Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138433 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tenty Melvianti Legarias
"Sejak 2007, lebih dari setengah populasi dunia telah tinggal di kota-kota, dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 60 persen pada tahun 2030. SDG's mencatat bahwa 1 dari 4 penduduk kota tinggal di dalam kondisi kumuh. Urbanisasi yang cepat mengakibatkan meningkatnya jumlah penghuni daerah kumuh di seluruh dunia dan termasuk di kota Jakarta, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi spesifik dari permukiman kumuh serta menganalisis pola penyebaran permukiman kumuh berdasarkan zonasi atau peruntukkan lahan dalam perencanaan detail tata ruang Jakarta menggunakan variabel tingkat kepadatan bangunan dengan studi kasus pada 15 lokasi RW (Rukun Warga) di Jakarta dengan kategori RW kumuh berat. Metode penelitian menggunakan metode analisis deskriptif, metode analisis overlay, metode analisis Cluster dan Outlier (Anselin Local Moran's I) dan metode analisis regresi dengan sumber data peta batas administrasi wilayah, peta rencana detail tata ruang dan peta bangunan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta data hasil pendataan keluarga Dasawisma TP-PKK tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan 84,62% tingkat kepadatan bangunan tertinggi berada di zona tidak aman sesuai perencanaan Jakarta yaitu Zona Ruang Terbuka Hijau dan/atau Zona Ruang Terbuka Biru dengan rata-rata kepadatan 234 unit/ha. Penelitian ini juga bahwa lokasi kumuh yang memiliki tetangga langsung ke daerah yang ditetapkan sebagai zona industri dan area pergudangan serta zona perkantoran, perdagangan dan layanan berdasarkan rencana detail tata ruang Jakarta, memiliki tingkat kepadatan bangunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi kumuh yang bertetangga dengan daerah yang ditetapkan sebagai zona perumahan. Dalam penelitian ini tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan di setiap wilayah RT tidak berpengaruh signifikan pada tingkat kepadatan bangunan. Penelitian ini merekomendasikan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melakukan kolaborasi dalam penanganan permukiman kumuh di Jakarta serta melakukan penanganan yang lebih efektif dan efisien berdasarkan karakteristik setiap wilayah permukiman kumuh.

Since 2007, more than half of the world's population has lived in cities and is projected to increase to 60 percent by 2030. SDG's noted that 1 in 4 city residents live in slums. Rapid urbanization has resulted in increasing numbers of slum dwellers throughout the world and including in the city of Jakarta, Indonesia. This study aims to identify specific locations of slums and analyze patterns of distribution of slums based on zoning or land designation in Jakarta detailed spatial planning using building density level variables with case studies at 15 RW (hamlets) locations in Jakarta with heavy slum RW categories. The research method uses descriptive analysis method, overlay analysis method, Cluster and Outlier analysis method (Anselin Local Moran's I) and regression analysis method with the data source of regional administrative boundary maps, detailed spatial plan maps and building maps from DKI Jakarta Provincial Government as well as data on the census of the Dasawisma TP-PKK in 2019. The results showed that 84.62% of the highest level of building density was in the unsafe zone according to Jakarta's planning, namely the Green Open Space Zone and/or the Blue Open Space Zone with an average density of 234 units /Ha. The factor of land insecurity is one of the factors driving the development of slums. This study also shows that RT areas that have direct neighbors to industrial and business zones affect the level of building density and high opportunities for slums to develop in urban areas. In this study the level of income and education level in each RT region did not significantly influence the level of building density. This study recommends the Provincial Government of DKI Jakarta to collaborate in handling slums in Jakarta and to conduct more effective and efficient handling based on the characteristics of each slum area."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Al Islam
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji ketergantungan spasial dari kualitas hidup berdasarkan angka kepadatan penduduk. Pengambilan data dilakukan secara daring kepada penduduk DKI Jakarta yang berusia dewasa yakni di atas 18 tahun. Kualitas hidup diukur dengan menggunakan alat ukur The World Health Organization Quality of Life - Bref (WHOQOL-Bref) dan angka kepadatan penduduk setiap kelurahan diambil dari portal Jakarta Open Data. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis spasial seperti autokorelasi spasial dan regresi spasial dengan menggunakan bantuan aplikasi Quantum GIS, GeoDa, dan ArcGIS. Penelitian ini menemukan bahwa domain kesehatan fisik, keadaan psikologis, dan lingkungan dari kualitas hidup memiliki ketergantungan spasial dan membentuk pola berkelompok. Ditemukan juga peran dari kepadatan penduduk yang memprediksi ketergantungan spasial tersebut.

This study aims to examine the spatial dependence of quality of life based on population density. The research data was obtained by spreading online questionnaires to residents of DKI Jakarta who are aged over 18 years old. Quality of life was measured using the World Health Organization Quality of Life - Bref (WHOQOL-Bref) measuring instrument and the data of population density of each kelurahan was taken from the Jakarta Open Data portal. This research was conducted using descriptive analysis and spatial analysis such as spatial autocorrelation and spatial regression by using Quantum GIS, GeoDa, and ArcGIS applications. This study found that the domains of physical health, psychological, and environment of quality of life have spatial dependence and geographically form clustered patterns. It is also found that the role of population density predicts spatial dependence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fatina Risinda
"ABSTRAK

ABSTRACT
As part of the society, woman who lives in urban slum areas usually did not get much attention of their existence. When we talk about their roles in their life, actually these women have three roles. These three roles are not only reproductive role or dosmectic role, when women should take care of their family and house, but also productive role or the role that makes them to work too as a primer or secondary income-earners, and the third role, the community management (Moser, 1988; 1993, dalam Miraftab, 1995).
These women in slum areas became special as their three roles should meet the economic presure and bad condition of their settelement. They should face the truth about patriarchy system in the family, which men (or their husband) is said to have domination, including women space of activities.
From the pre-research in 2012, researcher found out that women in slum areas can use even the small space in their house efficiently and effectively. But at that pre-research, researcher did not include about the women point of view of the use of that space with their husband or children. Because of that, this research is about exploring women’s life and apce of activities in slum areas with their roles and activities in spaces in slum areas from gender perspective of how the space is created and used as it related with people around the women’s life, especially their husband, when they use that space.
The case studies of this reasearch are slum areas in Bukit Duri, Tebet, South Jakarta, with focus on RT 11 and RT 15 in RW 10. Both RTs is the poorest and always got flooded when the rain season comes because of their location in Kali Ciliwung riverbank. These women who live in this settlements can show us that poor women can live their life in very bad and limited spaces in their settlement for their space of activities. The limited spaces meet a lot of needs of space then relates to the existence of negotiation that women did as the way they form and use the existing spaces for their space of activities.
The method that researcher used is ethnograpic method, especially about the relation of people and spaces. The main approach is participant-observation to know these women’s space, people who involved, activities, the objects, actions, events, aims, and feeling in each of their activities (Reeves, Kuper, dan Hodges, 2008). With that method, research can learn how these women and their family, especially their husband, use the space in their house and their society for their activities as part of space negotiation.
Research then found out that women in slum areas can balance their three roles and that’s relate to how their face life presure from their husband, children, and the condition of their house and settlement. But at the same time, all of that pressures can make them stronger and can get opportunity to have access of spaces in their house and settlement. This can show us the position of these women in family are not subordinated. Even that position can be seen in how they use the spaces for their activities as a result of space negotiation that women and their husband did. So all of the condition that being thought will make them have a hard time to do their activities is actually can help them balance their roles, which area reproductive role, productive role, and community management role."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalimar
"Permukiman kumuh muncul ketika masyarakat tidak dapat mengakses tempat tinggal yang layak huni dan tidak memiliki kemampuan untuk membeli rumah ataupun melakukan pemeliharaan terhadap bangunan yang mereka tempati. Dalam rangka mengatasi permasalahan terkait dengan permukiman kumuh, pemerintah melalui Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) melakukan penataan kawasan yang bertujuan meningkatkan kualitas permukiman kumuh menjadi lebih baik. Hal tersebut mendorong dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kinerja DPRKP dalam melakukan penataan kawasan permukiman kumuh di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan teori kinerja organisasi yang terdiri dari lima indikator yaitu macro efficiency, micro efficiency, equality, happiness, dan capabilities. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan mixed methods melalui survei dan wawancara mendalam. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kinerja DPRKP DKI Jakarta dalam melakukan penataan kawasan permukiman kumuh masuk ke dalam kinerja kategori baik. Namun, terkait anggaran, alternatif pembiayaan dan koordinasi dengan dinas lain terkait penataan kawasan permukiman kumuh masih harus diperbaiki dan evaluasi kembali.

Slum settlements arise when people cannot access a decent place to live in and do not have the ability to buy a house or carry out maintenance of the building they occupy. In order to overcome problems related to slum settlements, the government through the Office of Public Housing and Settlement Areas (DPRKP) carried out regional arrangements aimed at improving the quality of slum settlements for the better. This prompted the conduct of research aimed at analyzing the performance of the DPRKP in structuring slum areas in DKI Jakarta. This study uses the theory of organizational performance which consists of five indicators, namely macro efficiency, micro efficiency, equality, happiness, and capabilities. Researchers used mixed methods collection techniques through surveys and in-depth interviews. The research findings show that the performance of the DKI Jakarta DPRKP in structuring slum areas falls into the good category of performance. However, regarding the budget, alternative financing and coordination with other agencies related to structuring slum areas, they still need to be repaired and re-evaluated."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnelti
"ABSTRAK
Salah satu karakteristik kota adalah jumlah penduduk yang makin banyak dan tingginya kepadatan penduduk. Hal ini menimbulkan dampak terhadap daya dukung kota berupa ketidakseimbangan antara ruang yang dibutuhkan dan jumlah penduduk yang meningkat. Pertumbuhan penduduk kota, terutama dari arus pendatang tidak hanya menyebabkan kota menjadi berkembang, tetapi juga menimbulkan permasalahanpermasalahan baru. Umumnya di negara berkembang, kaum pendatang mempunyai tujuan untuk mencari pekerjaan.
Bertumpuknya penduduk di kota menimbulkan permasalahan yang cukup rumit, baik dari segi fisik maupun non fisik, serta mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan daerah sekitarnya, dan merupakan salah satu sebab timbulnya kawasan-kawasan kumuh di perkotaan.
Secara umum, permukiman kumuh diartikan sebagai kawasan hunian yang tidak layak huni berkaitan dengan kesehatan masyarakat khususnya pada penyakit yang sering berjangkit selama di permukiman. Cermin dari permukiman kumuh diantaranya daerah yang tidak terencana, tidak teratur, dan bersifat informal, kepadatan permukiman yang tinggi serta kondisi lingkungan yang buruk.
Dalam era pembangunan dewasa ini, upaya perkembangan perumahan rakyat mendapat perhatian yang besar dari berbagai pihak pemerintah sebagai upaya mewujudkan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yaitu papan.
Dalam perencanaan perkembangan hingga saat ini perkembangan ekonomi masih menonjol, sedangkan pertimbangan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat tampaknya masih belum mendapat perhatian.
Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang kondisi permukiman kumuh dalam hubungannya terhadap kesehatan masyarakat dari segi lingkungan sosial, lingkungan fisik, sanitasi lingkungan dan pola penyakit yang sering terjangk`it di lingkungan permukiman kumuh. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1 Mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat di daerah permukiman kumuh.
2 Hubungan variabel-variabel permukiman kumuh terhadap variabel kesehatan masyarakat.
3 Berbagai upaya dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di permukiman kumuh.
Lokasi penelitian adalah Kelurahan Penjaringan di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara, ditentukan berdasarkan purposive sampling. Dalam Kelurahan ini diambil 3 Rukun Warga (RW) yang merupakan wilayah yang paling padat penduduknya. Selanjutnya untuk menentukan banyak sampel tiap-tiap RW digunakan cara proposional random sampling yang seluruhnya berjumlah 130 responden.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara berdasarkan kuesioner, wawancara mendalam dengan masyarakat setempat, serta observasi langsung kelapangan. Sedangkan data sekunder di peroleh dari lapangan dan literatur penunjang yang didapat dari instansi terkait.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan rumus Chi-square yang diteruskan dengan Uji Coefficient Contingency, disertai pula dengan analisis kualitatif.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel-variabel permukiman kumuh mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat
dilihat dari faktor lingkungan sosial, yaitu faktor jenis pekerjaan, crowding index dan jenis pelayanan kesehatan,akan tetapi tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dari faktor pendidikan dan pendapatan. Masyarakatnya mayoritas berpendidikan, pendapatan masih dalam taraf rendah yaitu pendidikan SD, sedangkan pendapatan masyarakat setiap bulan sebagian besar antara Rp 50.000,-sampai dengan Rp 100.000,-.
Variabel lingkungan fisik mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dilihat dari faktor keadaan saluran/got air rumahtangga, kondisi lingkungan jalan, kelembaban udara, sinar matahari, jumlah ruangan.
Variabel sanitasi perumahan lingkungan mempunyai hubungan yang signifikan dengan kesehatan masyarakat dilihat dari faktor, bau/aroma dari air saluran buangan rumahtangga, saluran pembuangan mandi, saluran pembuangan kakus, pembuangan sampah, dan sumber air minum dengan derajat hubungan cukup kuat: Sedangkan terhadap kesehatan masyarakat dari faktor, saluran pembuangan masak, saluran pembuangan air cucian tidak terdapat hubungan.
Dari hasil hubungan antara berbagai variabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa permukiman kumuh sangat erat hubungannya dengan kesehatan masyarakat.
Perlu dilakukan perlindungan dan peningkatan terhadap kesehatan masyarakat di permukiman kumuh ini, karena permukiman kumuh menurunkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatkan pencemaran lingkungan. Kurangnya diperhatikan lingkungan sosial, lingkungan fisik, dan sanitasi perumahan lingkungan oleh masyarakat serta kurangnya pengetahuan tentang kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal akan menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.

ABSTRACT
One of the urban main characteristics is the fast growing number of population and its high density. This causes an impact on carrying capacity in terms of the imbalance between the needed space and the increasing population; particularly as rush of city's newcomers does not only imply city's development, but also generate new environmental problems. In most of developing countries, the main reason for people coming to the cities is seeking for employment. High concentration of people in the cities create complex environmental problems, either physically or non-physically, giving negative impact an the particular surroundings and constitutes one of the main causes for the existence of urban slums.
In general, slum settlement is understood as an urban settlement inappropriate to habitat in terms of the community's health, particularly the incidence rate of diseases. Slum settlement is mostly reflected in its involuntary existence, unorganized, informal by characteristics, highly dense, and bad condition. Even though slum settlement's lands are already determined their infrastructures are still inappropriate, with small alleys, muddy, far from appropriate latrines, bath and washing facilities, and lack of clean water.
In the development periods the Government has given much attentions to the development of public housing as one the Government's efforts in providing the community with shelter facilities.
Even in the national development planning the economic sector development constitutes the first priority, yet health sector, particularly community health development is still considered as insignificant.
The objective of the study is to identify and describe the conditions of slum settlement and its correlations with the community's health, in particular from the aspects of its social environment, physical environment, and environmental sanitation in terms of its disease frequency pattern. The specific objectives are:
Identify the social-economic condition of the community of slum settlement;
The correlations between slum settlement's variable to the community's health.
To provide solution efforts in increasing the community health status in slum settlement.
The areas studied are located in the Penjaringan Subdistrict, Northern part of Jakarta, which for this purpose was purposively taken, in which tree "Kelurahan" were determined as samples in terms of the densest population. Further, sample members were drawn proportional-randomly from each "Kelurahan", numbering 130 respondents.
Primary data collection was conducted by interviews using questionnaires as instrument, depth interviews with selected local respondents, and direct observation in the field. While secondary data were collected from related government agencies.
Data analysis was conducted quantitatively based on non-parametric statistic means, i.e. Chi-square, followed with coefficient contingency test and qualitative analysis.
From the analysis it? was identified that slum settlement's variables significantly correlate with those of the community's health viewed from their social environmental factors, i.e. kinds job, crowding index, and health service, but not significantly correlation with the community's health in terms of education, income, and number of family members. But field data eduction, people income majority education degree is SD (63,9%), indregree income Rp 100.000,- (37,7%).
correlate with the conmunity's health in terms of its factors, i.e. household's sewerage, neighbour hood's streets condition, air humidity, sunlight, and number of rooms with strong correlation, under lining the air humidity as the strongest factor; whereas ventilation received the weakest influence.
Settlement's environmental santitation has significant correlation with the community's health in terms of its factors, i.e. household's sewerage odour, bathroom's sewerage, waste disposal, and drinking water source, showing rather strong correlation. However, when correlated with cooking and washing waste water sewerages, there isn't any correlation to be found. In terms of latrine variable, strong correlation with the community's health has been observed as being exist.
From the variables relationship it was evident that slum settlement strongly correlate with the community's health. Further, there should be improvements in the field of community health in the slum areas, as slum conditions can degrade the community's health status and generate environmental pollution. Lack of attention in the fields of physical, social and sanitary environment could by all means decrease the quality of the community's health and the community's health status itself.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Maheswari Ramadhanti
"Pemukiman kumuh memberikan pengaruh negatif terhadap masalah sanitasi dan lingkungan yang menjadi kotor. Kondisi tersebut menyebabkan penyakit berbasis lingkungan tidak dapat dihindari. Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun. Penelitian ini membahas mengenai hubungan sanitasi dasar terhadap kejadian diare yang dilihat dari kacamata perilaku hidup sehat di empat lokasi Pemukiman Kumuh Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada balita. Sanitasi dasar yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian diare yaitu sarana air bersih, sarana pembuangan sampah dan perilaku pemeliharaan kesehatan.

Slums have a negative effect on sanitation and environmental problem. This condition causes environment-based diseases to be unavoidable. Diarhea is an environment-based disease which is the main cause of death for children under five years old. This study discusses the correlation of basic sanitation to the incidence of diarhea seen from the perspective of healthy living behavior in four slum areas of Jakarta. The results of this research shows that theres a strong correlation between basic sanitation to the incidence of diarhea among the toddlers. Basic sanitation is significantly related to the incidence of diarhea are clean water facilities, waste disposal facilities and health maintenance behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rokman Lizar
"Di Provinsi DKI Jakarta khususnya kota madya Jakarta Timur masih banyak Permukiman kumuh dan ilegal termasuk dalam katogori terkumuh di tingkat DKI Jakarta. Dalam upaya penanganan pembangunan perumahan dan permukiman Pemerintah Propinsi DKI Jakarta telah melaksanakan beberapa kegiatan antara lain melalui Penataan lingkungan Perumahan dan Permukiman. Dalam Perbaikan lingkungan dengan penekanan pada 3 aspek yaitu aspek sosial, ekonomi dan fisik lingkungan.Untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana permukiman di suatu kawasan perlu koordinasi dan sinkronisasi antar unit terkait sesuai bidangnya serta peran aktip dari masyarakat. Permasalahan yang sering timbul dalam pelaksanaan kegiatan adalah kurangnya koordinasi dan sinkronisasi yang dapat menimbulkan risiko yang akan mempengaruhi tercapainya target yang ditentukan yaitu mutu, waktu dan biaya.
Tujuan Tesis ini adalah mendapatkan metode pendekatan manajemen proyek dan penerapan manajemen risiko yang terstruktur akan bermanfaat untuk mengetahui risiko risiko yang berpengaruh terhadap kinerja mutu proyek, sehingga dapat mengatasi dampak, penyebab dan tindakan yang diperlukan. Tahapan dalam penyusunan tesis ini adalah menetapkan Sasaran,Identifikasi faktor- faktor risiko, analisa risiko, evaluasi risiko dan memberi tanggapan dan perlakuan atas risiko, memantau dan mengkaji ulang, komunikasi dan konsultansi dan tahapan terakhir menyusun dokumentasi. Untuk mengetahui faktor risiko dilakukan secara kualitatif dengan menganalisa data persepsi dari kuesioner dan analisa risiko secara kuantitatif terhadap variabel risiko data diolah dengan dibantu oleh SPSS versi 13. Dengan mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dalam mengelola risiko yang ada diharapkan kinerja mutu dalam Penataan lingkungan Perumahan Permukiman kumuh di Provinsi DKI Jakarta akan semakin baik.

In DKI Jakarta province, particularly East Jakarta municipality, there are still many slum and illegal settlement area and labeled as the dirtiest in the level of DKI Jakarta. In order to manage the settlement development, the DKI Jakarta administration had conducted some activities, among others, slum settlement arrangement. In the improvement of the environment, the highlight was shed into 3 aspects, social, economy and physical environment. In fulfilling the need of facility and infrastructure of settlement in an area, coordination and synchronization are needed among related units in accordance with the respective field and active participation of people. The coordination and synchronization may cause risk that will afffect the target achievement defined, they area, quality, time and cost.
The purpose of this thesis is to get structured project management approaching method and risk management application that will be beneficial to recognize the risks affecting the project quality performance, in turn, it may overcome the impact, cause and action needed. The phase of this thesis composition is to define objective, risk factor identification, risk analyses, risk evaluation and providing responses and handling to the risk, observing and reviewing, communication and consultation from the last phase of document composition. In recognizing the risk factor, the qualitative way is performed to the risk variable, the data was processed by SPSS version 13. Knowing what action should be done in managing the existing risks, it is expected that the quality performance in the slum settlement area in DKI Jakarta will get better.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24950
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni
"Kota Depok menghadapi permasalahan terkait penyediaan lahan permukiman bagi penduduknya yang mengakibatkan terbentuk dan berkembangnya permukiman kumuh. Skripsi ini membahas tentang pola keruangan permukiman kumuh Kota Depok berdasarkan tingkat kekumuhannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan dengan tema analisis pola keruangan dan unit analisis berupa tingkat kekumuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kekumuhan permukiman kumuh di Kota Depok erat hubungannya dengan jarak terhadap badan air, rel kereta api dan lokasi aktifitas ekonomi; serta tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status kependudukan mempengaruhi tingkat kekumuhan dari aspek sosial ekonomi.

Depok City experiencing problems related to housing land supply for its residents which resulted in forming and growing of slum areas. This Undergraduate thesis discusses about the spatial pattern of Depok's slum areas based on its slums level. In this research, spatial approach, especially spatial pattern analysis is used to analyse the spatial pattern of slum area in Depok City.
The result of this research indicate that level of slum areas in Depok City closely related to the distance from the water bodies, the distance from the railway, and the distance from the economic aktivities; as well as the educational levels, employment, and residential status influence the slum level of Depok's slum areas from the socio-economic aspect.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43019
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aning Tri Subeqi
"Konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat akan mengganggu proses pembangunan keluarga. Tidak hanya kesenjangan sosial ekonomi, konflik sosial, dendam lama, dan latar belakang pendidikan keluarga yang menimbulkan perselisihan dan permasalahan di wilayah rentan ini, kemungkinan karena tingkat subjective well being yang rendah dikarenakan kesenjangan ekonomi yang terjadi di daerah ini dimana banyak terdapat permukiman padat dan kumuh dengan keluarga miskin, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini dimaksudkan mengetahui tingkat tingkat subjective well being kepala keluarga di permukiman kumuh berat dan melihat hubungannya dengan pengalaman pengasuhan, harga diri, spiritualitas, dukungan teman, dan dukungan keluarga. Tesis ini membahas tentang pengaruh pengalaman pengasuhan, harga diri, spiritualitas, dukungan teman dan dukungan keluarga terhadap tingkat subjective well being kepala keluarga pada permukiman kumuh berat. Metode yang digunakan adalah kuantitatif, dengan jumlah responden sebanyak 320 kepala keluarga di permukiman kumuh berat Kecamatan Tebet yaitu tepatnya di RW 04. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner, studi dokumen, dan dokumentasi. Pengolahan data hasil temuan lapangan dengan uji statistik deskriptif dan uji Rank Spearman. Berdasarkan temuan lapangan, hasil penelitian ini adalah tingkat tingkat subjective well being kepala keluarga adalah kurang bahagia dan variabel pengalaman pengasuhan, harga diri, spiritualitas, dukungan teman, dan dukungan keluarga mempengaruhi secara signifikan tingkat tingkat subjective well being kepala keluarga. Hasil pengukuran uji resiko menunjukkan bahwa paling besar kemungkinsn tingkat subjective well being kurang bahagia dipengaruhi oleh kurangnya dukungan teman yaitu 14 kali kemungkinan dan minimal resikonya adalah sebesar 4 kali. Sedangkan uji resiko yang paling kecil kemungkinannya tingkat subjective well being kurang bahagia dipengaruhi oleh kurangnya dukungan keluarga yaitu sebesar 1 kali kemungkinan dan minimal resikonya sebesar 0,8 kali atau bisa dikatakan tidak punya pengaruh karena nilai di bawah 2 kali. Pada penelitian ini, hasil yang diperoleh secara keseluruhan menunjukkan hipotesis (Ha) “diterima” yaitu terdapat pengaruh variabel independen pengalaman pengasuhan, harga diri, spiritualitas, dukungan teman, dan dukungan keluarga terhadap variabel dependen tingkat tingkat subjective well being kepala keluarga di permukiman kumuh berat.

Social conflicts that occur in the community will disrupt the process of family development. Not only socio-economic disparities, social conflicts, old grudges, and family educational background that cause disputes and problems in this vulnerable area, possibly due to low subjective well-being due to economic disparities that occur in this area where there are many dense and slum settlements with poor families, therefore the purpose of this study was to determine the level of subjective well-being of the head of the household in heavy slums and to see its relationship with parenting experience, self-esteem, spirituality, friend support, and family support. This thesis discusses the influence of parenting experience, self-esteem, spirituality, friend support and family support on the tingkat subjective well being of the head of the family in heavy slums. The method used is quantitative, with the number of respondents as many as 320 families in heavy slums, Tebet District, namely in RW 04. Data collection is done by filling out questionnaires, document studies, and documentation. Processing data from field findings using descriptive statistical tests and Rank Spearman tests. Based on field findings, the results of this study are that the level of subjective well-being of the head of the family is less happy and the variables of parenting experience, self-esteem, spirituality, friend support, and family support significantly affect the level of subjective well being of the head of the family. The results of the risk test measurement show that the most likely tingkat subjective well being less happy is influenced by the lack of support from friends, which is 14 times the possibility and the minimum risk is 4 times. While the risk test that has the least probability of being less happy is tingkat subjective well being influenced by the lack of family support, which is 1 times the possibility and the minimum risk is 0.8 times or it can be said to have no effect because the value is below 2 times. In this study, the results obtained as a whole indicate the hypothesis (Ha) is "accepted" namely there is a positive relationship between the independent variables of parenting experience, self-esteem, spirituality, friend support, and family support with the dependent variable the level of tingkat subjective well being of the head of the family in heavy slum settlements."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Adi Winata
"Melihat DKI Jakarta memiliki daya tarik yang besar dalam urbanisasi sebagai kota metropolitan dan data pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat pada setiap tahunnya, menyebabkan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk penduduk yang tinggi dapat mempengaruhi kepuasan hidup. Penelitian psikologi geografis, masih jarang sekali dilakukan di Indonesia terutama membahas kesehatan mental. Penelitian ini secara khusus ingin melihat ketergantungan spasial dari kepuasan hidup dan melihat apakah kepadatan penduduk dapat menjadi prediksi bagi ketergantungan spasial dari kepuasan hidup. Data penelitian diperoleh melalui penyebaran kuesioner secara daring kepada penduduk DKI Jakarta berusia di atas 18 tahun (N=956) pada tahun 2022. Pengukuran kepuasan hidup menggunakan The Satisfaction with Life Scale (SWLS), dan angka kepadatan penduduk melalui laman Jakarta Open Data. Analisis yang dilakukan berupa analisis deskriptif dan analisis autokorelasi spasial menggunakan perangkat lunak GeoDa. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kepuasan hidup tidak memiliki ketergantungan spasial (r=0.024, p=0.266), yaitu kepuasan hidup suatu kelurahan tidak memiliki kemiripan nilai kepuasan hidup dengan kelurahan-kelurahan yang bertetangga dan kepadatan penduduk tidak dapat memprediksi ketergantungan spasial dari kepuasan hidup.

Seeing that DKI Jakarta has a great appeal in urbanization as a metropolitan city and data on population growth that is increasing every year causes population density. High population density can affect life satisfaction. Geographic psychology research is still rarely done in Indonesia, especially discussing mental health. This study specifically wants to look at the spatial dependence of life satisfaction and see whether population density can be a predictor of the spatial dependence of life satisfaction. The research data was obtained through the distribution of online questionnaires to DKI Jakarta residents aged over 18 years (N=956) in 2022. Life satisfaction was measured using The Satisfaction with Life Scale (SWLS), and population density figures through the Jakarta Open Data page. The analysis was carried out in the form of descriptive analysis and spatial autocorrelation analysis using GeoDa software. The research findings show that life satisfaction has no spatial dependence (r=0.024, p=0.266). This means that the life satisfaction of the kelurahan does not have the same value of life satisfaction with the adjacent kelurahan and population density cannot predict the spatial dependence of life satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>