Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Ara Alif Putra
"Telah dilakukan literature review mengenai pengaruh variasi temperatur kalsinasi terhadap sifat physicochemical katalis ZSM-5 terimpregnasi nikel dan molybdenum. Katalis ZSM-5 memiliki karakteristik-karakteristik yang perlu dimodifikasi dan salah satu karakter tersebut adalah sisi aktif dari ZSM-5. Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi terhadap ZSM-5. Salah satu caranya dengan proses impregnasi dimana dalam prosesnya setelah dilakukan impregnasi sampel harus dilakukan kalsinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi rasio Si/Al (SAR), pengaruh suhu kalsinasi pada 500°C, 550°C dan 600°C serta proses impregnasi logam aktif nikel dan molibdenum maupun keduanya. Metode yang digunakan ialah impregnasi basah dan dikarakterisasi menggunakan XRD, BET dan SEM. Pada proses impregnasi semakin tinggi temperature kalsinasi akan menurunkan luas permukaan. Pada impregnasi logam nikel contohnya penurunan luas permukaan terjadi paling besar pada suhu 500°C dengan 17%. Sedangkan pada logam molibdenum penurunan luas permukaan paling besar terjadi pada suhu 550°C dimana terjadi penurunan sebesar 51.6%. Selain luas permukaan impregnasi juga berpengaruh terhadap volume total pori. Penurunan volume paling besar pada impregnasi nikel terjadi pada suhu 500 dimana volume turun sebesar 30% sedangkan pada molybdenum turun sebesa 60%.

Literature review has been carried out on the effect of variations calcination temperature on the physicochemical properties of ZSM-5 catalysts impregnated by nickel and molybdenum. ZSM-5 catalyst needs to be modified to improve the active side of ZSM-5. Impregnation is the most widely used to modify ZSM-5. this research aims to determine the effect of variations ratio of Si / Al (SAR), The effect of calcination temperature and The effect of bimetallic impregnation. The method used is wet impregnation and is characterized using XRD, SEM and BET. In the impregnation process the higher the calcination temperature will decrease the surface area. In nickel metal impregnation, for example, the greatest reduction in surface area occurs at 500°C by 17%. In molybdenum impregnation the greatest decrease in surface area occurs at 550 ° C where there is a decrease of 51.6%. Besides impregnation surface area also affects the total pore volume. The greatest volume decrease in nickel impregnation occurs at a temperature of 500 where the volume drops by 30% while in molybdenum it decreases by 60%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Thohari
"Zeolite Socony Mobil-5 (ZSM-5) merupakan salah satu jenis zeolit dengan struktur MFI yang banyak diaplikasikan sebagai katalis di industri adsorbsi dan proses katalisis, seperti proses hydrotreating fraksi berat minyak bumi. Telah dilakukan literature review mengenai pengaruh waktu kalsinasi terhadap sifat fisik katalis Zeolit ZSM-5 terimpregnasi logam Nikel (Ni/ZSM-5) dan Molibdenum (Mo/ZSM-5). Beberapa sifat fisik yang dipelajari di penelitian ini antara lain kristalinitas, luas permukaan serta volume pori, dan morfologi dari sampel Ni/ZSM-5 dan Mo/ZSM-5 setelah mengalami kalsinasi pada temperatur 550oC selama waktu 2, 3, 4, 5 jam. Karakterisasi XRD, BET, dan SEM telah dilakukan pada beberapa penelitian yang sudah ditinjau. Hasil dari beberapa penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh waktu kalsinasi terhadap luas permukaan serta volume pori sampel. Semakin bertambahnya waktu kalsinasi maka luas permukaan dan volume pori sampel Ni/ZSM-5 dan Mo/ZSM-5 akan semakin menurun. Penurunan tertinggi untuk sampel Ni/ZSM-5 terjadi pada waktu kalsinasi 5 jam, yaitu penurunan luas permukaan sebesar 48,10% dan volume pori sebesar 18,64%, serta untuk sampel Mo/ZSM-5 penurunan tertinggi juga terjadi pada waktu kalsinasi 5 jam, yaitu penurunan luas permukaan sebesar 24,93% dan volume pori sebesar 34,69%. Selain itu, waktu kalsinasi juga cukup berpengaruh terhadap morfologi sampel, dimana semakin lama waktu kalsinasi berlangsung, maka dispersi partikel akan lebih baik. Namun, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa waktu kalsinasi tidak mempengaruhi kristalinitas dari sampel, yaitu tetap mempertahankan struktur MFI seperti sampel awal ZSM-5

Zeolite Socony Mobil-5 (ZSM-5) is a type of zeolite with MFI structure which is widely applied as a catalyst in the industrial of adsorption and catalysis processes, such as the hydrotreating process of heavy petroleum fractions. A literature review has been carried out on the effect of calcination time on the physical properties of the ZSM-5 Zeolite catalyst impregnated by Nickel (Ni/ZSM-5) and Molybdenum (Mo/ZSM-5) catalysts. Some physical properties studied in this study include crystallinity, surface area and pore volume, and morphology of the Ni/ZSM-5 and Mo/ZSM-5 samples after calcining at 550oC for 2, 3, 4, 5 hours. Characterization of XRD, BET, and SEM has been carried out in several studies that have been reviewed. The results of several studies have shown the influence of calcination time on the surface area and pore volume of the sample. The more time of calcination increases the surface area and pore volume of Ni/ZSM-5 and Mo/ZSM-5 samples will decrease, where the highest decrease for Ni/ZSM-5 samples occurs at 5-hour calcination time, ie the surface area decreases by 48,10% and pore volume by 18,64%, and for Mo/ZSM-5 samples the highest decrease also occurred at 5 hour calcination time, ie the surface area decreases by 24.93% and pore volume by 34.69%. The calcination time is also quite influential on the morphology of the sample, where the longer the calcination time lasts, the better particle dispersion will be. However, the results of the study also showed that the calcination time did not affect the crystallinity of the sample, that is still maintained the structure of the MFI like the initial sample ZSM"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elang Fajar Tryadi
"Penelitian ini telah berhasil melakukan modifikasi pada tepung terigu dengan metode heat moisture treatment (HMT) dan ikat silang menggunakan asam sitrat. HMTdilakukan dengan memvariasikan waktu pemanasan dan ikat silang dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi dari asamsitrat yang digunakan. HMT menghasilkan perubahan atau penyusunan ulang struktur kristral yang diidentifikasi menggunakan mikroskop. Ikat si- lang menambahkan ikatan kovalen antar rantai pati yang dapat diidentifikasi menggunakan FTIR. Setelah modifikasi, diamati perubahan dari sifat fisikokimia dari pati. Kecenderungan yang terjadi setelah modifikasi adalah penurunan swelling power dan kelarutan, penurunan viskositas pasta,pen- ingkatan ketahanan termal. Daya cerna pati mengalami penurunan yang sig- nifikan pada pati dengan modifikasi secara tunggal maupun ganda.

This study was succesfully modifying wheat flour with heat mois- ture treatment (HMT) methode and crosslinking with citric acid. HMT is conducted by varying the heating time and crosslinking is conducted by var- ying concentration of citric acid used. HMT will generate rearrangement on starch crystal structure and could be indetified with microscope while cross- linking will generate new covalent bond on starch chain and could be iden- tified with FTIR. After modification changes in physicochemical properties are observed. The trend of alteration are decrease in swelling power and solubility, decrease paste viscosity, and increasing thermal resistance. Di- gestibility of starch also observed as significant decrease on single and dual treated starch."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Mawaddah
"Beras merah dan beras ketan hitam kaya akan kandungan nutrisi dan serat yang dibutuhkan oleh tubuh. Perbedaan beras merah dan beras ketan hitam terletak pada kandungan pati yaitu amilosa dan amilopektin yang dapat mempengaruhi daya cerna. Beras dengan daya cerna yang rendah dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah sehingga sangat dibutuhkan untuk penderita diabetes dan obesitas. Penelitian ini memodifikasi beras merah dan beras ketan hitam dengan modifikasi tunggal HMT dan Tautan silang serta modifikasi ganda HMT-Tautan silang dengan asam sitrat dan Tautan silang-HMT dengan berbagai variasi kelembapan dan kosentrasi asam sitrat untuk mengetahui sifat fisikokimia dan daya cerna terendah dari beras merah dan beras ketan hitam. Modifikasi tunggal dan ganda dapat menurunkan daya cerna tetapi modifikasi HMT 25%-Tautan silang 20% menunjukkan daya cerna terendah pada beras ketan hitam. Perbedaan kadar amilosa dan amilopektin pada sampel dapat menyebabkan perbedaan penurunan kelarutan dan swelling power. Kelarutan terendah terdapat pada beras merah variasi HMT25%-Tautan silang 20% dan swelling power terendah pada sampel beras merah variasi HMT25%-Tautan silang 20%. Terbentuknya ikatan kovalen baru setelah proses modifikasi ikatan silang dapat diidentifikasi dengan FTIR pada daerah 1735 cm-1

Brown rice and black glutinous rice are rich in nutrients and fiber the body needs. The difference between brown and black glutinous rice lies in the starch content, namely amylose, and amylopectin, which can affect digestibility. Low digestibility rice can lower blood glucose levels, so it is needed for people with diabetes and obesity. This study modified brown rice and black glutinous rice with single modification HMT and Croslingking and double modification HMT-crosslinking with citric acid and Crosslinking- HMT with various variations to determine the physicochemical properties and the lowest digestibility of brown rice and black glutinous rice. Single Modification and Multiple modifications can reduce digestibility, but a modification of HMT 25%-Crosslinking 20% showed the lowest digestibility in black glutinous rice. Differences in amylose and amylopectin levels in the sample can cause differences in the decrease in solubility and swelling power. The lowest solubility was found in brown rice with the HMT 25%- Crosslinking 20% variation, and the lowest swelling power in the brown rice sample with the HMT 25%-Crosslinking 20% variation. The formation of new covalent bonds after the crosslinking modification process can be identified by FTIR in the 1735 cm region. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezzy Rizki Mahardika
"Pada penelitian ini dilakukan modifikasi secara fisika terhadap beras ketan putih dan ketan hitam dengan metode heat moisture treatment (HMT). Tujuan penelitian ini ialah menentukan karakter fisikokimia beras ketan putih dan hitam setelah dimodifikasi dengan HMT. Metode HMT pada penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan kadar air pada sampel beras ketan menjadi 15, 20, dan 25% serta menggunakan 3 sumber panas yang berbeda, yakni oven, autoklaf, dan microwave. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain Differential Scanning Calorimeter (DSC), mikroskop cahaya dan spektrofotometer UV-Vis. Dari data yang dihasilkan menunjukkan bahwa HMT berhasil mengubah karakter fisikokimia dari beras ketan putih dan hitam. Hal ini dapat terjadi karena HMT menyebabkan terjadinya restrukturisasi pada internal granula pati serta memperkuat ikatan intramolekul di dalam granula pati yang dibuktikan oleh bergesernya rentang temperatur gelatinisasi saat diuji dengan DSC. Beras ketan hasil modifikasi mengalami kenaikan nilai swelling power dan daya cerna pati secara in vitro. Sementara kelarutan dan viskositas dari beras ketan yang telah dimodifikasi cenderung lebih rendah dibandingkan beras ketan yang tidak dimodifikasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode HMT dapat digunakan untuk memodifikasi serta mengubah karakter fisikokimia dari beras ketan putih dan ketan hitam.

In this study, physical modification of white glutinous rice and black glutinous rice was carried out with the heat moisture treatment (HMT) method which aims to see whether the HMT method can change the physicochemical character of glutinous rice and analyze changes in its physicochemical character after using HMT. HMT methods in this study were carried out by varying the moisture content in the samples to 15, 20, and 25% and using 3 heat sources including oven, autoclave, and microwave. The instruments used in this research include Differential Scanning Calorimeter (DSC), light microscope and UV-Vis spectrophotometer. The resulting data showed that HMT succeeded in changing the physicochemical characters of white and black glutinous rice. This can happen because HMT causes a rearrangement in the internal starch granules and the intramolecular relationships that contained in the starch granules. This study resulted an increase in swelling power and in vitro digestibility values​​ of modified starch compared to unadjusted starch, the solubility and viscosity values ​​of starch tended to be lower than unregulated starch. Thus, it can be said that the HMT method can be used to modify and change the physicochemical characteristics of white and black glutinous rice."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Hudaya
"Pergerakan materi melalui media berpori merupakan fenomena yang sangat menarik untuk dipelajari. Dalam bidang teknik kimia fenomena tersebut ditemui pada kolom adsorpsi , reaktor berkatalis, kromatografi, filtrasi, pertukaran ion, dan lain-lain.
Untuk mengetahui profil kecepatan dan tekanan pada media berpori maka dibutuhkan persamaan neraca massa dan neraca momentum. Neraca massa dan neraca momentum pada aliran berpori didapat dengan menerapkan teorema rerataan volume lokal pada neraca massa dan momentum untuk aliran homogen.
Tiga buah persamaan diferensial parsial (PDP) berorde tiga yang didapat dari neraca massa dan neraca momentum harus diselesaikan secara simultan. Oleh karena itu disubstitusikan stream function pada ketiga persamaan tersebut sehingga didapat satu persamaan yang lebih mudah untuk diselesaikan. Konsekuensi dari penggunaan stream function itu akau menghasilkan PDP yang berorde lebih tinggi (orde empat).
Persamaan akhir yang didapat berupa persamaan diferensial parsial berorde empat, kemudian diselesaikan dengan menggunakan solusi numerik yaitu metode finite dyference. Hasil yang didapat dari solusi tersebut adalah distribusi kecepatan, distribusi tegangan gesek dan jatuh tekanan pada kolom adsorpsi.
Hasil solusi numerik yang didapat adalah profil kecepatan dengan adanya pengurangan kecepatan fluida disekitar dinding dengan kecenderungan semakin dekat ke dinding maka pengurangan kecepatan semakin besar. Hasil sebaliknya didapat untuk tegangan gesek, yaitu semakin dekat ke dindlng maka tegangan gesek akan semakin besar.
Jatuh tekanan dipengaruhi oleh permeabilitas media berpori yang digunakan. Semakin kecil permeabilitas maka jatuh tekanan akan semakin besar dan sebaliknya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrasno Kartohardjono
"Kontaktor membran serat berlubang telah secara luas digunakan sebagai peralatan kontak karena memberikan rasio luas permukaan kontak dan volume peralatan yang besar. Pada kontaktor membran gas-cair hanya diperlukan sedikit perbedaan tekanan untuk menjaga agar interfasa gas-cair tetap berada pada pori-pori membran. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektifitas kontaktor membran serat berongga dalam proses absorpsi CO2 menggunakan pelarut air dan larutan encer NaOH melalui studi perpindahan massa dan hidrodinamika air. Serat membran yang digunakan pada penelitian ini berdiameter 2 mm dengan ukuran pori 0,1μ m. Ada 3 buah kontaktor yang digunakan dengan diameter selongsongnya 1,6 cm dan panjang 40 cm dengan jumlah serat 12, 15 dan 18 buah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Fluks gas CO2 dan koefisien perpindahan massa, pada jumlah serat yang sama, bertambah besar dengan meningkatnya kecepatan aliran pelarut yang melewati kontaktor. Sementara itu, pada kecepatan aliran pelarut yang sama, fluks dan koefisien perpindahan massanya berkurang dengan bertambahnya jumlah serat membran di dalam kontaktor. Kapasitas penyerapan larutan 0,01 M NaOH, berdasarkan hasil eksperimen, 1,4 juta kali lebih besar daripada kapasitas penyerapan CO2 oleh air. Rasio faktor friksi kontaktor membran yang digunakan dengan faktor friksi pada pipa halus (literatur) berdasrkan hasil eksperimen berkisar antara 2 hingga 5 kali lebih besar.

Hollow fiber membrane contactor has been widely used as a contactor device to give high ratio between contact area and volume of equipment. In the membrane contactor only need small pressure difference to keep gas-liquid interphase remain in the membrane pores. This studi aims to evaluate theeffectivity of hollow fiber membrane contactor in the CO2absorption process using water and dilutesolution of NaOH as solvents.The fibers used in this suty are 2 mm in diameter and 0,1μ m in the pore size. There were three contactors used in the experiments with 1.6 in shell diameter and 40 cm in length, and the number of fibers in the contactors are 12, 15 and 18, respectively.The results show that CO2 fluxes and mass transfer coefficients increase with increasing liquid flowrate in the contoctors of the same fiber number. Meanwhile, fluxes and mass transfer coefficients decrease with increasing number of fibers in the contactors at the same liquid flowrates. CO2 absorption capacity of 0.01 M NaOH is 1.4 million times higher than CO2 absorption capacity of water. Ratio of friction factor of the contactors used in the experiments and friction factor of smooth pipe is in the range of 2 to 5 times higher."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Tirsadi Librawan
"Penelitian ini merupakan studi tentang kavitasi hidrodinamika menggunakan orifice plate untuk mendegradasi kandungan amonia pada limbah cair sintetik. Larutan amonia disirkulasikan menggunakan pipa biasa lalu dilakukan kuantifikasi senyawa pengoksidasi dengan titrasi Kalium Permanganat (KMnO4) melalui jumlah lubang orifice plate optimum (17 lubang) dengan variasi pH awal (4,7, dan 10). Degradasi amonia dilanjutkan dengan variasi pH operasi awal (4,7, dan 10), variasi konsentrasi reagen Hidrogen Peroksida (100 mg/L, 200 mg/L, dan 300 mg/L), dan variasi konsentrasi awal limbah amonia (10 ppm, 25 ppm, 50 ppm). Tujuan penggunaan reagen Hidrogen Peroksida (H2O2) pada penelitian kali ini adalah untuk meningkatkan produksi radikal hidroksil yang akan bereaksi dengan senyawa polutan dan berfungsi untuk meningkatkan persentase degradasi kandungan amonia pada limbah cair sintetik.
Hasil percobaan menunjukkan kondisi operasi yang optimum untuk menyisihkan limbah adalah pada pH operasi asam lemah dengan tambahan konsentrasi Hidrogen Peroksida 200 mg/L dengan tingkat degradasi optimum mencapai 37,96% dan semakin efektif tingkat degradasinya apabila kandungan awal amonianya semakin berkurang.

This research is a study of hydrodynamic caviation method using Hydrogen Peroxide reagent to increase the effectiveness of ammonia degradation in synthetic wastewater. Ammonia solution was circulated using pipe and then tested the productivity of oxidizing compounds using permanganate titration by varying the initial operating pH (4, 7, and 10). Furthermore, degradation of ammonia followed by variation of initial operating pH (4, 7, and 10), variation of initial Hydrogen Peroxide concentration (100 mg/L, 200 mg/L, and 300 mg/L), and variation of ammonia initial concentration (10 mg/L, 25 mg/L, and 50 mg/L).
The results showed that the circulation using pipe can degrade ammonia by 14,02%, while using orifice plate produces most oxidizing compound in weak acid condition. From this research, ammonia is best degraded at pH of 6 (weak acid) with Hydrogen Peroxide concentration of 200 mg/L and ammonia initial concentration of 10 mg/L with 37,96% percentage of degradation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54302
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahadianti Cahyani Putri Widadi
"Fitoplankton sebagai organisme fotosintetik berperan penting sebagai produsen primer. Fitoplankton menghasilkan oksigen serta bahan organik dalam perairan yang berfungsi sebagai pilar utama dalam jaring-jaring makanan. Kelimpahan fitoplankton dalam perairan diketahui dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan fisika-kimia seperti intensitas cahaya, suhu, kecerahan, oksigen terlarut (dissolved oxygen), nitrat, fosfat, dan pH. Parameter fisika-kimia perairan diduga memiliki keterkaitan kuat dengan kelimpahan fitoplankton. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui jenis serta kelimpahan fitoplankton dan mengetahui hubungan parameter fisika-kimia perairan terhadap kelimpahan fitoplankton di Situ Rawa Besar, Depok, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Februari—Maret 2023. Metode purposive sampling digunakan dalam pengambilan sampel dari 9 stasiun dengan 3x pengulangan. Sedgewick-rafter counting cell digunakan untuk pencacahan fitoplankton. Parameter fisika-kimia yang diukur di antaranya, intensitas cahaya, suhu, kecerahan, oksigen terlarut (dissolved oxygen), nitrat, fosfat, dan pH. Data parameter fisika-kimia dan kelimpahan fitoplankton dianalisis menggunakan metode PCA (Principal Component Analysis) dengan software R (R Studio). Rata-rata hasil parameter fisika-kimia menunjukkan konsentrasi DO sebesar 6,36 ppm, nitrat sebesar 6,77 mg/L, fosfat 0,02 mg/L, pH 9,54, kecerahan sebesar 13,30 cm, suhu sebesar 27,41°C, dan intensitas cahaya sebesar 8.201,3 lux. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan fitoplankton berada di rentang 27,8─518.945 individu/L. Planktothrix merupakan genus dengan kelimpahan tertinggi yaitu 518.945 individu/L dan kelimpahan terendah ada pada genus Actinastrum dengan nilai 27,8 individu/L. Analisis data dengan PCA menunjukkan korelasi positif antara kelimpahan fitoplankton dengan parameter fosfat, suhu, pH, dan intensitas cahaya.

Phytoplankton as photosynthetic organisms play an important role as primary producers. Phytoplankton produce oxygen and organic matter in the waters which serve as the main pillars of food webs. The abundance of phytoplankton in waters is known to be influenced by various physico-chemical environmental factors such as light intensity, temperature, brightness, dissolved oxygen, nitrate, phosphate, and pH. The physico-chemical parameters of the waters are thought to have a strong relationship with the abundance of phytoplankton. The aim of the research was to determine the types and abundance of phytoplankton and to determine the relationship between the physico-chemical parameters of the waters and the abundance of phytoplankton in Lake Rawa Besar, Depok, West Java. The research was conducted in February-March 2023. The purposive sampling method was used in taking samples from 9 stations with 3 repetitions. Sedgewick-rafter counting cell is used for counting phytoplankton. The physico-chemical parameters measured included light intensity, temperature, brightness, dissolved oxygen, nitrate, phosphate, and pH. Physico-chemical parameter data and phytoplankton abundance were analyzed using the PCA (Principal Component Analysis) method with R software (R Studio). The average results of the physico-chemical parameters showed DO concentrations of 6.36 ppm, nitrates of 6.77 mg/L, phosphates of 0.02 mg/L, pH 9.54, brightness of 13.30 cm, temperature of 27.41°C, and a light intensity of 8,201.3 lux. The results showed that the abundance of phytoplankton was in the range of 27.8-518,945 individuals/L. Planktothrix is the genus with the highest abundance of 518,945 individuals/L and the lowest abundance is in the Actinastrum genus with a value of 27.8 individuals/L. Data analysis using PCA showed a positive correlation between the abundance of phytoplankton and the parameters of phosphate, temperature, pH, and light intensity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Herpi Akbar
"Bambu betung merupakan salah satu sumber alfa selulosa yang potensial. Namun pemanfaatannya belum dilakukan secara maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kondisi optimal pembuatan hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dari alfa selulosa bambu betung, karakteristik fisikokimia serbuk HPMC bambu betung serta pemanfaatannya sebagai gelling agent. Optimasi pembuatan HPMC bambu betung (HPMC BB) dilakukan dengan central composite design (CCD) yang menggunakan tiga variabel (konsentrasi natrium hidroksida, jumlah reagen dimetil sulfat dan suhu reaksi) dan lima level (0, ± 1, dan ± α). HPMC BB hasil optimasi selanjutnya dikarakterisasi dan hasilnya dibandingkan dengan HPMC 60SH. HPMC BB digunakan sebagai gelling agent pada pembuatan sediaan gel dan dilakukan evaluasi sediaan gel yang meliputi uji homogenitas, uji pH, uji viskositas dan uji daya sebar. Kondisi optimal pembuatan HPMC BB yaitu dengan menggunakan natrium hidroksida 27,68% (w/v) dan dimetil sulfat 1,26 ml per 1 g alfa selulosa pada suhu 58,1 °C yang menghasilkan nilai molar substitusi 0,21 dan derajat substitusi 2,09. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HPMC BB memiliki karakteristik berupa serbuk halus berwarna putih kekuningan, pH 7,02, kadar abu 1,39%, kandungan gugus metoksi 28,56%, kandungan gugus hidroksipropoksi 7,09%, ukuran partikel rata-rata 98,595 1¼m, suhu leleh 235,15°C, viskositas 14,83 cP, berat molekul prediksi 30838-34625, susut pengeringan 3,62%, dan kadar air 7,47%. Sifat alir HPMC BB masuk dalam kategori fair. Spektrum inframerah HPMC BB relatif mirip dengan HPMC 60SH. Sediaan gel yang dihasilkan memiliki homogenitas dan daya sebar yang baik, pH 6,37 dan viskositas 142,5 cP. Berdasarkan hasil perbandingan dengan HPMC 60SH, terdapat beberapa perbedaan karakteristik HPMC BB yang meliputi warna, pH, kadar abu, kadar air, pola difraksi XRD, sifat alir serbuk, ukuran partikel rata-rata, viskositas dan berat molekul prediksi. HPMC BB tidak direkomendasikan sebagai gelling agent dalam pembuatan sediaan gel karena sediaan gel yang dihasilkan memiliki viskositas yang rendah.

Betung bamboo is a potential source of alpha cellulose. However, its utilization has not done optimally. This study aim to obtain the optimum condition of preparation of hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) produced from 1±-cellulose betung bamboo, physicochemical properties of HPMC powder and its utilization as gelling agent. HPMC of betung bamboo (HPMC BB) were optimized by central composite design (CCD) using three variables (sodium hydroxide, dimethyl sulfate and temperature) and five levels (0, ± 1, and ± 1±). The optimum condition was subjected to further characterization and compared to HPMC 60SH as the reference. HPMC BB was used as a gelling agent in gel preparation and the gel were evaluated including homogeneity, pH, viscosity and spreadability. Optimum condition of preparation of HPMC BB was using sodium hydroxide 27,68% (w/v) and 1,26 ml dimethyl sulfate per 1 g alpha cellulose at 58,1 °C which resulted molar substitution 0,21 and degree of substitution 2,09. The results showed that HPMC BB was a fine powder with yellowish white color, pH 7,02, residue on ignition 1,39%, methoxy groups content 28,56%, hydroxypropoxy groups content 7,09%, mean particle size 98,595 1¼m, melting temperature 235,15°C, viscosity 14,83 cP, prediction of molecular weight 30838-34625, loss on drying 3,62%, and moisture content 7,47%. Flow properties of HPMC BB classified in fair category. The infrared spectrum was relatively similar to HPMC 60SH. The gel has a good homogeneity and spreadability, pH 6,37 and viscosity 142,5 cP. Based on the comparison to HPMC 60SH, there are several different characteristics on colour, pH, residue on ignition, moisture content, XRD diffraction pattern, flow properties, mean particle size, viscosity and molecular weight prediction. HPMC BB is not recommended as a gelling agent in gel preparation because its has low viscosity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>