PLA2 pada racun lebah madu Apis cerana di Indonesia memiliki aktivitas antibakteri yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif pengobatan infeksi bakteri yang sudah mulai resisten terhadap antibiotik konvensional saat ini.

Antibiotic resistance is a global public health issue because of microbes ability to resist antibiotic. Honey bee venom contain various constituent components consisting of peptides, enzymes, and other molecules. Melittin as the main constituent component of bee venom is known to have the ability to form pores on lipid membrane. PLA2 which also a constituent component of various animal venom is known to have the ability to hydrolyze phospholipid membrane. The ability of these bioactives are expected to be an alternative for curing microbes infection, so antibacterial activity test is conducted in this study. Venom harvesting process is carried out using an electric shock method and protein purification using Fast Protein Liquid Chromatography method. The extract obtained are analyzed by SDS-PAGE; Lowry assay; and antibacterial activity test using disk diffusion method. Gram positive bacteria Salmonella typhii, Staphylococcus aureus, and gram negative bacteria Escherichia coli are used in this antibacterial test. In this study, the average inhibition value of 45 µg/ml PLA2 is 7.76 mm to E.coli. This result shows that Indonesian Apis cerana has antibacterial effect and has a potential to be developed as an alternative treatment for microbes infection that started to become resistant to present antibiotics."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Shania Rosita Angelica
"Kanker payudara menduduki urutan pertama sebagai kejadian tertinggi kanker pada wanita. Pada 2018, penderita kanker payudara pada penduduk Indonesia sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Faktor resiko dari kanker payudara antara lain adalah jenis kelamin, usia, memiliki riwaya keluarga, mutasi dari gen riwayat penyakit payudara sebelumnya, menstruasi dini ataupun menarche lambat, riwayat reproduksi, terapi hormon, dan gaya hidup tidak sehat. Candidiasis merupakan kondisi infeksi yang dibebkan oleh jamur Candida sp. Candida abicans yang berada di dalam tubuh manusia dapat berubah menjadi patogen jika memiliki faktor resiko seperti perokok, imunitas menurun, ganguan endokrin, kemoterapi, dan juga terapi antibiotik. Mellitin merupakan komponen utama pada racun lebah sebesar 50% kemampuan Melittin yang diketahui dapat membentuk pori pada membran lipid yang dapat memberi efek penghambat pada pertumbuhan sel kanker dan jamur. Pada pengujian kali ini membuktikan kemampuan peptida tersebut dalam  menjadi alternatif antikanker payudara. Racun Lebah dari spesies Apis cerana memiliki nilai LC50 sebesar 49,28 µg/ml dan melittin sebesar 16,67 µg/ml yang diuji dengan BSLT. Uji antikanker terhadap sel kanker payudara MCF-7menggunakan metode MTT-Assay menunjukan adanya aktivitas antikanker. Uji antijamur yang dilakukan dengan metode Cakram Disk tidak menunjukan aktivitas antijamur

Breast cancer is the first highest cancer in women . In 2018, breast cancer sufferers in Indonesia amounted to 42,1 per 100.000 population with death rate of 17 per 100.000 population. Risk factors for breast cancer include gender, age, family history of diseases, gene mutations, history of previous breast disease, early menstruation or slow menarche, reproductive history, hormone therapy, and unhealthy lifestyle. Candidiasis is an infection condition caused by the fungus Candida sp. Candida albicans in the human body can turn into pathogens if have risk factors such as smokers, decreased immunity, endocrine disruption, chemotherapy, and also antibiotic therapy. Mellitin is a major component of bee venom by 50%, the ability of Melittin known to form pores in the membrane lipids which can have an inhibiting effect on the growth of cancer cells and fungi. In this test prove the ability of the peptide in being an alternative to cervical anticancer. Bee venom from Apis cerana species having an LC50 value 49.28 µg/ml and melittin  16.67 µg/ml tested with BSLT method. Anticancer test against MCF-7 breast cancer cells using the MTT-Assay method showed anticancer activity. And the antifungal test conducted by the Difusion Disc method doesn’t show antifungal activity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Produksi madu dari peternakan lebah di Irian Jaya, khususnya kabupaten Jayapura menurun dengan drastis disebabkan oleh adanya infestasi tungau Tropilaelaps clereae dan Varroa jacobsoni dan adanya protozoa Nosema apis. Infestasi T.clareae hanya ada pada satu koloni Apis mallifera, sedangkan Varroa jacobsoni pada koloni Apis cerana. Infestasi T.clereae pada 14 koloni A.mellifera yang diamati bervariasi antara 0% - 59%, sedangkan derajat infestasi V.jacobsoni antara 0,59% - 1,2%. Nosema apis ditemukan pada 2 koloni A.mellifera. Pemakaian campuran belerang dan kamper dapat memberantas tungau belum digunakan oleh peternak lebah dengan perbandingan yang tepat ( 2 gram belerang dan 1 gram kamper) serta dengan jadwal yang tertentu, sehingga campuran tersebut tidak bekerja dengan hasil yang memuaskan."
MPARIN 6 (1-2) 1993
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Yusril Ihza Mahendra
"Kanker paru merupakan kanker nomor satu yang paling banyak diderita kaum laki-laki di Indonesia yang umumnya disebabkan oleh rokok dengan penyebaran melalui pembuluh getah bening atau organ lain dalam tubuh. Penanganan kanker paru secara modern menggunakan terapi umum seperti radioterapi dan kemoterapi sering menyebabkan beberapa resiko efek samping. Penggunaan obat yang berasal dari racun ikan dapat digunakan sebagai alternatif dari terapi umum. Beberapa studi menyatakan bahwa racun ikan lepu batu (Synanceia horrida) memiliki komponen bioaktif stonustoxin (SNTX) yang bersifat sitolitik, membentuk pori dan mempunyai potensi sebagai zat antikanker. Racun ikan lepu batu dipanen dengan menggunakan metode milking, setelah itu purifikasi dengan menggunakan FPLC. Selanjutnya dilakukan uji kemurnian dengan SDS PAGE, pengujian kadar protein pada hasil pemurnian guna mendapatkan konsentrasi protein dengan metode Lowry, uji toksisitas dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) dan terakhir MTT Assay terhadap sel A549. Diperoleh hasil bahwa stonustoxin (SNTX) yang berasal dari racun ikan lepu batu (Synanceia horrida) berhasil diisolasi dengan menggunakan FPLC penukar anion pada persentase buffer elusi 40% dan dapat menginhibisi sel kanker paru A549 dengan persentase inhibisi sebesar 67,31% pada konsentrasi 64 ppm. Stonustoxin yang diisolasi dengan FPLC penukar anion memiliki nilai LC50 sebesar 18,150 dan IC50 sebesar 45,076 µg/ml.
Lung cancer is the most common type of cancer that affects men in Indonesia that is generally caused by smoking and spreading throuht lymph nodes or other organs in the body. Modern treatment of lung cancer using therapies such as radiotherapy and chemotherapy often causes several side effects. The use of medicines from fish venoms can be used as an alternative to general therapy. Some studies state that stonefish (Synanceia horrida) venom contain bioactive component Stonustoxin (SNTX) which has cycolytic properties, pore forming and as an anti lung cancer potentital. Crude venom will be taken using milking method and after that purified by FPLC. Furthermore, protein purity test with SDS PAGE , testing of proteins concentration in the purification results with Lowry method and continued with toxicity test with BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) method, and finally MTT Assay on A549 cell. Based on the result of the research, stonuxtoxin (SNTX) derived from stonefish (Synanceia horrida) venom successfully isolated using FPLC anion exchange method with elution buffer percentage 40% and can inhibit A549 lung cancer cells with inhibition percentage of 67,31% at 64 ppm. Stonustoxin isolated with FPLC anion exchange has LC50 at 18,150 ppm and IC50 at 45,076 µg/ml."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Widowati
"Penelitian bertujuan untuk memperoleh isolat-isolat khamir, memperoleh informasi spesies-spesies khamir yang berasal dari lebah madu Apis cerana dan substrat terkait, dan mengetahui pengaruh pemberian pollen substitute (PS) terhadap produktivitas koloni A. cerana. Khamir diisolasi dari telur, larva, pupa, lebah pekerja, lebah ratu, lebah jantan serta bee pollen, bee bread dan madu A. cerana, serta nektar dan serbuk sari dari bunga-bunga yang dikunjungi A. cerana. Khamir diisolasi menggunakan medium YMA dan YMA+sukrosa 50%.
Identifikasi khamir dilakukan berdasarkan data sequence daerah internal trancribed spacer ribosomal DNA (ITS rDNA), analisis filogenetik dilakukan dengan metode Neighbor Joining, serta karakter morfologi dan fisiologi-biokimia. Sebanyak enam variasi PS dibuat untuk menguji preferensi A. cerana terhadap jenis PS. PS dalam bentuk pasta diberikan setiap hari selama 20 hari. Pengujian pengaruh pemberian variasi PS lokal dan PS impor terhadap produktivitas koloni A. cerana dilakukan selama 13 minggu. Sebanyak 1.409 isolat khamir diperoleh dari A. cerana dan substrat terkait. Lima puluh isolat representatif diseleksi untuk diidentifikasi.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa 50 isolat khamir tersebut terdiri dari 12 genera dan 21 spesies. Sebanyak enam genera termasuk ke dalam phylum Ascomycota (class Hemiascomycetes, order Saccharomycetales),dan enam genera lainnya termasuk ke dalam phylum Basidiomycota (classes: Hymenomycetes, Urediniomycetes, dan Ustilaginomycetes).
Hasil penelitian mengindikasikan adanya asosiasi dan interaksi antara spesies khamir dengan lebah madu. Hasil uji preferensi terhadap enam variasi PS lokal menunjukkan PS yang mengandung Candida hawaiiana CR015 asal bunga Brugmansia suaveolens (PS1) dan PS yang mengandung baker?s yeast (PS4) lebih disukai oleh A. cerana dibandingkan PS lain. Hasil uji produktivitas menunjukkan pollen substitute yang mengandung Candida hawaiiana CR015 asal bunga Brugmansia suaveolens (PS1) terbukti potensial dalam meningkatkan produktivitas koloni A. cerana setara dengan pollen substitute impor.

The aims of this study were to obtain yeast isolates, to get species information from honeybee Apis cerana and related substrates, and to determine the effects of a pollen substitute (PS) on the productivity of A. cerana colonies.Yeasts were isolated from A. cerana eggs, larvae, pupae, workers, queens, drones, bee pollen, bee bread, honey, and nectars and pollens from flowers visited by A. cerana. The media used to isolate the yeasts were Yeast-Extract Malt-Extract Agar (YMA) and YMA+50% sucrose.
The yeasts were identified based on sequence data of internal transcribed spacer regions of ribosomal DNA (ITS rDNA). Phylogenetic analysis of yeasts based on ITS rDNA sequence data was performed by the neighbor-joining method. Morphological, physiological and biochemical characteristics of yeasts were observed. To determine the preference of A. cerana for pollen substitutes, honeybee colonies were fed daily with six varieties of pollen substitutes in patty form for 20 days. To examine the effects of pollen substitutes on the productivity of A. cerana, honeybee colonies were fed on local pollen substitutes (PSs) and imported PS for 13 weeks. A total of 1,409 yeast isolates were obtained from various substrates. Fifty representative isolates were selected for identification. The identification results showed that those 50 yeast isolates consisted of 12 genera and 21 species. Six of these genera belong to phylum Ascomycota, and class Hemiascomycetes, while the other six genera belong to phylum Basidiomycota and classes Hymenomycetes, Urediniomycetes and Ustilaginomycetes.
This study indicated that there is an association and an interaction between yeast species and honeybee. The preference test result showed that a PS containing Candida hawaiiana CR015 isolated from the flower of Brugmansia suaveolens (PS1) and a PS containing baker?s yeast (PS4) were favoured by A. cerana colonies.
The productivity test result showed that a PS containing Candida hawaiiana CR015. The preference test result showed that a PS containing Candida hawaiiana CR015 isolated from the flower of Brugmansia suaveolens (PS1) and a PS containing baker?s yeast (PS4) were favoured by A. cerana colonies. The productivity test result showed that a PS containing Candida hawaiiana CR015 isolated from the flower of Brugmansia suaveolens (PS1) was proved to potentially increase the productivity of A. cerana colonies and could be considered as good as imported pollen substitute.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
D1445
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Damayanti
"Fungsi madu lokal Indonesia Apis dorsata dorsata dan Tetragonula sp.sebagai antibakteri dan antioksidan belum secara spesifik terjelaskan. Protein salah satu kandungan yang ternyata memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan pada jenis ndash; jenis madu tertentu. Pengujian aktivitas protein madu sebagai antibakteri dan antioksidan melalui beberapa tahap diantaranya isolasi, analisis SDS-PAGE, uji bradford, uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumur dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Didapatkan metode pengisolasian protein yakni berupa pemekatan menggunakan membran milipore bagi madu Tetragonula sp. dan membran filtrasi dot blot bagi madu Apis dorsata dorsata. Uji bradford menunjukkan madu Apis dorsata dorsata memiliki kandungan protein < 5?g/ml, sedangkan madu Tetragonula sp. memiliki kandungan protein sebesar 97 ?g/ml.
Hasil karakteristik profil berat molekul protein menunjukkan madu Tetragonula sp. memiliki 3 pita protein yang terdiri atas 52, 96 ndash; 61,9 kDa, 63,35 ndash; 65,92 kDa dan 86,16 ndash; 91,4 kDa, sedangkan madu Apis dorsata dorsata memiliki 5 pita protein yang terdiri atas 45,2 ndash; 46,6 kDa, 50,2 ndash; 50,9 kDa, 62,5 ndash; 62,9 kDa, 73,1 ndash; 73,9 kDa, 83,9 ndash; 86,9 kDa. Isolat protein madu Apis dorsata dorsata tidak memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli, sedangkan isolat protein madu Tetragonula sp. memiliki aktivitas antibakteri terhadap Eschericia coli."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristina Hersandi
"Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh pemberian Pollen Substitute (PS) dan Nectar Substitute (NS) terhadap produktivitas Apis cerana, dan menganalisis kualitas madu sesuai Standar Nasional Indonesia. Pemberian PS dan NS berfungsi sebagai pengganti pakan alami lebah madu, yaitu pollen dan nectar. Pollen Substitute dibuat dari biomassa basah khamir Saccharomyces cerevisiae dan NS dari sirup nanas. Pakan diberikan dengan cara mencampurkan 2 gr PS dan 50 ml NS. Pada penelitian digunakan 10 koloni lebah madu: lima koloni sebagai kontrol dan lima koloni untuk perlakuan, seluruh koloni dibiarkan tetap mencari pakan alaminya. Pollen substitute dan NS diberikan setiap hari selama 2 periode (6 minggu per periode). Produktivitas lebah madu diamati setiap periode. Analisis kualitas madu dilakukan setelah 6 minggu. Hasil pengamatan pada dua periode menunjukkan penambahan keliling sisir madu dan jumlah sisir madu pada koloni perlakuan lebih besar dibandingkan kontrol. Meskipun demikian hasil uji T menunjukkan pemberian perlakuan tidak berbeda nyata terhadap kontrol (P>0,05). Rerata kenaikan keliling sisir madu dan jumlah sisir madu berturut–turut pada koloni kontrol sebesar 37 ± 23,42 cm dan 0,75 ± 0,95 buah (periode 1); 172,5 ± 79,65 cm dan 3,5 ± 1,73 buah (periode 2). Sedangkan pada koloni yang diberi PS dan NS sebesar 52 ± 55,37 cm dan 1,25 ± 1,5 (periode I); 199,5 ± 79,41 cm dan 5 ± 2,16 buah (periode 2). Volume madu yang dihasilkan koloni perlakuan lebih banyak dibandingkan kontrol, baik pada periode 1 maupun periode 2. Hasil analisis kualitas madu kontrol dan yang diberi PS dan NS sesuai dengan SNI 8664:2018. Pemberian PS dan NS mampu mempertahankan dan meningkatkan produktivitas koloni A. cerana yaitu pada keliling sisir, jumlah sisir, volume madu, dan kekuatan koloni.

The aims of this study were to examine the effect of pollen substitute (PS) and nectar substitute (NS) on the productivity of Apis cerana colonies and the quality of honey according to Indonesian National Standard for honey. Provision of PS and NS serves as a substitute for natural pollen and nectar. Pollen Substitute was prepared from wet biomass of yeast Saccharomyces cerevisiae and NS from pineapple syrup. The feed were given to the colony by mixing 2 g of PS and 50 ml of NS. Ten honeybee colonies were used in this study, five colonies were used as feeding trials and five colonies as control, and they were allowed to forage on flowers. Pollen substitute and nectar substitute were provided to the colonies every day for two periods (total 12 weeks, six weeks per period). Honey quality analysis was performed after six weeks. The results of provision of PS and NS in two periods to the colonies showed the greater than the control in their increasing of honeycomb circumference and the number of honeycombs. However, the results of the T test showed that the provision of PS and NS was not significantly different from the control (P>0,05). The average increase in the honeycomb circumference and the number of honeycombs in control colonies were 37 ± 23.42 cm and 0.75 ± 0.95 pieces (period 1); 172.5 ± 79.65 cm and 3.5 ± 1.73 pieces (period 2). Meanwhile, the colonies fed on PS and NS were 52 ± 55.37 cm and 1.25 ± 1.5 (period 1); 199.5 ± 79.41 cm and 5 ± 2.16 pieces (period 2). The yield of honey produced from colonies fed on PS and NS was higher than control colonies, both in periods 1 and 2. The quality of honey produced by the colony fed on PS and NS met the criteria of the Indonesian National Standard for honey SNI 8664:2018. This study revealed that the provision of PS and NS was able to maintain and increased the productivity of A. cerana colonies, in terms of honeycomb circumference, number of honeycombs, honey yield, and colony strength.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrian Roman
"ABSTRACT
The population of Pterois volitans, has caused significant damage to other fish populations and coral reef ecosystems. Population control of Pterois volitans consumes a considerable cost so that the utilization of these fish needs to be sought so as to be useful along with controlling the population. This fish is known to contain the enzyme phospholipase A2 which can be used as an antibiotic against some bacteria. This study will examine the antibacterial activity of the phospholipase A2 enzyme extracted from Pterois volitans venom to Escherichia coli, Bacillus subtilis and Staphylococcus aureus bacteria. The method used to isolate the enzyme phospholipase A2 is by using precipitation of ammonium sulfate and precipitation with ethanol. The results of the precipitation will be tested by the Lowry protein concentration test, the Marinetti A2 phospholipase activity test and the identification of the SDS PAGE protein. Agar diffusion disc method is used to test the antibacterial activity. The results obtained from this research is 80 ammonium sulphate precipitation method has the highest protein and enzyme activity with ratio 1.32 times compared to toxic extract. For antibacterial activity test results, an 80 ammonium sulphate sample may inhibit the activity of Staphylococcus aureus bacteria but has no effect on Bacillus subtilis and Escherichia coli.

ABSTRACT
Populasi Pterois volitans, telah menyebabkan sejumlah kerusakan besar kepada populasi ikan lain dan ekosistem terumbu karang. Kontrol populasi dari Pterois volitans memakan cost yang tidak sedikit sehingga pemanfaatan dari ikan ini perlu dicari sehingga dapat bermanfaat bersamaan dengan mengontrol populasinya. Ikan ini diketahui memiliki kandungan enzim phospholipase A2 yang dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik terhadap beberapa bakteri. Penelitian ini akan menguji aktivitas antibakteri dari enzim phospholipase A2 yang di ekstraksi dari racun duri ikan lepu ayam kepada bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis dan Staphylococcus aureus. Metode yang digunakan untuk mengisolasi enzim phospholipase A2 adalah dengan menggunakan presipitasi ammonium sulfat dan presipitasi dengan etanol. Hasil dari presipitasi akan diuji dengan uji konsentrasi protein Lowry, uji aktivitas phospholipase A2 Marinetti dan identifikasi protein SDS-PAGE. Untuk uji aktivitas antibakteri sendiri menggunakan metode agar disc diffusion. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah metode presipitasi ammonium sulfat 80 memiliki kandungan protein dan aktivitas enzim tertinggi dengan perbandingan 1.32 kali lipat dibanding ekstrak racun. Untuk hasil uji aktivitas antibakteri, sampel ammonium sulfate 80 dapat menghambat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus tetapi tidak memiliki efek apapun terhadapa Bacillus subtilis dan Escherichia coli.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Riswandha
"ABSTRAK
Lionfish (Pterois volitans) merupakan spesies predator invasif yang berhabitat asli di laut indo-pasifik yang menyerang perairan baru untuk memperoleh makanan sehingga dapat mengganggu rantai makanan dan merusak terumbu karang yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Duri yang beracun membuat Lionfish tidak dapat dimakan dan dihindari oleh predator pemangsa sehingga dapat berkembang biak secara pesat. Kandungan Fosfolipase A2 yang merupakan senyawa protein mempunyai aktivitas antibakteri terdapat di dalam racun Lionfish, yang diharapkan dapat menjadi bahan antibakteri. Proses isolasi dan purifikasi protein Fosfolipase A2 dari racun Lionfish terdiri dari beberapa tahapan yang terdiri dari ektraksi racun dengan sonikasi; pemanasan; dan purifikasi dengan purifikasi amonium sulfat bertahap. Isolat protein tersebut kemudian dianalisis dengan uji aktivitas dengan metode Marinetti; penentuan konsentrasi dengan uji Lowry; Identifikasi Protein dengan SDS-Page; dan Uji aktivitas antibakteri menggunakan difusi agar. Diperoleh hasil Fosfolipase A2 yang diisolasi dari ekstrak racun Pterois volitans dengan metode purifikasi Ammonium Sulfat pada tingkat saturasi 80% dengan lama waktu pemanasan 35 menit memiliki aktivitas spesifik enzim sebanyak 0.0206 unit/µg serta dapat menginhibisi bakteri E. coli 98.81% dan pada Salmonella sp. menginhibisi sebesar 89,28% dengan konsentrasi 3,77 µg/ml.

ABSTRACT
Pterois volitans is an invasive native predatory species in the Indo-Pacific-ocean that disrupt the food chain and damage coral reefs which cause ecosystem imbalances. Venomous spines made Lionfish inedible and are avoided by predator so they multiply rapidly. Phospholipase A2 which is a protein compound has antibacterial activity contained in Lionfish venom, which is expected to be an antibacterial agent. The process of isolation and purification of the protein Phospholipase A2 from the poison of Lionfish consists of several stages consisting of venom extraction by sonication; heating; and purification by gradual purification of ammonium sulfate. The protein isolates then analyzed by activity tests using the Marinetti method; determination of concentration by Lowry test; Identification of Proteins with SDS-Page; and the antibacterial activity test using agar diffusion. The results of Phospholipase A2 obtained from the extract of Pterois volitans poison by purification method Ammonium Sulfate at 80% saturation with a heating time of 35 minutes had a specific enzyme activity of 0.0206 units/µg and can inhibit E. coli bacteria 98.81% and Salmonella sp. inhibit 89.28% with a concentration of 3.77 µg/ml."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Georgius Argahananda Andika
"Minuman kefir merupakan suatu produk fermentasi yang dapat dibuat secara mudah dan murah. Minuman kefir dikenal luas sebagai suatu minuman probiotik. Pembuatan kefir dapat dilakukan dengan menggunakan baik susu sapi maupun susu kambing. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri dari kefir susu sapi dan susu kambing, serta mengisolasi bakteri lactobacilli yang berperan. Aktivitas antibakteri dari kefir diuji berdasarkan perbedaan pada jenis susu yang digunakan dan lama waktu fermentasi. Isolasi dan karakterisasi isolat dilakukan berdasarkan Cowan and Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria. Kefir dibuat dengan menginokulasikan 5% (w/v) granula kefir lokal ke dalam 50 mL susu sapi atau kambing yang telah dipasteurisasi. Fermentasi dilakukan selama 3, 4, dan 5 hari untuk kedua jenis susu. Uji antibakteri dari kefir dilakukan dengan metode difusi menggunakan silinder (cylinder diffusion method) terhadap 5 bakteri uji, yaitu Staphylococcus aureus NBRC 100910, Pseudomonas aeruginosa DRK 9.1, Eschericia coli NBRC 3301, Bacillus subtilis NBRC 13719 dan Kocuria rhizophila NBRC 12708. Pengukuran nilai pH kefir dilakukan dengan pH meter dan nilai total asam kefir dengan metode titrasi. Hasil uji aktivitas antibakteri dari kefir susu sapi maupun susu kambing menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap kelima bakteri uji. Secara umum kefir susu sapi menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih kecil dari kefir susu kambing, baik dari hasil fermentasi dengan lama waktu 3, 4, maupun 5 hari. Selanjutnya, aktivitas antibakteri yang paling optimal secara umum diperoleh pada kefir dengan lama fermentasi 4 hari baik untuk kefir susu sapi maupun susu kambing. Sebanyak 9 isolat bakteri berhasil diisolasi. Seluruhnya menunjukkan karakteristik bakteri yang berasal dari kelompok lactobacilli.

Kefir is a fermented beverage that can be made easily and cheaply. Kefir is widely known as a probiotic beverage. The production of kefir can be done using either cow milk or goat milk. This study aims to examine the antibacterial activity of cow milk and goat milk kefir, as well as to isolate responsible lactobacilli bacteria. The antibacterial activity of kefir is examined based on differences in type of milk used and fermentation time. The isolation and characterization of isolates is done according to Cowan and Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria. The kefirs are made by inoculating 5% (w/v) local kefir grains into 50 mL pasteurized cow milk or goat milk. Fermentation was carried out for 3, 4, and 5 days for both types of milk. The antibacterial test of kefirs was carried out using diffusion method utilizing cylinders (cylinder diffusion method) against 5 test bacteria, namely Staphylococcus aureus NBRC 100910, Pseudomonas aeruginosa DRK 9.1, Eschericia coli NBRC 3301, Bacillus subtilis NBRC 13719 and Kocuria rhizophila NBRC 12708. The measurement of kefir pH values was performed using pH meter and kefir total acidities by using titration method. Antibacterial activity test results from either cow milk or goat milk kefir showed the presence of antibacterial activity against five test bacteria. In general, cow milk kefir showed lower antibacterial activity than goat milk kefir in fermentation times of either 3, 4, or 5 days. Furthermore, the most optimal antibacterial activity was generally obtained in kefirs with a fermentation time of 4 days for both cow milk and goat milk kefir. A total of 9 bacterial isolates were successfully isolated. All of which shows the characteristics of bacteria from the lactobacilli group."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>