Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103584 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maryam Affaf Karimah
"ABSTRAK
Pemakaian energi pada sektor industri manufaktur menjadi salah satu sektor penyumbang emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar. PT Yanmar Diesel Indonesia, sebagai perusahaan global di bidang manufaktur turut menghasilkan emisi GRK dari kegiatan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menghitung emisi GRK PT. Yanmar dari pemakaian energi tahun 2019 dan proyeksinya hingga 2030, (2) menganalisis sumber emisi GRK berdasarkan jenis gas, aktivitas dan peralatan produksi, (3) memetakan neraca energi GRK dari tiap fase aktivitas produksi, dan (4) menganalisis strategi penurunan emisi. Metode IPCC Tier 2 dipilih untuk menghitung besar emisi. Pemetaan dilakukan untuk menganalisis sumber energi dan neraca energi. Tiga skenario (optimis, realistis, dan pesimis) ditawarkan sebagai alternatif penurunan emisi GRK. Hasil perhitungan menunjukkan total emisi dari tahun 2019 hingga tahun 2030 mencapai 5.368,1 Kilo ton CO2eq dengan rata-rata total emisi 447,3 Kilo ton CO2eq per tahun. Penyumbang emisi terbesar dari seluruh fase produksi adalah gas CO2. Fase proses penghasil emisi GRK terbanyak, dan fase output yang paling sedikit. Skenario yang paling disarankan adalah skenario optimis, karena memiliki target mencapai persentase penurunan emisi terbesar dibandingkan dengan skenario lainnya.

ABSTRACT
Energy consumptions in the manufacturing sector are one of the biggest contributors to greenhouse gasses (GHG) emissions. PT Yanmar Diesel Indonesia, as a global company in manufacturing also produces GHG emissions from production activities. This study aims to: (1) calculate the energy use in 2019 and the projections until 2030, (2) analyzing GHG emission sources based on the type of gasses, production activities and equipments, (3) mapping the GHG energy balance from each phase of production activities, and (4) analyzing emission reduction strategies. The Tier 2 with IPCC methods were chosen to calculate the amount of emissions. Mapping is done to analyze the energy source and energy balance. Three scenarios (optimistic, realistic and pessimistic) are offered as alternatives to reducing GHG emissions. Calculation results show total emissions from 2019 to 2030 reaching 5,368.1 Kilo tons of CO2eq. The biggest contributor to emissions from all production phases is CO2 gas. The process phase that produces the most GHG emissions, and the least output phase. The most recommended scenario is the optimistic scenario, because it has the target of achieving the largest percentage of emission reductions compared to other scenarios."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldilla Stephanie Suwana
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai skema dan landasan hukum investasi swasta di proyek Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus Indonesia termasuk hambatan dan peluang yang dihadapi sektor swasta untuk terlibat dalam proyek REDD+ di Indonesia. Metode penelitian ini adalah metode penelitian yang bersifat yuridis normatif. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa skema dan landasan hukum investasi swasta dalam proyek REDD+ di Indonesia adalah dengan memohon Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon (IUP RAP/PAN Karbon) ataupun Izin Penyelenggaraan Karbon dengan ataupun tanpa memperoleh terlebih dahulu Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE). Hambatan yang dihadapi sektor swasta adalah ketidakjelasan terhadap hak atas karbon, ketidakberlakukan ataupun absennya ketentuan terkait pajak karbon dan perdagangan karbon, serta belum adanya insentif bagi sektor swasta yang berinvestasi di Proyek REDD+. Sedangkan, peluang bagi sektor swasta adalah restorasi ekosistem tidak terkena dampak moratorium penundaan izin baru dan merupakan salah satu sasaran strategis Kementerian Kehutanan untuk mencapai prioritas pembangunan serta sistem perizinan berbasis online.

ABSTRACT
This thesis explains about scheme and legal basis for private investment in Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus Project Indonesia. It further elaborates the obstacles and opportunities faced by private sector investing in the REDD+ project. In arranging this thesis, the writer uses typology of normative legal research. Based on the research, it is concluded that Carbon Storage License/Carbon Sequestration License (IUP RAP/PAN Karbon) or Forest Carbon License (Izin Penyelenggaraan Karbon) with or without applying initial Restoration Ecosystem License (IUPHHK-RE) are the scheme and legal basis for REDD+ project. Obstacles faced by private sector are uncertainty of carbon rights, absence of laws and regulations in relation to carbon tax and carbon trading scheme, and lack of incentive. Whilst, the opportunities are restoration ecosystems that are not affected by licenses moratorium and that one of the Ministry of Forestry’s strategic goal to achieve development priorities as well as online based licensing system.
"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T38745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danisha
"Pada tahun 2023, sektor limbah menyumbang 12% emisi GRK di Indonesia, dimana perhitungannya masih menggunakan pendekatan pemodelan. Dimana, sekitar 80% masyarakat di Indonesia menggunakan teknologi air limbah setempat. Hal ini merupakan tantangan besar dalam perhitungan GRK dari sektor air limbah yang berkorelasi dengan rencana mitigasi pengurangannya. Penelitian ini berfokus dalam mengukur laju emisi GRK secara langsung (direct measurement) dari sistem pengolahan air limbah setempat. Hingga saat ini, belum terdapat standar pengukuran emisi GRK dari sistem pengolahan air limbah setempat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendesain dan mengembangkan perangkat penangkap GRK berupa flux chamber (FC), mengestimasi laju emisi GRK berdasarkan sampel GRK yang diambil secara langsung, dan menganalisis dampaknya pada skala nasional dengan menggunakan studi kasus di Asrama Universitas Indonesia. Tangki septik objek studi dipilih karena memiliki ukuran manhole yang cukup untuk perangkat FC dan pengurasan rutin yang dilakukan oleh pihak Asrama UI. Dari segi infrastruktur, tangki septik Asrama UI memiliki kekurangan berupa lubang manhole tidak tertutup sempurna, tidak ada pipa ventilasi, dan terdapat genangan air pada outlet. Perangkat FC yang dirakit dalam penelitian ini dibuat menggunakan pipa PVC yang bersifat non-reaktif dan mudah ditemukan sehingga cocok untuk digunakan di negara berkembang. Pengambilan data penelitian dilakukan pada tangki septik yang terletak di Gedung F Asrama UI dan data diambil sebanyak dua kali dalam bulan yang berbeda. Tangki septik Gedung F Asrama UI melakukan pengurasan rutin setiap 6 bulan sekali. Hasil analisis gas diuji secara ex situ menggunakan uji gas chromatography (GC). GRK yang diukur dalam penelitian ini adalah gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Konsentrasi gas yang didapatkan selama 60 menit pengambilan data berkisar di angka 276,886—1.931.765 mg/m3 untuk gas CH4 dan 1.150,553—7.381,237 mg/m3 untuk gas CO2. Konsentrasi kedua gas cenderung mengalami peningkatan sepanjang waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan laju emisi GRK yang dihasilkan dari penampungan lumpur tinja dalam tangki septik berada 20 kali lipat lebih rendah dibandingkan dengan estimasi laju IPCC. Jika dibandingkan dengan penelitian serupa, laju emisi GRK yang dihasilkan dari penelitian ini tergolong kecil. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa kemungkinan, seperti periode pengurasan tangki septik, waktu tinggal air limbah dalam tangki septik, dan infrastruktur tangki septik yang memengaruhi laju emisi GRK. Meskipun data yang digunakan hanya berasal dari 1 tangki septik yang diukur sebanyak dua kali, penelitian ini tetap melakukan perhitungan awal untuk emisi GRK di skala nasional. Hasil penelitian kemudian diekstrakpolasi ke skala nasional dengan mengalikan laju emisi per kapita dengan persentase penduduk yang menggunakan tangki septik. Laju emisi GRK dari sektor pengolahan air limbah setempat berdasarkan penelitian ini diperkirakan berkontribusi hingga 2% dari emisi GRK sektor limbah di Indonesia.

In 2023, the waste sector will contribute 12% of GHG emissions in Indonesia, where the calculations still use a modeling approach. Around 80% of people in Indonesia use local wastewater technology. This is a big challenge in calculating GHG from the wastewater sector, which is correlated with the reduction mitigation plan. This research focuses on measuring the rate of GHG emissions directly (direct measurement) from local wastewater treatment systems. Until now, there is no standard for measuring GHG emissions from local wastewater treatment systems. Therefore, this research aims to design and develop a GHG capture device in the form of a flux chamber (FC), estimate the GHG emission rate based on GHG samples taken directly, and analyze the impact on a national scale using a case study at the University of Indonesia Dormitory. The study object's septic tank was chosen because it has a sufficient maintenance hole size for the FC device, and the UI Dormitory carries out routine draining. Regarding infrastructure, the UI Dormitory septic tank has shortcomings in the form of maintenance holes that are partially closed, no ventilation pipes, and standing water at the outlet. The FC device assembled in this research was made using PVC pipe, which is non-reactive and easy to find, making it suitable for use in developing countries. Research data was collected in a septic tank in Building F of the UI Dormitory, and data was collected twice in different months. The septic tank in Building F, UI Dormitory, is drained routinely every 6 months. The gas analysis results were tested ex-situ using the gas chromatography (GC) test. The GHGs measured in this study are methane gas (CH4) and carbon dioxide (CO2). The gas concentration obtained during 60 minutes of data collection ranged from 276,886—1.931,765 mg/m3 for CH4 gas and 1.150,553— 7.381,237 mg/m3 for CO2 gas. The concentration of both gases tends to increase throughout the sampling time. The research results show that the GHG emission rate from storing fecal sludge in septic tanks is 20 times lower than the IPCC estimated rate. Compared with similar studies, the rate of GHG emissions resulting from this research is relatively small. This may occur due to several possibilities, such as the draining period of the septic tank, the residence time of wastewater in the septic tank, and the septic tank infrastructure, which influences the rate of GHG emissions. Even though the data used only comes from 1 septic tank, which was measured twice, this research still performs initial calculations for GHG emissions nationally. The research results were then extracted to a national scale by multiplying the per capita emission rate by the population percentage using septic tanks. Based on this research, the rate of GHG emissions from the local wastewater processing sector is estimated to contribute up to 2% of the GHG emissions from the waste sector in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Kurniawan
"Sistem kelistrikan Pulau Sabang merupakan off grid system, dimana listriknya di suplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar. Disamping itu, Pulau Sabang memiliki potensi energi baru terbarukan seperti angin dan sinar matahari. Oleh karena itu, diperlukan konfigurasi optimal dalam memanfaatkan potensi energi baru terbarukan guna pengendalian pemakaian BBM, mengingat selain sulit untuk memperoleh BBM juga harganya mahal. Berdasarkan hasil simulasi menggunakan perangkat lunak HOMER diperoleh konfigurasi optimal energi baru terbarukan di Pulau Sabang yaitu konfigurasi Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH) yang mengkombinasikan konfigurasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan nilai NPC sebesar $ 94335192, COE sebesar 0,287 $/kWh serta menghemat penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak 2.650.577 liter/tahun dari kondisi awal sistem yaitu konfigurasi PLTD. Kemudian, untuk mengurangi gas emisi CO2, NOx, HC, CO, SOx, dan partikulat (PM) yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan yang ditimbulkan dalam pengoperasian PLTD, maka konfigurasi optimal energi baru terbarukan di Pulau Sabang menggunakan Bahan Bakar Nabati (Biofeul) jenis biodiesel. Pada penelitian ini, selain mengitung penurunan gas emisi dan menganalisis dampak penurunan emisi juga menganalisis dari sisi kebijakan pemerintah yang terkait dengan ketenagalistrikan. Adapun penurunan bahan gas emsi yang diperoleh untuk SOx sebanyak 239 Kg/tahun, Partikulat (PM) sebanyak 1.473.340 Kg/tahun, CO2 sebanyak 128.629 Kg/tahun, NOx sebanyak 441 Kg/tahun, HC sebanyak 38 Kg/tahun dan sebanyak 88 Kg/tahun untuk emisi CO.

Sabang Island electrical system is off-grid systems, source of supply electrical from the Diesel Power Plant (PLTD). In addition, Sabang Island has the potential of renewable energy such as wind and solar. Therefore, the optimal configuration is needed in exploiting the potential of renewable energy in order to control fuel usage, since in addition it is difficult to obtain fuel and expensive. Based on the simulation results with software HOMER obtained configuration optimal of renewable energy on the island of Sabang which configuration Hybrid Power Plant (PLTH) which combines configuration Solar Power Plant (PLTS) and Diesel Power Plant (PLTD) with NPC = $ 94,335,192, COE = $ 0.287 / kWh and save the use of fuel as much as 2,650,577 liters/year compared of initial conditions the system is diesel configuration. Then, to reduce emissions of CO2, NOx, HC, CO, SOx, and particulate matter (PM) that has a negative impact on the environment caused by the operation of the diesel, the configuration optimal of renewable energy on the island of Sabang using Biofuel type biodiesel. In this study, in addition to counting the emissions decrease and analyzed the impacts of emissions reduction are also analyzed in terms of government policy related to electricity. The decrease in gas materials for SOx obtained 239 kg/year, Particulate (PM) obtained 1.473.340 Kg/year, as many as 128.629 kg/year of CO2, NOx obtained 441 kg/year, HC obtained 38 kg/year and as many as 88 kg/year for CO emissions.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satya Dharma Pinem
"Intensitas emisi GRK dari kegiatan produksi migas cenderung meningkat. Penelitian
bertujuan untuk menganalisis emisi GRK, menganalisis biaya pengurangan emisi,
menganalisis perilaku KKKS migas serta menyusun mitigasi emisi pada kegiatan
produksi migas. Perhitungan emisi menggunakan metoda IPCC Tier-1, perilaku KKKS
dianalisis dari Laporan Keberlanjutan, analisis biaya pengurangan emisi menggunakan
metoda marginal abatement cost (MAC), dan mitigasi emisi disusun berdasarkan Kurva
MAC. Hasil penelitian menunjukkan emisi dari sumber pembakaran bahan bakar sebesar
354.487 ton CO2e/tahun, sedangkan emisi dari sumber fugitive sebesar 125.476 ton
CO2e/tahun. Sumber emisi GRK terutama berasal dari pembakaran pada turbin
pembangkit listrik dan kompresor gas. Perilaku KKKS termasuk kategori cukup baik
tetapi perlu peningkatan pada perilaku penggunaan energi terbarukan. Beberapa pilihan
mitigasi bernilai MAC negatif sehingga berpotensi memberikan keuntungan ekonomi
bagi KKKS. Mitigasi emisi disusun melalui peningkatan perilaku KKKS dan pemilihan
aksi mitigasi yang memberikan penurunan emisi GRK terbesar dengan biaya
pengurangan emisi terkecil.

The GHG intensity from O&G production activity is continue increasing. This research
aims to analyze the GHG emission, the emission reduction cost, the mitigation behavior
of O&G company, and to develop emission mitigation. The GHG emission is calculated
by IPCC Tier-1 method, company behavior is analyzed thru Sustainability Report, the emission reduction cost is analyzed by marginal abatement cost (MAC), and emission mitigation is developed by MAC Curve. The results showed that emissions from fuel combustion were 354,487 tons CO2e/year, while emissions from fugitive were 125,476 tons CO2e/year. The source of GHG emissions mainly from fuel combustion in power generator equipment and gas compressor. The O&G company behavior is categorized as quite good but need improvement in using renewable energy. Several mitigation options
have found economically beneficial. Emission mitigation is developed thru increasing mitigation behaviour and de
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Khairani
"Target penurunan emisi gas rumah kaca mendorong pemerintah Indonesia menetapkan aksi jangka menengah yang disebut Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Untuk sektor transportasi yang menghasilkan emisi terbesar kedua, penggunaan mobil listrik digalakkan. Pemerintah menerapkan beberapa kebijakan untuk mendorong masyarakat agar segera beralih dari mobil bahan bakar ke mobil listrik yaitu insentif pajak dan pembebasan dari aturan jalan raya ganjil genap. Pencapaian target penjualan mobil listrik masih sangat rendah hingga bulan Juli 2022 yaitu sekitar 5% mendorong penulis mempelajari dampak dari kebijakan yang telah diterapkan dengan menggunakan metode dinamika sistem. Penelitian ini tidak hanya mengkaji dampak terhadap penjualan tetapi juga mengkaji pengaruh penggunaan mobil listrik terhadap emisi GRK di Indonesia yang didominasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) lebih kurang 40%. Pengaruh dari tiap kebijakan terhadap jumlah penjualan mobil listrik dan emisi gas rumah kaca dikaji. Berdasarkan simulasi diperoleh bahwa kebijakan tersebut memiliki pengaruh terhadap penjualan mobil listrik dan penjualan mobil listrik memiliki pengaruh terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Selanjutnya, skenario alternatif kebijakan dirancang dengan mengacu pada kebijakan di berbagai negara dengan melakukan perluasan kebijakan saat ini berupa insentif fiskal, pengecualian aturan jalan raya, dan jumlah SPKLU. Hasil simulasi menunjukkan penerapan tiga alternatif kebijakan secara bersamaan akan meningkatkan total penjualan sebesar 34% dan penerapan alternatif kebijakan insentif fiskal dan jumlah SPKLU secara bersamaan akan meningkatkan total penjualan sebesar 30%. Emisi GRK juga akan mengalami penurunan sebesar 392.400.000 kilogram.

The target of reducing greenhouse gas emissions has prompted the Indonesian government to establish a medium-term action called the Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). For the transportation sector which produces the second largest emission, the use of electric cars is encouraged. The government implemented several policies to encourage people to immediately switch from fuel cars to electric cars, namely tax incentives and prohibitions from odd-even road rules. Achievement of the sales target for electric cars is still very low until July 2022, which is around 5%, prompting the author to study the policy paths that have been implemented using the system dynamics method. This research not only examines the impact on sales but also examines the effect of the use of electric cars on Green House Gas (GHG) emissions in Indonesia, which is dominated by Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) of approximately 40%. The effect of each policy on the number of electric car sales and GHG emissions is reviewed. Based on the simulation, it was found that the policy had an influence on electric car sales and electric car sales had an influence on GHG emissions. Furthermore, alternative policy scenarios are designed with reference to policies in various countries by expanding current policies in the form of fiscal incentives, exemption from road regulations, and the number of SPKLU. The simulation results of applying the three policy alternatives simultaneously will increase total sales by 34% and the application of alternative fiscal incentive policies and the number of SPKLU simultaneously will increase total sales by 30%. GHG emissions will also decrease by 392.400.000 kilograms."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafiera Fibiana Razak
"PLTU Muara Karang dan PLTGU merupakan pembangkit listrik yang memasok listrik ke DKI Jakarta. Bahan bakar yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah minyak solar atau High Speed ​​Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO), dan gas alam yang merupakan bahan bakar fosil yang dapat menghasilkan beberapa zat limbah antara lain CO2, CH4, dan N2O. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar jumlah gas rumah kaca yang dihasilkan oleh unit-unit di PLTU dan PLTGU Muara Karang. Perhitungan emisi gas rumah kaca menggunakan metode dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan menggunakan faktor emisi nasional. Untuk mengetahui konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan model dispersi Gaussian dan menggunakan data meteorologi 2018 yang diperoleh dari BMKG Kemayoran. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa CO2 merupakan emisi terbesar yang dihasilkan dari bahan bakar tersebut. Dari tiga blok di lokasi tersebut, PLTGU blok 2 menghasilkan emisi gas rumah kaca terbesar, yaitu 1.952.852,78 CO2e. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi. Nilai konsentrasi CO2 maksimum terjadi pada hari di bulan Juni dengan jarak 1900 m dari cerobong asap dan nilai konsentrasinya adalah 14.035,39 g/m3. Sedangkan konsentrasi maksimum gas CH4 dan N2O masing-masing adalah 0,29 g/m3 dan 0,03 g/m3. Pada stabilitas atmosfer A pada hari di bulan Juni, gas emisi maksimum menyebar pada jarak 1900 m dari cerobong asap, sedangkan pada stabilitas atmosfer C pada hari di bulan Desember menyebar pada jarak 6100 m dari cerobong asap. Konsentrasi gas rumah kaca pada bulan Desember menyebar lebih jauh melawan arah angin, sedangkan untuk bulan Juni, konsentrasi lebih terkonsentrasi di sekitar sumbernya.

Steam power plants and combined power plants of Muara Karang are power plants that supply electricity to DKI Jakarta. The fuel that are used in these activities includes diesel oil or High Speed Diesel (HSD), Marine Fuel Oil (MFO), and natural gas which are fossil fuels that can produce gas emissions including CO2, CH4, and N2O. This study aims to determine how much the amount of greenhouse gases produced by the units in the Muara Karang PLTU and PLTGU. Calculation of greenhouse gases emissions is using the methods from the Ministry of Energy and Mineral Resources and using the national emission factors. To find out the concentration of greenhouse gases in the atmosphere the Gaussian dispersion model was used and along with the meteorological data obtained from BMKG Kemayoran. The calculation results show that CO2 is the largest emission produced from these fuels. Out of the three blocks in the location, block 2 of combined power plants produced the largest greenhouse gas emissions, amounting to 1,952,852.78 CO2e. In addition, the results of the study also showed that the concentration of greenhouse gases in the atmosphere was greatly influenced by meteorological factors. The maximum CO2 concentration value occurs on the month of June with a distance of 1900 m from the source with the concentration value of 14.035,39 μg/m3. As for the CH4 and N2O gases, the maximum concentrations were 0.29 μg/m3 and 0.03 μg/m3, respectively. In atmospheric stability of A on the month of June, the maximum concentration of emission spreads at a distance of 1900 m from the source, whereas at atmospheric stability of C on a month of December it spreads at a distance of 6100 m from the source. The concentration of greenhouse gases in December spreads further in the direction of the wind, while in June, concentrations are more concentrated around the source."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Putri Adriani
"Berdasarkan penelitian terdahulu, sektor air memegang peranan yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) dengan 58% dari total emisi GRK sektor air berasal dari penggunaan akhir air. Penelitian mengenai emisi GRK dari sektor air yang telah dilakukan di negara berkembang terbatas pada area yang airnya disediakan oleh instalasi pengolahan air.
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap emisi GRK yang diasosiasikan dengan penggunaan akhir air dari area yang menggunakan air tanah sebagai sumber air. Data dikumpulkan dari 100 rumah tangga yang terletak di kecamatan Cinere, Kota Depok, Jawa Barat menggunakan metode sampel acak. Survei kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data untuk setiap penggunaan akhir air dan konsumsi energi dari pemakaian peralatan air. Emisi GRK eksisting dihitung berdasarkan data yang terkumpul dan dilakukan perbandingan antara skenario intervensi.
Didapatkan hasil yakni rata-rata konsumsi penggunaan akhir sebesar 228,2 liter per orang per hari dengan aktivitas mandi merupakan konsumsi air terbesar. Emisi GRK dari penggunaan akhir air yang dihasilkan sebesar 0,379 kg CO2/orang/hari dengan pemanasan air sebagai sumber utama. Dua skenario intervensi dilakukan untuk menurunkan emisi GRK, skenario pertama dapat mengurangi emisi GRK hingga 1% dan skenario kedua dapat menurunkan emisi GRK hingga sebesar 66%.

Previous studies showed that the water sector plays a significant role in Greenhouse Gases (GHG) emissions with household water end-uses contributes 58% of total GHG emissions. Studies on GHG emissions from the water sector in developing countries were limited to areas where the water is supplied by a water treatment plant.
We attempted to calculate GHG emissions associated with household water end-uses from the area that use groundwater as the main water source. Data were collected from 100 households in Cinere District, Depok City, West Java using random sampling technique. Questionnaire surveys and interviews were conducted to obtain the data for each water end-use consumption and energy consumption from water appliances usage. Existing GHG emissions were calculated based on the data collected and comparisons were made between existing GHG emissions and intervention scenarios.
The results showed that the average household water end-uses consumption for the study area was found to be 228,2 litres per capita per day with bathing activity consumed the largest amount of water. GHG emissions associated with household water end-uses was found to be 0,379 kg CO2 capita/day and mainly resulted from water heating. Two intervention scenarios to minimize GHG emissions were evaluated, the first scenario could reduce GHG emissions by 1% and scenario two could reduce GHG emissions up to 66%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sad Kondang Gunarso
"Dalam pidato pada KTT G20 di Pittsburgh, Amerika Serikat, 25 September 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa Indonesia secara sukarela berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 26 persen pada tahun 2020 dari tingkat business as usual (BAU) dengan usaha sendiri. Target ini bisa ditingkatkan menjadi 41 persen apabila ada bantuan luar negeri yang memadai. Tekad tersebut diutarakan di tengah ketidakpastian implementasi hasil-hasil perundingan di bawah Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).
Terkait dengan komitmen tersebut, pemerintah Indonesia telah bertekad untuk menerapkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Secara domestik, prinsip pembangunan ini tidak hanya menguntungkan dari aspek lingkungan, tetapi juga ekonomi dan sosial. Penerapan pembangunan berkelanjutan berkorelasi positif dengan penurunan emisi GRK, namun juga dihadapkan dengan target pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, komitmen penurunan emisi GRK merupakan tantangan bagi Indonesia agar target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen dapat tercapai. Sedangkan secara internasional, Indonesia berharap mampu menunjukkan kepemimpinannya dan menjadi pendorong bagi negara-negara lain, terutama negara maju untuk menurunkan emisi GRK global.
Penelitian dalam tesis ini didesain atas dasar riset kebijakan (policy research) dengan menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis deskriptif. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa target penurunan emisi GRK nasional sebesar 26 persen berpotensi tercapai. Selain sebagai negara yang memiliki hutan terluas ketiga di dunia, upaya-upaya penurunan emisi di bidang lainnya telah mendorong pencapaian target tersebut. Kesuksesan dalam program penurunan emisi GRK ini tidak hanya menguntungkan secara domestik, tetapi juga akan menempatkan Indonesia dalam posisi penting dalam kerjasama internasional menghadapi tantangan perubahan iklim global.
Dengan komitmen penurunan emisi GRK dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Indonesia, maka prinsip ”pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa merugikan kebutuhan generasi-generasi mendatang” menjadi pedoman dalam pelaksanaannya. Itulah sebabnya, ketika merumuskan kebijakankebijakan dalam pembangunan, perlu melibatkan perhitungan lingkungan, yang diharapkan akan mendukung terciptanya ketahanan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan. Ketahanan ekonomi dan sosial berkontribusi bagi terciptanya ketahanan nasional yang mantap.

In a speech at the G20 Summit in Pittsburgh, the United States, September 25, 2009, President Susilo Bambang Yudhoyono said that Indonesia voluntarily committed to lowering emissions of greenhouse gases (GHG) by 26 percents by 2020 from the level of business as usual (BAU) with his own business. The target could be increased to 41 percents when there is sufficient foreign aid. The determination expressed in the midst of the uncertainty of the implementation of the results of the negotiations under the United Nations Framework Convention on climate change (UNFCCC).
Associated with that commitment, the Government of Indonesia has committed to implement sustainable development. Domestically, the principle of this development not only benefits from the environmental aspect, but also economic and social. The application of sustainable development correlates positively with decreased GHG emissions, but it also faced with a target of economic growth. Thus, the emissions reduction commitment is a challenge for Indonesia to target economic growth of 7 percents could be achieved. Meanwhile, Indonesia wished to demonstrate his leadership and became the catalyst for other countries, especially developed countries to lower the global GHG emissions.
The research in this thesis is designed on the basis of policy research using qualitative method with descriptive analysis techniques. Of the research results, obtained the conclusion that the 26 percents of national GHG emissions reduction target will be potentially achieved. Aside from being a country that has the world third largest forest, the efforts to decrease emissions in other sectors has been encouraging the achievement of the target. Success in this program of GHG emissions reduction not only benefits domestically, but will also bring Indonesia as an important country in the international cooperation in facing the global climate change.
GHG emission reduction commitment in order sustainable development in Indonesia, then the principle of fulfilment of the needs of the present generation without harming future generations needs to be guidelines in its implementation. That is why, when formulating policies in development, it is necessary to involve the environmental accounting, which is expected to endorse the creation of an economic and social security. Economic and social security contribute to thcreation of a national resilience steadily.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fawaz
"[Sektor pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (land use, land-use change and forestry/LULUCF) memiliki kontribusi hingga 20% untuk emisi gas rumah kaca. Salah satu skema yang dirancang sebagai upaya mitigasi perubahan iklim dari sektor pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (LULUCF) adalah program Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD. Penelitian ini mengevaluasi program REDD+ di Taman Nasional Bukit 12 (TNBD) serta menganalisa skenario alternatif program REDD+ berdasarkan
hasil evaluasi yang telah dilakukan sebagai upaya mitigasi perubahan iklim. Evaluasi dilakukan untuk mencari sebab kegagalan penerapan program REDD+ di TNBD yang telah disosialisasikan sejak tahun 2011. Selanjutnya analisa skenario alternatif dilakukan guna meningkatkan nilai cadangan karbon dan agar program REDD+ dapat berjalan dengan baik. Analisa skenario alternatif dilakukan menggunakan program GIS (Sistem Informasi Geografis) dengan parameter cadangan dan emisi karbon untuk analisa neraca massa karbon. Berdasarkan analisa yang dilakukan, cadangan karbon pada tahun 2001 hingga 2008 berkurang
hingga 76 ton C/ha dan emisi karbon meningkat sebesar 95 ton C/ha. Dari 3 skenario alternatif yang dianalisa, skenario mengubah kebun homogen menjadi kebun campur menjadi skenario yang paling memungkinkan untuk dijalankan guna meningkatkan nilai cadangan karbon sekaligus menurunkan nilai emisi karbon di TNBD.;Agriculture, forestry, and other land use(land use, land-use change and forestry/LULUCF) contribute significantly to greenhouse gas emissions up to 20% globally. One of the designed schemes as climate change mitigation effort from agriculture, forestry, and other land use (LULUCF) is Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) program, a scheme to reduce greenhouse gas emissions from deforestation and forest degradation and also conservation, sustainable management of forests and enhancement of forest carbon stocks. This study evaluate REDD+ program in Taman Nasional Bukit 12 (TNBD) and rearrange REDD+program scenario based on evaluation result as climate change mitigation effort. Evaluation performed to indicate the cause of REDD+ program application failure in TNBD that have been socialized since 2011. Furthermore scenario rearrengement was done to increase carbon stock value and improve the application of REDD+ program., Agriculture, forestry, and other land use(land use, land-use change and
forestry/LULUCF) contribute significantly to greenhouse gas emissions up to
20% globally. One of the designed schemes as climate change mitigation effort
from agriculture, forestry, and other land use (LULUCF) is Reducing Emissions
from Deforestation and Forest Degradation (REDD+) program, a scheme to
reduce greenhouse gas emissions from deforestation and forest degradation and
also conservation, sustainable management of forests and enhancement of forest
carbon stocks. This study evaluate REDD+ program in Taman Nasional Bukit 12
(TNBD) and rearrange REDD+program scenario based on evaluation result as
climate change mitigation effort. Evaluation performed to indicate the cause of
REDD+ program application failure in TNBD that have been socialized since
2011. Furthermore scenario rearrengement was done to increase carbon stock
value and improve the application of REDD+ program.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44516
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>